Beranda / Romansa / Cinta di Balik Pengkhianatan / Chapter 4 – Dalam Bayang Istana

Share

Chapter 4 – Dalam Bayang Istana

Ariella masih berdiri di depan jendela besar kamarnya, memandang keluar tanpa fokus. Ruangan yang sunyi itu mengingatkan bahwa Dionel telah meninggalkannya sendiri di kamar luas itu. Meskipun mereka telah resmi menjadi suami-istri, jarak di antara mereka masih saja terasa jauh, layaknya jurang yang sulit dijelaskan.

Tirai tebal bergoyang ringan, tertiup angin sepoi yang menyelinap masuk melalui celah jendela yang sedikit terbuka. Matahari semakin naik, tetapi hati Ariella tetap tenggelam dalam kegelapan pikirannya. Rasa terperangkap yang menemaninya sejak pernikahan itu masih menguasai benaknya, dan kini ada tambahan beban baru─Dionel.

Suara ketukan lembut, di pintu memecah keheningan kamar. “Masuk,” jawabnya dengan suara pelan, meskipun tubuhnya masih terasa berat oleh pikiran.

Mira, pelayan setianya, melangkah masuk dengan gerakan yang anggun namun penuh hormat. Wajahnya selalu tenang tampak sedikit khawatir. “Bagaimana perasaan Anda pagi ini, Nona?” tanya Mira sambil sedikit membungkukkan tubuhnya.

Ariella menghela napas, merasa tidak perlu berpura-pura di hadapan Mira. “Seperti biasa. Tidak ada yang berubah, Mira.” Jawabannya singkat, namun penuh makna. Bagi Ariella, tidak ada yang benar-benar berubah. Perasaan terkurung dan hilangnya kebebasan masih membelit hatinya.

Mira mengangguk dengan pengertian. Sebagai pelayan baru Ariella di Istana Valdenor, dia merasa terhormat bisa melayani tuan baru yang datang ke tempatnya.

Walau begitu, dia juga bisa melihat dan merasakan aura kesedihan yang selalu melingkupi Ariella, seolah menandakan beban yang lebih dalam daripada sekadar pernikahan yang baru saja terjadi. Meskipun Mira masih asing dengan latar belakang Ariella, dia bertekad untuk memberikan dukungan yang dibutuhkan Ariella agar bisa merasa lebih nyaman di lingkungan barunya ini.

“Apa yang ingin Anda lakukan hari ini, Nona? Ada beberapa hal yang harus diatur terkait posisi Anda di istana, termasuk dengan pertemuan dengan staf baru yang akan bekerja di bawah Anda,” tanya Mira, sekaligus menjelaskan bahwa ada beberapa tugas yang harus Ariella lakukan.

Ariella terdiam sejenak. Kata-kata Mira mengingatkan bahwa dia kini memiliki posisi baru di kediaman barunya─posisi yang tidak pernah dia inginkan.

Menjadi istri dari pria yang memimpin banyak hal penting di balik layar kerajaan, dia akan dipandang sebagai bagian dari otoritas yang harus dihormati. Namun, hati Ariella bergejolak penuh tentangan. Dia tidak ingin melayani kerajaan yang telah memperjualbelikannya.

“Tidak sekarang. Aku butuh waktu untuk berpikir.” Jawab Ariella akhirnya, dengan nada suara yang penuh akan beban.

Sementara itu, di sisi lain istana, Dionel sedang bersiap untuk urusan penting di ruang kerjanya. Pekerjaannya bukan hanya sekadar suami atau bangsawan biasa. Ada beban tanggung jawab yang lebih besar di pundaknya.

Dionel, dengan segala rahasia dan kekuatan yang dia simpan, adalah seorang panglima perang yang dihormati. Dia memainkan peran penting dalam berbagai keputusan politik kerajaan, mengawasi strategi serta pertahanan yang menentukan nasib rakyatnya. Meskipun pernikahan ini adalah bagian rencana besar untuk menjaga stabilitas kerajaan, ada banyak hal yang belum diungkapkan kepada Ariella.

Elian, pelayan pribadi Dionel, berdiri dengan tenang di samping meja besar di ruang kerja Dionel, menyiapkan dokumen-dokumen yang akan dia perlukan hari itu. “Tuan, semuanya sudah siap untuk pertemuan dengan Dewan.” Elian melirik ke arah Dionel dengan rasa hormat yang penuh kesadaran akan posisinya.

“Terima kasih, Elian. Bagaimana keadaan di istana setelah pernikahan?” Dionel bertanya, sambil menyusun dokumen-dokumen di mejanya. Dia tahu betul bahwa ada banyak mata yang mengawai mereka berdua, baik di dalam maupun luar kerajaan. Pernikahan ini bukan hanya soal hubungan pribadi, tetapi juga merupakan langkah politik yang penting.

“Sejauh ini, tidak ada masalah besar. Namun, beberapa staf tampaknya masih bingung dengan posisi baru Anda dan Putri Ariella. Mereka bertanya-tanya tentang tanggung jawab baru yang akan diberikan kepada Nyonya.” Elian berbicara dengan hati-hati, menyadari bahwa isu seperti ini bisa dengan mudah berkembang menjadi rumor di kalangan pelayan.

Dionel mengangguk, wajahnya tetap tenang. “Beri tahu mereka untuk menunggu instruksi lebih lanjut. Aku akan memutuskan tugas yang tepat untuknya.” Meskipun suaranya terdengar dingin dan formal, Dionel tidak ingin mengabaikan fakta bahwa sekarang dia terikat dengan Ariella dalam cara yang lebih dalam dari sekadar politik. Pernikahan ini telah mengubah segalanya, baik untuknya maupun Ariella.

Ariella adalah sebuah teka-teki bagi Dionel. Meski penampilannya menunjukkan ketenangan dan kekuatan, ada sesuatu di balik tatapan dinginnya yang membuat Dionel ingin tahu lebih banyak. Ada luka di dalam hatinya, dan Diomel merasa harus tahu itu. Namun, dia belum yakin bagaimana caranya mendekati Ariella tanpa merusak rencananya sendiri.

Setelah selesai dengan urusannya di ruang kerja, Dionel memutuskan untuk menemui Ariella. Dia berjalan menuju kamarnya, dengan pikiran yang penuh akan berbagai hal. Tugas-tugas politik yang menunggu di depan mata, serta kebingungan tentang bagaimana menjalani pernikahan ini dengan seseorang yang tampaknya tidak ingin berada di sisinya.

Ketika Dionel membuka pintu kamar mereka, dia menemukan Ariella sedang berdiri di dekat jendela, memandang keluar. Cahaya matahari pagi menyinari rambutnya yang panjang, memberikan sentuhan lembut pada penampilannya yang biasanya terlihat tegar. Untuk sesaat, Dionel berhenti di ambang pintu, hanya memperhatikannya.

Ariella merasakan kehadirannya dan berbalik perlahan. Tatapan mereka bertemu, dan ada keheningan yang tak terucapkan di antara mereka.

“Apakah kau sudah beradaptasi dengan kehidupan di sini?” tanya Dionel, suaranya rendah namun terdengar penuh perhatian.

Ariella menatapnya tanpa ekspresi yang jelas. :Aku tidak yakin apa yang harus diadaptasi. Segalanya masih sama seperti sebelumnya. Hanya ... tempatnya yang berbeda.”

Jawaban itu membuat Dionel berpikir. Dia tahu bahwa di balik kata-kata dingin itu, ada perasaan yang jauh lebih dalam. Namun, dia tidak ingin memaksa Ariella untuk berbicara lebih dari yang diinginkannya. Ada waktu dan cara yang tepat untuk memahami satu sama lain.

Dionel melangkah lebih dekat, tetapi tetap menjaga jarak yang sopan. “Jika ada yang kau butuhkan, atau jika kau ingin mengubah apa pun tentang cara hidup d istana ini, beri tahu aku. Aku tidak ingin kau merasa terjebak di sini.”

Ariella menundukkan kepalanya, menahan senyum sini yang hampir keluar. Terjebak? Itu adalah kata yang tepat yang menggambarkan situasinya saat ini. Namun, bukan istana yang membuatnya terjebak─pernikahan inilah, takdir ini, dan beban yang dipikulnya yang membuatnya terjebak.

Akan tetapi, di dalam hatinya, meskipun dia berusaha keras untuk menolak segalanya, ada perasaan halus yang perlahan mulai terbentuk setiap kali Dionel berbicara dengan tenang dan penuh perhatian. Meski dia tidak mempercayai pria itu sepenuhnya, ada sisi dirinya yang mulai bertanya-tanya: apakah Dionel benar-benar musuhnya? Atau mungkin, dia bisa menjadi seseorang yang bisa dia andalkan di tengah kegelapan hidupnya? [*]

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status