Langkah Lian terhenti ketika dia melihat Mahesa berdiri di depan unitnya. Lian jadi bertanya-tanya sendiri apalagi yang ia inginkan setelah ia membuat hubungan dengan Alex kacau.
Lian berdiri di depan Mahesa dan Mahesa langsung berdiri tegak.
"Hubunganku dengan Alex sudah kacau, jangan membuatku semakin sulit Mahesa. Aku tak ingin kamu di sini. Pergilah."
Lian menempelkan kunci aksesnya, Lian kira Mahesa akan pergi tapi dugaannya salah. Ia malah mengekorinya masuk ke dalam unit Lian.
"Aku sudah bilang kalau aku tidak ingin kamu ada di sini."
"Aku bawa ini." Mahesa memperlihatkan sebotol wine pada Lian. "Ini buatmu tidak sefrustasi sekarang."
"Aku tidak butuh itu, aku perlu sendiri. Itu yang ku butuhkan. Dengan sendiri aku bisa menenangkan diri."
Mahesa terkekeh. Ia tidak peduli dengan muka kusut Lian. Ia akan tetap di sini sampai tujuannya selesai.
Mahesa menarik Lian untuk duduk dan menaruh wine itu di meja.
Untuk beberapa saat aku merasakan sakirr pada kepalaku yang sangat berat. Rasanya seperti di pukul-pukul. Tanganku memijat kepala yang terasa sakit dan merasakan beban berat lainnya yang terasa di sekitar perutku seperti ada yang memelukku .Lian membuka mata dan melihat beba apakah yang menimpanya saat itu. Tak bisa di percaya. Kepala Mahesa ada di atas perutnya dan laki-laki itu tertidur dengan pulasnya.Lian terkejut kemudian dan tanpa sadar dia terbangun duduk yang membuat kepala Mahesa menggeser turun. Mahesa menggerang namun Lian tidak peduli. Kacau bagaimana bisa mereka tidur bersama. Tapi untungnya mereka masih berpakaian lengkap. Mahesa tidak menyentuhnya sampai sejauh itu."Kamu buatku terkejut saja." Mahesa bergerak miring dan mengambil bantal untuk menutupi wajahnya."Kenapa bisa kamu tidur di sini Mahesa? Siapa yang memberimu izin untuk tidur di tempat yang sama."Mahesa membuka bantalnya dan ia melihat ke arah Lian.
"Surprise,"Gresia menyengir lebar dimana mobil Alex berada. Lian tahu dia tidak bisa berkata tidak kalau sudah ada penyelamat Alex. Dia paling nggak bisa kalau sudah berkaitan dengan Gresia. Gresia mengingatkannya pada Raisa dan Lian tidak mau membuat Gresia bersedih.Gresia memeluk erat Lian setelah lama tidak berjumpa."Kak aku mau traktir dan aku udah bilang juga sama Raisa katanya dia juga mau datang. Kak Lian nggak sibuk kan? Aku nggak mau loh cuma makan keluarga aja nggak ada Kak Lian sama Kak Alex. Kayaknya kurang komplit aja gitu kalau nggak ada kalian."Lian melepas pelukannya dan ia pun mengangguk mengiyakan permohonan Gresia."Kita nanti makannya di resto keluarga aku ya Kak. Aku mau jemput Raisa dulu. Kami udah janjian tadi."Gresia mengedipkan sebelah matanya ke arah Alex. Alex menangkap pergerakan itu. Ia langsung memegang tangannya dan menariknya untuk masuk ke dalam mobil. Setelah Lian duduk, ia berjalan memutar
"Kak ... Kak Lian jahat. Kenapa Kak Lian mengambil laki-laki yang ku sayangi? Kenapa? Kakak kan tahu aku sangat cinta sama dia tapi kenapa Kak Lian malah mengambilnya dariku? Padahal aku nggak pernah mengambil apa pun dari Kak Lian tapi kenapa bisa Kak Lian malah mengambil Kak Mahesa dariku. Dia laki-laki sepenuh hati yang aku cintai Kak. Kak Lian egois.""Tidak Raisa."Lian melangkah mundur dengan raut wajah yang sudah berkeringat. Wajahnya tak kalah pucat. Dia kesulitan untuk mendapat ketenangan saat itu juga. Raisa mengatakan dengan sangat kejam padanya. Dia sudah mengalah dan memilih untuk tidak lagi berhubungan sama Mahesa tapi kenapa Raisa masih menyalahkannya."Aku tahu kamu sayang sama dia makanya Kakak nggak mau lihat kamu bersedih Raisa. Kakak sudah mengalah Raisa. Kakak sudah mengalah demi kamu. Tapi kamu bilang aku yang jahat. Jangan pernah berkata begitu, Kakak tidak suka.""Kalau begitu kenapa Kak Mahesa menemui Kakak kalau tidak Kak L
"Jangan pergi Mahesa."Mahesa menarik senyum tipisnya pada Lian. Dia tidak tergoyahkan sedikit pun meskipun Lian sudah ada di hadapannya memberikan sebuah pencegahan agar dia tidak menjalankan aksinya. Mahesa tetap tidak ada rasa takut atau tidak ada rasa menyerah sedikit pun. Ia akan menjalankan tujuannya. Bertemu dengan mantannya yang mencintainya dari dulu hingga sekarang demi melancarkan aksinya."Mahesa kamu dengar aku kan. Aku tidak mau kamu menemuinya. Please jangan lakukan itu. Dia sudah berjuang untuk hatinya itu supaya tidak lagi mengingat kamu. Jangan menjadi laki-laki yang tidak punya perasaan.""Bagaimana bisa aku akan menikahimu kalau aku tidak tahu tentang keluargamu.""Jangan bercanda Mahesa, kamu sudah tahu tentang keluargaku sejak dulu. Itu cuma alasanmu saja yang memang ingin membuatku kesal. Aku sudah mengatakan jangan tapi kamu tidak lagi peduli. Omonganku seperti angin lalu buatmu."Mahesa menurunkan tangan Lian dan dia
"Kamu cukup pintar tapi aku tak kalah pintar sayang. Tanpa sepengetahuanmu, aku akan menemui Raisa dan mengutarakan maksud kedatanganku padanya."Pesan dari Mahesa membuat Lian resah dan tak bisa tenang duduk di samping Alex. Mahesa terkadang suka sekali membuat kejutan dan ini adalah salah satu dari kejutan Mahesa membuat Lian tak bisa lari dari kenyataan.Lian melihat Raisa yang duduk di belakang dari kaca tengah mobil Alex. Ia melihat Raisa sedang melamun di sana menatap pemandangan yang ada di luarnya.Sepertinya Lian harus berbicara padanya agar Raisa tidak terkejut mengetahui kedatangan Mahesa lagi ke kota ini. Entah apa yang di pikirkan Raisa. Lian harus memberi pengertian padanya.Perjalanan itu sampai di cafe Alex. Seperti biasa. Cafe yang berada di dekat kampusnya mengingatkan akan waktu ia pernah bekerja di sini dan juga sewaktu dia pernah menjalin hubungan dengannya dulu."Alex aku mau duduk di luar saja sama Rai
Sebuah foto di kirim oleh Mahesa ke ponsel Lian sepulangnya dari makan di cafe Alex. Foto itu menampilkan Raisa yang sedang berjalan dan juga sedang menunggu."Kamu dimana?""Aku akan menemui adikmu Lian. Tidak usah khawatir begitu. Santai saja.""Jangan macam-macam Mahesa. Kamu mau membuat adikku sakit hati lagi?""Tidak. Cuma bertemu, tidak akan mengulangi masa-masa hubungan kami dulu. Santai saja. Tidak usah berlebihan begitu.""Aku tahu tapi di dalam pikiranmu tidak selalu benar.""Maaf aku harus mematikannya."Telepon itu mati dan Lian merasa tak bernyawa setelahnya. Sudah terlanjur. Dia tidak bisa mengubah keinginan Mahesa. Lian hanya bisa berdoa semoga saja Raisa baik-baik saja.***"Raisa tunggu." Rasya berteriak setelah memarkirkan motornya di dalam parkiran kampus. Dia melihat Raisa berjalan seorang diri dan hendak menuju gedung kuliahnya. Rasya yang melihat hal itu tidak mau menyia-nyiakan kesempatan. Di
Mahesa berbalik dan melihat ke arah Raisa yang berdiri di hadapannya. Raisa tidak jauh berubah, sama seperti dulu pas mereka saling menjalin hubungan. Wajahnya masih sama cantiknya, bulu mata yang lentik, mata yang sayu dan rambut coklat panjang yang bergelombang di kuncir kuda.Namun perbedaan dari Raisa adalah dia lebih kurus dari yang Mahesa tahu.Sebuah kejutan terlihat di mata Raisa. Mahesa yang berdiri membuatnya sulit untuk bernapas dengan tenang. Tangannya meremas rok yang dia pakai karna sebuah sengatan terjadi saat mata mereka memandang satu sama lainnya. Sengatan itu begitu menyakitkan membuat tubuhnya merinding.Tak hanya itu bibirnya terasa begitu kaku. Dia tidak bisa berucap satu kata pun pada laki-laki di hadapannya ini.Udara yang seharusnya masuk ke dalam hidungnya terasa sulit untuk masuk. Dadanya begitu berdebar dengan kencangnya. Ia tidak bisa melalui pertemuan ini dengan baik. Seharusnya Raisa biasa saja meliha
Lian bolak balik di unitnya setelah mengetahui kalau pesan yang di kirimkan Mahesa adalah sebuah foto dimana Raisa berada. Dia sepertinya tidak mau menyerah, sudah Lian katakan Mahesa jangan lagi mendekati Raisa tapi ia tetap pada pendiriannya. Mahesa tetap mengejar tujuannya. Kini Lian tidak bisa berpikir dengan tenang kalau sampai Mahesa menyakiti Raisa kembali."Aku harus apa sekarang?"Lian teringat akan Rasya. Dia pasti bisa membantu. Tak butuh waktu lama, Lian menghubungi nomer Rasya dan menanyakan tentang keberadaan Raisa. Sama dengan Lian, Rasya tidak tahu menahu tentang keberadaan Raisa. Tasnya masih ada di kelas tapi orangnya tidak ada di sana. Begitu mengetahui hal itu Lian langsung cemas."Ya sudah kamu tolong bawakan tas Raisa ya bawa pulang nanti akan ku hubungi Raisa.""Tunggu Kak. Sebenarnya ada apa Kak. Kenapa Kakak kedengaran cemas?"Lian ingin memberitahu tapi kalau Rasya ikut mencari apa dia bisa melakukan itu?"Aku