"Pak, saya mohon!!! Jangan lakukan itu, Pak. Saya mohon jangan!!!" rengek Natasha sambil berusaha melepaskan diri. Namun, usahanya gagal. Tenaganya tak sebanding dengan tenaga Pak Raymond yang jauh lebih besar.
"Kamu milik saya malam ini," gumam Pak Raymond dengan ekspresi yang tidak bisa digambarkan.
"Jangan!!!!" teriak Natasha sambil menendang daerah vital Pak Raymond. Tentu saja laki-laki itu tersungkur sambil memegangi alat kelaminnya yang terasa linu. Sedangkan Natasha tidak mau menyia-nyiakan momen berharga ini untuk segera kabur.
Dengan langkah secepat yang ia bisa. Natasha terus menjauh dari ruangan terkutuk itu. Hosh. Hosh. Hosh. Nafasnya pun tersengal-sengal. Rasanya seperti hendak terputus. Sedang kakinya sangat berat untuk ia angkat dengan lebih cepat. Mungkin karena tenaganya sudah habis karena sudah digunakan seharian ini.
"Natasha berhenti!!! Sekali kamu pergi!! Saya pecat kamu sekarang juga!!" teriak Pak Raymond yang ternyata malah mengikuti Natasha dengan menahan rasa ngilu yang masih mendera di selangkangannya.
Jelas saja Natasha semakin merasa ketakutan. Apalagi, menurut kabar burung yang beredar. Pak Raymond adalah lelaki mata keranjang yang tidak suka ditolak wanita. Dia akan tega melakukan apapun demi melancarkan keinginannya tercapai. 'Nggak. Gue nggak boleh sampai tertangkap Pak Raymond. Gue harus bisa lolos dari lelaki hidung belang itu,' batin Natasha sambil terus berlari.
Melihat tangga menuju lantai bawah berada tak jauh di depannya. Natasha pun semakin mempercepat lariannya. Ia terus memaksakan kedua kakinya untuk bergerak ke depan. Walau itu rasanya sangat sulit. Bruk! Natasha pun terjatuh saat menuruni tangga dengan terburu-buru.
"Aduh," pekik Natasha sambil memegangi kakinya yang terkilir.
"Hahaha. Kamu pikir. Kamu bisa lari dari saya Natasha?" ujar Pak Raymond dari ujung tangga paling atas.
"Pak Raymond," gumam Natasha seakan tidak percaya. Lalu ia pun segera bangkit. Kemudian dengan tertatih Natasha menuruni satu demi satu anak tangga menuju lantai dua.
"Silahkan lari, Natasha. Kamu nggak akan sanggup berlari kencang. Hahaha," kata Pak Raymond lagi. Natasha pun membenarkan ucapan atasannya itu. Namun, ia tidak boleh menyerah. Ia harus bisa mempertahankan kehormatannya sebagai wanita. 'Dulu gue pernah dilecehkan oleh sahabat mantan suami gue sendiri, tapi gue masih berhasil lepas darinya. Dan sekarang gue pun harus tetap melakukan hal yang sama. Gue wanita baik-baik. Gue harus bisa menjaga martabat gue sebagai wanita,' batin Natasha sambil terus berusaha berjalan.
Untung saja jarak antara tangga ke lantai dua berdekatan dengan tangga menuju lantai satu. Jadi, Natasha langsung berjalan cepat ke arah tangga itu tanpa membuang waktu lebih lama.
Hosh. Hosh. Hosh. Nafas Natasha seakan sudah semakin menipis. Paru-parunya terasa sangat sesak sekali. Belum lagi langkah kakinya yang semakin melambat. Karena kakinya yang terkilir tak bisa digerakkan seleluasa biasanya.
"Hahaha. Berlarilah terus Natasha saya akan segera menangkapmu," kata Pak Raymond sambil terus mengikuti Natasha. Walau ia hanya berjalan biasa, tapi tetap saja bisa mendekati langkah Natasha yang tertatih.
'Nggak. Nggak. Gue nggak boleh tertangkap. Gue harus bisa melepaskan diri,' tekad Natasha dalam hati. Ia pun terus melangkahkan kakinya selebar yang ia bisa. Sambil sesekali Natasha menoleh ke arah Pak Raymond yang semakin dekat dengannya.
"Natasha. Oh, Natasha. Kamu tidak bisa kemana-mana. Hahaha." Mendengar suara Pak Raymond yang semakin dekat. Natasha terus berusaha berjalan melewati ruang resepsionis yang cukup luas. 'Loe bisa Natasha. Loe bisa. Sedikit lagi loe bisa keluar dari kantor ini. Jangan menyerah Nat. Ayo, sedikit lagi,' ujar Natasha menyemangati dirinya sendiri.
Melihat Natasha semakin dekat dengan pintu keluar. Pak Raymond pun segera berlari mendekati arah yang sama. Namun, Natasha pun tak mau tinggal diam. Ia tidak mau menjadi budak nafsu Bosnya itu. Makanya saat sebuah kursi tamu berada di sampingnya. Dengan sigap Natasha menarik kursi itu lalu mendorongnya ke arah Pak Raymond.
Bruk!!! Pak Raymond pun langsung menabrak kursi itu hingga terjerembab ke depan. Melihat Pak Raymond tengah terjatuh di lantai. Natasha segera menggapai handel pintu kaca yang berada di depannya. Ia pun menerobos pintu itu agar segera keluar.
"NATASHA!!! AWAS KAMU!!!" teriak Pak Raymond sekuat tenaga. Saat ia hanya mampu memandangi Natasha yang berhasil keluar.
Sampai di luar Natasha pun tak menghentikan langkah kakinya. Apalagi ia tau persis jika sepeda motor yang biasa digunakannya. Merupakan pemberian Pak Raymond. 'Pastilah dia ngasih gue motor pun karena ada maksud lain. Dasar laki-laki,' batin Natasha saat melirik motor hijau yang ia parkirkan di depan kantor.
"Gue harus kuat jalan kaki," gumam Natasha sambil melanjutkan jalannya dengan langkah pincang. "Oh, iya. Gue tau jalan tikus menuju kosan gue. Kalau untuk jalan kaki atau naik motor kayaknya bisa deh," lanjutnya masih bergumam. "Iya, bener. Mending gue lewat sana saja. Siapa tau Pak Raymond masih ngejar gue," tambahnya sambil mengangguk-anggukkan kepalanya beberapa kali.
Natasha pun berjalan menyusuri pinggiran jalan raya hingga kira-kira berjarak seratus meter. Lalu tepat di depannya ada sebuah gang kecil yang biasa digunakan warga pengguna sepeda motor untuk menghindari razia roda dua. Tanpa pikir panjang Natasha pun berjalan melalui jalan setapak yang sangat minim pencahayaannya itu. Memang dibanding jalan raya yang rata dan terang benderang. Melewati jalan ini lebih cepat sampai. Sebab, ujung jalan tikus ini berhadapan langsung dengan depan gank kosan Haji Boim atau tempat tinggal Natasha.
Tiga puluh menit pun berlalu, tapi Natasha belum juga sampai di ujung setapak. Timbul rasa was-was kalau dia akan tersesat. Karena, Natasha baru saja melalui jalan ini mungkin sekitar dua atau tiga kali. Maklumlah, jika pagi hari jalan ini lebih ramai ketimbang jalan utama. Jadi, wajar saja kalau Natasha lebih memilih jalan raya ketimbang berhimpitan di jalan yang sempit ini.
"Kayaknya jalannya bener deh," gumam Natasha pada dirinya sendiri. 'Tapi kok. Nggak sampai-sampai ya?' sahut sebuah suara di dalam hatinya. "Mungkin karena kemaren gue lewat sini pakai motor kali ya? Jadi, lebih cepat sampai," lanjut Natasha berusaha berpikir positif. Sambil terus melanjutkan langkahnya yang masih tertatih.
Sesekali Natasha pun menghentikan langkahnya. Untuk sekedar mengambil nafas dan mengumpulkan tenaga. Sungguh, seluruh tubuh Natasha rasanya pegal semua. Sampai-sampai ia terbayang-bayang kasur kosannya yang memang tidak begitu empuk. Namun, cukup nyaman untuk ditiduri.
Srek! Srek! Srek! Bunyi sebuah langkah yang terdengar mendekati Natasha. 'Siapa ya? Jangan-jangan orang nggak bener,' ucap Natasha menerka-nerka. Nyalinya pun seketika menciut.
"Siapa yang akan menolong gue kalau terjadi apa-apa sama gue disini?" gumam Natasha sambil melirik ke samping kiri dan kanannya yang terbentuk dari pagar pembatas gedung-gedung bertingkat yang menjulang tinggi hingga beberapa meter. Natasha pun berjalan mundur beberapa langkah. Sampai akhirnya ia terjatuh karena tidak sengaja menginjak yang berserakan di jalan.
Srek! Srek! Srek! Suara langkah itu pun semakin mendekat. Membuat rasa takut Natasha kembali bangkat.
"Siapa disana? Tolong jangan mendekat!!" ujar Natasha setengah berteriak. Namun, orang itu seakan tidak mau memperdulikan ucapan Natasha. Ia terus saja melangkah mendekati tubuh Natasha yang sudah meringkuk ketakutan. Hingga saat badannya terkena sorot lampu jalan. Mata Natasha pun seketika membulat sempurna.
"Kamu?!!"
Srek! Srek! Srek! Suara langkah itu pun semakin mendekat. Membuat rasa takut Natasha kembali bangkit."Siapa disana? Tolong jangan mendekat!!" ujar Natasha setengah berteriak. Namun, orang itu seakan tidak mau memperdulikan ucapan Natasha. Ia terus saja melangkah mendekati tubuh Natasha yang sudah meringkuk ketakutan. Hingga saat badan orang itu terkena sorot lampu jalan. Mata Natasha pun seketika membulat sempurna."Kamu?!!" ujar Natasha saat pandangannya menatap sosok bocah berumur tiga tahun di hadapannya. "Kamu kenapa ada disini?" tanya Natasha sambil merangkul putri semata wayangnya itu."Dia sedang saya ajak mencari makan. Sekalian
Setelah Pak Haji pulang Natasha beranjak dari duduknya. Ia harus segera mandi kemudian tidur. Sebab, besok pagi Pak Haji berjanji akan mengenalkan Natasha dengan salah satu temannya yang baru saja membuka sebuah restoran baru bernuansa western.Natasha pun memasuki kamarnya untuk mengambil baju ganti. Lalu sesaat ia pun menoleh ke arah Karen yang sudah tertidur pulas di atas tempat tidur. Sebuah senyuman pun terukir di bibir mungilnya. 'Karen keliatannya seneng banget hari ini. Sungguh, kami sangat beruntung bisa hidup di tengah-tengah orang baik seperti Pak Haji dan yang lainnya,' batin Natasha. Lalu sejenak ia pun teringat pada kejadian hari ini. 'Andai saja semua itu tidak pernah terjadi. Mungkin….' Natasha pun tidak melanjutkan ucapannya dalam hati. 'Ah, tidak. Tidak. Seperti yang pernah Pak Haji katakan. Gue nggak boleh su
"Selamat siang. Mau pesan apa? Silahkan," ucap Natasha ramah. Sambil membungkuk ia meletakkan dua buku menu di depan kedua insan itu. Dan saat ia menegakkan badannya lagi. Tiba-tiba matanya pun terbelalak. Menatap kedua sosok yang tak asing lagi di matanya."Mas Zul?" ujar Natasha setengah tidak percaya."Natasha," gumam Zul dengan ekspresi yang sama."Jadi benarkan kamu ada main dengan perempuan ini," kata Natasha dengan nada yang bergetar. Sambil menunjuk ke arah perempuan di samping suaminya itu."Eh, nggak usah tunjuk-tunjuk ya," sahut wanita tadi sambil m
Hari pun telah berganti. Minggu pun telah berlalu. Tak terasa Natasha sudah dua bulan bekerja di restoran itu. Ia pun bekerja dengan sungguh-sungguh dan penuh tanggung jawab. Sebab, Natasha tidak mau mengecewakan Pak Haji Boim dan Bosnya, Pak Haji Mahmud. Makanya, Natasha selalu bekerja dengan sepenuh hatinya. Apalagi hari ini, hari yang sudah ditunggu oleh Natasha dan semua karyawan di restoran Leckeres Essen sejak satu bulan yang lalu. Jadi, semua karyawan bekerja dengan lebih giat dan semangat.Begitu pula dengan Natasha. Dengan berjalan tegak ia membawa nampan berisi dua porsi Apfelstrudel
"Pasti Karen bakalan seneng banget nih. Aku bawain kue ini pulang," gumam Natasha sambil mengangkat bungkusan tadi sampai ke depan wajahnya. Lalu Natasha pun melanjutkan jalannya dengan lebih semangat. Tak sabar melihat gadis kecilnya itu tersenyum bahagia. Karena ia sudah membawakan kue kesukaannya. Namun, seketika langkah Natasha melambat. Keningnya pun berkerut sempurna. Ketika matanya menatap pintu kosannya yang sudah terbuka lebar dan dipenuhi banyak orang."Karen?!!" teriak Natasha sambil melepaskan bungkusan yang ditenteng di tangannya. Ia pun segera berlari sekencang yang ia bisa. Lalu seperti orang yang tidak sadarkan diri. Ia menerobos orang-orang di depan pintu rumahnya begitu saja. "Karen?!!!" teriak Natasha saat memandangi tubuh kecil Karen yang terlihat kejang-kejang. Natasha pun langsung berlari mendekati tubuh k
Tok. Tok. Tok. Tok. Tok. Tok."Siapa sih? Hujan-hujan gini bikin ribut," ujar seseorang sambil membukakan pintu kayu itu. Hingga saat pintu terbuka lebar. Mata keduanya pun membulat sempurna."Elo?!!!" ucap keduanya bersamaan."Ngapain elo disini?" tanya Karina dengan nada penuh curiga. Sambil memandangi dengan sinis wajah Natasha yang basah kuyup oleh air hujan."Gue nggak ada urusan sama elo. Gue mau ketemu sama Mas Zul," jawab Natasha sambil berusaha menerobos masuk ke dalam rumah itu. Namun, belum sempat ia berhasil masuk tangan kanannya sudah dicengkram K
Natasha terus berlari sambil menyesali rasa cintanya yang pernah tercurah hanya untuk lelaki brengsek itu. Natasha berlari, berlari dan terus berlari. Tanpa memperhatikan jalan sekitar yang sudah memasuki kawasan jalanan besar. Hingga beberapa menit kemudian terdengar suara klakson cukup dekat dan keras.Tiiiiiinnnn…. Lalu disusul dengan sebuah teriakan."Aaaarrgg…."Brak!!!! Mobil yang melaju kencang dari arah berlawanan Natasha pun langsung menabrak pohon. Setelah menghindari Natasha yang tiba-tiba muncul di antara derasnya hujan. Melihat kejadian mengenaskan itu. Tanpa membuang waktu Natasha segera berlari mendekat.
Natasha sudah kembali bekerja seperti biasa. Ia pun bingung harus mencari uang dimana untuk membayar biaya rumah sakit Karen yang tidak sedikit itu. Belum lagi biaya untuk pindah rumah sakit. Sungguh, kepala Natasha terasa mau pecah saat mengingatnya saja.Sempat terlintas di benak Natasha untuk kembali ke kantor Growber. Lalu menyerahkan diri untuk diapa-apakan Pak Raymond. Dengan catatan Pak Raymond akan membayar semua biaya rumah sakit Karen berikut ongkos untuk pindah ke rumah sakit Jantung Kita. Namun, belum sampai berangkat. Rasa ketakutannya pun meningkat teringat kejadian malam itu. Badannya saja terasa gemetar saat hendak ia langkahkan ke tempat itu.Makanya, yang bisa Natasha lakukan saat ini adalah datang ke restora