Tok. Tok. Tok. Tok. Tok. Tok.
"Siapa sih? Hujan-hujan gini bikin ribut," ujar seseorang sambil membukakan pintu kayu itu. Hingga saat pintu terbuka lebar. Mata keduanya pun membulat sempurna.
"Elo?!!!" ucap keduanya bersamaan.
"Ngapain elo disini?" tanya Karina dengan nada penuh curiga. Sambil memandangi dengan sinis wajah Natasha yang basah kuyup oleh air hujan.
"Gue nggak ada urusan sama elo. Gue mau ketemu sama Mas Zul," jawab Natasha sambil berusaha menerobos masuk ke dalam rumah itu. Namun, belum sempat ia berhasil masuk tangan kanannya sudah dicengkram K
Natasha terus berlari sambil menyesali rasa cintanya yang pernah tercurah hanya untuk lelaki brengsek itu. Natasha berlari, berlari dan terus berlari. Tanpa memperhatikan jalan sekitar yang sudah memasuki kawasan jalanan besar. Hingga beberapa menit kemudian terdengar suara klakson cukup dekat dan keras.Tiiiiiinnnn…. Lalu disusul dengan sebuah teriakan."Aaaarrgg…."Brak!!!! Mobil yang melaju kencang dari arah berlawanan Natasha pun langsung menabrak pohon. Setelah menghindari Natasha yang tiba-tiba muncul di antara derasnya hujan. Melihat kejadian mengenaskan itu. Tanpa membuang waktu Natasha segera berlari mendekat.
Natasha sudah kembali bekerja seperti biasa. Ia pun bingung harus mencari uang dimana untuk membayar biaya rumah sakit Karen yang tidak sedikit itu. Belum lagi biaya untuk pindah rumah sakit. Sungguh, kepala Natasha terasa mau pecah saat mengingatnya saja.Sempat terlintas di benak Natasha untuk kembali ke kantor Growber. Lalu menyerahkan diri untuk diapa-apakan Pak Raymond. Dengan catatan Pak Raymond akan membayar semua biaya rumah sakit Karen berikut ongkos untuk pindah ke rumah sakit Jantung Kita. Namun, belum sampai berangkat. Rasa ketakutannya pun meningkat teringat kejadian malam itu. Badannya saja terasa gemetar saat hendak ia langkahkan ke tempat itu.Makanya, yang bisa Natasha lakukan saat ini adalah datang ke restora
Seperti yang dijanjikan Shelin. Setelah ia makan di restoran tempat Natasha bekerja. Natasha pun meminta izin pada Pak Haji Mahmud untuk pulang lebih awal. Dan mendengar penjelasan Natasha, dengan senang hati Pak Haji Mahmud mengabulkan permintaannya."Iya, Mbak Natasha. Selesaikan dulu urusan anakmu. Semoga dia cepat sembuh," pesan Pak Mahmud saat Natasha meminta izin tadi."Iya, Nat. Kami disini juga akan selalu mendoakan kesembuhan anakmu. Semoga cepat sembuh ya," ujar Kayla dengan senyum manisnya."Iya, Kay. Makasih ya. Aku pergi dulu," balas Natasha kemudian berlalu bersama Shelin.
Natasha dan Shelin pun berjalan beriringan menuju kamar rawat Karen. Langkah mereka pun terlihat cepat bahkan seakan terburu-buru. Sebab, Natasha sudah tidak sabar lagi membawa Karen ke rumah sakit yang lebih memadai.Setelah beberapa kali melewati anak tangga dan berputar-putar di koridor rumah sakit. Akhirnya Natasha dan Shelin sampai di bangsal khusus penyakit jantung. Baru saja melewati pintu utama ruangan itu. Mata Natasha pun menangkap kejanggalan di salah satu ruangan."Karen?!" pekik Natasha lalu ia segera berlari ke arah ruangan tadi. Ia pun segera mendekati pintu ruang rawat Karen yang tengah terbuka lebar-lebar. Belum sempat sampai di depan pintu, terlihat beberapa orang Suster tengah mendorong tempat tidur pasien yan
Chit!!!! Motor Jo pun berhenti tepat di tempat yang tadi sudah diberitahu Soni. Melihat Jo datang Soni yang sedari tadi hanya mampu bersembunyi di balik pohon langsung berjalan mendekat."Wah! Pahlawan kesiangan dateng nih," sindir salah satu dari segerombolan anak seusia Jo yang sedang memukuli Rafael di tengah jalan."Lepasin dia!" titah Jo dengan menunjukkan tampang sangarnya. Namun, bukannya takut cowok tadi malah tersenyum sambil memalingkan wajahnya."Kalau loe nggak tau apa-apa. Mending loe nggak usah ikut campur," balasnya dengan nada penuh penekanan. Jo pun melempar senyuman khasnya.
Natasha pun bergegas keluar. Sampai di depan gedung pengacara kondang itu. Natasha membuka membuka map di tangannya. Natasha pun mengambil selembar kertas kecil yang disatukan denga kertas-kertas lainnya. Sementara sisa berkas itu ia buang di tong sampah. Saat Natasha hendak memasukkan kertas cek itu ke dalam kantong bajunya tiba-tiba sebuah angin berhembus kencang lalu menerbangkan kertas kecil yang sangat berharga bagi Natasha itu."Cek gue!!" pekik Natasha. Tanpa pikir panjang wanita itu pun segera mengejar kemana arah angin membawa kertas itu pergi. Hingga akhirnya kertas itu terjatuh di sebuah helm yang ada di lengan seorang pengendara bermotor. Natasha pun tersenyum melihat motor itu yang sedang menunggu lampu merah berganti. Namun, saat ia hendak mendekat. Sebuah bunyi sirine dari motor polisi terdengar cukup dekat. Si pengendara pun menoleh. Kemudian entah apa yang terjadi. Ia pun seg
"Ini keluarga dari saudara Jonathan, Ndan," ujar Polisi yang menyeret Natasha masuk ke dalam ruangan itu. Seketika semua orang yang ada di ruangan itu pun menoleh. Tak terkecuali Jo. Keningnya pun berkerut sempurna menatap wanita yang sama sekali tidak dikenalnya itu. 'Siapa nih cewek? Apa mungkin sekretaris, Papa? Tumben bentuknya amburadul kayak gini,' batin Jo sambil terus mengamati Natasha dari ujung kaki sampai ujung rambutnya."Benar dia keluarga kamu?" tanya Polisi yang sedang mengintrogasi Jo."Iya.""Bukan." Jo dan Natasha pun menjawab bersamaan."Kenapa jawaban kalian berbeda? Coba jelaskan sebenar-benarnya!" kata Polisi di depan Jo."Dia me
Dengan langkah gontai Natasha berjalan menyusuri koridor rumah sakit. Air matanya pun kini tak dapat mengalir lagi. Seakan sudah habis karena ia gunakan untuk menangis sepanjang jalan. Sampai di ruang ICU yang merawat Karen senyumannya pun mengembang. Melihat kondisi Karen yang kini sudah lebih baik dari saat ia meninggalkannya tadi."Karen. Kamu sudah baikan, Nak?" ujarnya sambil berlari ke arah anak perempuan berumur lima tahun yang sedang makan sate lontong kesukaannya itu. Shelin yang sedang menyuapi Karen pun segera beranjak dari tempat duduknya."Kondisinya membaik sekitar satu jam yang lalu. Karena dia lapar dan minta sate Madura. Aku beliin deh. Untung di depan ada. Habisnya loe lama banget? Kemana aja sih? Malem gini baru sampai?" brondong Shelin dengan wajah khawatir."Ceritanya panjang Shel," balas Nat