Athalla memasang jam tangannya yang ditaksir dengan harga yang cukup fantastis. Hari ini adalah rencana untuk pulang ke rumah orangtuanya Kanaya. Mengambil semua pakaian dari istrinya yang akan dibawa untuk ke rumah Athalla. Sedangkan istrinya masih tertidur dengan pulas.
Mencoba untuk mendekat dan menyentuh kepala istrinya. "Ay, ayo pulang!"
Saat istrinya sedang merenggangkan badannya lalu dia menjawab. "Jam berapa memangnya sekarang?"
"Sudah jam sepuluh pagi. Kita harus ke rumah kamu dulu. Papa kamu telepon aku."
Kanaya bangun lalu dengan posisi duduk menguap dengan lebar lalu menggaruk perutnya. "Lo udah siap-siap?"
"Panggil, Mas, Ay. Aku suami kamu. Harus sopan!"
"Najiiiis."
Istrinya malah meninggalkan ke kamar mandi. Tapi Athalla sama sekali tidak keberatan tentang istrinya yang pergi meninggalkan begitu saja. Sebagai seorang suami yang memang sudah lama sekali mengincar Kanaya, baru kali ini dia mendekati orangtua dari wanita itu sehingga berhasil merayu orangtuanya Kanaya untuk menikahkannya.
Pria itu masih duduk dengan santai memainkan ponselnya saat Kanaya keluar dengan handuk untuk mengambil pakaian pada koper. "Hadap sana!"
Athalla mengalah, memang Kanaya sulit sekali ditaklukkan.
Sejenak saat wanita itu kembali ke kamar mandi, Athalla mengambil dompternya Kanaya.
Sedangkan pada tembok yang ada di luar kamar mandi, Kanaya sembunyi saat melihat suaminya memasukkan uang ke dalam dompet. Ya, bisa dibilang Kanaya senang melihat uang sebanyak itu. Tapi untuk mencintai Athalla, jelas saja dia tidak bisa lakukan itu.
Semua barang sudah dimasukkan ke dalam koper. Pernikahan yang dijalani oleh Kanaya benar-benar sudah menjadi bencana terburuk bagi hidupnya. Apalagi waktu itu teman-temannya juga terkejut dengan pernikahan yang mendadak sekali. Bahkan ada yang menuduhnya hamil di luar nikah. Mana mungkin Kanaya bisa sebodoh itu menyerahkan tubuh kepada orang yang sama sekali belum tentu bisa hidup selamanya dengannya.
Sudah selesai dengan semua barangnya. Dia diajak pulang oleh suaminya. "Naik taksi aja. Kita pisah kendaraan. Nanti gue minta pacar gue jemput ke sini."
"Terserah." Jawab Athalla meski dia bisa menghilangkan nyawa dari kekasihnya Kanaya kalau dia sedang marah suatu saat nanti. "Jaga pacarmu, Ay. Kalau dia masih ganggu istriku, dia bisa aku jadikan umpan ikan hiu."
Kanaya mengangkat bogeman untuk Athalla. "Berhadapan sama dia sama saja lo berhadapan sama gue."
"Ya terserah. Toh aku suamimu, ingat derajat suami lebih tinggi daripada istri."
Athalla pergi terlebih dahulu tapi langsung dikejar oleh Kanaya. "Kenapa ikut?"
"Gue nggak berani sendirian. Nanti gue diculik."
"Nggak ada yang minat sih culik istriku."
"Apaan sih lo, wajib banget panggil gue istri lo!"
Tapi jujur saja kalau Athalla sendiri sudah tahu jika istrinya bisa marah dipanggil seperti itu.
Mobil jemputan sudah siap sampai membuat mata Kanaya melotot. "Lo lagi nggak bercanda, kan?"
"Apaan? Masuk! kita ke rumah kamu. Kalau bisa kita balik ke rumahku saja."
Kanaya yang di dalam mobil malah melihat interior di dalam mobil mewah ini. Athalla punya mobil impiannya Kanaya dengan Saka. "Lo yang punya?"
"Ya, kalau kamu mau pakai saja mobil ini jadi milik pribadi. Tapi harus tetap sama sopir sih."
Kanaya menyeringai. "Nggak bakalan, bro. Gue nggak mau pakai apa-apa milik lo ya. Lo ada maunya, jangan harap gue mau dikasih apa pun."
Pemikiran soal Athalla yang bisa saja jahat membuat Kanaya benar-benar sudah gila lantaran suaminya yang punya segalanya.
Tidak lama juga pria itu langsung mengatakan. "Ya, terserah kamu sih. Tapi aku lihat muka kamu terkelupas gitu, ya. Agak kelihatan kasar banget."
Kanaya langsung mengeluarkan cermin dari dalam tasnya lalu kemudian memperhatikannya. Benar yang dikatakan oleh Athalla kalau kulitnya butuh perawatan. "Mana jatah bulanan udah mulai menipis lagi," ocehnya pada saat bercermin.
"Butuh berapa juta perawatan, Ay?"
"Jangan panggil, Ay! Gue udah ingetin lo beberapa kali, ya."
Athalla merasa bodo amat.
Diperjalanan mereka bertengkar terus menerus. Tapi pria itu tidak hilang kesabaran, karena tahu bagaimana cara untuk membuat Kanaya tunduk suatu saat nanti. Membuat istrinya ini akan betah dengannya. Athalla adalah pria yang setia dan sudah memastikan bahwa Kanaya akan hidup bersamanya dan memiliki banyak anak nanti.
Sampai di rumahnya Kanaya, mereka berdua disambut oleh orangtuanya Kanaya.
"Gimana bulan madunya?"
Oh Tuhan. Jangan harap itu jadi kisah yang indah bagi Athalla, karena sudah jelas istrinya tidak mau disentuh lantaran masih kesal dengan pernikahan paksa itu.
Kanaya tetap ada di kamar sampai malam harinya tidak mau untuk melakukan semua pekerjaan di bawah membantu orangtuanya menyiapkan makanan.
Di dalam kamarnya Athalla juga ikut bergabung di sana waktu dia sedang menghubungi Saka. "Lo ngapain di sana?"
"Ya tidur. Aku nggak punya tempat tidur selain di sini."
"Di bawah!"
"Nggak, kamu istriku."
Beruntungnya sudah memutuskan sambungan telepon dengan Saka.
"Gila lo ya. Lo udah hancurin mood gue banget sejak nikah."
Tapi mana peduli dia dengan omelan istrinya. Athalla mengayunkan kartu kreditnya. "Sebenarnya aku mau kasih ini ke kamu, Ay. Kamu bisa belanja sepuasnya. Bahkan untuk satu unit mobil atau rumah pun kamu bisa beli pakai ini."
Mata Kanaya melotot mendengar ucapan itu dari suaminya. "Apa lo sudah gila?"
"Nggak, ini perawatan kamu sih, Ay. Kamu harus cantik. Soalnya kamu istriku, istri cantik dan terawat adalah keberhasilan suami bikin istrinya bahagia."
Setengah sebelas malam Kanaya mematikan lampu kamarnya dan memilih tidur memunggungi Athalla. "Ay, belum tidur?"
"Belum. Kenapa? Pengen minum?"
"Nggak, cuman nanya. Kamu belum ngantuk?"
"Kayaknya mau nonton film."
"Filmnya bagus? Aku temenin?"
"Nggak usah. Lo tidur aja dulu. Besok lo kerja!"
"Ay, kalau kamu nggak ngantuk. Bercocok tanam, yuk!"
Kanaya membuka selimutnya dan menoleh ke arah pria yang super bawel di sebelahnya. "Lo nggak ada sawah ya di sini. Jangan minta aneh-aneh. Tengah malam bercocok tanam, lo sinting."
"Ya maksud aku bercocok tanam berdua, Ay. Bikin anak, kamu mah gitu aja nggak paham."
Padahal Athalla sudah berusaha untuk mencari bahan pembicaraan agar tidak terlalu kaku. Tapi malah membuat Kanaya tertawa sampai keras begitu lantaran ucapan Athalla barusan. "Sialan, gue kira bercocok tanam di sawah."
"Ya kan bercocok tanam di kamu. Kita sudah nikah, nggak masalah kan."
"Nggak deh. Lo tidur aja. Gue lagi nggak mau apa-apa, ya."
"Ay, dosa tahu nolak suami."
"Gimana gue mau layani lo, Athalla. Lo baru gue kenal beberapa waktu lalu. Terus sekarang minta begituan. Yang ada gue ngerasa diperkosa sama lo."
"Ya udah aku perkosa aja kalau gitu."
Kanaya loncat dari tempat tidurnya segera menyalakan lampu karena terkejut dengar ucapan pria itu. "Lo jangan bikin gue trauma sekamar sama lo, ya."
"Lagian kamu ngomongnya sembarangan. Aku ini suami kamu. mana mungkin sih perkosa kamu gitu aja. Kita nggak boleh lakukan hal yang nggak masuk akal. Apalagi suami istri yang berbuat tidak-tidak seperti itu."
Tapi sampai detik ini Kanaya masih enggan untuk disebut sebagai istri oleh pria itu. Apalagi menyebutkan kata cocok tanam sudah membuat otak Kanaya rusak.
Kanaya menatap kartu yang diberikan oleh Athalla untuknya. Juga kartu yang sebelahnya lagi dengan kata sandi yang juga sudah diberikan. Athalla sudah berangkat bekerja. Sementara itu Kanaya ada janji dengan teman-temannya. Beberapa hari ada di rumah orangtuanya justru membuat dia semakin gila saja.Bukannya menjadi waras setelah menikah. Tapi Kanaya malah merasa gila dengan Athalla, suaminya memiliki kekayaan berlimpah. Tapi tidak pernah terlihat seperti orang yang mewah. Namun apa pun yang dipakai oleh Athalla jelas semua sudah tinggi sekali harganya. Namun Kanaya masih enggan untuk buka hati kepada suaminya sendiri.Membuka pesan yang ada di grupnya, Kanaya memang sudah ketahuan menikah oleh beberapa temannya. Jadi tidak salah untuk kumpul-kumpul. Suaminya juga memberikan izin.Keluar dari kamar usai berdandan dan siap untuk jalan-jalan. Dia bertemu dengan Arum di luar. "Mau ke mana kamu?""Mau jalan sama teman, Ma. Biasalah anak muda.""Anak muda apanya? Kamu sudah bersuami, ya."T
"Kanaya, sudah telepon Athalla belum? Ini sudah mau jam berapa coba?"Kanaya berada di ruang keluarga bersama semua anggota keluarganya. Akan tetapi suaminya belum juga pulang bekerja. Pertanyaan dari Fatan membuat dia seketika merasa geli kalau bahas soal suami. Masih sampai saat ini Kanaya tidak percaya jika dia telah bersuami. "Kamu harus tahu dia pulang ke rumah orangtuanya atau ke sini.""Dia pulang kalau tahu rumahnya, Pa.""Jangan bicara begitu, Kanaya. Mama nggak suka kamu mulai bicara yang nggak pernah Mama ajarkan ke kamu. Jangan kasar ke dia, bagaimanapun juga dia suami kamu." Arum ikut campur jika anaknya memang salah, pasti akan ditegur. Seperti saat ini Kanaya terus mengelak soal pernikahannya dengan Athalla.Kanaya mengirimkan pesan pada suaminya karena perintah dari Fatan untuk menanyakan posisi pria itu. "Lo nggak pulang?" akhirnya dia mengirimkan pesan itu kepada Athalla."Sudah aku kirim pesan ke dia, Pa. Jadi nggak usah tanya lagi. Aku mau ke kamar dulu." Kanaya be
"Ma, ini gimana?"Kanaya mulai panik diajak pulang oleh Athalla. Bagaimana cara menjadi seorang istri yang taat kepada suami? Satu yang belum berani dilakukan oleh Kanaya. Yaitu disentuh oleh Athalla kemudian diceraikan. Namun orangtuanya selalu mendukung penuh.Janji dengan Saka bahkan dibatalkan karena tidak berani melawan Fatan yang menunggu di rumahnya. Jujur saja kalau sebenarnya Kanaya merasa takut sekali sejak pria itu marah kepadanya. Diminta untuk jadi seorang istri yang baik untuk suaminya. Kedekatan dengan Athalla belum pernah dilakukan sebelumnya. Namun sudah diminta untuk menjadi istri yang taat pada suami.Berada di rumah seharian. Sebentar lagi Athalla akan datang menjemput untuk mereka pulang. Hidup dengan pria itu mungkin menakutkan juga bagi Kanaya. Belum pernah berumah tangga. Tapi Athalla sudah pernah gagal satu kali.Menikah secara paksa tidak akan pernah disukai oleh wanita mana pun di dunia ini. "Apa yang kamu pikirkan tentang Athalla memangnya?" Fatan bersuara.
Tidak diperbolehkan untuk pergi ke mana pun kecuali keluar untuk hal penting. Atau ke rumah orangtuanya pun harus meminta izin. Kanaya memilih mengundang teman-temannya ke rumah Athalla. Tidak ada Saka—akan lebih menenangkan.Ingat waktu itu Athalla mengatakan tidak untuk selingkuh. Meskipun masih menjalin hubungan dengan pria itu. Akan tetapi Kanaya masih punya rasa takut kepada suaminya. Takut jika orangtuanya malah jadi tumbal kegilaannya Kanaya."Eh, lo pernah bilang. Mau cerai sama suami, lo. Jadi apa nggak?"Yang datang kali ini adalah teman-teman semasa kuliahnya Kanaya. Anita mengambil mikrofon diberikan pada Kanaya. "Gue nggak mau jadi janda dulu. Soalnya sayang banget nggak nikmati ini semua.""Lanjutin, Ay. Kasih anak ke dia. Biasanya cowok kalau udah niat banget nikah. Kasih anak, pasti bakalan makin nempel."Kanaya belum siap melahirkan, belum siap untuk itu juga. Dirinya masih ingin menjadi wanita yang bebas ke mana saja. Tapi ingat jika suaminya punya mata-mata di mana
Athalla makan malam sendirian. Istrinya mengatakan jika dia butuh istirahat untuk sementara waktu. Kanaya sakit kepala sejak tadi pagi, bahkan dia bertanya kepada asisten kalau Kanaya mengkonsumsi obat juga. Tapi istrinya memang tidak bisa diajak bicara kalau dia ajak ke dokter.Usai makan malam itu, ia ke kamar. Kanaya sering mengunjungi kamarnya Athalla, tapi beberapa waktu lalu istrinya meminta untuk pisahnya. Athalla mengikuti keinginan istrinya selama Kanaya tidak minggat dari rumah. Ia saat itu mencoba masuk ke kamar sang istri.Tapi begitu masuk, dilihatnya kalau Kanaya sedang berdandan. "Mau ke mana?""Ada urusan.""Aku anterin.""Nggak usah. Lo di rumah aja. Lo kan capek. Nanti sakit, gue kena damprat orangtua lo."Lebih parah lagi kalau Kanaya yang sakit. Athalla bisa kena amarah dari orangtuanya Kanaya pasti. Menjaga dan memastikan jika istrinya baik-baik saja terlebih dahulu. Apalagi pergi ke tempat lain."Kamu pergi sama siapa?""Naik taksi.""Ketemu temenmu?""Ya, nggak
Athalla ada di kamarnya sedang menonton televisi. Istrinya juga belum pulang dari bioskop bersama dengan teman-temannya. Walaupun istrinya pergi dengan teman-temannya. Tetap saja dia mengerahkan anak buahnya untuk menjaga dan melihat apakah ada teman prianya Kanaya saat pergi. Tapi wanita itu menepati janji. Sudah sering sekali kali pergi dengan izin Athalla. Dia berkata dengan jujur kalau tidak ada Saka di sana. Kalau sampai ada di sana, dia tidak akan pernah berikan maaf kepada pria itu yang mengganggu istrinya. Istrinya cukup jujur dan jika sudah berkata dia akan pergi dengan teman-temannya. Sampai di rumah pun akan menjelaskan kepada Athalla walaupun tidak diminta. Kanaya tidak pernah berbohong kepadanya. Kalau Saka chat pun dia beritahu Athalla. Padahal itu bisa memicu pertengkaran. Tapi istrinya malah begitu polosnya memberitahukan jika yang mengirimkan pesan adalah Saka. Masih menunggu istrinya pulang. Sampai dia menuliskan pesan kepada Kanaya. “Ay, udah larut. Pulang!” Ath
Kanaya pulang ke rumah orangtuanya dengan menggunakan mobil Porsche berwarna merah yang dibelikan oleh Athalla beberapa hari lalu. Itu adalah mobil yang paling mewah dimilikinya. Kanaya tidak pernah seperti ini sebelumnya. Mengingat kejadian malam itu, ada rasa ingin lagi. Tapi ada rasa malu juga lantaran dia tidak pernah melakukan itu sebelumnya dengan siapa pun.Membawakan barang-barang belanjaan yang diberikan oleh Athalla.Ia masuk ke dalam rumah. Melihat Arum baru selesai menyapu. "Athalla nggak ikut?""Nggak, Ma. Dia lagi sibuk.""Jadi program hamilnya?"Pertanyaan yang sama, entah di rumahnya maupun di rumah orangtuanya Athalla. Akan ada pembahasan mengenai anak yang terus dibahas oleh orangtuanya. "Mama tanya aja. Kamu jangan tersinggung."Kanaya memberikan bingkisan dari Athalla yang diberikan langsung kepada Arum. Wanita itu meletakkan sapunya di ujung ruangan. Mengajak Kanaya untuk duduk. "Kamu udah mau setengah tahun nikah sama, Athalla. Jangan bilang kalau kamu belum pern
Kanaya pulang ke rumah orangtuanya dengan menggunakan mobil Porsche berwarna merah yang dibelikan oleh Athalla beberapa hari lalu. Itu adalah mobil yang paling mewah yang dimilikinya. Kanaya tidak pernah seperti ini sebelumnya. Mengingat kejadian malam itu, ada rasa ingin lagi. Tapi ada rasa malu juga karena dia tidak pernah melakukan itu sebelumnya dengan siapa pun.Membawakan barang-barang belanjaan yang diberikan oleh Athalla.Ia masuk ke dalam rumah. Melihat Arum baru selesai menyapu. "Athalla nggak ikut?""Nggak, Ma. Dia lagi sibuk.""Jadi program hamilnya?"Pertanyaan yang sama, entah di rumahnya maupun di rumah orangtuanya Athalla. Akan ada pembahasan mengenai anak yang terus dibahas oleh orangtuanya. "Mama tanya aja. Kamu jangan bunuh."Kanaya memberikan bingkisan dari Athalla yang diberikan langsung kepada Arum. Wanita itu meletakkan sapunya di ujung ruangan. Mengajak Kanaya untuk duduk. "Kamu udah mau setengah tahun nikah sama, Athalla. Nggak bilang kalau kamu belum pernah d
Kanaya pulang ke rumah orangtuanya dengan menggunakan mobil Porsche berwarna merah yang dibelikan oleh Athalla beberapa hari lalu. Itu adalah mobil yang paling mewah yang dimilikinya. Kanaya tidak pernah seperti ini sebelumnya. Mengingat kejadian malam itu, ada rasa ingin lagi. Tapi ada rasa malu juga karena dia tidak pernah melakukan itu sebelumnya dengan siapa pun.Membawakan barang-barang belanjaan yang diberikan oleh Athalla.Ia masuk ke dalam rumah. Melihat Arum baru selesai menyapu. "Athalla nggak ikut?""Nggak, Ma. Dia lagi sibuk.""Jadi program hamilnya?"Pertanyaan yang sama, entah di rumahnya maupun di rumah orangtuanya Athalla. Akan ada pembahasan mengenai anak yang terus dibahas oleh orangtuanya. "Mama tanya aja. Kamu jangan bunuh."Kanaya memberikan bingkisan dari Athalla yang diberikan langsung kepada Arum. Wanita itu meletakkan sapunya di ujung ruangan. Mengajak Kanaya untuk duduk. "Kamu udah mau setengah tahun nikah sama, Athalla. Nggak bilang kalau kamu belum pernah d
Kanaya pulang ke rumah orangtuanya dengan menggunakan mobil Porsche berwarna merah yang dibelikan oleh Athalla beberapa hari lalu. Itu adalah mobil yang paling mewah dimilikinya. Kanaya tidak pernah seperti ini sebelumnya. Mengingat kejadian malam itu, ada rasa ingin lagi. Tapi ada rasa malu juga lantaran dia tidak pernah melakukan itu sebelumnya dengan siapa pun.Membawakan barang-barang belanjaan yang diberikan oleh Athalla.Ia masuk ke dalam rumah. Melihat Arum baru selesai menyapu. "Athalla nggak ikut?""Nggak, Ma. Dia lagi sibuk.""Jadi program hamilnya?"Pertanyaan yang sama, entah di rumahnya maupun di rumah orangtuanya Athalla. Akan ada pembahasan mengenai anak yang terus dibahas oleh orangtuanya. "Mama tanya aja. Kamu jangan tersinggung."Kanaya memberikan bingkisan dari Athalla yang diberikan langsung kepada Arum. Wanita itu meletakkan sapunya di ujung ruangan. Mengajak Kanaya untuk duduk. "Kamu udah mau setengah tahun nikah sama, Athalla. Jangan bilang kalau kamu belum pern
Athalla ada di kamarnya sedang menonton televisi. Istrinya juga belum pulang dari bioskop bersama dengan teman-temannya. Walaupun istrinya pergi dengan teman-temannya. Tetap saja dia mengerahkan anak buahnya untuk menjaga dan melihat apakah ada teman prianya Kanaya saat pergi. Tapi wanita itu menepati janji. Sudah sering sekali kali pergi dengan izin Athalla. Dia berkata dengan jujur kalau tidak ada Saka di sana. Kalau sampai ada di sana, dia tidak akan pernah berikan maaf kepada pria itu yang mengganggu istrinya. Istrinya cukup jujur dan jika sudah berkata dia akan pergi dengan teman-temannya. Sampai di rumah pun akan menjelaskan kepada Athalla walaupun tidak diminta. Kanaya tidak pernah berbohong kepadanya. Kalau Saka chat pun dia beritahu Athalla. Padahal itu bisa memicu pertengkaran. Tapi istrinya malah begitu polosnya memberitahukan jika yang mengirimkan pesan adalah Saka. Masih menunggu istrinya pulang. Sampai dia menuliskan pesan kepada Kanaya. “Ay, udah larut. Pulang!” Ath
Athalla makan malam sendirian. Istrinya mengatakan jika dia butuh istirahat untuk sementara waktu. Kanaya sakit kepala sejak tadi pagi, bahkan dia bertanya kepada asisten kalau Kanaya mengkonsumsi obat juga. Tapi istrinya memang tidak bisa diajak bicara kalau dia ajak ke dokter.Usai makan malam itu, ia ke kamar. Kanaya sering mengunjungi kamarnya Athalla, tapi beberapa waktu lalu istrinya meminta untuk pisahnya. Athalla mengikuti keinginan istrinya selama Kanaya tidak minggat dari rumah. Ia saat itu mencoba masuk ke kamar sang istri.Tapi begitu masuk, dilihatnya kalau Kanaya sedang berdandan. "Mau ke mana?""Ada urusan.""Aku anterin.""Nggak usah. Lo di rumah aja. Lo kan capek. Nanti sakit, gue kena damprat orangtua lo."Lebih parah lagi kalau Kanaya yang sakit. Athalla bisa kena amarah dari orangtuanya Kanaya pasti. Menjaga dan memastikan jika istrinya baik-baik saja terlebih dahulu. Apalagi pergi ke tempat lain."Kamu pergi sama siapa?""Naik taksi.""Ketemu temenmu?""Ya, nggak
Tidak diperbolehkan untuk pergi ke mana pun kecuali keluar untuk hal penting. Atau ke rumah orangtuanya pun harus meminta izin. Kanaya memilih mengundang teman-temannya ke rumah Athalla. Tidak ada Saka—akan lebih menenangkan.Ingat waktu itu Athalla mengatakan tidak untuk selingkuh. Meskipun masih menjalin hubungan dengan pria itu. Akan tetapi Kanaya masih punya rasa takut kepada suaminya. Takut jika orangtuanya malah jadi tumbal kegilaannya Kanaya."Eh, lo pernah bilang. Mau cerai sama suami, lo. Jadi apa nggak?"Yang datang kali ini adalah teman-teman semasa kuliahnya Kanaya. Anita mengambil mikrofon diberikan pada Kanaya. "Gue nggak mau jadi janda dulu. Soalnya sayang banget nggak nikmati ini semua.""Lanjutin, Ay. Kasih anak ke dia. Biasanya cowok kalau udah niat banget nikah. Kasih anak, pasti bakalan makin nempel."Kanaya belum siap melahirkan, belum siap untuk itu juga. Dirinya masih ingin menjadi wanita yang bebas ke mana saja. Tapi ingat jika suaminya punya mata-mata di mana
"Ma, ini gimana?"Kanaya mulai panik diajak pulang oleh Athalla. Bagaimana cara menjadi seorang istri yang taat kepada suami? Satu yang belum berani dilakukan oleh Kanaya. Yaitu disentuh oleh Athalla kemudian diceraikan. Namun orangtuanya selalu mendukung penuh.Janji dengan Saka bahkan dibatalkan karena tidak berani melawan Fatan yang menunggu di rumahnya. Jujur saja kalau sebenarnya Kanaya merasa takut sekali sejak pria itu marah kepadanya. Diminta untuk jadi seorang istri yang baik untuk suaminya. Kedekatan dengan Athalla belum pernah dilakukan sebelumnya. Namun sudah diminta untuk menjadi istri yang taat pada suami.Berada di rumah seharian. Sebentar lagi Athalla akan datang menjemput untuk mereka pulang. Hidup dengan pria itu mungkin menakutkan juga bagi Kanaya. Belum pernah berumah tangga. Tapi Athalla sudah pernah gagal satu kali.Menikah secara paksa tidak akan pernah disukai oleh wanita mana pun di dunia ini. "Apa yang kamu pikirkan tentang Athalla memangnya?" Fatan bersuara.
"Kanaya, sudah telepon Athalla belum? Ini sudah mau jam berapa coba?"Kanaya berada di ruang keluarga bersama semua anggota keluarganya. Akan tetapi suaminya belum juga pulang bekerja. Pertanyaan dari Fatan membuat dia seketika merasa geli kalau bahas soal suami. Masih sampai saat ini Kanaya tidak percaya jika dia telah bersuami. "Kamu harus tahu dia pulang ke rumah orangtuanya atau ke sini.""Dia pulang kalau tahu rumahnya, Pa.""Jangan bicara begitu, Kanaya. Mama nggak suka kamu mulai bicara yang nggak pernah Mama ajarkan ke kamu. Jangan kasar ke dia, bagaimanapun juga dia suami kamu." Arum ikut campur jika anaknya memang salah, pasti akan ditegur. Seperti saat ini Kanaya terus mengelak soal pernikahannya dengan Athalla.Kanaya mengirimkan pesan pada suaminya karena perintah dari Fatan untuk menanyakan posisi pria itu. "Lo nggak pulang?" akhirnya dia mengirimkan pesan itu kepada Athalla."Sudah aku kirim pesan ke dia, Pa. Jadi nggak usah tanya lagi. Aku mau ke kamar dulu." Kanaya be
Kanaya menatap kartu yang diberikan oleh Athalla untuknya. Juga kartu yang sebelahnya lagi dengan kata sandi yang juga sudah diberikan. Athalla sudah berangkat bekerja. Sementara itu Kanaya ada janji dengan teman-temannya. Beberapa hari ada di rumah orangtuanya justru membuat dia semakin gila saja.Bukannya menjadi waras setelah menikah. Tapi Kanaya malah merasa gila dengan Athalla, suaminya memiliki kekayaan berlimpah. Tapi tidak pernah terlihat seperti orang yang mewah. Namun apa pun yang dipakai oleh Athalla jelas semua sudah tinggi sekali harganya. Namun Kanaya masih enggan untuk buka hati kepada suaminya sendiri.Membuka pesan yang ada di grupnya, Kanaya memang sudah ketahuan menikah oleh beberapa temannya. Jadi tidak salah untuk kumpul-kumpul. Suaminya juga memberikan izin.Keluar dari kamar usai berdandan dan siap untuk jalan-jalan. Dia bertemu dengan Arum di luar. "Mau ke mana kamu?""Mau jalan sama teman, Ma. Biasalah anak muda.""Anak muda apanya? Kamu sudah bersuami, ya."T
Athalla memasang jam tangannya yang ditaksir dengan harga yang cukup fantastis. Hari ini adalah rencana untuk pulang ke rumah orangtuanya Kanaya. Mengambil semua pakaian dari istrinya yang akan dibawa untuk ke rumah Athalla. Sedangkan istrinya masih tertidur dengan pulas.Mencoba untuk mendekat dan menyentuh kepala istrinya. "Ay, ayo pulang!"Saat istrinya sedang merenggangkan badannya lalu dia menjawab. "Jam berapa memangnya sekarang?""Sudah jam sepuluh pagi. Kita harus ke rumah kamu dulu. Papa kamu telepon aku."Kanaya bangun lalu dengan posisi duduk menguap dengan lebar lalu menggaruk perutnya. "Lo udah siap-siap?""Panggil, Mas, Ay. Aku suami kamu. Harus sopan!""Najiiiis."Istrinya malah meninggalkan ke kamar mandi. Tapi Athalla sama sekali tidak keberatan tentang istrinya yang pergi meninggalkan begitu saja. Sebagai seorang suami yang memang sudah lama sekali mengincar Kanaya, baru kali ini dia mendekati orangtua dari wanita itu sehingga berhasil merayu orangtuanya Kanaya untuk