Tidak diperbolehkan untuk pergi ke mana pun kecuali keluar untuk hal penting. Atau ke rumah orangtuanya pun harus meminta izin. Kanaya memilih mengundang teman-temannya ke rumah Athalla. Tidak ada Saka—akan lebih menenangkan.
Ingat waktu itu Athalla mengatakan tidak untuk selingkuh. Meskipun masih menjalin hubungan dengan pria itu. Akan tetapi Kanaya masih punya rasa takut kepada suaminya. Takut jika orangtuanya malah jadi tumbal kegilaannya Kanaya."Eh, lo pernah bilang. Mau cerai sama suami, lo. Jadi apa nggak?"Yang datang kali ini adalah teman-teman semasa kuliahnya Kanaya. Anita mengambil mikrofon diberikan pada Kanaya. "Gue nggak mau jadi janda dulu. Soalnya sayang banget nggak nikmati ini semua.""Lanjutin, Ay. Kasih anak ke dia. Biasanya cowok kalau udah niat banget nikah. Kasih anak, pasti bakalan makin nempel."Kanaya belum siap melahirkan, belum siap untuk itu juga. Dirinya masih ingin menjadi wanita yang bebas ke mana saja. Tapi ingat jika suaminya punya mata-mata di mana pun itu. Membatasi Kanaya berkeliaran di luar.Ruang karaoke disediakan suaminya, percaya atau tidak. Di belakang rumahnya pun ada tempat untuk bermain tenis juga untuk golf.Kanaya menyebut Athalla adalah suami yang gabut.Apa pun ada di rumah ini, jadi tidak perlu ke tempat yang jauh. Di sebelah rumah ada supermarket, dan jelas apa pun yang jadi kebutuhan Kanaya, tinggal keluar dari gerbang. Ia akan sampai. Dan itu adalah milik Athalla juga.Kanaya mulai menyalakan mikrofon dan mulai bernyanyi untuk melepaskan penatnya. Hanya bisa curhat kepada teman-teman dekatnya saja. Benci, atau apa pun itu. Kanaya paling anti yang namanya curhat di sosial media.Ruang kedap suara yang sangat menyenangkan sekali. Lalu lampu berkedip-kedip dengan cepat yang menandakan kalau ada yang memencet kode dari luar. Kanaya berhenti bernyanyi waktu itu untuk keluar dari ruangan tersebut.Begitu dia keluar melihat orang yang memencet tombol itu. Kanaya melihat suaminya. "Lo udah pulang?"Athalla mengiyakan. "Kamu sudah makan?"Respons dari Kanaya mengangguk saja. "Aku pesankan teman-teman kamu makanan, ya. Aku mau mandi dulu, nanti Bibi yang ambil dan anterin buat kamu."Athalla mengusap kepalanaya. Kanaya menyingkirkan tangan pria itu. "Apaan sih lo. Mandi aja sana."Pria itu tersenyum kemudian pergi dari ruangan tersebut.Kanaya kembali ke ruangannya dan mengunci pintu. Ekspresinya cemberut melihat suaminya datang merusak kesenangannya. "Muka ditekuk gitu?""Biasalah, dia cari muka banget emang. Bisa-bisanya gitu usap kepala gue?" Kanaya tidak suka. Benar-benar merasa aneh saja kalau suaminya itu bertingkah seperti orang yang sedang pacaran. Sementara pria itu memperlakukannya dengan sangat baik. Sejujurnya kalau Kanaya terus seperti ini, akan sangat sulit bisa terima Athalla.Setengah jam berlalu, Kanaya menerima kode lagi kalau ada orang di luar.Dengan sangat malas dia keluar dari ruangan itu, melihat asisten membawa banyak sekali makanan juga minuman. Tiga orang asistennya dipersilakan masuk karena teman-temannya cukup banyak.Begitu makanan datang, mereka menyantapnya dengan sangat lahap. Lalu ketika Kanaya keluar. Ia bertemu suaminya berdiri di depan pintu. "Cari aku ke ruang kerja kalau kamu sama teman-teman kamu sudah selesai."Kanaya mengiyakan, dia kembali dan bersama dengan teman-temannya untuk menikmati makanan itu. Ada beberapa dari mereka mengabaikan keberadaan Kanaya."Enak?" dia bertanya setelah mematikan monitor dan juga suara musik yang berisik. Satu pun tidak ada yang menggubris.Kanaya tersenyum, tapi dalam hatinya jelas sakit diperlakukan seperti itu oleh teman sendiri.Setelah makanan habis, satu persatu malah berdiri. "Kanaya, gue pamit, ya. Soalnya ada urusan penting hari ini."Dia mengiyakan. "Gue ikutan, gue kan nebeng sama lo." Jawab temannya.Kanaya tidak peduli soal itu. Lalu tidak lama mereka semua justru pamit. Makanan semuanya sudah dihabiskan oleh temannya.Mereka sudah pulang. Melihat sampah di dalam ruangan itu dia malah melihatnya jijik. Kanaya mengambil kantong plastik dan memasukkan sampah itu sendirian. Tapi dilihatnya sofa yang berwarna putih itu ditumpahi dengan minuman bersoda sehingga warnanya juga masih tertinggal.Satu pun tidak ada yang mengatakan untuk memanggil suami Kanaya untuk pamitan.Membuang sampah sendirian. Saat Kanaya mencuci tangannya di dapur, ia mendengar beberapa kali ponselnya berbunyi. Notifikasi untuk pesan masuk.Saat melihat foto-foto yang dibagikan oleh teman-temannya ke grup bagaimana keseruan di rumah Kanaya dan suaminya. Sementara itu banyak yang tidak datang justru mengatakan akan main ke sini.Mereka mengatakan juga jika mereka dijamu dengan sangat baik.Kanaya menerima pesan lagi dari temannya. "Ay, gue boleh pinjam duit sejuta nggak?"Buru-buru jari lentiknya membalas. "Gue nggak punya uang." Meskipun Athalla memberikan kekuasaan pada keuangan. Tapi Kanaya tidak mau dihubungi oleh temannya hanya pada saat butuh saja."Ah lu, duit segitu nggak bakalan ada aritnya di lo deh."Ia tidak peduli dan hanya membaca pesan itu. Masuk ke kamarnya untuk membersihkan diri.Setelah dirinya mandi dan berdandan. Baru ingat kalau Athalla mengatakan jika pria itu ada di ruang kerjanya. Kanaya menghampiri suaminya ke ruangan itu.Dilihatnya sang suami sedang sibuk dengan komputernya. "Teman-teman kamu sudah pulang?"Kanaya mengangguk, lalu Athalla menarik kursi yang ada di sebelahnya. "Duduk sini, Ay!"Wanita itu menuruti apa kata suaminya. Melihat pekerjaannya Athalla yang terlihat sangat rumit sekali. "Mama sama Papa bilang, kita bulan madu."Athalla tertawa kecil. "Buat apa, Ay?""Ya kan kita artinya sudah menikah. Pengantin baru.""Lagi nggak pengen bulan madu, Ay. Kamu saja belum mau diapa-apain.""Lo butuh anak?"Athalla melepaskan pekerjaannya lalu memutar kursi ke sebelah kiri, menghadap ke arahnya Kanaya. Tatapannya teduh, malah tersenyum sangat manis. Tidak munafik, suaminya memang tampan. Kanaya tidak bisa berbohong soal itu. Tapi yang jadi nilai minus suaminya, Athalla seorang duda.Tidak lama waktu itu si pria mengatakan. "Rumah tangga itu bukankah dilengkapi juga dengan kehadiran seorang anak? Kalau sih, ya. Aku mau punya anak. Tapi kalau kamu belum sanggup, jangan paksain, ya. Aku khawatir kamu nggak siap, nggak bisa rawat dia. Mungkin aku bisa bayar babysitter, tapi nggak bisa soal kasih sayang.""Gue nggak mau. Lo bisa kok sewa rahim perempuan lain kalau mau punya anak."Athalla malah menarik kursinya agar lebih dekat dengan Kanaya. Menutup bibirnya Kanaya dengan jari telunjuk. "Nggak boleh, itu hal yang sangat salah, Ay. Aku mau dia lahir dari rahim kamu. Hasil dari pernikahan. Ay, aku bukan pria yang rusak wanita. Aku punya adik, aku juga punya kamu sekarang. Aku hargai perempuan yang ada di hidup aku.""Tapi lo tahu sendiri, gue nggak mau berhubungan badan sama lo.""Menurutmu, apa pernikahan itu atas dasar nafsu semata?""Ya, kan lo tahu gue perawan. Makanya lo mau, cuman mau nyicip doang."Athalla tersenyum dengan jawaban ketus dari Kanaya. "Coba nanti kamu pelajari dulu makna pernikahan itu. Biar kamu juga mikir sedikit, bagaimana definisi nikah itu. Apa cuman nafsu? Nggak pakai perasaan? Sementara kamu juga kaji dengan baik, bagaimana hubungan kamu sama, Saka. Apa yang kamu inginkan selain pernikahan? Sama kayak pikiran kamu ke Saka adalah pikiran aku ke kamu mengenai pernikahan."Athalla makan malam sendirian. Istrinya mengatakan jika dia butuh istirahat untuk sementara waktu. Kanaya sakit kepala sejak tadi pagi, bahkan dia bertanya kepada asisten kalau Kanaya mengkonsumsi obat juga. Tapi istrinya memang tidak bisa diajak bicara kalau dia ajak ke dokter.Usai makan malam itu, ia ke kamar. Kanaya sering mengunjungi kamarnya Athalla, tapi beberapa waktu lalu istrinya meminta untuk pisahnya. Athalla mengikuti keinginan istrinya selama Kanaya tidak minggat dari rumah. Ia saat itu mencoba masuk ke kamar sang istri.Tapi begitu masuk, dilihatnya kalau Kanaya sedang berdandan. "Mau ke mana?""Ada urusan.""Aku anterin.""Nggak usah. Lo di rumah aja. Lo kan capek. Nanti sakit, gue kena damprat orangtua lo."Lebih parah lagi kalau Kanaya yang sakit. Athalla bisa kena amarah dari orangtuanya Kanaya pasti. Menjaga dan memastikan jika istrinya baik-baik saja terlebih dahulu. Apalagi pergi ke tempat lain."Kamu pergi sama siapa?""Naik taksi.""Ketemu temenmu?""Ya, nggak
Athalla ada di kamarnya sedang menonton televisi. Istrinya juga belum pulang dari bioskop bersama dengan teman-temannya. Walaupun istrinya pergi dengan teman-temannya. Tetap saja dia mengerahkan anak buahnya untuk menjaga dan melihat apakah ada teman prianya Kanaya saat pergi. Tapi wanita itu menepati janji. Sudah sering sekali kali pergi dengan izin Athalla. Dia berkata dengan jujur kalau tidak ada Saka di sana. Kalau sampai ada di sana, dia tidak akan pernah berikan maaf kepada pria itu yang mengganggu istrinya. Istrinya cukup jujur dan jika sudah berkata dia akan pergi dengan teman-temannya. Sampai di rumah pun akan menjelaskan kepada Athalla walaupun tidak diminta. Kanaya tidak pernah berbohong kepadanya. Kalau Saka chat pun dia beritahu Athalla. Padahal itu bisa memicu pertengkaran. Tapi istrinya malah begitu polosnya memberitahukan jika yang mengirimkan pesan adalah Saka. Masih menunggu istrinya pulang. Sampai dia menuliskan pesan kepada Kanaya. “Ay, udah larut. Pulang!” Ath
Kanaya pulang ke rumah orangtuanya dengan menggunakan mobil Porsche berwarna merah yang dibelikan oleh Athalla beberapa hari lalu. Itu adalah mobil yang paling mewah dimilikinya. Kanaya tidak pernah seperti ini sebelumnya. Mengingat kejadian malam itu, ada rasa ingin lagi. Tapi ada rasa malu juga lantaran dia tidak pernah melakukan itu sebelumnya dengan siapa pun.Membawakan barang-barang belanjaan yang diberikan oleh Athalla.Ia masuk ke dalam rumah. Melihat Arum baru selesai menyapu. "Athalla nggak ikut?""Nggak, Ma. Dia lagi sibuk.""Jadi program hamilnya?"Pertanyaan yang sama, entah di rumahnya maupun di rumah orangtuanya Athalla. Akan ada pembahasan mengenai anak yang terus dibahas oleh orangtuanya. "Mama tanya aja. Kamu jangan tersinggung."Kanaya memberikan bingkisan dari Athalla yang diberikan langsung kepada Arum. Wanita itu meletakkan sapunya di ujung ruangan. Mengajak Kanaya untuk duduk. "Kamu udah mau setengah tahun nikah sama, Athalla. Jangan bilang kalau kamu belum pern
Kanaya pulang ke rumah orangtuanya dengan menggunakan mobil Porsche berwarna merah yang dibelikan oleh Athalla beberapa hari lalu. Itu adalah mobil yang paling mewah yang dimilikinya. Kanaya tidak pernah seperti ini sebelumnya. Mengingat kejadian malam itu, ada rasa ingin lagi. Tapi ada rasa malu juga karena dia tidak pernah melakukan itu sebelumnya dengan siapa pun.Membawakan barang-barang belanjaan yang diberikan oleh Athalla.Ia masuk ke dalam rumah. Melihat Arum baru selesai menyapu. "Athalla nggak ikut?""Nggak, Ma. Dia lagi sibuk.""Jadi program hamilnya?"Pertanyaan yang sama, entah di rumahnya maupun di rumah orangtuanya Athalla. Akan ada pembahasan mengenai anak yang terus dibahas oleh orangtuanya. "Mama tanya aja. Kamu jangan bunuh."Kanaya memberikan bingkisan dari Athalla yang diberikan langsung kepada Arum. Wanita itu meletakkan sapunya di ujung ruangan. Mengajak Kanaya untuk duduk. "Kamu udah mau setengah tahun nikah sama, Athalla. Nggak bilang kalau kamu belum pernah d
Follow dulu sebelum baca, ya. Biar nanti dapat pemberitahuan saat update. "Lihatlah putri cantik kita."Fatan bertepuk tangan ketika Kanaya yang baru saja keluar dari ruang rias terlihat begitu anggun dengan balutan gaun yang sangat indah melekat di tubuhnya. Akan tetapi ini bukan pernikahan yang Kanaya inginkan. Ini sebuah bencana karena menikah dengan seorang duda yang dia sendiri tahu status pria itu ketika sedang lamaran.Menolak tidak akan pernah bisa dilakukan, lantaran perjanjian bodoh antara orangtuanya di masa lalu dengan orangtuanya Athalla, seharusnya sebagai orangtua mereka itu harus mengerti bahwa keinginan Kanaya tidak pernah seperti ini.Apa Fatan dan juga Arum tidak bisa berpikir dengan jernih mengapa Athalla yang menjadi duda itu tidak ditelusuri masa lalunya? Tapi malah menerima lamaran begitu saja.Semenjak lamaran itu resmi, jujur saja pemikirannya Kanaya sudah mulai bercabang. Dia berpikir bahwa Athalla adalah orang yang sering memukul istrinya dulu, atau selingk
Athalla memasang jam tangannya yang ditaksir dengan harga yang cukup fantastis. Hari ini adalah rencana untuk pulang ke rumah orangtuanya Kanaya. Mengambil semua pakaian dari istrinya yang akan dibawa untuk ke rumah Athalla. Sedangkan istrinya masih tertidur dengan pulas.Mencoba untuk mendekat dan menyentuh kepala istrinya. "Ay, ayo pulang!"Saat istrinya sedang merenggangkan badannya lalu dia menjawab. "Jam berapa memangnya sekarang?""Sudah jam sepuluh pagi. Kita harus ke rumah kamu dulu. Papa kamu telepon aku."Kanaya bangun lalu dengan posisi duduk menguap dengan lebar lalu menggaruk perutnya. "Lo udah siap-siap?""Panggil, Mas, Ay. Aku suami kamu. Harus sopan!""Najiiiis."Istrinya malah meninggalkan ke kamar mandi. Tapi Athalla sama sekali tidak keberatan tentang istrinya yang pergi meninggalkan begitu saja. Sebagai seorang suami yang memang sudah lama sekali mengincar Kanaya, baru kali ini dia mendekati orangtua dari wanita itu sehingga berhasil merayu orangtuanya Kanaya untuk
Kanaya menatap kartu yang diberikan oleh Athalla untuknya. Juga kartu yang sebelahnya lagi dengan kata sandi yang juga sudah diberikan. Athalla sudah berangkat bekerja. Sementara itu Kanaya ada janji dengan teman-temannya. Beberapa hari ada di rumah orangtuanya justru membuat dia semakin gila saja.Bukannya menjadi waras setelah menikah. Tapi Kanaya malah merasa gila dengan Athalla, suaminya memiliki kekayaan berlimpah. Tapi tidak pernah terlihat seperti orang yang mewah. Namun apa pun yang dipakai oleh Athalla jelas semua sudah tinggi sekali harganya. Namun Kanaya masih enggan untuk buka hati kepada suaminya sendiri.Membuka pesan yang ada di grupnya, Kanaya memang sudah ketahuan menikah oleh beberapa temannya. Jadi tidak salah untuk kumpul-kumpul. Suaminya juga memberikan izin.Keluar dari kamar usai berdandan dan siap untuk jalan-jalan. Dia bertemu dengan Arum di luar. "Mau ke mana kamu?""Mau jalan sama teman, Ma. Biasalah anak muda.""Anak muda apanya? Kamu sudah bersuami, ya."T
"Kanaya, sudah telepon Athalla belum? Ini sudah mau jam berapa coba?"Kanaya berada di ruang keluarga bersama semua anggota keluarganya. Akan tetapi suaminya belum juga pulang bekerja. Pertanyaan dari Fatan membuat dia seketika merasa geli kalau bahas soal suami. Masih sampai saat ini Kanaya tidak percaya jika dia telah bersuami. "Kamu harus tahu dia pulang ke rumah orangtuanya atau ke sini.""Dia pulang kalau tahu rumahnya, Pa.""Jangan bicara begitu, Kanaya. Mama nggak suka kamu mulai bicara yang nggak pernah Mama ajarkan ke kamu. Jangan kasar ke dia, bagaimanapun juga dia suami kamu." Arum ikut campur jika anaknya memang salah, pasti akan ditegur. Seperti saat ini Kanaya terus mengelak soal pernikahannya dengan Athalla.Kanaya mengirimkan pesan pada suaminya karena perintah dari Fatan untuk menanyakan posisi pria itu. "Lo nggak pulang?" akhirnya dia mengirimkan pesan itu kepada Athalla."Sudah aku kirim pesan ke dia, Pa. Jadi nggak usah tanya lagi. Aku mau ke kamar dulu." Kanaya be
Kanaya pulang ke rumah orangtuanya dengan menggunakan mobil Porsche berwarna merah yang dibelikan oleh Athalla beberapa hari lalu. Itu adalah mobil yang paling mewah yang dimilikinya. Kanaya tidak pernah seperti ini sebelumnya. Mengingat kejadian malam itu, ada rasa ingin lagi. Tapi ada rasa malu juga karena dia tidak pernah melakukan itu sebelumnya dengan siapa pun.Membawakan barang-barang belanjaan yang diberikan oleh Athalla.Ia masuk ke dalam rumah. Melihat Arum baru selesai menyapu. "Athalla nggak ikut?""Nggak, Ma. Dia lagi sibuk.""Jadi program hamilnya?"Pertanyaan yang sama, entah di rumahnya maupun di rumah orangtuanya Athalla. Akan ada pembahasan mengenai anak yang terus dibahas oleh orangtuanya. "Mama tanya aja. Kamu jangan bunuh."Kanaya memberikan bingkisan dari Athalla yang diberikan langsung kepada Arum. Wanita itu meletakkan sapunya di ujung ruangan. Mengajak Kanaya untuk duduk. "Kamu udah mau setengah tahun nikah sama, Athalla. Nggak bilang kalau kamu belum pernah d
Kanaya pulang ke rumah orangtuanya dengan menggunakan mobil Porsche berwarna merah yang dibelikan oleh Athalla beberapa hari lalu. Itu adalah mobil yang paling mewah dimilikinya. Kanaya tidak pernah seperti ini sebelumnya. Mengingat kejadian malam itu, ada rasa ingin lagi. Tapi ada rasa malu juga lantaran dia tidak pernah melakukan itu sebelumnya dengan siapa pun.Membawakan barang-barang belanjaan yang diberikan oleh Athalla.Ia masuk ke dalam rumah. Melihat Arum baru selesai menyapu. "Athalla nggak ikut?""Nggak, Ma. Dia lagi sibuk.""Jadi program hamilnya?"Pertanyaan yang sama, entah di rumahnya maupun di rumah orangtuanya Athalla. Akan ada pembahasan mengenai anak yang terus dibahas oleh orangtuanya. "Mama tanya aja. Kamu jangan tersinggung."Kanaya memberikan bingkisan dari Athalla yang diberikan langsung kepada Arum. Wanita itu meletakkan sapunya di ujung ruangan. Mengajak Kanaya untuk duduk. "Kamu udah mau setengah tahun nikah sama, Athalla. Jangan bilang kalau kamu belum pern
Athalla ada di kamarnya sedang menonton televisi. Istrinya juga belum pulang dari bioskop bersama dengan teman-temannya. Walaupun istrinya pergi dengan teman-temannya. Tetap saja dia mengerahkan anak buahnya untuk menjaga dan melihat apakah ada teman prianya Kanaya saat pergi. Tapi wanita itu menepati janji. Sudah sering sekali kali pergi dengan izin Athalla. Dia berkata dengan jujur kalau tidak ada Saka di sana. Kalau sampai ada di sana, dia tidak akan pernah berikan maaf kepada pria itu yang mengganggu istrinya. Istrinya cukup jujur dan jika sudah berkata dia akan pergi dengan teman-temannya. Sampai di rumah pun akan menjelaskan kepada Athalla walaupun tidak diminta. Kanaya tidak pernah berbohong kepadanya. Kalau Saka chat pun dia beritahu Athalla. Padahal itu bisa memicu pertengkaran. Tapi istrinya malah begitu polosnya memberitahukan jika yang mengirimkan pesan adalah Saka. Masih menunggu istrinya pulang. Sampai dia menuliskan pesan kepada Kanaya. “Ay, udah larut. Pulang!” Ath
Athalla makan malam sendirian. Istrinya mengatakan jika dia butuh istirahat untuk sementara waktu. Kanaya sakit kepala sejak tadi pagi, bahkan dia bertanya kepada asisten kalau Kanaya mengkonsumsi obat juga. Tapi istrinya memang tidak bisa diajak bicara kalau dia ajak ke dokter.Usai makan malam itu, ia ke kamar. Kanaya sering mengunjungi kamarnya Athalla, tapi beberapa waktu lalu istrinya meminta untuk pisahnya. Athalla mengikuti keinginan istrinya selama Kanaya tidak minggat dari rumah. Ia saat itu mencoba masuk ke kamar sang istri.Tapi begitu masuk, dilihatnya kalau Kanaya sedang berdandan. "Mau ke mana?""Ada urusan.""Aku anterin.""Nggak usah. Lo di rumah aja. Lo kan capek. Nanti sakit, gue kena damprat orangtua lo."Lebih parah lagi kalau Kanaya yang sakit. Athalla bisa kena amarah dari orangtuanya Kanaya pasti. Menjaga dan memastikan jika istrinya baik-baik saja terlebih dahulu. Apalagi pergi ke tempat lain."Kamu pergi sama siapa?""Naik taksi.""Ketemu temenmu?""Ya, nggak
Tidak diperbolehkan untuk pergi ke mana pun kecuali keluar untuk hal penting. Atau ke rumah orangtuanya pun harus meminta izin. Kanaya memilih mengundang teman-temannya ke rumah Athalla. Tidak ada Saka—akan lebih menenangkan.Ingat waktu itu Athalla mengatakan tidak untuk selingkuh. Meskipun masih menjalin hubungan dengan pria itu. Akan tetapi Kanaya masih punya rasa takut kepada suaminya. Takut jika orangtuanya malah jadi tumbal kegilaannya Kanaya."Eh, lo pernah bilang. Mau cerai sama suami, lo. Jadi apa nggak?"Yang datang kali ini adalah teman-teman semasa kuliahnya Kanaya. Anita mengambil mikrofon diberikan pada Kanaya. "Gue nggak mau jadi janda dulu. Soalnya sayang banget nggak nikmati ini semua.""Lanjutin, Ay. Kasih anak ke dia. Biasanya cowok kalau udah niat banget nikah. Kasih anak, pasti bakalan makin nempel."Kanaya belum siap melahirkan, belum siap untuk itu juga. Dirinya masih ingin menjadi wanita yang bebas ke mana saja. Tapi ingat jika suaminya punya mata-mata di mana
"Ma, ini gimana?"Kanaya mulai panik diajak pulang oleh Athalla. Bagaimana cara menjadi seorang istri yang taat kepada suami? Satu yang belum berani dilakukan oleh Kanaya. Yaitu disentuh oleh Athalla kemudian diceraikan. Namun orangtuanya selalu mendukung penuh.Janji dengan Saka bahkan dibatalkan karena tidak berani melawan Fatan yang menunggu di rumahnya. Jujur saja kalau sebenarnya Kanaya merasa takut sekali sejak pria itu marah kepadanya. Diminta untuk jadi seorang istri yang baik untuk suaminya. Kedekatan dengan Athalla belum pernah dilakukan sebelumnya. Namun sudah diminta untuk menjadi istri yang taat pada suami.Berada di rumah seharian. Sebentar lagi Athalla akan datang menjemput untuk mereka pulang. Hidup dengan pria itu mungkin menakutkan juga bagi Kanaya. Belum pernah berumah tangga. Tapi Athalla sudah pernah gagal satu kali.Menikah secara paksa tidak akan pernah disukai oleh wanita mana pun di dunia ini. "Apa yang kamu pikirkan tentang Athalla memangnya?" Fatan bersuara.
"Kanaya, sudah telepon Athalla belum? Ini sudah mau jam berapa coba?"Kanaya berada di ruang keluarga bersama semua anggota keluarganya. Akan tetapi suaminya belum juga pulang bekerja. Pertanyaan dari Fatan membuat dia seketika merasa geli kalau bahas soal suami. Masih sampai saat ini Kanaya tidak percaya jika dia telah bersuami. "Kamu harus tahu dia pulang ke rumah orangtuanya atau ke sini.""Dia pulang kalau tahu rumahnya, Pa.""Jangan bicara begitu, Kanaya. Mama nggak suka kamu mulai bicara yang nggak pernah Mama ajarkan ke kamu. Jangan kasar ke dia, bagaimanapun juga dia suami kamu." Arum ikut campur jika anaknya memang salah, pasti akan ditegur. Seperti saat ini Kanaya terus mengelak soal pernikahannya dengan Athalla.Kanaya mengirimkan pesan pada suaminya karena perintah dari Fatan untuk menanyakan posisi pria itu. "Lo nggak pulang?" akhirnya dia mengirimkan pesan itu kepada Athalla."Sudah aku kirim pesan ke dia, Pa. Jadi nggak usah tanya lagi. Aku mau ke kamar dulu." Kanaya be
Kanaya menatap kartu yang diberikan oleh Athalla untuknya. Juga kartu yang sebelahnya lagi dengan kata sandi yang juga sudah diberikan. Athalla sudah berangkat bekerja. Sementara itu Kanaya ada janji dengan teman-temannya. Beberapa hari ada di rumah orangtuanya justru membuat dia semakin gila saja.Bukannya menjadi waras setelah menikah. Tapi Kanaya malah merasa gila dengan Athalla, suaminya memiliki kekayaan berlimpah. Tapi tidak pernah terlihat seperti orang yang mewah. Namun apa pun yang dipakai oleh Athalla jelas semua sudah tinggi sekali harganya. Namun Kanaya masih enggan untuk buka hati kepada suaminya sendiri.Membuka pesan yang ada di grupnya, Kanaya memang sudah ketahuan menikah oleh beberapa temannya. Jadi tidak salah untuk kumpul-kumpul. Suaminya juga memberikan izin.Keluar dari kamar usai berdandan dan siap untuk jalan-jalan. Dia bertemu dengan Arum di luar. "Mau ke mana kamu?""Mau jalan sama teman, Ma. Biasalah anak muda.""Anak muda apanya? Kamu sudah bersuami, ya."T
Athalla memasang jam tangannya yang ditaksir dengan harga yang cukup fantastis. Hari ini adalah rencana untuk pulang ke rumah orangtuanya Kanaya. Mengambil semua pakaian dari istrinya yang akan dibawa untuk ke rumah Athalla. Sedangkan istrinya masih tertidur dengan pulas.Mencoba untuk mendekat dan menyentuh kepala istrinya. "Ay, ayo pulang!"Saat istrinya sedang merenggangkan badannya lalu dia menjawab. "Jam berapa memangnya sekarang?""Sudah jam sepuluh pagi. Kita harus ke rumah kamu dulu. Papa kamu telepon aku."Kanaya bangun lalu dengan posisi duduk menguap dengan lebar lalu menggaruk perutnya. "Lo udah siap-siap?""Panggil, Mas, Ay. Aku suami kamu. Harus sopan!""Najiiiis."Istrinya malah meninggalkan ke kamar mandi. Tapi Athalla sama sekali tidak keberatan tentang istrinya yang pergi meninggalkan begitu saja. Sebagai seorang suami yang memang sudah lama sekali mengincar Kanaya, baru kali ini dia mendekati orangtua dari wanita itu sehingga berhasil merayu orangtuanya Kanaya untuk