PROLOG

“Kau sudah menjadi milikku sejak 15 tahun lalu!” tegas seorang pria, sambil menatap lekat wanita yang berdiri mematung di depannya.

"Jadi, aku tidak akan membiarkan siapapun mengambilmu lagi dariku!"

Deg.

Sekujur tubuh wanita tersebut membeku dengan debaran jantung yang tidak bisa ia hentikan. Kedua matanya berkedip tak karuan, terhentak deburan ombak gelisah dan kerinduan yang membawanya pada perasaan lama yang selama ini berusaha keras ia tekan.

Perasaan cinta yang kini seharusnya sudah terlarang untuk ia miliki pada pria di depannya itu.

“Tapi kau sudah menikah!” Wanita itu akhirnya meledak, berusaha menolak dengan keras, ikatan yang seharusnya sudah terputus sejak lama tersebut.

Angin pun menghempas, membuat luka mereka yang sudah kembali terbuka lebar, semakin terasa sakit dan bernanah.

“Bukankah kau dan sahabatku juga saling mencintai..? Kenapa kau masih ingin memilikiku?!” Suara lirih keluar dari mulut wanita yang sempat membisu, bersama tundukkan keraguan yang teramat dalam darinya.

Pria tadi pun mendengus, mengabaikan semua penolakan yang tidak bisa ia terima. “Kau tahu apa yang sebenarnya terjadi!”

“Lagipula, sejak awal hatiku tidak pernah jadi milik siapapun selain dirimu! Bahkan aku mencintai sahabatmu karena dia mengingatkanku padamu!” lanjut pria itu. Ada kemarahan terpendam yang hanya ia yang tahu alasannya.

Sejenak, keheningan mencekik mereka, hingga wanita itu kembali bicara dalam suara lirih yang terdengar seperti angin di sekitar mereka.

“Kenapa.. kenapa kau harus mencintaiku.. dan membuatku terjebak dalam situasi ini?!”

Sang pria tersenyum getir, sambil mendekatkan wajahnya pada wanita yang tidak bisa ia lepaskan. “Aku mencintaimu karena itu kau. Apa aku perlu alasan lain?"

Wanita yang mendengar itu, lantas mendongak dengan air mata yang sudah menggenang di pelupuk matanya.

“Kau sudah membuatku seperti ini sejak pertama kali kita bertemu!” Pria itu kembali bicara dengan suara tegas yang sama. “Sekarang kau harus bertanggung jawab terhadap hatiku, karena aku akan bertanggung jawab atas hidupmu!"

Wanita itu masih terdiam.

Sementara itu, pria yang tidak pernah berpaling darinya, mulai mengeluarkan suara paling lembut yang pernah ia dengar, bersama tangan yang terulur padanya.

“Jadi, apa kau akan menggenggam tanganku sekarang dan membalas semua orang yang menghancurkan hidupmu juga, bersamaku? Atau kau akan diam dan menerima semuanya begitu saja? Tapi kau harus tahu, bahwa aku ingin melindungimu dan membalas semua orang yang sudah menyakiti kita!”

Wanita tadi menelan ludah, mendengar pria yang tidak pernah menyerah untuk menjeratnya dalam cinta, kebohongan dan dendam yang mereka tahu jelas adalah salah.

Namun perlahan, semua keraguan itu pun mulai menghilang, dikalahkan cinta yang juga sudah memenuhi hati wanita itu sejak lama, bersama dendam yang tidak bisa lagi ia hentikan.

Sayangnya, setelah wanita tersebut akhirnya memutuskan mengambil tangan yang menanti untuk digenggam itu, mereka tanpa sadar harus terjerat ke dalam lautan rahasia, tragedi dan dendam yang mengancam hidup dan cinta mereka. Hingga sebuah penyesalan mendorong mereka ke dalam lautan kesedihan yang tidak berujung.

“Hari itu.. aku seharusnya tidak bertemu denganmu..” lirih sang wanita.

“Hari itu.. aku seharusnya tidak jatuh cinta padamu..” lirih sang pria.

“Dengan begitu, kita tidak akan seperti ini..” ucap mereka bersamaan, seolah mengikuti skenario yang hanya akan membawa takdir buruk untuk cinta mereka.

Jadi, apa yang sebenarnya terjadi pada mereka?