Share

bab 90. terdesak

Penulis: Intan SR
last update Terakhir Diperbarui: 2024-01-03 20:22:44

Dua minggu berlalu, William akhirnya bisa keluar dari tawanan mantan ayah mertuanya. Dengan diantar oleh Lisa, malam itu adalah malam terakhir bagi William dan Lisa bertemu karena setelah hari itu, Lisa memutuskan akan pergi keluar negeri seperti janjinya pada ayahnya.

William memasuki apartemennya, dia terkejut ketika melihat Evan dan Alexandra ada di sana.

Mereka berdua juga terkejut melihat kedatangan William yang tiba tiba.

“Om!” panggil Alexandra, dia langsung memeluk William,

“Om ke mana aja? Dua minggu nggak ada kabar?” lanjutnya lagi.

William sempat tersenyum meski terlihat lesu, dia berjalan ke arah sofa di mana Evan sudah menunggu jawaban yang dia cari selama ini.

“Aku hampir melaporkan Anda ke kantor polisi karena menghilang selama dua minggu,” kata Evan.

Lagi lagi William tersenyum tipis.

“Pasti ada sesuatu yang terjadi, Om nggak sengaja menghilang seperti yang diberitakan oleh orang orang, kan?”

William menghela napasnya, dia pun menceritakan semuanya pada Evan dan Alexa
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Cinta Pertama Uncle Will   bab 91. kesepakatan William

    “Sebaiknya aku pergi, sepertinya aku datang di tempat yang salah.” William berdiri setelah mengambil jasnya. Namun sedetik kemudian dia membeku ketika wanita itu berkata,“Bukankah kamu ingin merebut lagi posisimu? Mau sampai kapan kamu terpuruk seperti ini?“Dan.. ingat. Aku ke sini bukan karena menyukaimu, tapi gadis itu datang kepadaku dan memohon padaku agar membantumu. Karena dia tahu, dia tak ada kekuatan untuk menolongmu saat ini.”William menoleh dengan sinis.“Kamu yakin dia bilang seperti itu kepadamu?”Kini Nikita giliran Nikita yang menarik satu sudut bibirnya.“Memangnya dari mana aku bisa tau kamu ada di sini kalau bukan gadis itu yang mengaturnya.“Duduklah, kalau kamu mau tau apa yang sebenarnya bisa aku bantu. Tapi kamu harus membantuku.”**Malam itu perasaan William bercampuraduk, antara kesal dan kecewa pada Alexandra karena sudah membohonginya.Dia berusaha untuk menelpon Alexandra tapi tak diangkatnya. Dan ketika dia mencoba mendatangi rumahnya, tempat itu sepi

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-03
  • Cinta Pertama Uncle Will   bab 92. sebuah pilihan

    Entah mengapa William harus berada di sana, di tengah tengah sebuah keluarga yang memandangnya dengan tatapan yang sinis. Sesaat setelah Nikita mengatakan bahwa dia akan menikah dengan William, sontak keluar besar Nikita menentangnya karena mengetahui masalalu William yang terlalu banyak skandal. Tidak hanya itu, William saat ini sudah tidak memiliki apapun selain kepercayaan dirinya untuk menikahi Nikita.“Ayah, ini sudah keputusanku, memangnya apa bedanya kalau aku menikah dengan anak teman ayah?”Ayahnya mendengus mengejek. “Kamu cuma mau mempermalukan keluargamu, kan?”Nikita menyesap air putihnya lalu tersenyum.“Batalkan keinginanmu untuk menikahinya, atau jika tidak sebaiknya kamu pergi dari rumah ini dan hotel itu akan diambil alih adikmu.”William melirik ke arah Nikita yang seakan tidak gentar pada pendiriannya. Dia masih duduk dengan wajah yang tenang.“Baiklah, kalau mau ayah begitu. Toh, aku sudah banyak pengalaman dalam bidang ini dibandingkan Naomi. Ada banyak perusaha

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-04
  • Cinta Pertama Uncle Will   bab 93. pernikahan palsu

    Pernikahan antara William dan Nikita pun sudah sah di mata hukum. William benar benar tidak percaya dengan apa yang menimpanya saat ini. Bagaimana bisa dia yang belum ada enam bulan bercerai dengan Lisa, kini menikah dengan wanita lain, dan itu bukan ALexandra?“Kita sudah sepakat untuk tinggal di apartemenmu. Aku akan tidur di kamar bekas keponakanmu, dan kamu tidur di kamarmu sendiri,” kata Nikita ketika dia masuk ke dalam mobil.Ia kesulitan ketika mengangkat gaun pengantinnya untuk dimasukkan ke dalam mobil.“Iya.”“Tidak perlu bulan madu, lagi pula aku sedang nggak mau berhubungan intim denganmu dulu.”William memicingkan matanya dan mengangkat satu sudut bibirnya. Nikita yang suka bicara blak-blakan benar benar membuatnya syok. Wanita itu benar benar memiliki gaya bebas yang sanggup membuat orang lain terkejut.“Bisa nggak ucapanmu itu diperhalus sedikit.”“Kenapa? Apa terdengar kasar? Lagipula kita seumuran.”“Bukan masalah seumuran.” William memutar bola matanya.Mobil mereka

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-04
  • Cinta Pertama Uncle Will   bab 94. masa lalu

    Keesokan harinya, jam belum menunjukkan pukul lima. Tapi sosok bayangan wanita berambut sebahu sedang duduk di kursi meja makan dan menyesap kopinya dengan hikmat.William menghela napasnya, dia hampir lupa jika apartemennya kedatangan anggota baru. Dia pikir ada hantu wanita yang sedang bergentayangan di sana usai dirinya menonton film horor sampai dini hari.“Kamu setiap hari bangun sepagi ini?” tanya William dengan syara seraknya. Dia duduk berhadapan dengan Nikita sambil meneguk air mineral di dalam botol.“Biasanya jam tiga, lari pagi, olahraga sebentar, sarapan, membaca berita. Hari ini aku cukup kesiangan. Mungkin kelelahan karena tadi malam.”Hampir saja William menyemburkan air dari dalam mulutnya, tapi untung saja bisa dia tahan.“Memangnya tadi malam kamu ngapain? Kamu tidur, kan?” tanya William curiga.“Kalau ada orang yang bertanya kamu bisa bilang kita begadang sampai jam tiga pagi.”“Kenapa juga mereka harus bertanya hal seperti itu,” decak William kesal.“Maklum, kita

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-04
  • Cinta Pertama Uncle Will   bab 95. merelakan dia pergi

    “Kamu serius mau memberikan William kepadaku? Bukankah kamu menyukainya?” tanya Nikita waktu itu, dua hari sebelum dia menemui William.“Perasaanku sudah nggak penting, yang penting, om Will bisa bangkit. Tolong bantu dia,” jawab Alexandra.Apakah dia sudah untuk meminta bantuan pada Nikita? Mengapa dia harus menyerahkan lelaki yang sebenarnya tinggal selamgkah bisa dia miliki?“Kamu yakin? Kamu nggak akan cemburu kan melihat pernikahanku dengan William nantinya?”“Tentu saja.”“Termasuk jika aku memiliki anak dari William?”Sontak Alexandra mendongak, dia menatap Nikita dengan pandangan ragu. Ia pikir Nikita tidak menyukai William.Nikita tertawa. “Kenapa kamu melihatku seperti itu? Bukankah wajar kalau aku memiliki anak dari suamiku?”Alexandra tidak menjawab.“Tapi… tante akan menolongnya, kan?”“Jika dia sudah menjadi suamiku, tentu saja aku akan membantunya. Mana mungkin aku membiarkan suamiku mengalami kesulitan.”“Baiklah, itu sudah cukup.”“Aku harap kamu nggak akan menyesal,

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-04
  • Cinta Pertama Uncle Will   96. Siasat ayah mertua

    Setelah kejadian itu Nikita selalu pulang malam. William merasa jika Nikita sedang menghindarinya. Tetapi William tak yakin alasan apa yang membuat Nikita menjauhinya.Hingga lima hari kemudian Nikita akhirnya pulang normal. Dengan wajah yang kurang tidur, dia duduk di sofa dan menyalakan televisi.William keluar dari kamar terkejut melihat bayangan Nikita duduk di atas sofa.“Akhirnya aku bisa melihatmu di rumah ini,” kata William dengan nada sedikit menyindir.“Yah, akhirnya aku menyelesaikan sedikit masalahku.” Nikita mengambil sebuah undangan dari dalam tasnya kemudian memberikannya pada William.“Apa ini?” tanya William sambil membolak-balikkan undangan yang dia pegang. Wajahnya menegang saat melihat nama ayah Lisa di undangan tersebut.“Mantan ayah mertuamu mengundang kita untuk datang ke acar ulang tahunnya,” jelas Nikita dengan wajah sedikit bingung. “Aku yakin undangan ini jelas bukan untukku. Karena aku sendiri nggak kenal dekat dengan mantan mertuamu.”“Bagaimana kalau kita

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-11
  • Cinta Pertama Uncle Will   bab 97. Akhirnya aku menemukanmu

    Alexandra mendekati Rafael yang terlihat tengah mencarinya. Wajah lelaki itu menunjukkan perasaan lega saat mendapati Alexandra muncul di hadapannya.“Kamu dari mana?” tanya Rafael sambil melihat ke sekelilingnya.“Habis dari toilet,” jawab Alexandra berbohong, ia tak mungkin mengatakan jika dirinya baru saja bertemu dengan William.“Sebaiknya kita pulang sekarang,” kata Rafael yang menunjukkan gelagat anehnya. Alexandra tidak bertanya apapun dan menurut apa kata Rafael.Mereka berdua berjalan ke arah tempat parkir, di sana Alexandra masih bisa melihat mobil William. Bahkan lelaki itu membuka sedikit kaca jendela hingga menampakkan sedikit wajahnya.Gadis itu sedikit terkejut sebelum akhirnya disadarkan oleh Rafael yang memintanya untuk naik.Perasaan Alexandra bercampuraduk. Dalam hatinya ia ingin bersama dengan William. Akan tetapi, keadaannya saat ini tidak memungkinkan untuk bersama dengan lelaki itu.Dia dengan status bertunangan dengan Rafael, dan William yang berstatus menikah

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-17
  • Cinta Pertama Uncle Will   bab 98. insiden pemerkosaan Alexandra

    “Lex!” Rafael membuka pintu belakang dan mendapati Alexandra sedang berdiri dengan canggung dan menatapnya aneh.“Kamu baik baik aja, kan?” tanya Rafael dan melihat ke sekelilingnya. “Aku denger kamu lagi ngobrol, sama siapa?”“Oh itu… sama warga sini tadi.”“Tumben udah malam mereka masih di luar.”“Ya.. gitu lah.” Alexandra berjalan ke arah pintu dan mengajak Rafael untuk masuk, meski Rafael sesekali masih melihat ke belakang untuk memastikan apakah ada orang lain di rumahnya.“Kamu pasti capek di jalan, sebaiknya tidur aja,” kata Rafael.Alexandra meneguk minuman dari gelasnya kemudian mengangguk.“Iya, aku mau tidur,” sahut Alexandra.Saat Alexandra hendak membuka pintu kamarnya. Lengannya tiba tiba dipegang oleh Rafael.“Kapan kamu mau membuka hatimu untukku, Lex?” tanya Rafael.Alexandra hanya tersenyum canggung.“Aku tau kita cuma pura pura tunangan, tapi apa nggak ada kesempatan buatku untuk menikahimu?”Sontak Alexandra menatap rafael terkejut.“Bukankah kita udah setuju, kal

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-17

Bab terbaru

  • Cinta Pertama Uncle Will   bab 157. tinggal kenangan

    Tiga puluh lima tahun kemudian, rumah tepi pantai itu masih berdiri megah dan menawan, dikelilingi oleh pemandangan yang sama indahnya seperti saat Alexandra dan William pertama kali menempatinya. Namun, kini Alexandra telah berusia 65 tahun dan William telah tiada. Di sore hari yang cerah itu, Alexandra duduk di balkon rumahnya, ditemani oleh anak-anak dan cucu-cucunya. Angin laut yang sepoi-sepoi membawa aroma asin yang familiar, membawa kenangan indah bersama William. "Ini benar-benar tempat yang indah, Bu," kata Michael, anak sulung Alexandra. Ia berdiri di sampingnya, memandang laut yang luas. "Aku bisa mengerti mengapa Ayah dan Ibu memilih tinggal di sini." "Ya, Ayahmu dan aku selalu merasa damai di sini," jawab Alexandra sambil tersenyum. "Setiap hari yang kita habiskan di sini adalah anugerah." Cucu-cucunya berlari-larian di pasir putih, tertawa riang. Sarah, cucu tertuanya, mendekati Alexandra dan memeluknya dengan erat. "Nenek, ceritakan lagi tentang kakek. Apa yang palin

  • Cinta Pertama Uncle Will   bab 156. akhir yang bahagia

    William dan Alexandra kini telah menetap di rumah impian mereka yang terletak di pinggir pantai yang indah. Setiap sore, mereka bersama anak mereka menikmati pemandangan matahari terbenam yang mempesona dari balkon rumah mereka. Angin laut yang sepoi-sepoi menerpa wajah mereka, menambah kenyamanan suasana kebersamaan keluarga kecil ini.Keduanya telah bekerja keras untuk mencapai impian ini, membangun rumah sederhana namun hangat, di mana mereka dapat menjalani kehidupan yang berkualitas bersama anak mereka. William, seorang pengusaha sukses, selalu meluangkan waktu untuk Alexandra dan anak mereka, sementara Alexandra, seorang penulis handal, selalu memastikan bahwa rumah mereka terjaga dan nyaman untuk ditinggali."Indah sekali sore ini," ujar Alexandra sambil memandang matahari yang perlahan-lahan tenggelam di cakrawala."Ya, benar-benar menakjubkan," jawab William. Ia merangkul Alexandra dengan hangat. "Setiap kali melihat pemandangan ini, aku merasa semua kerja keras kita terbayar

  • Cinta Pertama Uncle Will   bab 155. adegan yang hilang 3

    Satu minggu kemudian, Alexandra dan William pergi ke taman bermain setelah Alexandra mendapatkan nilai yang bagus di sekolah. Mereka berdua berjalan-jalan di taman yang ramai, menikmati suasana yang ceria."Lex, om sangat bangga padamu. Kamu sudah berusaha keras dan akhirnya mendapatkan nilai yang bagus," ucap William sambil tersenyum pada Alexandra."Terima kasih, Om. Aku senang bisa membuatmu bangga," jawab Alexandra sambil tersenyum cerah.Mereka berdua berjalan-jalan di sekitar taman bermain, melihat anak-anak yang sedang bermain dengan riang. Alexandra merasa senang bisa menghabiskan waktu bersama William di tempat yang menyenangkan seperti itu.Mereka berdua naik perosotan, bermain ayunan, dan menikmati berbagai permainan di taman bermain. Alexandra merasa sangat bahagia bisa berada di sana bersama William, orang yang sangat ia sayangi.Setelah puas bermain, mereka duduk di bangku taman sambil menikmati pemandangan sekitar. "Terima kasih sudah membawaku ke sini, Om. Aku benar-b

  • Cinta Pertama Uncle Will   bab 155. adegan yang hilang

    "Lex aku akan pergi ke tempat Sarah. Kamu baik-baik saja kan di sini sendiri?" "Kapan om pulang?" "Mungkin besok pagi.""Hmm baiklah."Saat William hendak pergi dan hendak membuka pintu, tiba-tiba Alexandra merasa pusing yang sangat hebat. Dia mencoba berdiri tetapi kakinya lemas, lalu pingsan di pelukan William."Lex! Lex, bangun!" seru William panik sambil mencoba membangunkan Alexandra. Dia memegang wajah Alexandra dengan lembut, mencari tanda-tanda kesadaran.Karena khawatir terjadi apa-apa pada Alexandra akhirnya William membawanya ke rumah sakit. **Sementara itu, seorang perawat datang untuk membantu. Mereka bersama-sama mengangkat Alexandra ke tempat tidur yang tersedia di ruang gawat darurat.William duduk di samping tempat tidur, wajahnya penuh kekhawatiran. Dia menggenggam tangan Alexandra dengan erat, berharap gadis itu segera sadar.Setelah beberapa saat yang terasa seperti selamanya, Alexandra akhirnya membuka mata. Dia memandang sekeliling dengan bingung, tidak tahu

  • Cinta Pertama Uncle Will   bab 154. adegan yang hilang (Alexandra dan William) part 1

    William tiba di apartemennya setelah seharian kerja. Saat ia memasuki ruang tamu, ia melihat Alexandra tertidur pulas di balkon. Bulan purnama menerangi wajah muda Alexandra yang tenang. William menghampirinya dengan langkah hati-hati agar tidak membangunkannya. "Dingin sekali di sini," gumam William sambil menyelimuti Alexandra dengan lembut. Gadis itu merasa hangat dan sedikit menggeliat, tetapi tetap tertidur.Setelah meyakinkan diri bahwa Alexandra nyaman dengan selimutnya, William memutuskan untuk membopongnya ke dalam kamar. Tubuh Alexandra yang ringan membuatnya mudah diangkat. Langkahnya pelan, tidak ingin mengganggu tidur Alexandra yang lelap. Sampai di dalam kamar, William meletakkan Alexandra dengan lembut di atas tempat tidur. Ia memandang wajah gadis itu dengan penuh perhatian sejenak, lalu menutup pintu kamar perlahan ketika meninggalkannya untuk tidur dengan tenang.--Malam itu, Alexandra terbangun dari tidurnya dengan napas tersengal-sengal. Ia tampak gelisah, terli

  • Cinta Pertama Uncle Will   bab 153. kasus ditutup

    Evan duduk gelisah di ruang tamu rumahnya, memikirkan nasib Arini yang belum diketahui keberadaannya. Hatinya penuh kekhawatiran dan rasa bersalah karena tidak bisa melindungi Arini. Ponselnya tiba-tiba berdering, mengagetkannya. Dia buru-buru mengambilnya dan melihat panggilan masuk dari nomor polisi.Evan mengangkat telepon, "Halo, ini Evan.""Halo, Pak Evan. Kami dari kepolisian ingin memberitahukan bahwa Arini telah ditemukan. Dia sedang dirawat di rumah sakit setelah mengalami kejadian yang traumatis. Anda bisa menjemputnya di sana."Evan merasa lega, "Oh, syukurlah. Terima kasih banyak atas informasinya. Saya akan segera ke sana."Evan segera mengambil kunci mobilnya dan bergegas ke rumah sakit. Saat tiba di sana, dia langsung menuju ruang perawatan tempat Arini berada. Dia melihat Arini terbaring di tempat tidur, tampak lemah dan pucat, tetapi dia merasa lega melihat Arini selamat.Evan duduk di samping tempat tidur Arini. "Arini. Bagaimana kabarmu?"Arini dengan suara lemah. "

  • Cinta Pertama Uncle Will   bab 152. gila dan obsesi

    Polisi setelah menerima laporan penculikan dari Evan, segera melakukan penyelidikan dan menemukan keberadaan rumah Edward. Dengan sigap, mereka menggerebek rumah tersebut dengan harapan menemukan Arini.Saat polisi memasuki rumah, mereka menemukan Edward sedang berusaha untuk melarikan diri melalui pintu belakang. Dengan cepat, polisi mengejar dan berusaha menghentikannya. Namun, Edward menolak untuk menyerah dan terus berlari.Dalam keputusasaan, salah satu polisi memutuskan untuk menembak ke arah kaki Edward untuk menghentikannya. Peluru tersebut mengenai kakinya, membuat Edward jatuh tersungkur ke tanah dengan rasa sakit yang luar biasa.Polisi segera menangkap Edward dan memeriksanya untuk memastikan dia tidak membawa senjata atau bahaya lainnya. Setelah yakin aman, mereka membawanya ke mobil patroli dan membawanya ke kantor polisi untuk dimintai keterangan lebih lanjut.Sementara itu, Arini telah dibawa pulang oleh pria yang menolongnya di hutan. Dia merasa lega karena telah sela

  • Cinta Pertama Uncle Will   bab 151. kabur

    Arini duduk tegak di dalam kamar yang gelap dan hening. Dia merasa terjebak dalam situasi yang mencekam dan tidak tahu bagaimana cara untuk keluar dari situasi tersebut. Mendadak, pintu terbuka dan Edward masuk membawa sebuah piring makanan."Dengar, Arini. Aku tidak akan membiarkanmu kelaparan. Silakan makan," ucap Edward dengan suara yang tenang, lalu dia duduk di depan Arini.Arini menatap piring makanan itu dengan perasaan campur aduk. Dia tahu bahwa menolak akan membuat situasinya semakin buruk, tetapi dia juga tidak ingin bergantung pada Edward.Tanpa kata, Arini menerima piring makanan itu dari tangan Edward. Dia mencoba untuk memakannya dengan lambat, tetapi perasaannya yang campur aduk membuatnya kesulitan menelan makanan. Akhirnya, rasa mual yang teramat sangat membuatnya tidak tahan lagi, dan dia memuntahkan semua makanan yang sudah dimakan ke piring di hadapannya.Edward terkejut melihat tindakan Arini. "Kenapa kau melakukan itu, Arini? Aku mencoba untuk memperlakukanmu de

  • Cinta Pertama Uncle Will   bab 150. posesif

    Arini merasa panik ketika mobil yang dikemudikan oleh Edward semakin menjauh dari tempat pesta pernikahan. Dia mencoba untuk tetap tenang, tetapi kekhawatirannya semakin memuncak ketika dia menyadari bahwa dia sedang dibawa ke suatu tempat yang tidak diketahuinya.Edward tidak mengucapkan sepatah kata pun selama perjalanan. Arini mencoba mencari peluang untuk melarikan diri, tetapi dia sadar bahwa dia tidak bisa melawan sendirian. Dia merasa semakin terjebak dalam situasi yang mencekam.Setelah beberapa saat, mobil akhirnya berhenti di depan sebuah rumah yang besar dan mewah. Edward membawa Arini masuk ke dalam rumah tersebut tanpa berkata apa-apa. Arini mencoba untuk tetap tenang, tetapi ketakutan yang dirasakannya membuatnya gemetar.Di dalam rumah, Arini dibawa ke sebuah ruangan yang gelap. Edward menutup pintu dan duduk di depan Arini dengan tatapan dingin. "Kau tahu mengapa aku membawamu ke sini, kan?" ucap Edward dengan suara yang dingin.Arini menelan ludahnya. "Apa yang kau in

DMCA.com Protection Status