Dua minggu berlalu, William akhirnya bisa keluar dari tawanan mantan ayah mertuanya. Dengan diantar oleh Lisa, malam itu adalah malam terakhir bagi William dan Lisa bertemu karena setelah hari itu, Lisa memutuskan akan pergi keluar negeri seperti janjinya pada ayahnya.William memasuki apartemennya, dia terkejut ketika melihat Evan dan Alexandra ada di sana.Mereka berdua juga terkejut melihat kedatangan William yang tiba tiba.“Om!” panggil Alexandra, dia langsung memeluk William,“Om ke mana aja? Dua minggu nggak ada kabar?” lanjutnya lagi.William sempat tersenyum meski terlihat lesu, dia berjalan ke arah sofa di mana Evan sudah menunggu jawaban yang dia cari selama ini.“Aku hampir melaporkan Anda ke kantor polisi karena menghilang selama dua minggu,” kata Evan.Lagi lagi William tersenyum tipis.“Pasti ada sesuatu yang terjadi, Om nggak sengaja menghilang seperti yang diberitakan oleh orang orang, kan?” William menghela napasnya, dia pun menceritakan semuanya pada Evan dan Alexa
“Sebaiknya aku pergi, sepertinya aku datang di tempat yang salah.” William berdiri setelah mengambil jasnya. Namun sedetik kemudian dia membeku ketika wanita itu berkata,“Bukankah kamu ingin merebut lagi posisimu? Mau sampai kapan kamu terpuruk seperti ini?“Dan.. ingat. Aku ke sini bukan karena menyukaimu, tapi gadis itu datang kepadaku dan memohon padaku agar membantumu. Karena dia tahu, dia tak ada kekuatan untuk menolongmu saat ini.”William menoleh dengan sinis.“Kamu yakin dia bilang seperti itu kepadamu?”Kini Nikita giliran Nikita yang menarik satu sudut bibirnya.“Memangnya dari mana aku bisa tau kamu ada di sini kalau bukan gadis itu yang mengaturnya.“Duduklah, kalau kamu mau tau apa yang sebenarnya bisa aku bantu. Tapi kamu harus membantuku.”**Malam itu perasaan William bercampuraduk, antara kesal dan kecewa pada Alexandra karena sudah membohonginya.Dia berusaha untuk menelpon Alexandra tapi tak diangkatnya. Dan ketika dia mencoba mendatangi rumahnya, tempat itu sepi
Entah mengapa William harus berada di sana, di tengah tengah sebuah keluarga yang memandangnya dengan tatapan yang sinis. Sesaat setelah Nikita mengatakan bahwa dia akan menikah dengan William, sontak keluar besar Nikita menentangnya karena mengetahui masalalu William yang terlalu banyak skandal. Tidak hanya itu, William saat ini sudah tidak memiliki apapun selain kepercayaan dirinya untuk menikahi Nikita.“Ayah, ini sudah keputusanku, memangnya apa bedanya kalau aku menikah dengan anak teman ayah?”Ayahnya mendengus mengejek. “Kamu cuma mau mempermalukan keluargamu, kan?”Nikita menyesap air putihnya lalu tersenyum.“Batalkan keinginanmu untuk menikahinya, atau jika tidak sebaiknya kamu pergi dari rumah ini dan hotel itu akan diambil alih adikmu.”William melirik ke arah Nikita yang seakan tidak gentar pada pendiriannya. Dia masih duduk dengan wajah yang tenang.“Baiklah, kalau mau ayah begitu. Toh, aku sudah banyak pengalaman dalam bidang ini dibandingkan Naomi. Ada banyak perusaha
Pernikahan antara William dan Nikita pun sudah sah di mata hukum. William benar benar tidak percaya dengan apa yang menimpanya saat ini. Bagaimana bisa dia yang belum ada enam bulan bercerai dengan Lisa, kini menikah dengan wanita lain, dan itu bukan ALexandra?“Kita sudah sepakat untuk tinggal di apartemenmu. Aku akan tidur di kamar bekas keponakanmu, dan kamu tidur di kamarmu sendiri,” kata Nikita ketika dia masuk ke dalam mobil.Ia kesulitan ketika mengangkat gaun pengantinnya untuk dimasukkan ke dalam mobil.“Iya.”“Tidak perlu bulan madu, lagi pula aku sedang nggak mau berhubungan intim denganmu dulu.”William memicingkan matanya dan mengangkat satu sudut bibirnya. Nikita yang suka bicara blak-blakan benar benar membuatnya syok. Wanita itu benar benar memiliki gaya bebas yang sanggup membuat orang lain terkejut.“Bisa nggak ucapanmu itu diperhalus sedikit.”“Kenapa? Apa terdengar kasar? Lagipula kita seumuran.”“Bukan masalah seumuran.” William memutar bola matanya.Mobil mereka
Keesokan harinya, jam belum menunjukkan pukul lima. Tapi sosok bayangan wanita berambut sebahu sedang duduk di kursi meja makan dan menyesap kopinya dengan hikmat.William menghela napasnya, dia hampir lupa jika apartemennya kedatangan anggota baru. Dia pikir ada hantu wanita yang sedang bergentayangan di sana usai dirinya menonton film horor sampai dini hari.“Kamu setiap hari bangun sepagi ini?” tanya William dengan syara seraknya. Dia duduk berhadapan dengan Nikita sambil meneguk air mineral di dalam botol.“Biasanya jam tiga, lari pagi, olahraga sebentar, sarapan, membaca berita. Hari ini aku cukup kesiangan. Mungkin kelelahan karena tadi malam.”Hampir saja William menyemburkan air dari dalam mulutnya, tapi untung saja bisa dia tahan.“Memangnya tadi malam kamu ngapain? Kamu tidur, kan?” tanya William curiga.“Kalau ada orang yang bertanya kamu bisa bilang kita begadang sampai jam tiga pagi.”“Kenapa juga mereka harus bertanya hal seperti itu,” decak William kesal.“Maklum, kita
“Kamu serius mau memberikan William kepadaku? Bukankah kamu menyukainya?” tanya Nikita waktu itu, dua hari sebelum dia menemui William.“Perasaanku sudah nggak penting, yang penting, om Will bisa bangkit. Tolong bantu dia,” jawab Alexandra.Apakah dia sudah untuk meminta bantuan pada Nikita? Mengapa dia harus menyerahkan lelaki yang sebenarnya tinggal selamgkah bisa dia miliki?“Kamu yakin? Kamu nggak akan cemburu kan melihat pernikahanku dengan William nantinya?”“Tentu saja.”“Termasuk jika aku memiliki anak dari William?”Sontak Alexandra mendongak, dia menatap Nikita dengan pandangan ragu. Ia pikir Nikita tidak menyukai William.Nikita tertawa. “Kenapa kamu melihatku seperti itu? Bukankah wajar kalau aku memiliki anak dari suamiku?”Alexandra tidak menjawab.“Tapi… tante akan menolongnya, kan?”“Jika dia sudah menjadi suamiku, tentu saja aku akan membantunya. Mana mungkin aku membiarkan suamiku mengalami kesulitan.”“Baiklah, itu sudah cukup.”“Aku harap kamu nggak akan menyesal,
Setelah kejadian itu Nikita selalu pulang malam. William merasa jika Nikita sedang menghindarinya. Tetapi William tak yakin alasan apa yang membuat Nikita menjauhinya.Hingga lima hari kemudian Nikita akhirnya pulang normal. Dengan wajah yang kurang tidur, dia duduk di sofa dan menyalakan televisi.William keluar dari kamar terkejut melihat bayangan Nikita duduk di atas sofa.“Akhirnya aku bisa melihatmu di rumah ini,” kata William dengan nada sedikit menyindir.“Yah, akhirnya aku menyelesaikan sedikit masalahku.” Nikita mengambil sebuah undangan dari dalam tasnya kemudian memberikannya pada William.“Apa ini?” tanya William sambil membolak-balikkan undangan yang dia pegang. Wajahnya menegang saat melihat nama ayah Lisa di undangan tersebut.“Mantan ayah mertuamu mengundang kita untuk datang ke acar ulang tahunnya,” jelas Nikita dengan wajah sedikit bingung. “Aku yakin undangan ini jelas bukan untukku. Karena aku sendiri nggak kenal dekat dengan mantan mertuamu.”“Bagaimana kalau kita
Alexandra mendekati Rafael yang terlihat tengah mencarinya. Wajah lelaki itu menunjukkan perasaan lega saat mendapati Alexandra muncul di hadapannya.“Kamu dari mana?” tanya Rafael sambil melihat ke sekelilingnya.“Habis dari toilet,” jawab Alexandra berbohong, ia tak mungkin mengatakan jika dirinya baru saja bertemu dengan William.“Sebaiknya kita pulang sekarang,” kata Rafael yang menunjukkan gelagat anehnya. Alexandra tidak bertanya apapun dan menurut apa kata Rafael.Mereka berdua berjalan ke arah tempat parkir, di sana Alexandra masih bisa melihat mobil William. Bahkan lelaki itu membuka sedikit kaca jendela hingga menampakkan sedikit wajahnya.Gadis itu sedikit terkejut sebelum akhirnya disadarkan oleh Rafael yang memintanya untuk naik.Perasaan Alexandra bercampuraduk. Dalam hatinya ia ingin bersama dengan William. Akan tetapi, keadaannya saat ini tidak memungkinkan untuk bersama dengan lelaki itu.Dia dengan status bertunangan dengan Rafael, dan William yang berstatus menikah