Share

Part 4

Penulis: Loyce
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-03 16:17:46

“Sudah bangun? Duduklah, aku sudah buat sarapan untuk kita.”

Baru saja Lentera keluar dari kamar, dia sudah disuguhkan pemandangan ‘tidak menyenangkan’ di depannya. Raynar berada di dapur dan tengah menata makanan di atas meja makan. Tak hanya itu, lelaki itu terlihat sudah segar sehabis mandi.

Lelaki itu mendongak menatap Lentera yang masih berdiri di ambang pintu. Ekspresinya tidak berubah, masih datar seperti biasa.

“Tera, duduklah. Atau kamu mau mandi dulu?” Raynar kembali bersuara untuk mendapatkan respon dari istrinya.

Sayangnya, tanpa mengatakan apa pun, Lentera memilih berbalik dan masuk ke dalam kamar. Menyandarkan punggungnya di pintu, Lentera berupaya untuk tidak mengeluarkan emosinya di pagi-pagi seperti ini.

“Tenang, Ter. Tenang,” lirih Lentera ketika dia duduk di pinggiran ranjang. “Pagimu tidak boleh dirusak oleh lelaki itu. Tunjukkan kalau kamu tidak terpengaruh dengan keberadaannya.”

Lentera tadinya berhadap ketika dia keluar kamar, Raynar sudah pergi dari apartemennya. Bukannya berdiri di dapur dan menata makanan di atas meja makan. Lantas menyambut pagi Lentera dengan hangat.

Dia sudah muak dengan perilaku Raynar yang seperti itu. Lentera ingin lari dari kenyataan ini, tetapi apalah daya dia tak mampu. Ini adalah kenyataan yang memang harus dia hadapi dengan lapang dada.

Setelah beberapa saat berpikir, Lentera memilih beranjak dan masuk ke dalam kamar mandi. Dia mengguyur tubuhnya dengan air hangat untuk mendapatakan ketenangan dalam dirinya.

Lentera kembali keluar dari kamar setelah siap dengan pakaian kerja. Duduk di meja makan bergabung dengan Raynar yang tengah sibuk dengan ponselnya. Menyadari keberadaan Lentera, lelaki itu meletakkan ponselnya di meja makan.

“Makanlah.” Lagi-lagi Raynar yang mengawali pembicaraan.

Tanpa diminta dua kali, Lentera mengambil nasi dan ayam madu untuk diletakkan di atas piringnya sebelum mencobanya. Lidahnya segera mendeteksi rasa nikmat yang luar biasa. Siapa yang memasak ini? Tanyanya pada diri sendiri.

Selama satu bulan ini, dia tak pernah melihat Raynar memasak karena para pembantu yang sudah menyiapkan semuanya. Lantas, kalau bukan Raynar, siapa yang memasak seenak ini?

‘Ah, pasti lelaki itu memesannya dari sebuah restoran,’ pikir Lentera. ‘Tapi, restoran mana yang sudah buka di jam sepagi ini?’ Pikiran Lenteran dipenuhi oleh banyak pertanyaan hanya karena sarapan yang sekarang dimakannya.

Lentera melirik Raynar yang juga sudah mulai menyantap sarapannya dengan tenang tanpa suara. Hanya suara dentingan sendok dan piring yang memenuhi dapur karena tidak ada dari pasangan tersebut yang berniat untuk berbicara lebih dulu.

Situasi itu tak berlangsung lama ketika Lentera memutuskan untuk bertanya kepada Raynar dan memuaskan rasa ingin tahunya.

“Kamu yang memasak semua ini?” tanya Lentera memecah keheningan. Raynar yang tadinya sibuk dengan piringnya pun mendongak kemudian mengangguk.

“Ya. Bagaimana menurutmu?” Raynar balik bertanya dengan tatapan mengarah lurus pada Lentera.

“Kamu yang memasak ini?” Lentera mengulangi sekali lagi dengan ekspresi tidak percaya.

“Iya. Cocok dengan rasanya?” Raynar memfokuskan netranya pada Lentera yang duduk di depannya. Meja makan yang hanya berisi empat kursi itu tak begitu memberi jarak untuk keduanya.

“Lumayan.” Lentera akhirnya menjawab seadanya. Dia tentu gengsi kalau harus memuji masakan Raynar. Padahal, dia seharusnya tidak perlu memungkiri jika makanan itu enak sekali.

Raynar mengangguk tanpa beban dan meneruskan makannya. Lentera tidak mengenal Raynar dengan baik dan tidak berniat untuk mengenal lelaki itu. Namun, dia sedikit terkejut dengan mahirnya Raynar dalam memasak. Itu sungguh diluar dugaan.

Mumpung mereka dalam keadaan yang kondusif, Lentera akhirnya memilih untuk membahas tentang hubungan yang masih diusahakan perpisahannya tersebut.

“Aku ingin bicara baik-baik denganmu dan aku harap kamu bisa mempertimbangkannya semua yang aku katakan pagi ini.” Perempuan itu sudah menghabiskan makanannya dan kini kedua tangannya disilangkan di atas meja.

“Bicara saja. Aku akan mendengarkannya,” ucap Raynar.

Lentera terkadang merasa heran dengan lelaki itu. Raynar adalah seorang lelaki kaya raya dengan wajah tampan. Dia bisa mendapatkan perempuan mana pun yang dia mau. Namun, kenapa dia harus memilih menerima perjodohan itu dan tidak mencari perempuan yang betul-betul mencintainya.

Kenapa dia harus memilih diperlakukan tidak baik oleh Lentera dibandingkan harus mempermudah Lentera untuk melepaskannya. Oleh karena itu, Lentera harus mencari tahu agar semua menjadi jelas.

“Di luar sana, apa kamu punya perempuan yang kamu cintai?” Lentera mengawali. “Kalau kamu mencintai perempuan lain, tidakkan lebih baik kamu mencoba untuk menikahinya? Kalaupun tidak, aku yakin perempuan mana pun akan bersedia menikah denganmu.”

Raynar tidak terlihat terkejut dengan pertanyaan tersebut. Dia dengan santai menenggak minumannya dan meletakkan kembali gelasnya yang sudah kosong.

“Aku tidak sedang mencintai perempuan mana pun di luar sana,” jawab Raynar dengan sabar. “Satu-satunya perempuan yang ingin aku cintai dan berharap dia mencintaiku adalah kamu karena kamu adalah istriku.”

Untuk sepersekian detik, pasangan itu saling mengunci tatapan mereka. Raynar mengungkapkan kesungguhannya, sedangkan Lentera berpikir jika itu hanya bualan semata. Namun, Lentera harus mencoba lebih sabar lagi.

“Ada banyak perempuan di luar sana yang memiliki prinsip hidup sepertimu. Menikah, berumah tangga, memiliki anak-anak yang lucu, dan happily ever after.” Lentera tersenyum sinis. “Tapi, semua itu tidak ada dalam list kehidupanku. Aku pernah bilang kalau aku tidak suka terikat, aku suka dengan kebebasanku, dan pernikahan ini terasa mencekikku.”

Lentera menarik napas panjang. Dia menatap Raynar dengan sungguh-sungguh dan berharap kali ini berhasil. “Raynar, tidak bisakan kamu melepaskanku? Kita tidak akan pernah berhasil dalam rumah tangga ini.”

Raynar terdiam dan tidak segera menjawab ucapan istrinya. Lentera sudah mencoba untuk membuatnya mengubah pendiriannya. Sayangnya, Raynar bukan lelaki yang mudah mengubah keputusannya.

“Aku tahu kamu tidak suka dengan pernikahan ini. Tapi, cobalah untuk menerima keberadaanku.”

“Aku nggak bisa, Raynar!” Akhirnya suara Lentera meninggi dengan nada kesal. “Aku nggak bisa,” ulangnya sekali lagi. Perempuan itu tampak frustasi. “Ini bukan duniaku. Pernikahan ini bukan sesuatu yang aku mau.” Lentera menutup matanya sejenak. “Kenapa aku harus terikat dengan status yang aku rasa ….” Lentera tidak bisa melajutkan.

Entah dia sudah merasa lelah, atau dia memang sudah tidak memiliki kosakata untuk diucapkan.

“Kalau begitu, biarkan aku saja yang berjuang untuk hubungan kita.” Raynar mengatakan itu dengan nada lembut tanpa ada gejolak emosi sama sekali. “Kamu hanya perlu diam dan jangan meminta perpisahan dariku. Hanya itu saja tugasmu.”

“Konyol!” Lentera tesenyum sinis.

Lentera menunduk menahan gejolak emosi yang hampir meledak sebelum sebuah ide muncul di dalam kepalanya. Dia kembali mendongak dan binar harapan terpanar di matanya.

“Begini saja,” katanya. “Aku akan memberimu waktu selama enam bulan kedepan. Kalau kamu tidak sanggup membuat aku mencintaimu, lebih baik kita pisah saja karena tidak ada harapan dalam pernikahan kita. Tapi, kalau kamu mampu membuatku jatuh cinta kepadamu, aku akan melanjutkan pernikahan ini dan menjadi istri yang kamu inginkan. Bagaimana?”

***

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Cinta Manis Suamiku   Part 5

    “Pertaruhan macam apa itu?” Raynar menggeleng kecil, tampak tidak tertarik dengan penawaran Lentera.“Kamu nggak mau?” Lentera memastikan dengan ekspresi mencibir. “Ini adalah cara terbaik yang bisa kita pakai dan aku rasa ini cukup adil.”Lentera mencoba untuk mendesak. Dia sudah melakukan berbagai cara dan tidak ada dari satu cara pun yang berhasil mengusik Raynar. Maka dari itu, dia akan terus membahas tentang perpisahan, perceraian, atau apa pun itu sebutannya sampai Raynar menyetujui untuk melepaskannya. Memotong ikatan di antara keduanya dan membuat mereka kembali asing.“Kalau kamu nggak mau, itu artinya kamu tidak percaya dengan dirimu sendiri, Raynar.” Lentera lebih berani untuk sedikit demi sedikit mengikis kepercayaan diri lelaki itu dengan kata-katanya.Tidak ada lelaki yang bersedia direndahkan, terlebih lagi oleh istrinya sendiri. Bagus Lentera, sentil harga dirinya agar dia merasa tersinggung, bisik Lentera dalam hati.“Jadi benar, kamu nggak percaya diri, Raynar?” Lent

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-03
  • Cinta Manis Suamiku   Part 6

    “Sial. Apa dia sengaja memesan bunganya dari sini agar bisa membuatku merasa bersalah?”Tanpa sadar, Lentera meremas kedua tangannya dengan hati dan pikiran yang tidak tenang. Dia tahu betul bagaimana ibunya sangat menyukai bunga. Bagi ibunya, bunga adalah bagian dari hidupnya.Aroma wangi alami dari bunga-bunga itu selalu membuat suasana hati ibunya bahagia. Lentera paham betul akan hal itu. Seandainya ibunya tahu kalau dia sudah membuang bunga-bunga yang dikirimkan Raynar untuknya, bagaimana perasaan ibunya? Tentu perempuan paruh baya itu akan sangat kecewa.Perasaan Lentera sudah dipenuhi oleh kebenciannya kepada Raynar sehingga menutup mata batinnya. Sekali lagi, Lentera menatap setangkai bunga yang diberikan oleh Raynar dan tiba-tiba ada gejolak rasa bersalah yang muncul.Lentera menarik napasnya panjang. Dia menyesal sudah membuang bunga-bunga itu tanpa perasaan.“Kamu melamunkan apa?” Raynar masuk ke dalam ruangan kantor mertuanya sambil membawakan makanan pesanan Lentera.Lent

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-06
  • Cinta Manis Suamiku   Part 7

    “Kalau bukan denganmu, mimpi itu akan terkubur, Tera.”Kalimat itu menjadi mimpi buruk bagi Lentera. Bagaimana tidak, suara itu terus saja terngiang di telinganya seolah Raynar sedang mengulangi ucapannya berkali-kali. Dia sudah mencoba untuk melupakan kata-kata itu, tetapi alih-alih hilang, kalimat itu seakan melekat dalam ingatannya.Lentera tidak bisa tidur dan bahkan untuk menutup mata saja dia tak mampu. Kenapa sekuat itu pengaruh ucapan Raynar kepadanya? Atau ini hanya karena Lentera merasa jika ucapan Raynar itu berarti untuknya, atau hanya sebuah perasaan jika permintaan lelaki itu agar Lentera bertanggung jawab atasnya?“Sial!” Lentera bangun dari kasur karena merasa pikirannya penuh dengan dugaan-dugaan yang tidak perlu. Dia bahkan mengacak rambutnya dengan kasar sambil mendesah panjang.Demi Tuhan, Lentera harus segera mengenyahkan segala pikiran tak penting di dalam kepalanya atau dia akan gila sebentar lagi. Menatap jam yang ada di dalam kamarnya, ini hampir tengah malam.

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-07
  • Cinta Manis Suamiku   Part 8

    Lentera tidak meninggalkan kamar Raynar dan tidak ada keinginan untuk pergi. Dia hanya duduk diam sambil menatap suaminya dengan segala macam pertanyaan yang muncul di dalam kepalanya.Ini sudah larut malam, tetapi dia tak bergerak dari sofa. Seharusnya dia tidur sekarang karena esok hari dia harus bekerja. Namun, dia tetap berada di kamar Raynar entah sampai kapan.Hampir pukul tiga pagi, Raynar membuka matanya. Lelaki itu tampak begitu kesakitan dan dia bahkan harus mendesis panjang. Lentera yang mendengar itu membuka matanya. Perempuan itu ternyata ketiduran.“Kamu membutuhkan sesuatu?” tanya Lentera setelah duduk di pinggiran ranjang.Raynar tidak menjawab. Lelaki itu sesekali menutup matanya ketika rasa sakit itu menghantam tubuhnya tiada ampun. Sepertinya bukan hanya wajahnya yang babak belur, ada bagian lain dari tubuhnya yang terluka.“Kalau masih kesakitan, aku akan membawamu ke rumah sakit.” Lentera mencoba memberikan pendapatnya. Namun, Raynar menggeleng.Dengan susah payah

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-08
  • Cinta Manis Suamiku   Part 9

    Lentera tercenung di tempatnya berdiri dengan perasaan campur aduk tidak karuan. Apa yang terjadi dengannya sebenarnya? Kenapa semakin dia mencoba untuk memberontak pergi dari pernikahannya dengan Raynar, seakan semesta ingin dia tetap bertahan.Bagas sudah tidak ada di depannya, tetapi ucapan lelaki itu berputar berulang-ulang di dalam kepalanya.‘Mungkin Bapak begitu menyayangi Ibu sampai dia tak ingin berbagi kesedihannya.’Kalimat tersebut adalah kalimat sederhana, tetapi mampu membuat Lentera diam membisu. Kata sayang itu seolah sebuah kekonyolan yang tidak bisa diabaikan.“Tera.”Suara itu membuyarkan lamunan Lentera. Dia menoleh dan mendapati Raynar sudah berdiri di ambang pintu dengan Bagas di belakangnya. Lentera yang melihat itu seketika memusatkan atensinya kepada Raynar. Namun, dia hanya menatap Raynar tanpa mengatakan apa pun.“Aku harus ke rumah sakit sekarang. Kalau kamu mau ke kantor, pergilah. Bagas sudah ada bersamaku, jadi kamu nggak perlu khawatir.”Lentera masih t

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-09
  • Cinta Manis Suamiku   Part 10

    Lentera mendesis kecil mendengar pertanyaan yang dilontarkan Raynar. Baginya, pertanyaan itu terlalu mengada-ada dan menunjukkan kepercayaan diri yang tinggi. Perempuan itu menarik kursi sebelum mendudukinya. Lantas dia menatap Raynar dengan tatapan datar.“Ini bukan sebuah bentuk perhatian. Aku hanya tidak ingin orang lain menyalahkanku atas kesakitanmu. Aku tidak ingin melibatkan diri terlalu jauh dengan masalahmu dan melindungi diriku sendiri.”Raynar memilih diam tak memberikan jawaban apa pun kepada Lentera. Tidak memancing perdebatan akan lebih baik dibandingkan harus membuat Lentera terus emosi karena dirinya.Ruangan itu otomatis hening ketika Lentera maupun Raynar sama-sama tidak ada yang berbicara. Raynar memilih menatap ke arah kitchen island dengan tatapan kosong. Terlalu banyak hal yang berkecamuk dalam kepalanya. Hal itu membuat Lentera mengernyit ketika dia menatap Raynar.Lentera lantas berpikir tentang sesuatu. Bukankan ini merupakan kesempatan yang baik untuk menguli

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-11
  • Cinta Manis Suamiku   Part 11

    Lentera mengetukkan pena yang dipegangnya di atas meja kerjanya. Ada banyak pertanyaan yang menggantung di dalam kepalanya membutnya lagi-lagi tidak bisa konsentrasi dalam bekerja.Beberapa dokumen yang ada di atas mejanya sudah menumpuk dan Lentera sama sekali tidak mengeceknya dan membiarkan begitu saja. Dia sibuk dengan pikirannya sendiri dan lagi-lagi selalu tentang Raynar.Dia hanya merasa heran dengan lelaki itu. Ada apa sebenarnya antara Raynar dengan ayahnya, atau pertanyaannya diganti. Apa yang terjadi dengan Raynar dan keluarganya? Jika hubungan mereka baik-baik saja, maka Raynar tidak akan bersikap seperti itu.Dia bahkan dengan gamblang menyatakan sedikit kemungkinan dia akan datang di acara makan malam ulang tahun ayahnya. Nyatanya, rasa penasaran yang tidak bisa dibendung itu membuat Lentera akhirnya memutuskan untuk menemui Raynar. Dia memiliki alasan yang kuat untuk datang ke kantor suaminya.Di sinilah dia sekarang. Duduk di lobby perusahaan Raynar dengan perasaan sed

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-12
  • Cinta Manis Suamiku   Part 12

    ‘Apa yang terjadi dengan mereka?’‘Apa yang membuat seorang kakak memanggil adiknya di brengsek dengan ekspresi marah seolah mereka tidak pernah akur sebelumnya.’‘Kalau memiliki masalah dengan Brian, seharusnya Raynar tidak bersikap antipati kepada ayahnya dan tetap datang di hari ulang tahun lelaki itu.’Segala pertanyaan itu berkelebat di dalam kepala Lentera membuatnya merasa jika teka-teki tentang hidup Raynar semakin tidak bisa diabaikan. Lentera jelas penasaran dengan semua ini. Dia ingin tahu segala kejadian yang pernah terjadi atau bahkan yang sedang terjadi.Sayangnya, dia tak bisa menguaknya. Sekarang, dia harus diliputi gundah yang luar biasa di dalam kepalanya.Lentera mondar-mandir di dalam ruang keluarga menunggu Raynar pulang. Ya, Raynar benar-benar tidak datang ke rumah orang tuanya. Jadilah di hari ulang tahun ayahnya hanya dirinya sebagai ‘perwakilan’ untuk datang.Hampir pukul dua belas malam ketika Raynar baru masuk ke dalam rumah dan tampak terkejut ketika Lenter

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-13

Bab terbaru

  • Cinta Manis Suamiku   Part 26

    Lentera merasa tenang akhir-akhir ini karena sudah ‘berdamai’ dengan keadaan. Bukan dia dengan mudah menyerah, tetapi faktanya, dia tidak bisa melakukan banyak hal karena semua keluarganya menghalangi usahanya.Maka jalan satu-satunya adalah dengan menerima pernikahan ini dengan caranya. Lantas akan sampai kapan semua ini berlaku? Lentera pun tidak tahu. Dia akan menjalani saja sampai benar-benar lelah.Ketukan pintu kamar Lentera membuat si empunya harus mendesah panjang. Matahari belum muncul dan Lentera masih tiduran di atas ranjang sambil memaninkan ponselnya. Namun, dia mau tak mau harus bangun dan melihat siapa yang sudah mengetuk pintu.“Selamat pagi, Tera.” Raynar tersenyum dengan cerah bak mentari pagi ketika menatap Lentera yang ada di depannya. “Ini hari minggu dan aku mau ajak kamu jalan-jalan. Kamu nggak ada kegiatan apa pun ‘kan?” tanya Raynar.“Tiba-tiba banget.” Tidak ada rasa antusias yang dirasakan oleh Lentera dengan ajakan Raynar.“Jalan kaki selama tiga puluh meni

  • Cinta Manis Suamiku   Part 25

    Aroma lezat itu terdeteksi oleh hidung Lentera ketika dia baru saja turun dari lantai dua. Dengan langkah panjang, dia segera masuk ke dalam ruang makan dan melihat Raynar berdiri di depan kompor.Secara alami, Lentera mendekat untuk melihat apa yang dimasak oleh Raynar. Itu adalah nasi goreng dengan suiran ayam. Dia tak mengatakan apa pun dan hanya melihat bagaimana lincahnya Raynar mengaduk nasi tersebut di atas wajan.Mengambil sendok, Raynar menyendokkan sedikit nasi tersebut sebelum memberikan kepada Lentera. “Cobalah. Kalau rasanya kurang pas, aku bisa memperbaikinya.”Tanpa diminta dua kali Lentera langsung menerima nasi itu dari suapan Raynar. “Udah pas rasanya.” Begitu katanya.“Kalau begitu, kamu duduk aja. Aku akan menyiapkan untukmu.” Raynar tersenyum kecil dengan penuh ketulusan.Lentera lagi-lagi menurut. Dia memilih untuk duduk di kursi makan dan menunggu Raynar. Tak lama, Raynar membawa dua piring nasi goreng dan meletakkan satu piring di depan Lentera dan satu lagi te

  • Cinta Manis Suamiku   Part 24

    Lentera menatap punggung Raynar yang menjauh dari pandangannya. Tidak bisa dipungkiri ucapan Raynar itu adalah pukulan telak untuk hatinya. Pertama kalinya, Raynar berbicara dengan nada ketus. Itu tanda jika lelaki itu benar-benar tengah dalam kondisi perasaan yang tidak baik-baik saja.Dia hanya bisa berdiri dengan tubuh yang terasa membeku. Tiba-tiba saja dia merasa perasaannya juga tidak nyaman.“Astaga.” Begitu katanya dengan hembusan napas panjang. “Kenapa aku harus merasakan ini?” Lentera berlalu dari tempat itu untuk masuk ke dalam rumah.Dia tak menemukan Raynar di ruang keluarga, pasti lelaki itu ada di ruang kerjanya atau bahkan di kamarnya. Lentera tidak ingin mengganggu lelaki itu dan memilih untuk pergi ke kamarnya sendiri.Kejadian hari itu pada akhirnya, membuat hubungan Raynar dan Lentera yang tadinya hampir membaik pun kembali renggang. Bahkan, Lentera jarang sekali melihat kemunculan Raynar di rumah mereka. Dia yang entah kenapa mengubah jadwal kerjanya menjadi lebih

  • Cinta Manis Suamiku   Part 23

    “Kalau aku mau egois, aku akan memaksamu untuk melakukan apa yang aku mau, Lentera. Tapi, aku nggak mau melakukannya karena keterpaksaan. Jadi, lupakan saja apa yang aku katakan tadi.”Kalimat itu adalah kalimat yang Raynar katakan ketika mereka sudah sampai di depan kantor Lentera. Raynar tahu betul Lentera tidak nyaman dengan permintaannya dan dia memang sengaja memberikan jeda untuk Lentera berpikir. Faktanya ketika dia meminta hal itu, Lentera terdiam seribu bahasa.Tidak ada penolakan, tetapi ekspresi wajahnya tidak menentu. Ada keraguan yang terlihat, tetapi dia seolah berpikir untuk menerimanya.Setelah mengantarkan Lentera, Raynar memilih kembali ke kantor. Namun, dia tak lagi mengambil lembur karena dia tahu kondisi fisiknya belum benar-benar membaik. Dia pulang saat matahari masih berkuasa.Membaringkan tubuhnya di kasur, Raynar menatap langit-langit kamar. Setelah Lentera nanti pulang, mungkin pembahasan tentang Raynar dan keluarganya masih akan menjadi topik obrolan mereka

  • Cinta Manis Suamiku   Part 22

    Raynar sejak tadi hanya terus memasang wajah dinginnya. Lentera menyaradi itu, tetapi dia tak bisa berbuat apa pun kecuali hanya diam. Ini adalah pertama kalinya dia duduk bersama suami dan juga ayah mertuanya. Ditambah lagi ada kakak iparnya yang mengatakan jika dia ‘membenci’ Raynar.Tentu saja situasi mereka sangatlah canggung luar biasa. Raynar tampaknya tidak berniat mengawali obrolan dan terlihat tak acuh.“Kamu mau tambah sesuatu?” Namun, pada akhirnya dia menoleh pada Lentera dan menawarkan sesuatu. Tadinya dia yang duduk di depan Lentera memilih pindah dan duduk di samping istrinya.“Nggak. Aku udah kenyang,” jawab Lentera.“Kalau begitu, kita bisa pergi sekarang?”“Ya, pergi saja, Raynar. Anggap saja tidak ada kami di sini.” Brian menjawab ucapan Raynar membuat situasi semakin tidak nyaman.Raynar yang tadinya menatap Lentera itu pun segera mengalihkan tatapannya ke arah Brian. Tatapannya pada kakaknya itu dingin dan tajam. Mereka tak ubahnya seperti musuh yang berlindung da

  • Cinta Manis Suamiku   Part 21

    “Bapak.” Bagas terkejut melihat bosnya muncul di kantor. “Bapak sudah lebih baik?” Bagas mengekori Raynar yang masuk ke dalam ruangannya. “Seharusnya Bapak tetap di rumah biar saya saja yang datang nanti.”Raynar terkekeh kecil. “Saya sudah lebih baik. Saya bosan kalau harus tetap berada di rumah.” Lelaki itu duduk di kursi sambil sesekali mengernyitkan dahinya. Ekspresinya itu tertangkap oleh netra Bagas dan kekhawatiran itu terlihat.Raynar mengangkat tangannya saat Bagas ingin mendekatinya. “Kamu berikan saja berkas yang perlu saya cek. Saya sudah sehat, Bagas.”Bagas menurut dan dia akhirnya hanya mengangguk. Membalikkan badannya untuk keluar dari ruangan Raynar sebelum dia mengambil berkas dari mejanya.“Bapak ingin dibuatkan minuman apa?” tanya Bagas setelah meletakkan tumpukan berkas di atas meja Raynar. “Bapak untuk sementara tidak boleh minum kopi dulu.”“Saya tahu. Nanti siang saja kamu bisa pesankan saya kelapa muda.” Bagas mengangguk dan menyetujui permintaan Raynar. “Dan

  • Cinta Manis Suamiku   Part 20

    “Pagi.” Sambutan pagi itu membuat Lentera sedikit mengernyitkan dahinya. Raynar yang kemarin masih terlihat lemah itu kini sudah duduk di kursi makan sambil menatap lurus pada tabletnya. Tengah membaca berita pagi atau mungkin melihat bursa saham.Lelaki itu bahkan sudah rapi dengan kemeja kantornya dan jasnya diletakkan di kursi lainnya. Pemandangan itu terlihat sangat biasa, tetapi kali ini tentu saja sedikit berbeda karena Raynar dalam kondisi yang tidak baik. Setidaknya itulah yang ada di dalam pikiran Lentera.“Kamu udah mau kerja?” Lentera menatap suaminya dengan ekspresi heran. Raynar masih terlihat sedikit pucat, tetapi tampaknya, lelaki itu tidak memedulikan kesehatannya sama sekali. “Udah sehat?” lanjutnya lagi merasa penasaran.Lentera bahkan harus meneliti wajah Raynar dengan seksama untuk memastikan jika laki-laki itu benar-benar sudah sehat. Namun, dilihat dari segi mana pun, Raynar masih belum sembuh betul.“Ya, lumayan.” Raynar mendongakkan kepalanya dan menatap Lenter

  • Cinta Manis Suamiku   Part 19

    Lentera tidak pernah membayangkan sebelumnya jika dia akan berada di ranjang yang sama dengan seorang lelaki yang berstatus sebagai suaminya. Dia berpikir, pernikahan hanyalah sebuah beban. Setelah dia menjalaninya, pemikiran itu tidaklah salah. Menikah hanya membuat masalah baru dalam hidupnya.Terlebih lagi, lelaki yang sekarang ada di sampingnya itu adalah pusat masalahnya. Raynar yang menjadi beban terberat dalam pikirannya. Lelaki yang penuh dengan misteri dan tetak-teki.“Aku dengar kamu mencariku ke mana-mana.” Suara Raynar terdengar mengalun di bawah keheningan ruangan luas bernuansa putih tersebut.Lentera pikir, Raynar sudah tidur, tetapi lelaki itu masih terjaga. Menolehkan kepalanya ke arah kanan, Lentera bisa melihat sisi wajah Raynar. Lelaki itu menatap ke langit-langit kamar dengan kedua tangan berada di atas perutnya.“Aku hanya nggak mau disalahkan kalau terjadi sesuatu sama kamu. Status istri ini ternyata memberatkan.” Lentera menjawab dengan sedikit rasa kesal. “Seb

  • Cinta Manis Suamiku   Part 18

    “Boleh aku tahu kenapa kalian nggak akur?” tanya Lentera yang kini sudah menegakkan tubuhnya dan meredam gedoran jantungnya yang tiba-tiba saja semakin meningkat tajam.Lentera terus menatap Brian yang tengah menikmati makan siangnya. Dia berusaha untuk menahan diri agar tidak tergelung emosi yang tiba-tiba saja muncul. Dia sekarang sedang berhadapan dengan seorang kakak ipar yang seharusnya Lentera bisa menjaga sikap.“Raynar itu susah diajak bicara, keras kepala, dan serakah. Di mana pun dia, selalu saja merepotkan orang lain. Masalah yang tidak ada bahkan diada-adakan. Trouble maker.” Brian menatap Lentera ketika mengatakan dua kata terakhir. “Dia juga lelaki tidak tahu diri. Merasa dirinya paling tinggi dibandingkan orang lain. Dia sudah diperlakukan baik oleh kami, tetapi dia semakin tidak tahu diri.”Brian menyuapkan makanan terakhir sebelum meminggirkan piring ke sisi kirinya. Tatapannya pada Lentera pun tak putus sampai dia menenggak minumannya.“Aku sangat membencinya,” imbuh

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status