Share

Part 5

Penulis: Loyce
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-03 16:18:36

“Pertaruhan macam apa itu?” Raynar menggeleng kecil, tampak tidak tertarik dengan penawaran Lentera.

“Kamu nggak mau?” Lentera memastikan dengan ekspresi mencibir. “Ini adalah cara terbaik yang bisa kita pakai dan aku rasa ini cukup adil.”

Lentera mencoba untuk mendesak. Dia sudah melakukan berbagai cara dan tidak ada dari satu cara pun yang berhasil mengusik Raynar. Maka dari itu, dia akan terus membahas tentang perpisahan, perceraian, atau apa pun itu sebutannya sampai Raynar menyetujui untuk melepaskannya. Memotong ikatan di antara keduanya dan membuat mereka kembali asing.

“Kalau kamu nggak mau, itu artinya kamu tidak percaya dengan dirimu sendiri, Raynar.” Lentera lebih berani untuk sedikit demi sedikit mengikis kepercayaan diri lelaki itu dengan kata-katanya.

Tidak ada lelaki yang bersedia direndahkan, terlebih lagi oleh istrinya sendiri. Bagus Lentera, sentil harga dirinya agar dia merasa tersinggung, bisik Lentera dalam hati.

“Jadi benar, kamu nggak percaya diri, Raynar?” Lentera kembali bertanya karena tidak ada satu kata pun yang keluar dari mulut lelaki itu.

Lentera terkekeh puas dengan ekspresi mengejeknya. Bagaimana mungkin seorang pengusaha sukses seperti Raynar tidak percaya diri dihadapan Lentera? Bukankah itu sangat memalukan? Hanya dengan memikirkan itu saja, Lentera merasa kebahagiaannya memuncak.

Ternyata hanya sebesar itu mental Raynar. Lentera sangat puas melihat keterdiaman Raynar yang hanya terus menatapnya. Kalah telak, eh?

“Ini bukan masalah percaya diri atau tidak, Lentera,” cetus Raynar setelah itu. “Tapi, kenapa aku harus mengorbankan kebahagiaanku hanya untuk pertaruhan konyol seperti itu?”

Alis Raynar menukik tanpa melepas pandangannya pada Lentera. Wajah Lentera yang tadinya terlihat jumawa penuh kemenangan itu pun berubah datar. Dia tak bisa menebak ke mana arah pembicaraan suaminya.

Untuk beberapa waktu, pasangan suami istri itu hanya diliputi oleh keheningan yang mencekam. Atmosfer yang melingkupi mereka semakin memanas. Namun, tak lama setelah itu, Raynar kembali bersuara.

“Kamu tahu betul aku bahagia dengan pernikahan ini meskipun kamu tidak menyukaiku. Sayangnya, aku nggak akan menyerah karena sikapmu kepadaku. Ada banyak cara untuk memenangkan hatimu, dan aku akan menikmati setiap langkah yang aku ambil untuk membuatmu menerimaku.”

Raynar bediri. Menumpuk piring kotor bekas makan mereka untuk dicuci. “Aku tahu ini butuh waktu yang tidak sebentar. Tapi, ini bukan tentang seberapa cepat aku mampu membuat kamu jatuh cinta kepadaku. Melainkan siapa yang akan bertahan lebih lama dalam pernikahan ini, maka dialah pemenang sebenarnya. Kalau kamu mundur sekarang, maka sudah pasti kamulah yang kalah.”

Di akhir kalimat, Raynar memberikan kedipan matanya sebelum dia pergi ke tempat pencuci piring dan membersihkan piring kotor yang dibawanya. Meletakkannya kembali ke tempatnya, setelah itu dia membereskan meja makan untuk menyimpan sisa makanan di dalam kulkas.

Semua pergerakan itu tidak luput dari tatapan Lentera. Tiba-tiba saja dia merasa ada sisi lain yang dia lihat dari Raynar.

Kenapa Raynar begitu cekatan seolah begitu menguasai dapur? Lelaki itu seolah sudah terbiasa dengan hal tersebut dan ini bukan pertama kalinya. Untuk beberapa saat, kepala Lentera tidak fokus pada pembahasan awal, melainkan berpikir tentang sikap Rainar.

“Lentera, cobalah untuk menekan egomu. Apa kamu nggak ingin hidup bahagia seperti orang tuamu? Seperti kakakmu, atau seperti keluargamu yang lain dengan pernikahan mereka?”

Raynar kini berdiri di samping Lentera. Memberikan senyum tulus sebelum tangannya terangkat dan mendarat tepat di puncak kepala Lentera. Hal itu otomatis membuat tubuh Lentera seakan kaku tidak bisa digerakkan dengan jantung yang berdegub lebih kencang.  

Tak hanya itu, Raynar mengelus puncak kepala Lentera dengan lembut dan penuh sayang. “Aku berangkat dulu. Kamu berangkatnya nanti hati-hati. Sampai bertemu nanti malam.”

Setelah mengatakan itu, Raynar keluar meninggalkan Lentera yang tertegun di tempatnya. Perempuan itu terdiam dan seolah tengah mencerna apa yang baru saja terjadi beberapa waktu lalu.

Ketika dia sadar dari keterdiamannya, Lentera menggeram marah. “Raynar, sialan!” umpatan itu akhirnya keluar dari mulutnya.

Sekali lagi, pembicaraan antara Lentera dengan Raynar pagi ini tidak mendapatkan titik temu. Mereka sama-sama kukuh untuk mempertahankan prinsip mereka. Mereka bertolak belakang dalam segala hal dan untuk menyatukan keduanya butuh waktu yang tidak sebentar.

***

“Bunga untuk Ibu.” Sekretaris pribadi Lentera itu membawa sebuket bunga lavender di tangannya untuk diserahkan kepada bosnya.

Alih-alih menerima, Lentera justru memerintahkan untuk menyingkirkan. “Buang dan foto setelah itu.”

Ayu yang sudah tahu bunga cantik itu akan menjadi penghuni tong sampah, maka dia menawarkan diri untuk mengambilnya. Meskipun dia nanti akan mendapatkan semprotan kemarahan dari Lentera, sepertinya dia akan menerima saja.

“Saya mengerti. Tapi, bunga ini akan saya bawa pulang, Bu. Sayang kalau teronggok di tempat sampah.”

Lentera yang tadinya fokus pada layar laptopnya itu kini mendongak. Memberikan tatapan tajam pada Ayu. Namun, dia malas berdebat dan hanya mengeluarkan satu kata, “Terserah!”

Tak lama setelah itu, sebuah foto dari Ayu masuk ke dalam ponselnya. Dia langsung mengirimkan foto tersebut kepada Raynar dan menunjukkan jika Bunga yang dikirimkan sudah teronggok di tempat sampah.

Sayangnya, dia tak mendapatkan balasan dari Raynar. Tidak juga foto itu dilihat oleh suaminya. Kalau sudah begini, maka apa yang bisa dilakukan oleh Lentera? Usahanya untuk membuat Raynar sakit hati pun tak mendapatkan tanggapan yang diinginkan.

Sore itu, Lentera pulang lebih cepat dibanding hari-hari biasanya. Namun, dia tidak langsung pulang ke rumah dan memilih untuk pergi ke restoran ibunya. Restoran dan toko bunga milik ibunya itu tampak ramai.

Detik dia masuk ke dalam restoran tersebut, dia merasa menyesal luar biasa. Pasalnya, dia mendapati Raynar berada di sana bersama dengan beberapa orang. Terlihat mereka tengah serus.

Seperti sebuah magnet yang menariknya, Raynar mengalihkan tatapannya pada dokumen yang ada di tangannya dan tatapannya kini bersibobrok pada Lentera. Alis lelaki itu menukik sebelum sebelum senyum dia lemparkan untuk istrinya.

“Mbak Tera.” Salah satu karyawan menyapa Lentera menyadarkan perempuan itu dari kebisuan. “Mbak Tera mau bertemu dengan Pak Ray?” tanya karyawan tersebut membuat Lentera sedikit keki.

“Mama ada?” Tidak menjawab pertanyaan karyawan tersebut, dia justru balik bertanya.

“Ibu udah pulang, Mbak.”

Lentera mengangguk. “Saya ke kantor Mama saja. Tolong buatkan minuman cappuccino dan kentang. Sepertinya steak juga enak. Tiga itu saja.”

Tanpa menunggu apa pun lagi, Lentera akhirnya berlalu dari sana. Setelah itu, dia pergi ke lantai atas untuk masuk ke dalam ruangan kantor ibunya. Melemparkan tubuhnya di sofa dan memijat kepalanya yang terasa berdenyut.

Ketukan pintu terdengar memunculkan pelayan yang membawakan cappuccino untuknya. “Makanannya sebentar lagi selesai, Mbak.” Si pelayan menjelaskan. Meletakkan secangkir cappuccino di atas meja beserta setangkai bunga untuknya.

“Kenapa harus ada bunga?” Lentera sedikit melotot kepada karyawan tersebut.

“Bunga ini dari Pak Ray, Mbak.” Karyawan itu tersenyum. “Pak Ray romantis banget, ya, Mbak. Setiap siang juga selalu ngirim bunga untuk Mbak Tera. Kalau aku jadi Mbak Tera ….”

“Apa kamu bilang?” Lentera menegakkan duduknya ketika mendengar ucapan perempuan itu.

“Apa Mbak?" tanya karyawan tersebut tidak mengerti. 

“Raynar memesan bunganya dari sini?” Eksrepesi terkejut itu tidak bisa disembunyikan. Lentera sepertinya tidak pernah menyangka kalau bunga-bunga yang selalu diterima dari Raynar itu adalah dari toko ibunya. Lebih parahnya, dia membuangnya begitu saja?

***

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Cinta Manis Suamiku   Part 6

    “Sial. Apa dia sengaja memesan bunganya dari sini agar bisa membuatku merasa bersalah?”Tanpa sadar, Lentera meremas kedua tangannya dengan hati dan pikiran yang tidak tenang. Dia tahu betul bagaimana ibunya sangat menyukai bunga. Bagi ibunya, bunga adalah bagian dari hidupnya.Aroma wangi alami dari bunga-bunga itu selalu membuat suasana hati ibunya bahagia. Lentera paham betul akan hal itu. Seandainya ibunya tahu kalau dia sudah membuang bunga-bunga yang dikirimkan Raynar untuknya, bagaimana perasaan ibunya? Tentu perempuan paruh baya itu akan sangat kecewa.Perasaan Lentera sudah dipenuhi oleh kebenciannya kepada Raynar sehingga menutup mata batinnya. Sekali lagi, Lentera menatap setangkai bunga yang diberikan oleh Raynar dan tiba-tiba ada gejolak rasa bersalah yang muncul.Lentera menarik napasnya panjang. Dia menyesal sudah membuang bunga-bunga itu tanpa perasaan.“Kamu melamunkan apa?” Raynar masuk ke dalam ruangan kantor mertuanya sambil membawakan makanan pesanan Lentera.Lent

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-06
  • Cinta Manis Suamiku   Part 7

    “Kalau bukan denganmu, mimpi itu akan terkubur, Tera.”Kalimat itu menjadi mimpi buruk bagi Lentera. Bagaimana tidak, suara itu terus saja terngiang di telinganya seolah Raynar sedang mengulangi ucapannya berkali-kali. Dia sudah mencoba untuk melupakan kata-kata itu, tetapi alih-alih hilang, kalimat itu seakan melekat dalam ingatannya.Lentera tidak bisa tidur dan bahkan untuk menutup mata saja dia tak mampu. Kenapa sekuat itu pengaruh ucapan Raynar kepadanya? Atau ini hanya karena Lentera merasa jika ucapan Raynar itu berarti untuknya, atau hanya sebuah perasaan jika permintaan lelaki itu agar Lentera bertanggung jawab atasnya?“Sial!” Lentera bangun dari kasur karena merasa pikirannya penuh dengan dugaan-dugaan yang tidak perlu. Dia bahkan mengacak rambutnya dengan kasar sambil mendesah panjang.Demi Tuhan, Lentera harus segera mengenyahkan segala pikiran tak penting di dalam kepalanya atau dia akan gila sebentar lagi. Menatap jam yang ada di dalam kamarnya, ini hampir tengah malam.

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-07
  • Cinta Manis Suamiku   Part 8

    Lentera tidak meninggalkan kamar Raynar dan tidak ada keinginan untuk pergi. Dia hanya duduk diam sambil menatap suaminya dengan segala macam pertanyaan yang muncul di dalam kepalanya.Ini sudah larut malam, tetapi dia tak bergerak dari sofa. Seharusnya dia tidur sekarang karena esok hari dia harus bekerja. Namun, dia tetap berada di kamar Raynar entah sampai kapan.Hampir pukul tiga pagi, Raynar membuka matanya. Lelaki itu tampak begitu kesakitan dan dia bahkan harus mendesis panjang. Lentera yang mendengar itu membuka matanya. Perempuan itu ternyata ketiduran.“Kamu membutuhkan sesuatu?” tanya Lentera setelah duduk di pinggiran ranjang.Raynar tidak menjawab. Lelaki itu sesekali menutup matanya ketika rasa sakit itu menghantam tubuhnya tiada ampun. Sepertinya bukan hanya wajahnya yang babak belur, ada bagian lain dari tubuhnya yang terluka.“Kalau masih kesakitan, aku akan membawamu ke rumah sakit.” Lentera mencoba memberikan pendapatnya. Namun, Raynar menggeleng.Dengan susah payah

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-08
  • Cinta Manis Suamiku   Part 9

    Lentera tercenung di tempatnya berdiri dengan perasaan campur aduk tidak karuan. Apa yang terjadi dengannya sebenarnya? Kenapa semakin dia mencoba untuk memberontak pergi dari pernikahannya dengan Raynar, seakan semesta ingin dia tetap bertahan.Bagas sudah tidak ada di depannya, tetapi ucapan lelaki itu berputar berulang-ulang di dalam kepalanya.‘Mungkin Bapak begitu menyayangi Ibu sampai dia tak ingin berbagi kesedihannya.’Kalimat tersebut adalah kalimat sederhana, tetapi mampu membuat Lentera diam membisu. Kata sayang itu seolah sebuah kekonyolan yang tidak bisa diabaikan.“Tera.”Suara itu membuyarkan lamunan Lentera. Dia menoleh dan mendapati Raynar sudah berdiri di ambang pintu dengan Bagas di belakangnya. Lentera yang melihat itu seketika memusatkan atensinya kepada Raynar. Namun, dia hanya menatap Raynar tanpa mengatakan apa pun.“Aku harus ke rumah sakit sekarang. Kalau kamu mau ke kantor, pergilah. Bagas sudah ada bersamaku, jadi kamu nggak perlu khawatir.”Lentera masih t

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-09
  • Cinta Manis Suamiku   Part 10

    Lentera mendesis kecil mendengar pertanyaan yang dilontarkan Raynar. Baginya, pertanyaan itu terlalu mengada-ada dan menunjukkan kepercayaan diri yang tinggi. Perempuan itu menarik kursi sebelum mendudukinya. Lantas dia menatap Raynar dengan tatapan datar.“Ini bukan sebuah bentuk perhatian. Aku hanya tidak ingin orang lain menyalahkanku atas kesakitanmu. Aku tidak ingin melibatkan diri terlalu jauh dengan masalahmu dan melindungi diriku sendiri.”Raynar memilih diam tak memberikan jawaban apa pun kepada Lentera. Tidak memancing perdebatan akan lebih baik dibandingkan harus membuat Lentera terus emosi karena dirinya.Ruangan itu otomatis hening ketika Lentera maupun Raynar sama-sama tidak ada yang berbicara. Raynar memilih menatap ke arah kitchen island dengan tatapan kosong. Terlalu banyak hal yang berkecamuk dalam kepalanya. Hal itu membuat Lentera mengernyit ketika dia menatap Raynar.Lentera lantas berpikir tentang sesuatu. Bukankan ini merupakan kesempatan yang baik untuk menguli

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-11
  • Cinta Manis Suamiku   Part 11

    Lentera mengetukkan pena yang dipegangnya di atas meja kerjanya. Ada banyak pertanyaan yang menggantung di dalam kepalanya membutnya lagi-lagi tidak bisa konsentrasi dalam bekerja.Beberapa dokumen yang ada di atas mejanya sudah menumpuk dan Lentera sama sekali tidak mengeceknya dan membiarkan begitu saja. Dia sibuk dengan pikirannya sendiri dan lagi-lagi selalu tentang Raynar.Dia hanya merasa heran dengan lelaki itu. Ada apa sebenarnya antara Raynar dengan ayahnya, atau pertanyaannya diganti. Apa yang terjadi dengan Raynar dan keluarganya? Jika hubungan mereka baik-baik saja, maka Raynar tidak akan bersikap seperti itu.Dia bahkan dengan gamblang menyatakan sedikit kemungkinan dia akan datang di acara makan malam ulang tahun ayahnya. Nyatanya, rasa penasaran yang tidak bisa dibendung itu membuat Lentera akhirnya memutuskan untuk menemui Raynar. Dia memiliki alasan yang kuat untuk datang ke kantor suaminya.Di sinilah dia sekarang. Duduk di lobby perusahaan Raynar dengan perasaan sed

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-12
  • Cinta Manis Suamiku   Part 12

    ‘Apa yang terjadi dengan mereka?’‘Apa yang membuat seorang kakak memanggil adiknya di brengsek dengan ekspresi marah seolah mereka tidak pernah akur sebelumnya.’‘Kalau memiliki masalah dengan Brian, seharusnya Raynar tidak bersikap antipati kepada ayahnya dan tetap datang di hari ulang tahun lelaki itu.’Segala pertanyaan itu berkelebat di dalam kepala Lentera membuatnya merasa jika teka-teki tentang hidup Raynar semakin tidak bisa diabaikan. Lentera jelas penasaran dengan semua ini. Dia ingin tahu segala kejadian yang pernah terjadi atau bahkan yang sedang terjadi.Sayangnya, dia tak bisa menguaknya. Sekarang, dia harus diliputi gundah yang luar biasa di dalam kepalanya.Lentera mondar-mandir di dalam ruang keluarga menunggu Raynar pulang. Ya, Raynar benar-benar tidak datang ke rumah orang tuanya. Jadilah di hari ulang tahun ayahnya hanya dirinya sebagai ‘perwakilan’ untuk datang.Hampir pukul dua belas malam ketika Raynar baru masuk ke dalam rumah dan tampak terkejut ketika Lenter

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-13
  • Cinta Manis Suamiku   Part 13

    “Tidak ada yang lebih berhak untuk menceritakan latar belakang kehidupan Raynar kecuali Raynar sendiri, Lentera. Seharusnya kalau kamu penasaran dengannya, kamu tanyakan langsung kepadanya. Itu jauh lebih baik dibadingkan harus diam-diam mencari tahu,” ucap ayah Lentera dengan tegas.“Aku udah tanya dia secara langsung, Pa, tapi dia nggak menceritakan apa pun,” sanggah Lentera berapi-api.“Karena kamu ingin mengetahuinya untuk memuaskan rasa penasaranmu. Lantas, apa kamu benar-benar peduli dengannya?” Pertanyaan itu membuat Lentera bungkam. Dia seperti tidak memiliki kemampuan untuk menjawab.Ayah Lentera itu tersenyum. “Raynar akan menceritakan semuanya kalau kamu memang tulus padanya. Dan sebelum terlambat, cobalah mengenal dia dengan baik. Lihat ketulusannya, maka kamu pasti akan segera jatuh cinta kepadanya.”“Dan itu nggak akan terjadi, Pa.” Lentera mengelak karena dia tak akan semudah itu jatuh cinta dengan seseorang. “Cinta hanya akan membuat hidupku tidak bahagia.”“Kamu selal

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-14

Bab terbaru

  • Cinta Manis Suamiku   Part 26

    Lentera merasa tenang akhir-akhir ini karena sudah ‘berdamai’ dengan keadaan. Bukan dia dengan mudah menyerah, tetapi faktanya, dia tidak bisa melakukan banyak hal karena semua keluarganya menghalangi usahanya.Maka jalan satu-satunya adalah dengan menerima pernikahan ini dengan caranya. Lantas akan sampai kapan semua ini berlaku? Lentera pun tidak tahu. Dia akan menjalani saja sampai benar-benar lelah.Ketukan pintu kamar Lentera membuat si empunya harus mendesah panjang. Matahari belum muncul dan Lentera masih tiduran di atas ranjang sambil memaninkan ponselnya. Namun, dia mau tak mau harus bangun dan melihat siapa yang sudah mengetuk pintu.“Selamat pagi, Tera.” Raynar tersenyum dengan cerah bak mentari pagi ketika menatap Lentera yang ada di depannya. “Ini hari minggu dan aku mau ajak kamu jalan-jalan. Kamu nggak ada kegiatan apa pun ‘kan?” tanya Raynar.“Tiba-tiba banget.” Tidak ada rasa antusias yang dirasakan oleh Lentera dengan ajakan Raynar.“Jalan kaki selama tiga puluh meni

  • Cinta Manis Suamiku   Part 25

    Aroma lezat itu terdeteksi oleh hidung Lentera ketika dia baru saja turun dari lantai dua. Dengan langkah panjang, dia segera masuk ke dalam ruang makan dan melihat Raynar berdiri di depan kompor.Secara alami, Lentera mendekat untuk melihat apa yang dimasak oleh Raynar. Itu adalah nasi goreng dengan suiran ayam. Dia tak mengatakan apa pun dan hanya melihat bagaimana lincahnya Raynar mengaduk nasi tersebut di atas wajan.Mengambil sendok, Raynar menyendokkan sedikit nasi tersebut sebelum memberikan kepada Lentera. “Cobalah. Kalau rasanya kurang pas, aku bisa memperbaikinya.”Tanpa diminta dua kali Lentera langsung menerima nasi itu dari suapan Raynar. “Udah pas rasanya.” Begitu katanya.“Kalau begitu, kamu duduk aja. Aku akan menyiapkan untukmu.” Raynar tersenyum kecil dengan penuh ketulusan.Lentera lagi-lagi menurut. Dia memilih untuk duduk di kursi makan dan menunggu Raynar. Tak lama, Raynar membawa dua piring nasi goreng dan meletakkan satu piring di depan Lentera dan satu lagi te

  • Cinta Manis Suamiku   Part 24

    Lentera menatap punggung Raynar yang menjauh dari pandangannya. Tidak bisa dipungkiri ucapan Raynar itu adalah pukulan telak untuk hatinya. Pertama kalinya, Raynar berbicara dengan nada ketus. Itu tanda jika lelaki itu benar-benar tengah dalam kondisi perasaan yang tidak baik-baik saja.Dia hanya bisa berdiri dengan tubuh yang terasa membeku. Tiba-tiba saja dia merasa perasaannya juga tidak nyaman.“Astaga.” Begitu katanya dengan hembusan napas panjang. “Kenapa aku harus merasakan ini?” Lentera berlalu dari tempat itu untuk masuk ke dalam rumah.Dia tak menemukan Raynar di ruang keluarga, pasti lelaki itu ada di ruang kerjanya atau bahkan di kamarnya. Lentera tidak ingin mengganggu lelaki itu dan memilih untuk pergi ke kamarnya sendiri.Kejadian hari itu pada akhirnya, membuat hubungan Raynar dan Lentera yang tadinya hampir membaik pun kembali renggang. Bahkan, Lentera jarang sekali melihat kemunculan Raynar di rumah mereka. Dia yang entah kenapa mengubah jadwal kerjanya menjadi lebih

  • Cinta Manis Suamiku   Part 23

    “Kalau aku mau egois, aku akan memaksamu untuk melakukan apa yang aku mau, Lentera. Tapi, aku nggak mau melakukannya karena keterpaksaan. Jadi, lupakan saja apa yang aku katakan tadi.”Kalimat itu adalah kalimat yang Raynar katakan ketika mereka sudah sampai di depan kantor Lentera. Raynar tahu betul Lentera tidak nyaman dengan permintaannya dan dia memang sengaja memberikan jeda untuk Lentera berpikir. Faktanya ketika dia meminta hal itu, Lentera terdiam seribu bahasa.Tidak ada penolakan, tetapi ekspresi wajahnya tidak menentu. Ada keraguan yang terlihat, tetapi dia seolah berpikir untuk menerimanya.Setelah mengantarkan Lentera, Raynar memilih kembali ke kantor. Namun, dia tak lagi mengambil lembur karena dia tahu kondisi fisiknya belum benar-benar membaik. Dia pulang saat matahari masih berkuasa.Membaringkan tubuhnya di kasur, Raynar menatap langit-langit kamar. Setelah Lentera nanti pulang, mungkin pembahasan tentang Raynar dan keluarganya masih akan menjadi topik obrolan mereka

  • Cinta Manis Suamiku   Part 22

    Raynar sejak tadi hanya terus memasang wajah dinginnya. Lentera menyaradi itu, tetapi dia tak bisa berbuat apa pun kecuali hanya diam. Ini adalah pertama kalinya dia duduk bersama suami dan juga ayah mertuanya. Ditambah lagi ada kakak iparnya yang mengatakan jika dia ‘membenci’ Raynar.Tentu saja situasi mereka sangatlah canggung luar biasa. Raynar tampaknya tidak berniat mengawali obrolan dan terlihat tak acuh.“Kamu mau tambah sesuatu?” Namun, pada akhirnya dia menoleh pada Lentera dan menawarkan sesuatu. Tadinya dia yang duduk di depan Lentera memilih pindah dan duduk di samping istrinya.“Nggak. Aku udah kenyang,” jawab Lentera.“Kalau begitu, kita bisa pergi sekarang?”“Ya, pergi saja, Raynar. Anggap saja tidak ada kami di sini.” Brian menjawab ucapan Raynar membuat situasi semakin tidak nyaman.Raynar yang tadinya menatap Lentera itu pun segera mengalihkan tatapannya ke arah Brian. Tatapannya pada kakaknya itu dingin dan tajam. Mereka tak ubahnya seperti musuh yang berlindung da

  • Cinta Manis Suamiku   Part 21

    “Bapak.” Bagas terkejut melihat bosnya muncul di kantor. “Bapak sudah lebih baik?” Bagas mengekori Raynar yang masuk ke dalam ruangannya. “Seharusnya Bapak tetap di rumah biar saya saja yang datang nanti.”Raynar terkekeh kecil. “Saya sudah lebih baik. Saya bosan kalau harus tetap berada di rumah.” Lelaki itu duduk di kursi sambil sesekali mengernyitkan dahinya. Ekspresinya itu tertangkap oleh netra Bagas dan kekhawatiran itu terlihat.Raynar mengangkat tangannya saat Bagas ingin mendekatinya. “Kamu berikan saja berkas yang perlu saya cek. Saya sudah sehat, Bagas.”Bagas menurut dan dia akhirnya hanya mengangguk. Membalikkan badannya untuk keluar dari ruangan Raynar sebelum dia mengambil berkas dari mejanya.“Bapak ingin dibuatkan minuman apa?” tanya Bagas setelah meletakkan tumpukan berkas di atas meja Raynar. “Bapak untuk sementara tidak boleh minum kopi dulu.”“Saya tahu. Nanti siang saja kamu bisa pesankan saya kelapa muda.” Bagas mengangguk dan menyetujui permintaan Raynar. “Dan

  • Cinta Manis Suamiku   Part 20

    “Pagi.” Sambutan pagi itu membuat Lentera sedikit mengernyitkan dahinya. Raynar yang kemarin masih terlihat lemah itu kini sudah duduk di kursi makan sambil menatap lurus pada tabletnya. Tengah membaca berita pagi atau mungkin melihat bursa saham.Lelaki itu bahkan sudah rapi dengan kemeja kantornya dan jasnya diletakkan di kursi lainnya. Pemandangan itu terlihat sangat biasa, tetapi kali ini tentu saja sedikit berbeda karena Raynar dalam kondisi yang tidak baik. Setidaknya itulah yang ada di dalam pikiran Lentera.“Kamu udah mau kerja?” Lentera menatap suaminya dengan ekspresi heran. Raynar masih terlihat sedikit pucat, tetapi tampaknya, lelaki itu tidak memedulikan kesehatannya sama sekali. “Udah sehat?” lanjutnya lagi merasa penasaran.Lentera bahkan harus meneliti wajah Raynar dengan seksama untuk memastikan jika laki-laki itu benar-benar sudah sehat. Namun, dilihat dari segi mana pun, Raynar masih belum sembuh betul.“Ya, lumayan.” Raynar mendongakkan kepalanya dan menatap Lenter

  • Cinta Manis Suamiku   Part 19

    Lentera tidak pernah membayangkan sebelumnya jika dia akan berada di ranjang yang sama dengan seorang lelaki yang berstatus sebagai suaminya. Dia berpikir, pernikahan hanyalah sebuah beban. Setelah dia menjalaninya, pemikiran itu tidaklah salah. Menikah hanya membuat masalah baru dalam hidupnya.Terlebih lagi, lelaki yang sekarang ada di sampingnya itu adalah pusat masalahnya. Raynar yang menjadi beban terberat dalam pikirannya. Lelaki yang penuh dengan misteri dan tetak-teki.“Aku dengar kamu mencariku ke mana-mana.” Suara Raynar terdengar mengalun di bawah keheningan ruangan luas bernuansa putih tersebut.Lentera pikir, Raynar sudah tidur, tetapi lelaki itu masih terjaga. Menolehkan kepalanya ke arah kanan, Lentera bisa melihat sisi wajah Raynar. Lelaki itu menatap ke langit-langit kamar dengan kedua tangan berada di atas perutnya.“Aku hanya nggak mau disalahkan kalau terjadi sesuatu sama kamu. Status istri ini ternyata memberatkan.” Lentera menjawab dengan sedikit rasa kesal. “Seb

  • Cinta Manis Suamiku   Part 18

    “Boleh aku tahu kenapa kalian nggak akur?” tanya Lentera yang kini sudah menegakkan tubuhnya dan meredam gedoran jantungnya yang tiba-tiba saja semakin meningkat tajam.Lentera terus menatap Brian yang tengah menikmati makan siangnya. Dia berusaha untuk menahan diri agar tidak tergelung emosi yang tiba-tiba saja muncul. Dia sekarang sedang berhadapan dengan seorang kakak ipar yang seharusnya Lentera bisa menjaga sikap.“Raynar itu susah diajak bicara, keras kepala, dan serakah. Di mana pun dia, selalu saja merepotkan orang lain. Masalah yang tidak ada bahkan diada-adakan. Trouble maker.” Brian menatap Lentera ketika mengatakan dua kata terakhir. “Dia juga lelaki tidak tahu diri. Merasa dirinya paling tinggi dibandingkan orang lain. Dia sudah diperlakukan baik oleh kami, tetapi dia semakin tidak tahu diri.”Brian menyuapkan makanan terakhir sebelum meminggirkan piring ke sisi kirinya. Tatapannya pada Lentera pun tak putus sampai dia menenggak minumannya.“Aku sangat membencinya,” imbuh

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status