Share

Part 8

Penulis: Loyce
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-08 12:39:12

Lentera tidak meninggalkan kamar Raynar dan tidak ada keinginan untuk pergi. Dia hanya duduk diam sambil menatap suaminya dengan segala macam pertanyaan yang muncul di dalam kepalanya.

Ini sudah larut malam, tetapi dia tak bergerak dari sofa. Seharusnya dia tidur sekarang karena esok hari dia harus bekerja. Namun, dia tetap berada di kamar Raynar entah sampai kapan.

Hampir pukul tiga pagi, Raynar membuka matanya. Lelaki itu tampak begitu kesakitan dan dia bahkan harus mendesis panjang. Lentera yang mendengar itu membuka matanya. Perempuan itu ternyata ketiduran.

“Kamu membutuhkan sesuatu?” tanya Lentera setelah duduk di pinggiran ranjang.

Raynar tidak menjawab. Lelaki itu sesekali menutup matanya ketika rasa sakit itu menghantam tubuhnya tiada ampun. Sepertinya bukan hanya wajahnya yang babak belur, ada bagian lain dari tubuhnya yang terluka.

“Kalau masih kesakitan, aku akan membawamu ke rumah sakit.” Lentera mencoba memberikan pendapatnya. Namun, Raynar menggeleng.

Dengan susah payah, lelaki itu membuka mulutnya meskipun perih yang dirasakan tidak main-main. “Bagas sudah mengurusnya.”

“Mengurus apa? Kamu masih ada di sini dan nggak mau dibawa ke rumah sakit.”

“Tidurlah.” Raynar menatap Lentera dengan lekat. “Kamu besok ke kantor ‘kan?” Dalam situasi seperti ini, Raynar bahkan masih memikirkan istrinya.

“Kembalilah ke kamarmu.” Raynar kali ini merangsek untuk menurunkan kakinya dari ranjang  dengan susah payah. Dia kembali menunduk seolah ada nyeri yang menghantamnya.

Reflek, Lentera memegani lengan Raynar. “Kamu butuh apa sebenarnya? Biar aku ambilkan,” ucap Lentera dengan sungguh-sungguh.

Raynar berhasil turun dari kasur dan dengan lembut meminta agar Lentera keluar dari kamarnya. “Aku udah nggak papa.” Begitu katanya. “Aku nggak mau kamu kelelahan karena menemaniku. Kembalilah ke kamarmu dan tidurlah.”

Tatapan Raynar tampak begitu lembut agar Lentera tidak merasa tersinggung dengan ucapannya. Lentera menarik napasnya panjang dan dia mengangguk mantap.

“Oke kalau kamu merasa sudah sehat. Aku akan keluar sekarang.” Meskipun dia berucap demikian, ada di dalam sisi hatinya yang tidak rela. Namun, ini adalah tentang harga diri. Kalau memang Raynar tidak ingin dia ada di sana, dia dengan senang hati untuk pergi.

Pintu Raynar tertutup dan suara kunci terdengar setelah Lentera keluar dari kamarnya. Hal itu membuat Lentera merasa jika Raynar sudah menolaknya secara terang-terangan. Bagaimana mungkin Raynar melakukan itu setelah dia mengatakan akan bertahan dengan pernikahan mereka.

“Bukan hanya wajahnya yang babak belur, sepertinya otaknya juga ikut luka.” Lentera mendengus kesal. “Aku dengan baik hati menemaninya, tapi begitu tanggapannya? Aku tidak sudi lagi peduli denganmu. Mau kamu pingsan sekalipun, aku tidak akan pernah peduli.”

Lentera menatap pintu kamar Raynar yang tertutup itu dengan penuh amarah. Dia sungguh merasakan tersinggung dengan perilaku Raynar. Lelaki itu sudah menginjak harga dirinya. Pantas kalau dia babak belur seperti itu, mungkin ada orang di luar sana yang tidak suka dengannya dan memilih menghajarnya.

Begitulah kira-kira dugaan-dugaan yang muncul di dalam pikiran Lentera sekarang. Perempuan itu berbalik pergi ke kamarnya dan membanting pintunya dengan kesal.

Keesokan harinya, Bagas datang bersama dengan seorang dokter yang diperkenalkan sebagai dokter pribadi Raynar. Lentera yang melihat sosok dokter cantik itu segera mengernyit. Jadi, ini alasan kenapa Raynar tidak ingin dibawa ke rumah sakit?

“Ibu, Dokter Gita akan memeriksa Bapak.” Bagas membuyarkan pikiran-pikiran liar yang muncul di kepala Lentera.

“Oh, silakan. Mari saya antar.” Lentera berjalan lebih dulu diikuti oleh Bagas dan Gita di belakangnya.

Pintu Raynar tidak lagi terkunci dan Lentera dengan mudah membuka pintu tersebut. Diam-diam, Lentera mendengus. Sepertinya Raynar tahu betul caranya berakting.

“Silakan, Dokter.” Lentera meminta dr. Gita untuk masuk lebih dulu dengan membuka pintu kamar Raynar dengan lebar.

“Terima kasih, Bu.” Perempuan dengan jas putih itu tersenyum lembut.

Sayangnya, saat mereka masuk ke dalam kamar tersebut, Raynar tidak ada ranjangnya. Lentera bergegas untuk mencari suaminya dan dia mengetuk pintu kamar mandi. Tidak ada jawaban dari dalam.

“Ray ....” Lentera kembali mengetuk pintu kamar mandi dengan sedikit was-was. Untungnya, tak lama setelah itu pintu kamar mandi terbuka dan memunculkan Raynar di balik pintu.

“Sorry. Aku bersih-bersih tadi.” Lelaki itu sudah mengenakan pakaian rumahan dan sedikit lebih segar. “Oh, Dokter sudah datang.”

Lentera secara alami memegangi Raynar dan memapahnya kembali ke ranjang. Tidak, dia tidak sedang berpura-pura agar mereka terlihat rukun di depan orang lain, tetapi itu reflek dilakukan.

“Berbaringlah, Pak. Saya akan memeriksa luka Bapak.” Dokter itu memberikan interuksi yang langsung dipatuhi oleh Raynar.

“Saya rasa, Dokter harus melihat lebam yang ada di perut Pak Raynar.” Bagas memberi tahukan tentang itu karena Raynar tidak mengatakan apa pun. Bahkan Lentera pun sedikit terkejut dengan ucapan Bagas.

Jadi, luka itu bukan hanya di wajahnya, tetapi juga ada di bagian tubuh yang lain?

“Bapak bisa membuka baju Bapak,” perintah Dokter.  

Raynar pun hanya mengangguk. Dia melepaskan kaos yang dipakai dan segera saja, lebam di bagian perut dan pinggannya itu terlihat. Lentera yang melihat hanya bisa membelalakkan matanya. Dia semakin penasaran dengan apa yang sebenarnya terjadi dengan Raynar.

Dokter pun tampak menggelengkan kepalanya. Perempuan itu bahkan mengintograsi Raynar kenapa semalam tidak langsung dibawa ke rumah sakit. Bagaimana kalau ada terjadi sesuatu dengan organ vitalnya?

“Bapak harus pergi ke rumah sakit.” Akhirnya Dokter itu mengambil keputusan. “Bapak harus mendapatkan pemeriksaan lebih lanjut. Untungnya ….”

“Dia baik-baik saja.” Raynar mengangguk dan menatap dokter tersebut seolah memberikan isyarat untuk tidak mengatakan hal yang harus disembunyikan.

Tarikan napas dokter tersebut tampak berat. “Baiklah, hari ini segeralah ke rumah sakit dan melakukan pemeriksaan. Pak Bagas tolong atur itu juga.”

“Baik, Dokter.” Bagas mengangguk dan mengerti apa yang harus dilakukan.

Di ruangan itu, hanya Lentera yang terlihat bodoh dan tidak tahu apa-apa. Dia hanya berdiri di sisi ranjang yang lain dan menatap Raynar dengan tatapan kosong. Sepertinya ada banyak teka-teki mengenai Raynar yang tidak dia ketahui.

‘Tentu saja kamu nggak tahu apa pun tentang dia. Bukankah kamu selalu memperlakukannya seperti musuh.’ Satu sudut hatinya mengatakan itu seolah tengah menampar wajah Lentera secara langsung.

“Baiklah. Saya pamit sekarang. Setelah saya periksa, memang tidak ada hal yang serius. Tapi, kita akan tahu lebih lanjut setelah pemeriksaan lanjutan di rumah sakit.”

Dokter itu berdiri. Dia menatap Lentera yang sejak tadi hanya diam tanpa mengatakan apa pun. “Saya pamit dulu, Bu. Pak Raynar bisa segera dipersiapkan untuk berangkat ke rumah sakit.”

Lentera sedikit tergagap karena dokter tersebut berbicara dengannya secara tiba-tiba. “Baik, Dokter. Terima kasih.”

Dokter Gita itu tersenyum ramah sebelum dia keluar dari kamar diikuti oleh Bagas di belakangnya. Alih-alih tetap berada di dalam kamar Raynar, Lentera ikut keluar membuat Raynar mengernyit sebelum menggelengkan kepalanya ringan.

“Bisa kita bicara sebentar?” Lentera ‘menghadang’ Bagas yang baru saja berbalik untuk kembali ke kamar Raynar.

“Ibu.” Bagas mengangguk sopan. “Ibu ingin bicara apa dengan saya?”

Lentera tampak ragu. Namun, rasa penasarannya tidak bisa menunda untuk mendapatkan jawaban. Maka sebelum dia bertanya, Lentera menarik napas panjang untuk meyakinkan dirinya sendiri.

“Apa yang sebenarnya terjadi dengan Raynar sampai dia babak belur seperti itu?” tanya Lentera dengan suara penuh tuntutan. “Apa dia punya musuh di luar sana?”

Bagas dengan tenang menjawab, “Sebaiknya Ibu langsung tanya kepada Bapak. Karena itu bukan ranah saya untuk menjawab.”

“Dia tidak bersedia bercerita.”

Bagas tersenyum lagi. “Mungkin Bapak begitu menyayangi Ibu sampai dia tak ingin berbagi kesedihannya.”

***

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Cinta Manis Suamiku   Part 9

    Lentera tercenung di tempatnya berdiri dengan perasaan campur aduk tidak karuan. Apa yang terjadi dengannya sebenarnya? Kenapa semakin dia mencoba untuk memberontak pergi dari pernikahannya dengan Raynar, seakan semesta ingin dia tetap bertahan.Bagas sudah tidak ada di depannya, tetapi ucapan lelaki itu berputar berulang-ulang di dalam kepalanya.‘Mungkin Bapak begitu menyayangi Ibu sampai dia tak ingin berbagi kesedihannya.’Kalimat tersebut adalah kalimat sederhana, tetapi mampu membuat Lentera diam membisu. Kata sayang itu seolah sebuah kekonyolan yang tidak bisa diabaikan.“Tera.”Suara itu membuyarkan lamunan Lentera. Dia menoleh dan mendapati Raynar sudah berdiri di ambang pintu dengan Bagas di belakangnya. Lentera yang melihat itu seketika memusatkan atensinya kepada Raynar. Namun, dia hanya menatap Raynar tanpa mengatakan apa pun.“Aku harus ke rumah sakit sekarang. Kalau kamu mau ke kantor, pergilah. Bagas sudah ada bersamaku, jadi kamu nggak perlu khawatir.”Lentera masih t

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-09
  • Cinta Manis Suamiku   Part 10

    Lentera mendesis kecil mendengar pertanyaan yang dilontarkan Raynar. Baginya, pertanyaan itu terlalu mengada-ada dan menunjukkan kepercayaan diri yang tinggi. Perempuan itu menarik kursi sebelum mendudukinya. Lantas dia menatap Raynar dengan tatapan datar.“Ini bukan sebuah bentuk perhatian. Aku hanya tidak ingin orang lain menyalahkanku atas kesakitanmu. Aku tidak ingin melibatkan diri terlalu jauh dengan masalahmu dan melindungi diriku sendiri.”Raynar memilih diam tak memberikan jawaban apa pun kepada Lentera. Tidak memancing perdebatan akan lebih baik dibandingkan harus membuat Lentera terus emosi karena dirinya.Ruangan itu otomatis hening ketika Lentera maupun Raynar sama-sama tidak ada yang berbicara. Raynar memilih menatap ke arah kitchen island dengan tatapan kosong. Terlalu banyak hal yang berkecamuk dalam kepalanya. Hal itu membuat Lentera mengernyit ketika dia menatap Raynar.Lentera lantas berpikir tentang sesuatu. Bukankan ini merupakan kesempatan yang baik untuk menguli

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-11
  • Cinta Manis Suamiku   Part 11

    Lentera mengetukkan pena yang dipegangnya di atas meja kerjanya. Ada banyak pertanyaan yang menggantung di dalam kepalanya membutnya lagi-lagi tidak bisa konsentrasi dalam bekerja.Beberapa dokumen yang ada di atas mejanya sudah menumpuk dan Lentera sama sekali tidak mengeceknya dan membiarkan begitu saja. Dia sibuk dengan pikirannya sendiri dan lagi-lagi selalu tentang Raynar.Dia hanya merasa heran dengan lelaki itu. Ada apa sebenarnya antara Raynar dengan ayahnya, atau pertanyaannya diganti. Apa yang terjadi dengan Raynar dan keluarganya? Jika hubungan mereka baik-baik saja, maka Raynar tidak akan bersikap seperti itu.Dia bahkan dengan gamblang menyatakan sedikit kemungkinan dia akan datang di acara makan malam ulang tahun ayahnya. Nyatanya, rasa penasaran yang tidak bisa dibendung itu membuat Lentera akhirnya memutuskan untuk menemui Raynar. Dia memiliki alasan yang kuat untuk datang ke kantor suaminya.Di sinilah dia sekarang. Duduk di lobby perusahaan Raynar dengan perasaan sed

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-12
  • Cinta Manis Suamiku   Part 12

    ‘Apa yang terjadi dengan mereka?’‘Apa yang membuat seorang kakak memanggil adiknya di brengsek dengan ekspresi marah seolah mereka tidak pernah akur sebelumnya.’‘Kalau memiliki masalah dengan Brian, seharusnya Raynar tidak bersikap antipati kepada ayahnya dan tetap datang di hari ulang tahun lelaki itu.’Segala pertanyaan itu berkelebat di dalam kepala Lentera membuatnya merasa jika teka-teki tentang hidup Raynar semakin tidak bisa diabaikan. Lentera jelas penasaran dengan semua ini. Dia ingin tahu segala kejadian yang pernah terjadi atau bahkan yang sedang terjadi.Sayangnya, dia tak bisa menguaknya. Sekarang, dia harus diliputi gundah yang luar biasa di dalam kepalanya.Lentera mondar-mandir di dalam ruang keluarga menunggu Raynar pulang. Ya, Raynar benar-benar tidak datang ke rumah orang tuanya. Jadilah di hari ulang tahun ayahnya hanya dirinya sebagai ‘perwakilan’ untuk datang.Hampir pukul dua belas malam ketika Raynar baru masuk ke dalam rumah dan tampak terkejut ketika Lenter

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-13
  • Cinta Manis Suamiku   Part 13

    “Tidak ada yang lebih berhak untuk menceritakan latar belakang kehidupan Raynar kecuali Raynar sendiri, Lentera. Seharusnya kalau kamu penasaran dengannya, kamu tanyakan langsung kepadanya. Itu jauh lebih baik dibadingkan harus diam-diam mencari tahu,” ucap ayah Lentera dengan tegas.“Aku udah tanya dia secara langsung, Pa, tapi dia nggak menceritakan apa pun,” sanggah Lentera berapi-api.“Karena kamu ingin mengetahuinya untuk memuaskan rasa penasaranmu. Lantas, apa kamu benar-benar peduli dengannya?” Pertanyaan itu membuat Lentera bungkam. Dia seperti tidak memiliki kemampuan untuk menjawab.Ayah Lentera itu tersenyum. “Raynar akan menceritakan semuanya kalau kamu memang tulus padanya. Dan sebelum terlambat, cobalah mengenal dia dengan baik. Lihat ketulusannya, maka kamu pasti akan segera jatuh cinta kepadanya.”“Dan itu nggak akan terjadi, Pa.” Lentera mengelak karena dia tak akan semudah itu jatuh cinta dengan seseorang. “Cinta hanya akan membuat hidupku tidak bahagia.”“Kamu selal

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-14
  • Cinta Manis Suamiku   Part 14

    Raynar meringis seolah ada anggota tubuhnya yang sakit ketika dia kembali merebahkan tubuhnya di kursi malas. Sinar matahari sore itu kembali menghujani wajahnya dengan penuh kehangatan.Lelaki itu menatap ke arah depan seolah tampak berpikir dengan bibir tertutup rapat. Lentera yang melihat itu terdiam dan melepaskan napasnya panjang. Pikirannya berkecamuk dengan banyak hal yang muncul di kepalanya.Merasa tidak ada pergerakan di sebelahnya, Raynar akhirnya menoleh dan kembali menatap Lentera. Untuk beberapa saat, dia hanya menatap wajah cantik istrinya itu dalam diam sebelum dia bersuara.“Ini bekas infus vitamin. Kamu tidak perlu khawatir.” Raynar mengangkat tangan kirinya di mana terdapat plester di sana. “Tapi, terima kasih kamu sudah mau bertanya tentang kondisiku.”Raynar tulus mengatakan itu dan tidak ada unsur untuk menggoda istrinya yang tiba-tiba ‘perhatian’ kepadanya. Mungkin dia kini merasa ada perubahan dari sikap Lentera yang sudah mulai ingin tahu tentang dirinya.“Ang

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-15
  • Cinta Manis Suamiku   Part 15

    “Boleh aku tanya sesuatu?” Lentera harus memanfaatkan situasi ini dengan baik jika dia ingin tahu sesuatu tentang Raynar. “Apa sebenarnya yang terjadi antara kalian? Maksudku, antara Raynar dan Papa.”Leoni tidak terlihat terkejut ketika mendengar pertanyaan itu dari Lentera seolah dia sudah memprediksikan pertanyaan itulah yang akan keluar dari mulut kakak iparnya. Dengan gerakan yang anggun, perempuan itu menggeser piring kosong bekas makannya ke arah kanan.“Bukan hanya Raynar dan Papa, tapi Raynar dan kami semua.” Leoni berucap blak-blakan sambil menatap Lentera denga lekat.Hal itu membuat Lentera terdiam untuk menutupi keterkejutannya. Dia mencoba tetap tenang dan menunggu kalimat apa lagi yang akan Leoni katakan kepadanya. Meskipun Leoni bercerita, Lentera tahu jika tidak semua hal yang diceritakan oleh adik iparnya tersebut.Meskipun begitu, dia sedikit lebih memahami tentang hubungan tidak akurnya antara Raynar dan keluarganya.Malam itu, Lentera baru saja sampai rumah, kehen

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-17
  • Cinta Manis Suamiku   Part 16

    “Dokter Gita, bisa kita bicara sebentar?” Lentera tidak memiliki pilihan lain selain harus menemui satu-satunya orang yang dia kenal dalam lingkup kehidupan Raynar dan tahu keberadaan lelaki itu.Dalam situasi yang normal, seharusnya dia bertanya kepada keluarga Raynar. Namun, dia tak mungkin melakukannya karena hubungan Raynar dan keluarganya yang tidak akur.Ini sudah hari ketiga dan tidak ada tanda-tanda kemunculan suaminya di rumah. Lelaki itu seolah hilang begitu saja tanpa jejak. Awalnya dia merasa baik-baik saja. Namun, ternyata dia tidak merasa tenang. Kesendirian yang dia impikan untuk kembali sudah dia dapatkan, tetapi hatinya justru berkata lain.Lantas, Lentera akhirnya tidak bisa menahan diri lagi dan memutuskan untuk bertemu dengan Dokter Gita.“Bu Lentera.” Dokter Gita terkejut ketika dia baru saja keluar dari mobil, tetapi Lentera sudah berada di sana dan mengejutkannya dengan kemunculan yang tiba-tiba.“Maaf kalau saya ganggu Dokter. Saya ingin meminta waktu lima meni

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-19

Bab terbaru

  • Cinta Manis Suamiku   Part 26

    Lentera merasa tenang akhir-akhir ini karena sudah ‘berdamai’ dengan keadaan. Bukan dia dengan mudah menyerah, tetapi faktanya, dia tidak bisa melakukan banyak hal karena semua keluarganya menghalangi usahanya.Maka jalan satu-satunya adalah dengan menerima pernikahan ini dengan caranya. Lantas akan sampai kapan semua ini berlaku? Lentera pun tidak tahu. Dia akan menjalani saja sampai benar-benar lelah.Ketukan pintu kamar Lentera membuat si empunya harus mendesah panjang. Matahari belum muncul dan Lentera masih tiduran di atas ranjang sambil memaninkan ponselnya. Namun, dia mau tak mau harus bangun dan melihat siapa yang sudah mengetuk pintu.“Selamat pagi, Tera.” Raynar tersenyum dengan cerah bak mentari pagi ketika menatap Lentera yang ada di depannya. “Ini hari minggu dan aku mau ajak kamu jalan-jalan. Kamu nggak ada kegiatan apa pun ‘kan?” tanya Raynar.“Tiba-tiba banget.” Tidak ada rasa antusias yang dirasakan oleh Lentera dengan ajakan Raynar.“Jalan kaki selama tiga puluh meni

  • Cinta Manis Suamiku   Part 25

    Aroma lezat itu terdeteksi oleh hidung Lentera ketika dia baru saja turun dari lantai dua. Dengan langkah panjang, dia segera masuk ke dalam ruang makan dan melihat Raynar berdiri di depan kompor.Secara alami, Lentera mendekat untuk melihat apa yang dimasak oleh Raynar. Itu adalah nasi goreng dengan suiran ayam. Dia tak mengatakan apa pun dan hanya melihat bagaimana lincahnya Raynar mengaduk nasi tersebut di atas wajan.Mengambil sendok, Raynar menyendokkan sedikit nasi tersebut sebelum memberikan kepada Lentera. “Cobalah. Kalau rasanya kurang pas, aku bisa memperbaikinya.”Tanpa diminta dua kali Lentera langsung menerima nasi itu dari suapan Raynar. “Udah pas rasanya.” Begitu katanya.“Kalau begitu, kamu duduk aja. Aku akan menyiapkan untukmu.” Raynar tersenyum kecil dengan penuh ketulusan.Lentera lagi-lagi menurut. Dia memilih untuk duduk di kursi makan dan menunggu Raynar. Tak lama, Raynar membawa dua piring nasi goreng dan meletakkan satu piring di depan Lentera dan satu lagi te

  • Cinta Manis Suamiku   Part 24

    Lentera menatap punggung Raynar yang menjauh dari pandangannya. Tidak bisa dipungkiri ucapan Raynar itu adalah pukulan telak untuk hatinya. Pertama kalinya, Raynar berbicara dengan nada ketus. Itu tanda jika lelaki itu benar-benar tengah dalam kondisi perasaan yang tidak baik-baik saja.Dia hanya bisa berdiri dengan tubuh yang terasa membeku. Tiba-tiba saja dia merasa perasaannya juga tidak nyaman.“Astaga.” Begitu katanya dengan hembusan napas panjang. “Kenapa aku harus merasakan ini?” Lentera berlalu dari tempat itu untuk masuk ke dalam rumah.Dia tak menemukan Raynar di ruang keluarga, pasti lelaki itu ada di ruang kerjanya atau bahkan di kamarnya. Lentera tidak ingin mengganggu lelaki itu dan memilih untuk pergi ke kamarnya sendiri.Kejadian hari itu pada akhirnya, membuat hubungan Raynar dan Lentera yang tadinya hampir membaik pun kembali renggang. Bahkan, Lentera jarang sekali melihat kemunculan Raynar di rumah mereka. Dia yang entah kenapa mengubah jadwal kerjanya menjadi lebih

  • Cinta Manis Suamiku   Part 23

    “Kalau aku mau egois, aku akan memaksamu untuk melakukan apa yang aku mau, Lentera. Tapi, aku nggak mau melakukannya karena keterpaksaan. Jadi, lupakan saja apa yang aku katakan tadi.”Kalimat itu adalah kalimat yang Raynar katakan ketika mereka sudah sampai di depan kantor Lentera. Raynar tahu betul Lentera tidak nyaman dengan permintaannya dan dia memang sengaja memberikan jeda untuk Lentera berpikir. Faktanya ketika dia meminta hal itu, Lentera terdiam seribu bahasa.Tidak ada penolakan, tetapi ekspresi wajahnya tidak menentu. Ada keraguan yang terlihat, tetapi dia seolah berpikir untuk menerimanya.Setelah mengantarkan Lentera, Raynar memilih kembali ke kantor. Namun, dia tak lagi mengambil lembur karena dia tahu kondisi fisiknya belum benar-benar membaik. Dia pulang saat matahari masih berkuasa.Membaringkan tubuhnya di kasur, Raynar menatap langit-langit kamar. Setelah Lentera nanti pulang, mungkin pembahasan tentang Raynar dan keluarganya masih akan menjadi topik obrolan mereka

  • Cinta Manis Suamiku   Part 22

    Raynar sejak tadi hanya terus memasang wajah dinginnya. Lentera menyaradi itu, tetapi dia tak bisa berbuat apa pun kecuali hanya diam. Ini adalah pertama kalinya dia duduk bersama suami dan juga ayah mertuanya. Ditambah lagi ada kakak iparnya yang mengatakan jika dia ‘membenci’ Raynar.Tentu saja situasi mereka sangatlah canggung luar biasa. Raynar tampaknya tidak berniat mengawali obrolan dan terlihat tak acuh.“Kamu mau tambah sesuatu?” Namun, pada akhirnya dia menoleh pada Lentera dan menawarkan sesuatu. Tadinya dia yang duduk di depan Lentera memilih pindah dan duduk di samping istrinya.“Nggak. Aku udah kenyang,” jawab Lentera.“Kalau begitu, kita bisa pergi sekarang?”“Ya, pergi saja, Raynar. Anggap saja tidak ada kami di sini.” Brian menjawab ucapan Raynar membuat situasi semakin tidak nyaman.Raynar yang tadinya menatap Lentera itu pun segera mengalihkan tatapannya ke arah Brian. Tatapannya pada kakaknya itu dingin dan tajam. Mereka tak ubahnya seperti musuh yang berlindung da

  • Cinta Manis Suamiku   Part 21

    “Bapak.” Bagas terkejut melihat bosnya muncul di kantor. “Bapak sudah lebih baik?” Bagas mengekori Raynar yang masuk ke dalam ruangannya. “Seharusnya Bapak tetap di rumah biar saya saja yang datang nanti.”Raynar terkekeh kecil. “Saya sudah lebih baik. Saya bosan kalau harus tetap berada di rumah.” Lelaki itu duduk di kursi sambil sesekali mengernyitkan dahinya. Ekspresinya itu tertangkap oleh netra Bagas dan kekhawatiran itu terlihat.Raynar mengangkat tangannya saat Bagas ingin mendekatinya. “Kamu berikan saja berkas yang perlu saya cek. Saya sudah sehat, Bagas.”Bagas menurut dan dia akhirnya hanya mengangguk. Membalikkan badannya untuk keluar dari ruangan Raynar sebelum dia mengambil berkas dari mejanya.“Bapak ingin dibuatkan minuman apa?” tanya Bagas setelah meletakkan tumpukan berkas di atas meja Raynar. “Bapak untuk sementara tidak boleh minum kopi dulu.”“Saya tahu. Nanti siang saja kamu bisa pesankan saya kelapa muda.” Bagas mengangguk dan menyetujui permintaan Raynar. “Dan

  • Cinta Manis Suamiku   Part 20

    “Pagi.” Sambutan pagi itu membuat Lentera sedikit mengernyitkan dahinya. Raynar yang kemarin masih terlihat lemah itu kini sudah duduk di kursi makan sambil menatap lurus pada tabletnya. Tengah membaca berita pagi atau mungkin melihat bursa saham.Lelaki itu bahkan sudah rapi dengan kemeja kantornya dan jasnya diletakkan di kursi lainnya. Pemandangan itu terlihat sangat biasa, tetapi kali ini tentu saja sedikit berbeda karena Raynar dalam kondisi yang tidak baik. Setidaknya itulah yang ada di dalam pikiran Lentera.“Kamu udah mau kerja?” Lentera menatap suaminya dengan ekspresi heran. Raynar masih terlihat sedikit pucat, tetapi tampaknya, lelaki itu tidak memedulikan kesehatannya sama sekali. “Udah sehat?” lanjutnya lagi merasa penasaran.Lentera bahkan harus meneliti wajah Raynar dengan seksama untuk memastikan jika laki-laki itu benar-benar sudah sehat. Namun, dilihat dari segi mana pun, Raynar masih belum sembuh betul.“Ya, lumayan.” Raynar mendongakkan kepalanya dan menatap Lenter

  • Cinta Manis Suamiku   Part 19

    Lentera tidak pernah membayangkan sebelumnya jika dia akan berada di ranjang yang sama dengan seorang lelaki yang berstatus sebagai suaminya. Dia berpikir, pernikahan hanyalah sebuah beban. Setelah dia menjalaninya, pemikiran itu tidaklah salah. Menikah hanya membuat masalah baru dalam hidupnya.Terlebih lagi, lelaki yang sekarang ada di sampingnya itu adalah pusat masalahnya. Raynar yang menjadi beban terberat dalam pikirannya. Lelaki yang penuh dengan misteri dan tetak-teki.“Aku dengar kamu mencariku ke mana-mana.” Suara Raynar terdengar mengalun di bawah keheningan ruangan luas bernuansa putih tersebut.Lentera pikir, Raynar sudah tidur, tetapi lelaki itu masih terjaga. Menolehkan kepalanya ke arah kanan, Lentera bisa melihat sisi wajah Raynar. Lelaki itu menatap ke langit-langit kamar dengan kedua tangan berada di atas perutnya.“Aku hanya nggak mau disalahkan kalau terjadi sesuatu sama kamu. Status istri ini ternyata memberatkan.” Lentera menjawab dengan sedikit rasa kesal. “Seb

  • Cinta Manis Suamiku   Part 18

    “Boleh aku tahu kenapa kalian nggak akur?” tanya Lentera yang kini sudah menegakkan tubuhnya dan meredam gedoran jantungnya yang tiba-tiba saja semakin meningkat tajam.Lentera terus menatap Brian yang tengah menikmati makan siangnya. Dia berusaha untuk menahan diri agar tidak tergelung emosi yang tiba-tiba saja muncul. Dia sekarang sedang berhadapan dengan seorang kakak ipar yang seharusnya Lentera bisa menjaga sikap.“Raynar itu susah diajak bicara, keras kepala, dan serakah. Di mana pun dia, selalu saja merepotkan orang lain. Masalah yang tidak ada bahkan diada-adakan. Trouble maker.” Brian menatap Lentera ketika mengatakan dua kata terakhir. “Dia juga lelaki tidak tahu diri. Merasa dirinya paling tinggi dibandingkan orang lain. Dia sudah diperlakukan baik oleh kami, tetapi dia semakin tidak tahu diri.”Brian menyuapkan makanan terakhir sebelum meminggirkan piring ke sisi kirinya. Tatapannya pada Lentera pun tak putus sampai dia menenggak minumannya.“Aku sangat membencinya,” imbuh

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status