Share

Part 2

Penulis: Loyce
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-02 18:19:00

Lentera tidak akan pernah menyesal dengan keputusanya untuk tidak menikah. Ia mencintai kebebasannya, karirnya, dan hidupnya yang diatur sendiri. Selanjutnya, pernikahan ini hanya membatasi ruang geraknya.

Status sebagai seorang istri, terikat, dan berurusan dengan drama rumah tangga, membuat tekanan sendiri dalam dirinya.

‘Aku menyukaimu, itulah kenapa aku bersedia menikah denganmu.’

Kalimat itu terngiang di telinga Lentera. Namun, alih-alih merasa tersentuh, Lentera justru merasa semakin muak dengan Raynar.

Di bawah tekanan yang dirasakan sekarang, Lentera tidak bisa lagi menunda apa pun yang terencana di dalam kepalanya. Dia harus segera bertindak atau dia akan terjebak semakin dalam dengan lelaki yang dibencinya.

“Aku ingin bercerai.” Itu adalah tiga kata yang membuat seorang lelaki di depannya menatap Lentera dengan ekspresi datar seperti biasa. “Aku tidak cocok dengan peran baru yang aku sandang.”

Lentera kini berada di sebuah restoran bersama dengan Arcapada. Seorang pengacara yang tak lain adalah sepupunya sendiri. Seolah ucapan Lentera itu hanya angin lalu, Arca justru hanya menikmati makanannya.

“Kamu nggak denger aku ngomong?” tanya Lentera geram kepada sepupunya. “Aku bicara sama kamu Arca!”

“Kalau kamu mau bercerai, cari saja pengacara lain dan bukan dari orang-orang di bawah naungan firma hukumku. Itu pun kalau kamu bisa menemukannya.” Arca menjawab dengan santai.

“Maksud kamu?”

“Aku nggak akan menolong kamu kali ini. Dan mungkin juga nggak ada yang akan bersedia nolong kamu.”

Lentera benar-benar merasa sedang diuji. Bagaimana mungkin orang terdekatnya juga bersikap menyebalkan seperti sekarang. Firma hukum milik Arca, atau lebih tepatnya milih Ramon, adalah firma terbaik dan berdedikasi. Lentera berpikir jika dia menggaet salah satu dari pengacara di firma hukum tersebut, maka semua akan lebih mudah.

“Papa Arga sudah tahu hal ini akan terjadi cepat atau lambat. Dan dia sudah mengantisipasinya. Intinya, kamu nggak akan bisa cerai dengan Raynar.”

“Gila, ya!” teriak Lentera membuat orang-orang-orang yang ada di sana pun tampak menoleh ke arahnya. Namun, siapa yang peduli dengan hal tersebut.

Arca menenggak minumanya sebelum kembali bersuara. “Kasih aku satu saja alasan kenapa kamu ingin bercerai. Kalau alasanmu tepat, maka aku sendiri yang akan membantumu.”

“Jelas pernikahan ini bukan keinginanku. Kalian yang memaksaku. Aku hanya ingin hidupku bebas tanpa ikatan yang menyulitkan. Tanpa tekanan dan tuntutan. Aku tidak ingin terjebak dalam hubungan yang tidak pernah aku pilih.”

“Apa Raynar pernah menuntutmu?” tanya Arca dengan santai. “Apa Raynar pernah memintamu melakukan sesuatu yang tidak pernah kamu inginkan?”

“Menerima pernikahan ini adalah salah satu tuntutan terberat yang seharusnya Raynar bisa menolaknya. Tidak seharusnya dia menerima perjodohan ini.”

“Dia menerima perjodohan ini karena dia menyukaimu. Itu alasan yang cukup masuk akal.”

“Masa bodoh dengan perasaan dia kepadaku bukan tanggung jawabku untuk menerima. Aku hanya ingin menyelamatkan perasaanku sendiri,” pungkas Lentera dengan tegas. Kata menyukai tak cukup kuat untuk membuat dua orang terlibat dalam pernikahan.

“Jatuh cinta itu membahagiakan, Tera. Sesekali kamu harus mencoba menerima orang baru dalam hidupmu.”

“Aku nggak butuh itu.” Lentera menjawab tajam. “Aku dengan semua yang aku miliki sudah cukup, tidak perlu melibatkan orang baru dalam hidupku.”

Entah sejak kapan seorang Lentera memutuskan untuk tidak menikah. Padahal dia selalu melihat orang-orang di sekitarnya terutama orang tuanya adalah dua orang yang saling mencintai. Kehidupan mereka harmonis luar biasa.

Bukan hanya itu, semua keluarganya memiliki kehidupan rumah tangga yang bahagia. Namun, seolah itu tak cukup mampu menggedor hati Lentera untuk menapaki jalan yang sama seperti mereka sampai orang tuanya harus bertindak.

“Suatu saat nanti, orang tuamu akan menua. Dua puluh tahun atau tiga puluh tahun lagi, mereka akan pergi menghadap Tuhan. Setelah mereka tiada, saat itu usiamu tidak lagi muda, kamu pikir kamu masih bisa jumawa dan bisa mengandalkan dirimu sendiri?”

“Aku bisa meminta orang untuk merawatku. Atau, aku masih punya keponakan.”

“Mereka memiliki kehidupan sendiri dan kamu akan membebani mereka dengan kesendirianmu? Kalau iya, itu artinya kamu egois.”

Lentera diam. Ucapan Arca memang tidak salah. Anak-anak kakaknya nanti pasti memiliki kehidupan sendiri. Meskipun begitu, mereka punya orang tua mereka sendiri yang harus dirawat saat tua nanti.

Arca menatap Lentera lekat. “Cobalah untuk menerima pernikahanmu, Tera. Percaya sama aku, Raynar adalah lelaki yang baik.”

Lentera menggeleng. “Aku nggak bisa. Semua ini bertolak belakang dengan apa yang menjadi prinsip hidupku.”

Arca menarik napas panjang. “KDRT, perselingkuhan, meninggalkan pasangan selama dua tahun berturut-turut, mabuk, judi, narkoba, tidak memberi nafkah, peralihan agama, cacat. Itu adalah salah satu gugatan perceraian yang akan dipermudah.

Arca melanjutkan, “Tidak ada alasan yang sah, pernikahan masih dianggap dini, belum pisah rumah selama enam bulan. Itu adalah beberapa hal gugatanmu bisa ditolak.”

Arca menatap Lentera yang tampak diam ketika Arca membeberkan hal apa saja terkait masalah yang bisa berujung perceraian. Lalu lelaki itu kembali bersuara, “Jadi, yang mana satu alasan yang akan kamu gunakan untuk menggugat cerai suamimu?”

Lentera praktis tidak menjawab. Tidak ada satu pun dari beberapa hal yang dikatakan oleh Arca masuk dalam kriteria dia bisa menggugat cerai Raynar.

Suaminya itu memberinya nafkah sejak mereka menjadi suami istri. Raynar memperlakukanya dengan baik, Raynar juga tidak terlibat dalam tindakan kriminal apa pun. Terlebih lagi, pernikahan mereka baru berjalan satu bulan.

Maka dari itu, pengadilan agama pun tidak akan mengabulkan permohonannya. Dia hanya akan merasa malu jika melanjutkan niatnya.

‘Sialan.’ Begitu umpat Lentera dalam hati atas penjelasan Arca. Lantas, sampai kapan dia akan terjebak dengan pernikahan ini jika baru sebulan saja dia merasa sudah berabad-abad. Namun, ada satu poin yang bisa dilakukan. Pisah rumah selama 6 bulan.

Lentera menyeringai sebelum beranjak. “Kalau memang aku harus pisah rumah selama enam bulan untuk persyaratan bisa bercerai, aku akan melakukannya.”

Arca masih terlihat begitu tenang. Lelaki itu mengangguk saja. “Ketahuilah, Tera. Nggak akan semudah itu. Kamu mengenal betul orang tuamu dan seberapa gigih Raynar.”

“Aku nggak peduli.” Lentera segera pergi meninggalkan Arca yang hanya menghela napas panjang.

Lentera pergi meninggalkan restoran dengan amarah membludak di dalam dadanya. Ada kemarahan yang tidak bisa terungkap. Dia tahu jika menemui orang tuanya tidak akan membuatnya terlepas dari statusnya sebagai istri.

Alih-alih pulang ke rumah yang ditempati bersama dengan Raynar, dia memilih pergi ke apartemen. Berada di rumah itu hanya akan menambah beban di dalam hatinya. Dia melemparkan tubuhnya di sofa sebelum menatap langit-langit ruangan.

“Aku pasti bisa mendapatkan kebebasanku kembali,” gumamnya. “Aku akan menjadi Lentera yang dulu. Lentera yang tidak terikat dengan pernikahan. Aku bisa bebas mengatur hidupku sendiri.” Tekadnya tidak akan bisa digoyahkan oleh siapa pun.

Deringan ponselnya terdengar dan seringaian Lentera terulas di bibirnya. Ini sudah malam dan Raynar pasti sedang mencarinya. “Kamu tidak akan pernah menemukanku, Raynar. Camkan itu!”

***

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Cinta Manis Suamiku   Part 3

    Lentera menatap ponselnya yang sejak tadi berdering tiada henti. Nama yang sama tertulis di layar ponselnya. Raynar sama sekali tidak lelah menghubunginya sejak beberapa waktu lalu. Sayangnya, tidak ada sedikitpun keinginan bagi Lentera untuk menerima panggilan tersebut.Hamparan langit menjadi pemandangan indah malam ini. Lentera menyesap coklat hangat dan menikmati semilir angin setelah dia menghabiskan makan malamnya.“Inilah hidup yang aku inginkan. Bebas dan tidak terikat,” gumamnya pada angin yang baru saja menyapanya.Lentera menyeringai kecil seolah semua rencananya ini sudah cukup matang dan dia bisa menang dari Raynar. Dia tidak tahu jika usahanya mungkin akan sia-sia. Lentera menganggap jika Raynar akan mudah dikalahkan. Maka, dia akan lebih tenang sekarang.Terlebih lagi, Raynar tidak tahu banyak tentang dirinya. Ketika Lentera memutuskan pergi, Lentera yakin Rayna tidak akan pernah menemukannya.Bel unitnya menyadarkan Lentara dari lamunan. Dia beranjak dari tempat dudukn

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-03
  • Cinta Manis Suamiku   Part 4

    “Sudah bangun? Duduklah, aku sudah buat sarapan untuk kita.”Baru saja Lentera keluar dari kamar, dia sudah disuguhkan pemandangan ‘tidak menyenangkan’ di depannya. Raynar berada di dapur dan tengah menata makanan di atas meja makan. Tak hanya itu, lelaki itu terlihat sudah segar sehabis mandi.Lelaki itu mendongak menatap Lentera yang masih berdiri di ambang pintu. Ekspresinya tidak berubah, masih datar seperti biasa.“Tera, duduklah. Atau kamu mau mandi dulu?” Raynar kembali bersuara untuk mendapatkan respon dari istrinya.Sayangnya, tanpa mengatakan apa pun, Lentera memilih berbalik dan masuk ke dalam kamar. Menyandarkan punggungnya di pintu, Lentera berupaya untuk tidak mengeluarkan emosinya di pagi-pagi seperti ini.“Tenang, Ter. Tenang,” lirih Lentera ketika dia duduk di pinggiran ranjang. “Pagimu tidak boleh dirusak oleh lelaki itu. Tunjukkan kalau kamu tidak terpengaruh dengan keberadaannya.”Lentera tadinya berhadap ketika dia keluar kamar, Raynar sudah pergi dari apartemenny

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-03
  • Cinta Manis Suamiku   Part 5

    “Pertaruhan macam apa itu?” Raynar menggeleng kecil, tampak tidak tertarik dengan penawaran Lentera.“Kamu nggak mau?” Lentera memastikan dengan ekspresi mencibir. “Ini adalah cara terbaik yang bisa kita pakai dan aku rasa ini cukup adil.”Lentera mencoba untuk mendesak. Dia sudah melakukan berbagai cara dan tidak ada dari satu cara pun yang berhasil mengusik Raynar. Maka dari itu, dia akan terus membahas tentang perpisahan, perceraian, atau apa pun itu sebutannya sampai Raynar menyetujui untuk melepaskannya. Memotong ikatan di antara keduanya dan membuat mereka kembali asing.“Kalau kamu nggak mau, itu artinya kamu tidak percaya dengan dirimu sendiri, Raynar.” Lentera lebih berani untuk sedikit demi sedikit mengikis kepercayaan diri lelaki itu dengan kata-katanya.Tidak ada lelaki yang bersedia direndahkan, terlebih lagi oleh istrinya sendiri. Bagus Lentera, sentil harga dirinya agar dia merasa tersinggung, bisik Lentera dalam hati.“Jadi benar, kamu nggak percaya diri, Raynar?” Lent

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-03
  • Cinta Manis Suamiku   Part 6

    “Sial. Apa dia sengaja memesan bunganya dari sini agar bisa membuatku merasa bersalah?”Tanpa sadar, Lentera meremas kedua tangannya dengan hati dan pikiran yang tidak tenang. Dia tahu betul bagaimana ibunya sangat menyukai bunga. Bagi ibunya, bunga adalah bagian dari hidupnya.Aroma wangi alami dari bunga-bunga itu selalu membuat suasana hati ibunya bahagia. Lentera paham betul akan hal itu. Seandainya ibunya tahu kalau dia sudah membuang bunga-bunga yang dikirimkan Raynar untuknya, bagaimana perasaan ibunya? Tentu perempuan paruh baya itu akan sangat kecewa.Perasaan Lentera sudah dipenuhi oleh kebenciannya kepada Raynar sehingga menutup mata batinnya. Sekali lagi, Lentera menatap setangkai bunga yang diberikan oleh Raynar dan tiba-tiba ada gejolak rasa bersalah yang muncul.Lentera menarik napasnya panjang. Dia menyesal sudah membuang bunga-bunga itu tanpa perasaan.“Kamu melamunkan apa?” Raynar masuk ke dalam ruangan kantor mertuanya sambil membawakan makanan pesanan Lentera.Lent

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-06
  • Cinta Manis Suamiku   Part 7

    “Kalau bukan denganmu, mimpi itu akan terkubur, Tera.”Kalimat itu menjadi mimpi buruk bagi Lentera. Bagaimana tidak, suara itu terus saja terngiang di telinganya seolah Raynar sedang mengulangi ucapannya berkali-kali. Dia sudah mencoba untuk melupakan kata-kata itu, tetapi alih-alih hilang, kalimat itu seakan melekat dalam ingatannya.Lentera tidak bisa tidur dan bahkan untuk menutup mata saja dia tak mampu. Kenapa sekuat itu pengaruh ucapan Raynar kepadanya? Atau ini hanya karena Lentera merasa jika ucapan Raynar itu berarti untuknya, atau hanya sebuah perasaan jika permintaan lelaki itu agar Lentera bertanggung jawab atasnya?“Sial!” Lentera bangun dari kasur karena merasa pikirannya penuh dengan dugaan-dugaan yang tidak perlu. Dia bahkan mengacak rambutnya dengan kasar sambil mendesah panjang.Demi Tuhan, Lentera harus segera mengenyahkan segala pikiran tak penting di dalam kepalanya atau dia akan gila sebentar lagi. Menatap jam yang ada di dalam kamarnya, ini hampir tengah malam.

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-07
  • Cinta Manis Suamiku   Part 8

    Lentera tidak meninggalkan kamar Raynar dan tidak ada keinginan untuk pergi. Dia hanya duduk diam sambil menatap suaminya dengan segala macam pertanyaan yang muncul di dalam kepalanya.Ini sudah larut malam, tetapi dia tak bergerak dari sofa. Seharusnya dia tidur sekarang karena esok hari dia harus bekerja. Namun, dia tetap berada di kamar Raynar entah sampai kapan.Hampir pukul tiga pagi, Raynar membuka matanya. Lelaki itu tampak begitu kesakitan dan dia bahkan harus mendesis panjang. Lentera yang mendengar itu membuka matanya. Perempuan itu ternyata ketiduran.“Kamu membutuhkan sesuatu?” tanya Lentera setelah duduk di pinggiran ranjang.Raynar tidak menjawab. Lelaki itu sesekali menutup matanya ketika rasa sakit itu menghantam tubuhnya tiada ampun. Sepertinya bukan hanya wajahnya yang babak belur, ada bagian lain dari tubuhnya yang terluka.“Kalau masih kesakitan, aku akan membawamu ke rumah sakit.” Lentera mencoba memberikan pendapatnya. Namun, Raynar menggeleng.Dengan susah payah

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-08
  • Cinta Manis Suamiku   Part 9

    Lentera tercenung di tempatnya berdiri dengan perasaan campur aduk tidak karuan. Apa yang terjadi dengannya sebenarnya? Kenapa semakin dia mencoba untuk memberontak pergi dari pernikahannya dengan Raynar, seakan semesta ingin dia tetap bertahan.Bagas sudah tidak ada di depannya, tetapi ucapan lelaki itu berputar berulang-ulang di dalam kepalanya.‘Mungkin Bapak begitu menyayangi Ibu sampai dia tak ingin berbagi kesedihannya.’Kalimat tersebut adalah kalimat sederhana, tetapi mampu membuat Lentera diam membisu. Kata sayang itu seolah sebuah kekonyolan yang tidak bisa diabaikan.“Tera.”Suara itu membuyarkan lamunan Lentera. Dia menoleh dan mendapati Raynar sudah berdiri di ambang pintu dengan Bagas di belakangnya. Lentera yang melihat itu seketika memusatkan atensinya kepada Raynar. Namun, dia hanya menatap Raynar tanpa mengatakan apa pun.“Aku harus ke rumah sakit sekarang. Kalau kamu mau ke kantor, pergilah. Bagas sudah ada bersamaku, jadi kamu nggak perlu khawatir.”Lentera masih t

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-09
  • Cinta Manis Suamiku   Part 10

    Lentera mendesis kecil mendengar pertanyaan yang dilontarkan Raynar. Baginya, pertanyaan itu terlalu mengada-ada dan menunjukkan kepercayaan diri yang tinggi. Perempuan itu menarik kursi sebelum mendudukinya. Lantas dia menatap Raynar dengan tatapan datar.“Ini bukan sebuah bentuk perhatian. Aku hanya tidak ingin orang lain menyalahkanku atas kesakitanmu. Aku tidak ingin melibatkan diri terlalu jauh dengan masalahmu dan melindungi diriku sendiri.”Raynar memilih diam tak memberikan jawaban apa pun kepada Lentera. Tidak memancing perdebatan akan lebih baik dibandingkan harus membuat Lentera terus emosi karena dirinya.Ruangan itu otomatis hening ketika Lentera maupun Raynar sama-sama tidak ada yang berbicara. Raynar memilih menatap ke arah kitchen island dengan tatapan kosong. Terlalu banyak hal yang berkecamuk dalam kepalanya. Hal itu membuat Lentera mengernyit ketika dia menatap Raynar.Lentera lantas berpikir tentang sesuatu. Bukankan ini merupakan kesempatan yang baik untuk menguli

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-11

Bab terbaru

  • Cinta Manis Suamiku   Part 26

    Lentera merasa tenang akhir-akhir ini karena sudah ‘berdamai’ dengan keadaan. Bukan dia dengan mudah menyerah, tetapi faktanya, dia tidak bisa melakukan banyak hal karena semua keluarganya menghalangi usahanya.Maka jalan satu-satunya adalah dengan menerima pernikahan ini dengan caranya. Lantas akan sampai kapan semua ini berlaku? Lentera pun tidak tahu. Dia akan menjalani saja sampai benar-benar lelah.Ketukan pintu kamar Lentera membuat si empunya harus mendesah panjang. Matahari belum muncul dan Lentera masih tiduran di atas ranjang sambil memaninkan ponselnya. Namun, dia mau tak mau harus bangun dan melihat siapa yang sudah mengetuk pintu.“Selamat pagi, Tera.” Raynar tersenyum dengan cerah bak mentari pagi ketika menatap Lentera yang ada di depannya. “Ini hari minggu dan aku mau ajak kamu jalan-jalan. Kamu nggak ada kegiatan apa pun ‘kan?” tanya Raynar.“Tiba-tiba banget.” Tidak ada rasa antusias yang dirasakan oleh Lentera dengan ajakan Raynar.“Jalan kaki selama tiga puluh meni

  • Cinta Manis Suamiku   Part 25

    Aroma lezat itu terdeteksi oleh hidung Lentera ketika dia baru saja turun dari lantai dua. Dengan langkah panjang, dia segera masuk ke dalam ruang makan dan melihat Raynar berdiri di depan kompor.Secara alami, Lentera mendekat untuk melihat apa yang dimasak oleh Raynar. Itu adalah nasi goreng dengan suiran ayam. Dia tak mengatakan apa pun dan hanya melihat bagaimana lincahnya Raynar mengaduk nasi tersebut di atas wajan.Mengambil sendok, Raynar menyendokkan sedikit nasi tersebut sebelum memberikan kepada Lentera. “Cobalah. Kalau rasanya kurang pas, aku bisa memperbaikinya.”Tanpa diminta dua kali Lentera langsung menerima nasi itu dari suapan Raynar. “Udah pas rasanya.” Begitu katanya.“Kalau begitu, kamu duduk aja. Aku akan menyiapkan untukmu.” Raynar tersenyum kecil dengan penuh ketulusan.Lentera lagi-lagi menurut. Dia memilih untuk duduk di kursi makan dan menunggu Raynar. Tak lama, Raynar membawa dua piring nasi goreng dan meletakkan satu piring di depan Lentera dan satu lagi te

  • Cinta Manis Suamiku   Part 24

    Lentera menatap punggung Raynar yang menjauh dari pandangannya. Tidak bisa dipungkiri ucapan Raynar itu adalah pukulan telak untuk hatinya. Pertama kalinya, Raynar berbicara dengan nada ketus. Itu tanda jika lelaki itu benar-benar tengah dalam kondisi perasaan yang tidak baik-baik saja.Dia hanya bisa berdiri dengan tubuh yang terasa membeku. Tiba-tiba saja dia merasa perasaannya juga tidak nyaman.“Astaga.” Begitu katanya dengan hembusan napas panjang. “Kenapa aku harus merasakan ini?” Lentera berlalu dari tempat itu untuk masuk ke dalam rumah.Dia tak menemukan Raynar di ruang keluarga, pasti lelaki itu ada di ruang kerjanya atau bahkan di kamarnya. Lentera tidak ingin mengganggu lelaki itu dan memilih untuk pergi ke kamarnya sendiri.Kejadian hari itu pada akhirnya, membuat hubungan Raynar dan Lentera yang tadinya hampir membaik pun kembali renggang. Bahkan, Lentera jarang sekali melihat kemunculan Raynar di rumah mereka. Dia yang entah kenapa mengubah jadwal kerjanya menjadi lebih

  • Cinta Manis Suamiku   Part 23

    “Kalau aku mau egois, aku akan memaksamu untuk melakukan apa yang aku mau, Lentera. Tapi, aku nggak mau melakukannya karena keterpaksaan. Jadi, lupakan saja apa yang aku katakan tadi.”Kalimat itu adalah kalimat yang Raynar katakan ketika mereka sudah sampai di depan kantor Lentera. Raynar tahu betul Lentera tidak nyaman dengan permintaannya dan dia memang sengaja memberikan jeda untuk Lentera berpikir. Faktanya ketika dia meminta hal itu, Lentera terdiam seribu bahasa.Tidak ada penolakan, tetapi ekspresi wajahnya tidak menentu. Ada keraguan yang terlihat, tetapi dia seolah berpikir untuk menerimanya.Setelah mengantarkan Lentera, Raynar memilih kembali ke kantor. Namun, dia tak lagi mengambil lembur karena dia tahu kondisi fisiknya belum benar-benar membaik. Dia pulang saat matahari masih berkuasa.Membaringkan tubuhnya di kasur, Raynar menatap langit-langit kamar. Setelah Lentera nanti pulang, mungkin pembahasan tentang Raynar dan keluarganya masih akan menjadi topik obrolan mereka

  • Cinta Manis Suamiku   Part 22

    Raynar sejak tadi hanya terus memasang wajah dinginnya. Lentera menyaradi itu, tetapi dia tak bisa berbuat apa pun kecuali hanya diam. Ini adalah pertama kalinya dia duduk bersama suami dan juga ayah mertuanya. Ditambah lagi ada kakak iparnya yang mengatakan jika dia ‘membenci’ Raynar.Tentu saja situasi mereka sangatlah canggung luar biasa. Raynar tampaknya tidak berniat mengawali obrolan dan terlihat tak acuh.“Kamu mau tambah sesuatu?” Namun, pada akhirnya dia menoleh pada Lentera dan menawarkan sesuatu. Tadinya dia yang duduk di depan Lentera memilih pindah dan duduk di samping istrinya.“Nggak. Aku udah kenyang,” jawab Lentera.“Kalau begitu, kita bisa pergi sekarang?”“Ya, pergi saja, Raynar. Anggap saja tidak ada kami di sini.” Brian menjawab ucapan Raynar membuat situasi semakin tidak nyaman.Raynar yang tadinya menatap Lentera itu pun segera mengalihkan tatapannya ke arah Brian. Tatapannya pada kakaknya itu dingin dan tajam. Mereka tak ubahnya seperti musuh yang berlindung da

  • Cinta Manis Suamiku   Part 21

    “Bapak.” Bagas terkejut melihat bosnya muncul di kantor. “Bapak sudah lebih baik?” Bagas mengekori Raynar yang masuk ke dalam ruangannya. “Seharusnya Bapak tetap di rumah biar saya saja yang datang nanti.”Raynar terkekeh kecil. “Saya sudah lebih baik. Saya bosan kalau harus tetap berada di rumah.” Lelaki itu duduk di kursi sambil sesekali mengernyitkan dahinya. Ekspresinya itu tertangkap oleh netra Bagas dan kekhawatiran itu terlihat.Raynar mengangkat tangannya saat Bagas ingin mendekatinya. “Kamu berikan saja berkas yang perlu saya cek. Saya sudah sehat, Bagas.”Bagas menurut dan dia akhirnya hanya mengangguk. Membalikkan badannya untuk keluar dari ruangan Raynar sebelum dia mengambil berkas dari mejanya.“Bapak ingin dibuatkan minuman apa?” tanya Bagas setelah meletakkan tumpukan berkas di atas meja Raynar. “Bapak untuk sementara tidak boleh minum kopi dulu.”“Saya tahu. Nanti siang saja kamu bisa pesankan saya kelapa muda.” Bagas mengangguk dan menyetujui permintaan Raynar. “Dan

  • Cinta Manis Suamiku   Part 20

    “Pagi.” Sambutan pagi itu membuat Lentera sedikit mengernyitkan dahinya. Raynar yang kemarin masih terlihat lemah itu kini sudah duduk di kursi makan sambil menatap lurus pada tabletnya. Tengah membaca berita pagi atau mungkin melihat bursa saham.Lelaki itu bahkan sudah rapi dengan kemeja kantornya dan jasnya diletakkan di kursi lainnya. Pemandangan itu terlihat sangat biasa, tetapi kali ini tentu saja sedikit berbeda karena Raynar dalam kondisi yang tidak baik. Setidaknya itulah yang ada di dalam pikiran Lentera.“Kamu udah mau kerja?” Lentera menatap suaminya dengan ekspresi heran. Raynar masih terlihat sedikit pucat, tetapi tampaknya, lelaki itu tidak memedulikan kesehatannya sama sekali. “Udah sehat?” lanjutnya lagi merasa penasaran.Lentera bahkan harus meneliti wajah Raynar dengan seksama untuk memastikan jika laki-laki itu benar-benar sudah sehat. Namun, dilihat dari segi mana pun, Raynar masih belum sembuh betul.“Ya, lumayan.” Raynar mendongakkan kepalanya dan menatap Lenter

  • Cinta Manis Suamiku   Part 19

    Lentera tidak pernah membayangkan sebelumnya jika dia akan berada di ranjang yang sama dengan seorang lelaki yang berstatus sebagai suaminya. Dia berpikir, pernikahan hanyalah sebuah beban. Setelah dia menjalaninya, pemikiran itu tidaklah salah. Menikah hanya membuat masalah baru dalam hidupnya.Terlebih lagi, lelaki yang sekarang ada di sampingnya itu adalah pusat masalahnya. Raynar yang menjadi beban terberat dalam pikirannya. Lelaki yang penuh dengan misteri dan tetak-teki.“Aku dengar kamu mencariku ke mana-mana.” Suara Raynar terdengar mengalun di bawah keheningan ruangan luas bernuansa putih tersebut.Lentera pikir, Raynar sudah tidur, tetapi lelaki itu masih terjaga. Menolehkan kepalanya ke arah kanan, Lentera bisa melihat sisi wajah Raynar. Lelaki itu menatap ke langit-langit kamar dengan kedua tangan berada di atas perutnya.“Aku hanya nggak mau disalahkan kalau terjadi sesuatu sama kamu. Status istri ini ternyata memberatkan.” Lentera menjawab dengan sedikit rasa kesal. “Seb

  • Cinta Manis Suamiku   Part 18

    “Boleh aku tahu kenapa kalian nggak akur?” tanya Lentera yang kini sudah menegakkan tubuhnya dan meredam gedoran jantungnya yang tiba-tiba saja semakin meningkat tajam.Lentera terus menatap Brian yang tengah menikmati makan siangnya. Dia berusaha untuk menahan diri agar tidak tergelung emosi yang tiba-tiba saja muncul. Dia sekarang sedang berhadapan dengan seorang kakak ipar yang seharusnya Lentera bisa menjaga sikap.“Raynar itu susah diajak bicara, keras kepala, dan serakah. Di mana pun dia, selalu saja merepotkan orang lain. Masalah yang tidak ada bahkan diada-adakan. Trouble maker.” Brian menatap Lentera ketika mengatakan dua kata terakhir. “Dia juga lelaki tidak tahu diri. Merasa dirinya paling tinggi dibandingkan orang lain. Dia sudah diperlakukan baik oleh kami, tetapi dia semakin tidak tahu diri.”Brian menyuapkan makanan terakhir sebelum meminggirkan piring ke sisi kirinya. Tatapannya pada Lentera pun tak putus sampai dia menenggak minumannya.“Aku sangat membencinya,” imbuh

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status