Share

DIRUMAH SAKIT

Gelap nya malam membuat suasana semakin mencekam, Saka memacu mobilnya dengan kecepatan tinggi ke rumah sakit Bakti, tidak dia pedulikan lagi ancaman Melisa, dalam waktu 15 menit Saka sudah sampai dan memasuki rumah sakit terburu-buru dengan sedikit berlari.

"Permisi Suster pasien atas nama Rendi Permana ada di ruangan mana?" tanya nya dimeja resepsionis

"Tunggu sebentar ya Pak saya cek kan dulu." jawab Suster nya ramah.

"Pasien atas nama Bapak Rendi Permana masih berada diruangan UGD, Bapak bisa lurus dari sini kemudian belok kiri" jelasnya

"Baik Sus, terimakasih." jawab Saka dengan langkah yang begitu terasa berat.

Didepan ruangan UGD terlihat Mama Saka duduk ditemani Bi Inah pembantu rumah tangga nya, wajahnya dibanjiri air mata.

"Ma..!!" panggil Saka dan memeluk mamanya memberikan kekuatan walau dia sendiri rapuh,mamanya semakin terisak.

"Mama harus kuat ya, Mas Rendi nanti sedih jika melihat mata Mama sembab."

"Ini semua salah Mama Bi, disaat Rendi pulang dia melihat pertengkaran Mama dan Papa." tangisnya semakin menjadi

"Sudah ,mama tenang dulu." ujar Saka tidak ingin membahas lebih dalam pertengkaran orang tuanya yang acap kali terjadi.

"Keluarganya Bapak Rendi." panggil seorang Suster keluar dari ruangan operasi

"Ia Sus saya Mama nya " Saka dan Mama nya berdiri mendekat

"Ibu bisa ikut keruangan Dokter sebentar ada yang perlu disampaikan." jelas Suster

Saka menemani mamanya menemui Dokter spesialis jantung yang menangani Rendi.

"Tok..tok..tok.. permisi Dok."

"Oh ia Ibu nya Rendi ya, silahkan masuk." ucap sang dokter ramah

"Duduk dulu Bu,Mas."

"Terimakasih Dok."

"Bagaimana dengan keadaan anak saya Rendi Dok?" tanya tante Santi langsung ke topik pembicaraan setelah duduk dikursi balik meja Dokter

"Begini Bu, sampai sekarang Rendi masih belum sadar itu efek obat yang kami suntikkan, mungkin sekitar 1 jam lagi Rendi baru akan siuman." jawab Dokter menjeda ucapan nya

"Setelah Rendi siuman,kita harus segera membawanya ke rumah sakit luar negri tempat biasa Rendi berobat." Saka dan tante Santi menyimak dengan seksama

"Bukan kah jadwal Rendi kontrol masih satu bulan lagi Dok? Rendi baru pulang seminggu yang lalu." tanya tante Santi kaget

"Diluar perkiraan kita Bu, Rendi sampai pingsan pasti ada pemicunya jantung nya tidak bisa menerima sebuah keadaan yang membuat dia tertekan, jadi saya minta untuk tidak membuat nya stres." terang Dokter yang membuat tante Santi terpukul dan menangis , Saka menggosok pelan lengan Mama nya memberikan kekuatan dan ketenangan.

"Baik Dok, terimakasih penjelasan nya, saya akan mempersiapkan keberangkatan Kakak saya " jawab Saka dan mengajak Mama nya keluar dari ruangan Dokter, sang Dokter menganggukkan kepala turut kasihan melihat keadaan tante Santi mamanya Rendi dan Saka.

Setelah menemui dokter Saka dan Mamanya sudah diperbolehkan masuk untuk menemani Rendi

"Mama masuk duluan ya,Abi akan mengurus administrasi nya dulu." lirih Saka membukakan pintu yang dijawab anggukan lemah Mama nya.

disaat akan berjalan ke arah administrasi dia melihat bi Inah masih menunggu di kursi tunggu pasien, Saka mendekati nya.

"Den Abi." sadar kedatangan Saka bi Inah berdiri

"Bagaimana keadaan den Rendi?" tanyanya khawatir dia sudah begitu lama bekerja dirumah Saka semenjak Saka berumur 10 tahun dan dia menganggap keluarga Majikan nya seperti keluarga nya sendiri

"Mas Rendi dia baik-baik aja Bi , kita doakan semoga secepatnya Mas Rendi pulih." jawab saka tersenyum sopan

"Amin." doanya diaminkan bi Inah

"Oh ia, lebih baik bi Inah pulang tadi Abi udah telfon Pak Pur buat jemput ,sekarang dia menunggu diluar." jelas Saka kasihan melihatnya duduk sendirian

"Tapi Den.." bi Inah enggan pulang

"Bibi pulang,Abi minta tolong siapkan koper Mas Rendi dan Mama karena besok Mas Rendi harus berangkat keluar negeri bersama Mama." bi Inah tercengang dan menganggukan kepala paham yang dibilang Saka dan paham akan keadaan Rendi yang tidak baik-baik saja.

"Bibi pulang Den, assalamualaikum." ucapnya melangkah pergi dengan perasaan sedih, kesedihan keluarga Majikan nya adalah kesedihan nya juga.

"Waa'alaikumsalam."

Setelah mengurus administrasi dan memesan tiket penerbangan untuk Rendi dan Mama nya besok, Saka membeli minuman dan nasi kotak untuk mamanya, sampai diruangan mamanya terlihat tertidur, rasanya Saka sangat terpukul, orang melihat hidupnya sempurna tapi nyatanya beban nya sangat berat untuk menjaga keluarganya tetap utuh, dia mengorbank segalanya.

Saka membiarkan mamanya beristirahat, dia duduk di sofa yang disediakan pihak rumah sakit, raga dan hatinya terasa lelah.

"Drt.drt.." ada panggilan masuk di hp Rendi, Saka mengambilnya disana tertera nama princess Nauma.

sudah ada 20 kali panggilan tidak terjawab, Saka tersenyum kecut.

"Hallo." jawab Saka mengusap gagang telpon nya ia hendak memberi tahu keadaan Rendi.

"Hallo assalamualaikum Ren." saka mengerutkan kening mendengar panggilan Nauma dengan hanya memanggil Rendi dengan sebutan nama tampa ada embel Mas nya.

"Waa'alaikumsalam." jawab Saka yang masih diliputi tanda tanya

"Kamu, dimana Mas Rendi kenapa kamu yang menjawab telfon nya?" tanya Nauma nada suaranya naik beberapa oktaf

"Mas Rendi dia sedang berada di..."

"Abi.." ucapan Saka terhenti mendengar Rendi memanggilnya nya dan ia mendekat

"Halo..halo.." panggil suara Nauma disebarang telfon

"Berikan handphone nya." pinta Rendi dan Saka menyerahkan ponsel Rendi

"Hallo Uma.." jawab Rendi senyum nya mengambang di pipi, Saka yang melihat Kakaknya tersenyum dia bahagia tapi disisi lain hatinya terluka.

"Rendi,eh mas Rendi aku kira kamu betulan marah aku hanya belum terbiasa." jelas Nauma saat mendengar suara Rendi

"Kamu kira aku bisa marah dengan mu?" goda Rendi

"Terus kenapa kamu tidak menjawab panggilan ku dari tadi?" tanya Nauma, Saka mendengar percakapan mereka hanya menyimak.

"Tadi Abi meminjam handphone ku untuk bermain game, dia dari kecil sangat suka bermain game " jawab Rendi berbohong, Saka Hendak bicara tapi Rendi menangkupkan jari telunjuk dibibir nya.

"Adikmu seperti nya, masa kecil nya kurang bahagia." cerocos Nauma dan Saka hanya menerima pasrah olok-olok dari Kakak nya dan Nauma.

"Hahaha, kamu bisa saja sudah larut malam kamu tidur gih." Tante Santi terbangun mendengar tawa nya

"Ya sudah kamu juga tidur."

"Ia, i love you Uma." ucap Rendi sebelum mematikan telfon nya.

"I love you too." jawab Nauma dan sambungan telfon terputus, Saka semakin kepanasan mendengar,sekali pun dulu Nauma belum pernah mengucapkan kata i love you untuk nya.

"Kenapa Lo tegang gitu, belum ditelpon ayang ya." ejek Rendi yang tidak mengetahui sebenarnya Saka tidak pernah menyukai Melisa.

"Mas Rendi udah bangun?" tanya mamanya , Saka hanya tersenyum menggeleng merespon ucapan kakak nya.

"Ma, Mama gapapa kan?" tanya Rendi sadar mamanya sudah bangun

"Bagaimana keadaan Mas, mama baik-baik aja kok." jawab nya tersenyum

Setelah memberitahu Rendi untuk keberangkatan nya besok ke rumah sakit luar negri Rendi yang ceria merasa murung, dia sudah lelah sejak 10 tahun terakhir dia harus selalu bolak balik berobat ke luar negeri.

"Bisa ga Ma berobatnya disini aja?" ungkapnya dengan wajah lesu

"Gak bisa sayang, disini rumah sakitnya tidak memadai atau kita ajak Nauma biar kamu senang?" usul Mama nya agar Rendi tidak menyerah

"Tidak perlu Ma, Rendi ga mau Nauma jadi kasihan dengan Rendi." tolaknya dengan menatap langit-langit rumah sakit

"Tapi sebelum kita pergi boleh ga Rendi bertemu Nauma dulu?" tanya dengan menatap mama nya dan dibalas anggukan.

"Kalo Lo mau bertemu Nauma biar gue aja yang jemput dia Mas." melihat kakaknya sangat mencintai Nauma saka harus menahan perih di hatinya.

"Jangan Bi.."

"Loh kenapa?" tanya tante Santi menaik kan alisnya

"nanti Nauma khawatir, Rendi hanya ingin memberikan kebahagiaan untuk nya, Mas minta tolong belikan cincin untuk Nauma ya Bi, sebelum berangkat Mas ingin melamar nya." pintanya yang tidak bisa ditolak Saka.

Dunia ini rasanya tidak adil, tapi lebih tidak adil lagi jika Saka merebut kebahagiaan kakak nya dulu sewaktu kecil kakak nya selalu menuruti semua keinginan nya, anggap saja ini seperti hutang Budi.

"Abimana.." punggung Saka dipegang dari belakang oleh seseorang saat dia telah siap memesan cincin untuk Nauma.

"Papa, ngapain Papa disini? kenapa Papa tega membuat mas Rendi masuk rumah sakit, apa tidak cukup Papa menyakiti Mama dengan menikah lagi?" Saka menatap sinis dengan tangan mengepal melihat Papa nya berada disana bersama istri mudanya

"Papa telah menjatuhkan talak kepada Mama mu, sekarang Papa minta kamu untuk jaga Mas Rendi baik-baik." jawabnya tampa merasa bersalah dan melepaskan tanggung jawabnya ke Saka.

Saka tentu saja kaget, ingin rasanya memberi bogem mentah di wajah pria yang selama ini dipanggil nya Papa, tapi ia sadar tidak ada gunanya dia hanya bisa menahan sesak dengan melihat papa nya pergi bergandengan tangan dengan istri mudanya.

"Hallo Bi, Lo dimana kok lama kali apa toko emasnya tutup?" Rendi menelfon Saka yang terlalu lama pergi membeli cincin

"Udah kok Mas,ini tinggal bayar." jawabnya mengakhiri telfon dan membayar pesanan nya.

"Ini cincinnya Mas." rendi menyerahkan cincinnya sesampai di rumah sakit, Rendi sudah mengganti pakaian nya dia terlihat Tampan dan baik-baik saja

"Thanks ya,Mas pinjam mobil lo bentar." ucapnya berdiri dan hendak mengambil kunci mobil Saka

"Biar aku saja yang mengantarkan."tolak Saka walaupun kelihatan seperti orang yang sehat Rendi sangat tidak disarankan untuk mengemudi sendiri.

Saka berjalan duluan keluar tampa menunggu persetujuan Rendi, Rendi hanya bisa menggelengkan kepala melihat sifat keras adiknya, adiknya sangat tidak bisa mengungkapkan rasa sayang dengan baik.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status