Gelap nya malam membuat suasana semakin mencekam, Saka memacu mobilnya dengan kecepatan tinggi ke rumah sakit Bakti, tidak dia pedulikan lagi ancaman Melisa, dalam waktu 15 menit Saka sudah sampai dan memasuki rumah sakit terburu-buru dengan sedikit berlari.
"Permisi Suster pasien atas nama Rendi Permana ada di ruangan mana?" tanya nya dimeja resepsionis "Tunggu sebentar ya Pak saya cek kan dulu." jawab Suster nya ramah. "Pasien atas nama Bapak Rendi Permana masih berada diruangan UGD, Bapak bisa lurus dari sini kemudian belok kiri" jelasnya "Baik Sus, terimakasih." jawab Saka dengan langkah yang begitu terasa berat. Didepan ruangan UGD terlihat Mama Saka duduk ditemani Bi Inah pembantu rumah tangga nya, wajahnya dibanjiri air mata. "Ma..!!" panggil Saka dan memeluk mamanya memberikan kekuatan walau dia sendiri rapuh,mamanya semakin terisak. "Mama harus kuat ya, Mas Rendi nanti sedih jika melihat mata Mama sembab." "Ini semua salah Mama Bi, disaat Rendi pulang dia melihat pertengkaran Mama dan Papa." tangisnya semakin menjadi "Sudah ,mama tenang dulu." ujar Saka tidak ingin membahas lebih dalam pertengkaran orang tuanya yang acap kali terjadi. "Keluarganya Bapak Rendi." panggil seorang Suster keluar dari ruangan operasi "Ia Sus saya Mama nya " Saka dan Mama nya berdiri mendekat "Ibu bisa ikut keruangan Dokter sebentar ada yang perlu disampaikan." jelas Suster Saka menemani mamanya menemui Dokter spesialis jantung yang menangani Rendi. "Tok..tok..tok.. permisi Dok." "Oh ia Ibu nya Rendi ya, silahkan masuk." ucap sang dokter ramah "Duduk dulu Bu,Mas." "Terimakasih Dok." "Bagaimana dengan keadaan anak saya Rendi Dok?" tanya tante Santi langsung ke topik pembicaraan setelah duduk dikursi balik meja Dokter "Begini Bu, sampai sekarang Rendi masih belum sadar itu efek obat yang kami suntikkan, mungkin sekitar 1 jam lagi Rendi baru akan siuman." jawab Dokter menjeda ucapan nya "Setelah Rendi siuman,kita harus segera membawanya ke rumah sakit luar negri tempat biasa Rendi berobat." Saka dan tante Santi menyimak dengan seksama "Bukan kah jadwal Rendi kontrol masih satu bulan lagi Dok? Rendi baru pulang seminggu yang lalu." tanya tante Santi kaget "Diluar perkiraan kita Bu, Rendi sampai pingsan pasti ada pemicunya jantung nya tidak bisa menerima sebuah keadaan yang membuat dia tertekan, jadi saya minta untuk tidak membuat nya stres." terang Dokter yang membuat tante Santi terpukul dan menangis , Saka menggosok pelan lengan Mama nya memberikan kekuatan dan ketenangan. "Baik Dok, terimakasih penjelasan nya, saya akan mempersiapkan keberangkatan Kakak saya " jawab Saka dan mengajak Mama nya keluar dari ruangan Dokter, sang Dokter menganggukkan kepala turut kasihan melihat keadaan tante Santi mamanya Rendi dan Saka. Setelah menemui dokter Saka dan Mamanya sudah diperbolehkan masuk untuk menemani Rendi "Mama masuk duluan ya,Abi akan mengurus administrasi nya dulu." lirih Saka membukakan pintu yang dijawab anggukan lemah Mama nya. disaat akan berjalan ke arah administrasi dia melihat bi Inah masih menunggu di kursi tunggu pasien, Saka mendekati nya. "Den Abi." sadar kedatangan Saka bi Inah berdiri "Bagaimana keadaan den Rendi?" tanyanya khawatir dia sudah begitu lama bekerja dirumah Saka semenjak Saka berumur 10 tahun dan dia menganggap keluarga Majikan nya seperti keluarga nya sendiri "Mas Rendi dia baik-baik aja Bi , kita doakan semoga secepatnya Mas Rendi pulih." jawab saka tersenyum sopan "Amin." doanya diaminkan bi Inah "Oh ia, lebih baik bi Inah pulang tadi Abi udah telfon Pak Pur buat jemput ,sekarang dia menunggu diluar." jelas Saka kasihan melihatnya duduk sendirian "Tapi Den.." bi Inah enggan pulang "Bibi pulang,Abi minta tolong siapkan koper Mas Rendi dan Mama karena besok Mas Rendi harus berangkat keluar negeri bersama Mama." bi Inah tercengang dan menganggukan kepala paham yang dibilang Saka dan paham akan keadaan Rendi yang tidak baik-baik saja. "Bibi pulang Den, assalamualaikum." ucapnya melangkah pergi dengan perasaan sedih, kesedihan keluarga Majikan nya adalah kesedihan nya juga. "Waa'alaikumsalam." Setelah mengurus administrasi dan memesan tiket penerbangan untuk Rendi dan Mama nya besok, Saka membeli minuman dan nasi kotak untuk mamanya, sampai diruangan mamanya terlihat tertidur, rasanya Saka sangat terpukul, orang melihat hidupnya sempurna tapi nyatanya beban nya sangat berat untuk menjaga keluarganya tetap utuh, dia mengorbank segalanya. Saka membiarkan mamanya beristirahat, dia duduk di sofa yang disediakan pihak rumah sakit, raga dan hatinya terasa lelah. "Drt.drt.." ada panggilan masuk di hp Rendi, Saka mengambilnya disana tertera nama princess Nauma. sudah ada 20 kali panggilan tidak terjawab, Saka tersenyum kecut. "Hallo." jawab Saka mengusap gagang telpon nya ia hendak memberi tahu keadaan Rendi. "Hallo assalamualaikum Ren." saka mengerutkan kening mendengar panggilan Nauma dengan hanya memanggil Rendi dengan sebutan nama tampa ada embel Mas nya. "Waa'alaikumsalam." jawab Saka yang masih diliputi tanda tanya "Kamu, dimana Mas Rendi kenapa kamu yang menjawab telfon nya?" tanya Nauma nada suaranya naik beberapa oktaf "Mas Rendi dia sedang berada di..." "Abi.." ucapan Saka terhenti mendengar Rendi memanggilnya nya dan ia mendekat "Halo..halo.." panggil suara Nauma disebarang telfon "Berikan handphone nya." pinta Rendi dan Saka menyerahkan ponsel Rendi "Hallo Uma.." jawab Rendi senyum nya mengambang di pipi, Saka yang melihat Kakaknya tersenyum dia bahagia tapi disisi lain hatinya terluka. "Rendi,eh mas Rendi aku kira kamu betulan marah aku hanya belum terbiasa." jelas Nauma saat mendengar suara Rendi "Kamu kira aku bisa marah dengan mu?" goda Rendi "Terus kenapa kamu tidak menjawab panggilan ku dari tadi?" tanya Nauma, Saka mendengar percakapan mereka hanya menyimak. "Tadi Abi meminjam handphone ku untuk bermain game, dia dari kecil sangat suka bermain game " jawab Rendi berbohong, Saka Hendak bicara tapi Rendi menangkupkan jari telunjuk dibibir nya. "Adikmu seperti nya, masa kecil nya kurang bahagia." cerocos Nauma dan Saka hanya menerima pasrah olok-olok dari Kakak nya dan Nauma. "Hahaha, kamu bisa saja sudah larut malam kamu tidur gih." Tante Santi terbangun mendengar tawa nya "Ya sudah kamu juga tidur." "Ia, i love you Uma." ucap Rendi sebelum mematikan telfon nya. "I love you too." jawab Nauma dan sambungan telfon terputus, Saka semakin kepanasan mendengar,sekali pun dulu Nauma belum pernah mengucapkan kata i love you untuk nya. "Kenapa Lo tegang gitu, belum ditelpon ayang ya." ejek Rendi yang tidak mengetahui sebenarnya Saka tidak pernah menyukai Melisa. "Mas Rendi udah bangun?" tanya mamanya , Saka hanya tersenyum menggeleng merespon ucapan kakak nya. "Ma, Mama gapapa kan?" tanya Rendi sadar mamanya sudah bangun "Bagaimana keadaan Mas, mama baik-baik aja kok." jawab nya tersenyum Setelah memberitahu Rendi untuk keberangkatan nya besok ke rumah sakit luar negri Rendi yang ceria merasa murung, dia sudah lelah sejak 10 tahun terakhir dia harus selalu bolak balik berobat ke luar negeri. "Bisa ga Ma berobatnya disini aja?" ungkapnya dengan wajah lesu "Gak bisa sayang, disini rumah sakitnya tidak memadai atau kita ajak Nauma biar kamu senang?" usul Mama nya agar Rendi tidak menyerah "Tidak perlu Ma, Rendi ga mau Nauma jadi kasihan dengan Rendi." tolaknya dengan menatap langit-langit rumah sakit "Tapi sebelum kita pergi boleh ga Rendi bertemu Nauma dulu?" tanya dengan menatap mama nya dan dibalas anggukan. "Kalo Lo mau bertemu Nauma biar gue aja yang jemput dia Mas." melihat kakaknya sangat mencintai Nauma saka harus menahan perih di hatinya. "Jangan Bi.." "Loh kenapa?" tanya tante Santi menaik kan alisnya "nanti Nauma khawatir, Rendi hanya ingin memberikan kebahagiaan untuk nya, Mas minta tolong belikan cincin untuk Nauma ya Bi, sebelum berangkat Mas ingin melamar nya." pintanya yang tidak bisa ditolak Saka. Dunia ini rasanya tidak adil, tapi lebih tidak adil lagi jika Saka merebut kebahagiaan kakak nya dulu sewaktu kecil kakak nya selalu menuruti semua keinginan nya, anggap saja ini seperti hutang Budi. "Abimana.." punggung Saka dipegang dari belakang oleh seseorang saat dia telah siap memesan cincin untuk Nauma. "Papa, ngapain Papa disini? kenapa Papa tega membuat mas Rendi masuk rumah sakit, apa tidak cukup Papa menyakiti Mama dengan menikah lagi?" Saka menatap sinis dengan tangan mengepal melihat Papa nya berada disana bersama istri mudanya "Papa telah menjatuhkan talak kepada Mama mu, sekarang Papa minta kamu untuk jaga Mas Rendi baik-baik." jawabnya tampa merasa bersalah dan melepaskan tanggung jawabnya ke Saka. Saka tentu saja kaget, ingin rasanya memberi bogem mentah di wajah pria yang selama ini dipanggil nya Papa, tapi ia sadar tidak ada gunanya dia hanya bisa menahan sesak dengan melihat papa nya pergi bergandengan tangan dengan istri mudanya. "Hallo Bi, Lo dimana kok lama kali apa toko emasnya tutup?" Rendi menelfon Saka yang terlalu lama pergi membeli cincin "Udah kok Mas,ini tinggal bayar." jawabnya mengakhiri telfon dan membayar pesanan nya. "Ini cincinnya Mas." rendi menyerahkan cincinnya sesampai di rumah sakit, Rendi sudah mengganti pakaian nya dia terlihat Tampan dan baik-baik saja "Thanks ya,Mas pinjam mobil lo bentar." ucapnya berdiri dan hendak mengambil kunci mobil Saka "Biar aku saja yang mengantarkan."tolak Saka walaupun kelihatan seperti orang yang sehat Rendi sangat tidak disarankan untuk mengemudi sendiri. Saka berjalan duluan keluar tampa menunggu persetujuan Rendi, Rendi hanya bisa menggelengkan kepala melihat sifat keras adiknya, adiknya sangat tidak bisa mengungkapkan rasa sayang dengan baik.Di Apartemen Nauma terlihat baru siap pulang joging, sebelum mandi, ia mengambil sebotol air dingin kemudian menuangkan nya kedalam gelas kaca dan meneguknya hingga tandas."Ting...tong..!" terdengar suara bel dari arah pintu"Ummiii...Tolong buka kan pintu ya aku mau mandi dulu!" teriak Nauma dan berlalu ke kamar mandi dalam kamarnya."Iaa.." jawab Arumi, yang sudah rapi hendak pergi ke caffe, kira-kira siapa yang datang sepagi ini fikir Arumi,didepan pintu Saka dan Rendi berdiri tegap, dengan penampilan yang rapi."Mas Rendi, Saka..!!" ucap Arumi kaget, melihat dua pria tampan tersebut sudah berbaris rapi didepan pintu apartemen nya dan Nauma."Pagi dek Rumi, kenapa kaget kalian saling kenal?" tanya Rendi menyapa Arumi dengan senyum ramah"Ia dia kan.." baru saja Arumi mau menjelaskan Saka memotong ucapannya"Ia saya yang sudah tidak sengaja menabrak mobil nona Arumi." ungkapnya dengan mengedipkan sebelah matanya ke arah Arumi"Oh begitu, Nauma nya ada ?" Rendi menganggukkan kepala
"Kamu akan tetap disini atau pulang?" tanya Saka setelah lama menatap kepergian Rendi, Nauma meliriknya sekilas "Aku mau ke caffe," jawab Nauma hendak berbalik meninggalkan Saka,hampir saja dia jatuh menubruk pengujung yang membawa koper di bandara, beruntung Saka cepat menarik tangannya dan dia malah terjatuh didalam pelukan Saka. Nauma menegang mencium aroma tubuh Saka membuat nya terhipnotis dan tidak berkutik "Apa setelah menerima lamaran Rendi, sekarang kamu malah suka berada dalam pelukan ku?" tanya Saka yang telah melepaskan pegangan tangannya sejak tadi dan Nauma tidak kunjung beranjak dan memegang dada bidangnya "Apa? jangan asal bicara kamu, aku hanya kaget!" tukas nya melepas pegangan nya dan hendak pergi "Dasar tidak tau terimakasih!" ujar Saka lirih, Nauma berhenti dan kembali membalikkan badannya menghadap Saka "Ternyata kamu orang yang haus akan terimakasih!" sarkas Nauma sinis dan kembali berjalan men
Setelah membopong tubuh Melisa yang seperti sedikit berisi dari biasanya, membuat Saka kehabisan tenaga, dia ngos-ngosan, meletakkan melisa di jok belakang kemudi."Mel, sudah sandiwara nya! ini ga lucu sama sekali kami bisa mencemarkan nama baik Caffe Aruna" tukas Saka lirih, namun tidak ada pergerakan dari Melisa dia masih tidak sadarkan diri"Mel,kamu dengar tidak!" seru Saka mengguncang tangan Melisa,"Heh aku bilang udah sandiwara nya, jika tidak aku tinggal kamu disini." imbuh Saka lagi yang tidak kunjung direspon Melisa, Saka mengguncang tubuh Melisa sedikit kuat, tapi tidak ada tanda-tanda Melisa sadar, Saka panik kenapa sandiwaranya kebablasan, karena panik dia menutup pintu mobil dengan kencang dan berlari mengitari mobil, masuk di kursi kemudi dan melajukan mobilnya kesebuah klinik terdekat.Di dalam caffe terlihat Nauma syok, bisik-bisik dari pelanggan seperti lebah yang lewat di telinganya, Saka Abimana setelah kamu hancurkan hatiku sekarang kamu berniat
Disebuah taman Nauma terlihat menenangkan dirinya dengan mendengarkan musik dan melihat ramai nya pengunjung datang bersama keluarganya, kekasih, dan ada juga yang duduk sendiri seperti Nauma. mata Nauma melihat sebuah mobil berhenti didepan Apotek didepan taman, bukan kah itu mobil Saka? gumamnya rasa penasaran Nauma semakin membuncah saat Saka turun dari mobil dan dia memasang penutup Hoodie dikepalanya dan memasang kaca mata kemudian pergi kearah apotik. Disana terlihat Saka menyerahkan resep dokter,dan dia memesan Susu. "Tunggu dulu, apa itu susu ibu hamil?" tanya Nauma didalam hatinya "Siapa yang hamil,apa mungkin Tante Santi, gak mungkin Oh jangan-jangan Melisa?" fikir Nauma lagi menerka-nerka lagi, Saka terlihat sudah siap membayar pesanan nya dan membalikkan badan Nauma berbalik badan ke dinding menghindari tatapan Saka yang merasa diawasi. Setelah Saka masuk kemobil dan melajukan mobilnya, Nauma memberhentikan ojek
Kedua sejoli yang berada dalam satu mobil,kembali terdiam tenggelam kedalam angan masing-masing, apa yang difikirkan Nauma tentang Saka adalah salah besar akan tetapi Saka tidak dapat meluruskan dengan benar, dia kembali merenangi telaga hidup dengan sunyi, biarlah apa yang difikirkan tentang dia itulah kebenaran."Mau diantar kemana?" tanya Saka ketika telah memasuki jalanan yang padat"Aku turun disini saja, aku bisa pulang naik taxi, disekitar sini sudah tidak susah mencari taksi," jawab Nauma"Tidak perlu,aku akan mengantarmu!" seloroh saka datar"Jangan terlalu memaksa Saka,ini tidak baik," tegas Nauma, Saka kaget biasanya Nauma memanggilnya Mas meski umur mereka cuma berjarak 5 bulan, jika dia marah akan hanya berbicara dengan kata Aku dan Kamu"Baiklah,aku tidak memaksa lain kali, untuk kali ini biarkan aku mengantarkan mu pulang sebagai tanggung jawab seorang adik ipar," jawab Saka dengan wajah datar nya, Nauma tidak bisa menolak perkataan Saka menekankan
Seminggu setelah Nauma mendapatkan buket mawar, tidak ada kabar dari Rendi sama sekali, berkali-kali Nauma menghubungi tapi panggilan selalu diabaikan, tidak lupa mengirim pesan menanyakan kabar dan kapan kepulangan nya, semuanya sama tidak ada jawaban padahal pesannya selalu centang berwarna hijau,pertanda dia telah menerima dan membaca pesan dari Nauma."Kamu kenapa Mas?" tanya Nauma duduk menyendiri di balkon apartemen dia menatap langit gelap sepertinya sebantar lagi akan turun hujan, Nauma memejamkan mata menikmati semilir angin yang menyapu wajahnya."Ting!" Sebuah pesan masuk di handphone Nauma dia bergegas mengambilnya, ah kecewa hanya notifikasi pesan dari operator kartunya, ingin rasa bertanya dengan Saka, tapi semenjak hari itu pun Saka tidak pernah lagi terlihat, saat hendak meletakkan kembali handphone diatas meja kembali pesan masuk."Ting!" Sebuah pesan dari Rendi, Nauma membukanya dengan tidak sabaran disana terlihat sebuah gambar kota yang indah dari seb
"Tidak, Kamu yang akan menikahi Nauma." tolak Saka tegas dengan menatap tajam wajah pucat Rendi "Abimana , umurku sudah tidak lama lagi aku mohon menikah lah dengan Nauma,"Pinta Rendi memohon ke Saka "Siapa kamu hingga bisa menentukan hidup dan mati?" tanya Saka kesal mendengar penuturan nya "Aku hanya manusia yang puluhan tahun hidup dengan bantuan medis,"jawab Rendi penuh kesedihan "Aku sudah lelah Abi, aku juga ingin menikmati hidup dengan sisa umurku," imbuh Rendi terisak kecil buliran bening membasahi pipi, tidak kuasa melihat Rendi manangis Saka memeluknya. "Aku mohon menikah lah Abi dengan Nauma," lirihnya dalam sela-sela isakan tangisnya "Bagaimana mungkin aku menikahi calon istri Kakak ku sendiri!" seru Saka lirih suaranya terdengar sendu "Itu mungkin saja, asalkan kamu mau memenuhi permintaan ku." jawab Rendi menatap penuh harap kepada Saka "Bagaimana dengan Nauma?" tanya Saka "Dia pa
Pagi kembali menyapa sang mentari bersinar terang, burung-burung beterbangan kesana kemari membuat suasana di pagi hari begitu indah dengan kicauan suaranya, Pagi ini terlihat Saka sudah rapi duduk di depan meja makan menikmati sarapan yang dibuatkan Mama tercinta, "Emm ini nasi goreng paling enak!" gumam Saka memuji masakan Tante Santi, ia menyuap dengan lahap. "Bisa aja kamu, sebelumnya memang tidak enak!" kekeh Tante Santi melirik anak sulungnya yang sangat lahap memakan masakannya. "Enak, tapi sudah lama kali Abi tidak merasakan masakan Mama," ujarnya dan menengguk air didalam gelas, tante santi tersenyum dia beberapa Minggu ini tidak bisa memasak karena harus menemani Rendi "Mas Rendi belum bangun Ma?" tanya Saka setelah menyeka mulutnya dengan tisu, nasi goreng telah habis tampa bersisa satu butir nasipun. "Pagi semua!" seru Rendi, dia sudah terlihat rapi memakai setelan jas dia berjalan mendekati
Saka bekerja dengan semangat, semua pekerjaan nya hari ini berjalan lancar, perusahaan nya kembali berjalan normal setelah teman Tante Melly menanamkan saham yang begitu besar, Saka belum sempat berterimakasih karena kondisi Nauma yang tidak mungkin dia tinggalkan sendiri."Bagaimana kalau aku undang mereka makan malam diluar bersama, Nauma pasti senang," fikirnya yang sedang duduk dikursi kebesarannya, semua pekerjaan nya telah selesai."Hallo, assalamualaikum!" "Waa'alaikumsalam, tumben telfon papa gimana kabarmu?" "Aku baik, nanti malam aku mau mengundang papa sama istri papa makan malam apa bisa?" Saka enggan menyebutkan nama Tante Melly meski dia sudah tahu kebenaran mengapa papa nya memilih bercerai dan menikahi Tante Melly."Kamu serius, tentu papa bersedia," terdengar suara bahagia diseberang telfon, anak satu-satunya yang dia rindukan"Baiklah nanti aku kirim lokasi nya!" Jawab Saka datar"Ia, papa tunggu!""Assalamualaikum,""Waa'alai
Saka ketakutan tubuhnya gemetar, melihat Nauma kembali tidak sadarkan diri, dia mondar mandir di depan ruangan Nauma diperiksa, dia selalu menyalahkan dirinya seandainya dia tidak meninggalkan Nauma sendiri semua ini tidak akan terjadi,selalu itu yang ada dalam pikiran nya. ini semua ulah Melisa dia harus diberi sedikit pelajaran agar jera, tapi sebagai anak orang yang berkuasa dia selalu bisa berlaku semena-mena."Bagaimana keadaan istri saya Dok?" Tanya Saka melihat dokter yang memakai jas putih keluar dari ruangan Nauma "Banyak luka lebam ditubuhnya, kami sudah memberikan pertolongan dan Ibu Nauma sudah siuman namun sepertinya dia trauma atas kejadian yang menimpanya," dokter menjelaskan keadaan Nauma yang trauma atas kejadian penculikan nya"Tapi bapak tidak usah khawatir tidak ada luka serius, semoga ibu Nauma lekas sembuh." dokter melihat rasa khawatir diraut wajah Saka "Terimakasih Dok," Dokter tersenyum mengganggukan kepala dan meninggalkan nya sendiri, Sak
Nauma memegang gagang pintu hendak keluar dan kejadian hari itu terulang kembali, pintunya terkunci Nauma panik campur ketakutan"Tolong Anda jangan macam-macam dengan saya!" Teriak Nauma mengeluarkan keringat dingin"Hahaha sekarang tidak ada yang bisa membantumu Nona cantik," tawa sopir taksi kumisnya naik turun mengimbangi tawanya"Tolong!" Nauma berteriak sopir taksi semakin menambah kecepatanNauma mencoba melawan dengan memukuli sopir taksi tetapi itu tidak berpengaruh apa-apa hanya membuat tenaga Nauma semakin habis."Saya mohon lepas kan saya pak!" Nauma putus asa disaat dia memukul handphone nya terjatuh kedepan dia tidak bisa meminta pertolongan lagi"Saya akan memberikan berapapun uang yang bapak minta tapi tolong lepaskan saya," Nauma bernegosiasi dengan terisak namun sopir taksi tetap fokus mengemudi jauh kedalam jalanan yang sepi kearah pemakaman umum.Ditempat lain Saka sudah pulang ke apartemen dia merasa bersalah meninggalkan Nauma sendir
"Kenapa tidak terima, apa kata penghulu waktu itu kamu ingat? Badai akan selalu datang, saling menggenggam dan saling mempercayai tapi bagaimana sekarang aku bisa mempercayai kamu? Saka terlihat bimbang, dia tidak yakin Nauma akan tetap bertahan melalui badai ini bersama"Kamu tidak mempercayai ku?" Nauma memicingkan matanya seakan dia tau apa yang difikirkan Saka "Biarlah apa yang dalam fikiranmu itu menjadi benar," jawab Saka tetap memilih bungkam"Ini yang membuat kamu mudah dimanfaatkan Melisa, membiarkan orang memandang buruk tentang mu!" Seru Nauma membuat langkah Saka kembali terhenti, namun dia kembali berjalan tampa menoleh kebelakang, dia tidak sanggup mengungkapkan kebenaran nya.Nauma sudah berusaha membuat Saka menceritakan masalahnya yang mengancam biduk rumah tangga mereka, namun Saka tetap bungkam membuat Nauma dilanda kecewa.Kadang pilihan untuk diam itu tepat, tetapi setelah menikah kita sudah memiliki partner, jadi setiap masalah harusnya ki
"Kenapa wajah kamu ditekuk begitu?" Tanya Saka mengemudikan mobil nya, Nauma hanya melongos tidak mau menjawab"Maaf tadi aku membentakmu," Saka melirik Nauma yang membuang muka keluar jendela"Bagaimana kalau kita jalan-jalan." Nauma tetap diam, Saka menghela nafas panjangSampai di apartemen Nauma langsung masuk kamar dan merebahkan tubuhnya, Saka mengikutinya dan duduk disisi ranjang."Bicaralah, jangan diamkan aku seperti ini!" Lirih Saka menatap punggung Nauma yang membelakangi nya.Satu menit,dua menit,tiga menit, tidak ada respon, yang ada terdengar dengkuran halus, Saka tersenyum melihat Nauma tertidur dalam keadaan marah, dia membetulkan posisi tidur Nauma dan mengecup keningnya."Maafkan aku sayang!" Saka menatap setiap inci dari wajah Nauma yang terlihat sangat cantik, ingin rasanya meminta hak sebagai seorang suami tapi Saka tidak ingin meminta melainkan Nauma juga menginginkan."Kita berjuang sama-sama ya!" Lirihnya membelai pelan wajah Nauma
Ditengah jalan raya yang ramai, Saka memacu kecepatan mobilnya menuju ke perusahaan nya, wajah tegang dan fikiran berkecamuk memenuhi kepalanya, tidak semudah itu lepas dari Melisa dan masa lalu nya, Saka memarkirkan mobil dan memasuki perusahaan yang telah didirikan kakeknya, karyawan disana menunduk menghormati nya."Bapak sudah ditunggu Bapak Bian didalam," ujar sekretaris nya, Saka menganggukkan kepala dan memutar handle pintu.Disana terlihat seorang laki-laki duduk dikursi kebesaran Saka."Akhirnya kamu datang juga!" Om Bian tersenyum sinis, Saka berdiri tegap menghadapnya"Kamu tahu kan maksud kedatangan saya, ehm sebelumnya sudah saya beritahu untuk tidak bermain-main dengan saya!" Ucapnya lantang"Menikahi Melisa dan ceraikan istri atau calon istri yang ditinggalkan Rendi, terserah apa namanya itu jika ingin tetap aku mendanai perusahaan kecil mu ini." Imbuhnya lagi dengan sombong"Saya tidak akan menceraikan nya atau pun menikahi Melisa." Jawab Saka
Setelah meletakkan belanjaan didapur, Saka berinisiatif membantu Nauma menyusun belanjaan kedalam kulkas.Nauma tersenyum, tampa diminta Saka sangat cekatan membantu nya, malah tidak membiarkan Nauma mengangkat yang berat."Uma...!!" Seru Arumi mengagetkan dua sejoli yang sibuk menata barang belanjaan, dia langsung memeluk Nauma"Kamu kemana aja, kenapa tiba-tiba pergi dan kamu ngapain disini?" Setelah melepaskan pelukan Arumi memberikan pertanyaan beruntun termasuk untuk Saka "Sabar Mi, satu-satu nanyak nya!" Seru Nauma mengajak Arumi duduk dikursi meja makan."Minum dulu, kamu terlihat haus kalau marah," kekeh Nauma menuangkan segelas air putih, Saka kembali sibuk sendiri membereskan barang belanjaan"Dia ngapain?" Tanya Arumi menunjuk Saka dengan dagunya dan menengguk segelas air."Hmm mau dijawab yang mana dulu nih!" "Ya udah kamu ceritain dari awal dan sedetilnya ." Tukas Arumi memperbaiki duduk nya menghadap Nauma"Gimana ya ceritanya, int
Sampai di Apartemen, Nauma membuka kunci dengan sandi sepertinya tidak ada Arumi didalam, mereka melangkah masuk menyusuri setiap ruangan tapi tidak ada siapapun."Kamu mencari siapa?" Tanya Saka"Arumi, seharusnya dia sekarang disini, apa mungkin sudah ke caffe," jawab Nauma menerka"Bulan madu mungkin," jawab Saka enteng"Hmm," Nauma memutar bola mata malas mendengar perkataan Saka mengarah ke hubungan intim."Aku tidak salah kan? Mereka kan pengantin baru!" Seru Saka mengikuti Nauma memasuki kamar"Berhenti disitu!" Saka berdiri diambang pintu"Kenapa?""Kamu tunggu diluar,aku mau mandi." Nauma menutup pintu membuat kaget Saka"Padahal Uda sah sah aja, ngapain coba harus tunggu diluar," gerutu Saka"Kalau ga mau tunggu diluar, pulang saja." Teriak Nauma dari kamar"Apa pendengarannya setajam itu," gumam Saka kesal"Saka memainkan handphone diruangan tamu diatas sofa minimalis modern, tiba-tiba ada sebuah Notif pesan masuk dari Melis
Tidak Lama Saka masuk menenteng Mukena putih dan sajadah."Kamu udah wudhu'?""Sudah,""Tunggu aku sebentar, kita shalat berjamaah aku ambil wudhu dulu!" Saka bergegas masuk kedalam kamar mandi Nauma memasang mukena dan membentangkan sajadah nya sambil menunggu Saka dia menunaikan shalat sunah fajar."Kamu udah shalat duluan, kan aku suruh tunggu dulu?" Tanya Saka yang terlihat rapi memakai baju Koko dan sarung"Hmm belum," "Barusan kamu siap shalat," "Shalat sunah Saka, ayok buruan nanti kelewat waktu Subuh nya," Saka mengangguk paham, dia membentangkan sajadah didepan Nauma, mereka shalat cukup khusyuk walaupun bacaan shalat Saka tidak terlalu merdu tapi bisa membuat hati Nauma tentram, setidaknya dia tidak lupa dengan Agama dan sang penciptanya."Ayok turun sarapan!" "Mmm ia tunggu sebentar," Nauma berjalan ke tempat mukena nya disimpan tadi, dan memasang nya"Loh mau shalat apa lagi?" Saka menaikkan alisnya"Bukan, Jilbab ku belum k