"Kamu akan tetap disini atau pulang?" tanya Saka setelah lama menatap kepergian Rendi, Nauma meliriknya sekilas
"Aku mau ke caffe," jawab Nauma hendak berbalik meninggalkan Saka,hampir saja dia jatuh menubruk pengujung yang membawa koper di bandara, beruntung Saka cepat menarik tangannya dan dia malah terjatuh didalam pelukan Saka. Nauma menegang mencium aroma tubuh Saka membuat nya terhipnotis dan tidak berkutik "Apa setelah menerima lamaran Rendi, sekarang kamu malah suka berada dalam pelukan ku?" tanya Saka yang telah melepaskan pegangan tangannya sejak tadi dan Nauma tidak kunjung beranjak dan memegang dada bidangnya "Apa? jangan asal bicara kamu, aku hanya kaget!" tukas nya melepas pegangan nya dan hendak pergi "Dasar tidak tau terimakasih!" ujar Saka lirih, Nauma berhenti dan kembali membalikkan badannya menghadap Saka "Ternyata kamu orang yang haus akan terimakasih!" sarkas Nauma sinis dan kembali berjalan mendahului Saka, Saka tersenyum setidaknya dengan bertengkar membuat dia dan Nauma bisa saling membenci fikirnya. Nauma melambaikan tangan hendak memanggil taksi yang parkir di sekitar bandara, tiba-tiba tangan nya ditarik paksa oleh tangan kekar. "Aw, lepaskan!"teriak Nauma kesakitan pergelangan tangannya digenggam kuat, tapi Saka seperti tuli dan menarik Nauma masuk ke dalam mobilnya. "Masuk!" bentaknya dengan pandangan datar ke arah Nauma "Aku gak mau.!" tukas Nauma tegas menolak dengan menatap tajam wajah Saka yang menyebalkan "Apa aku perlu memaksamu, dengan mengangkat tubuh tambun mu itu?" Ancam Saka dengan menghina fisik Nauma "Apa matamu buta tuan Saka? aku rasa body ku lebih bagus dari tunangan mu yang berpakaian terbuka itu." kesal Nauma karena dia merasa terhina padahal setiap hari dia selalu joging untuk menjaga badan nya , sekarang seenaknya Saka mengatakan dia tambun, wajah Nauma bersungut-sungut. "Ternyata kamu juga bisa body shaming?" kekeh Saka mengejek Nauma "Ayo masuk, atau kamu betul mau aku gendong?" "Huffhh , menyebalkan." omel Nauma dan masuk kedalam mobil "Turun!!" Bentak Saka dengan mata melotot "Tadi kamu paksa aku masuk, sekarang kamu suruh turun, maumu apa? tanya Nauma kesal merasa dikerjai "Aku bukan sopir, kamu pindah ke depan." jelasanya , Nauma mau tidak mau mengikutinya dan berpindah ke jok depan disamping kemudi, Saka melirik Nauma tidak kunjung menggunakan sabuk pengaman nya dan dia berinisiatif memasang kan dengan memiringkan badannya ke arah Nauma. "Jangan macam-macam kamu ya!" teriak Nauma kaget refleks mendorong tubuh Saka menjauhinya "Siapa yang mau macam-macam?" tanya Saka mendelik malas "Kamu lah, ngapain kamu mendekat.." belum selesai Nauma menjelaskan Saka mengambil tali sabuk pengaman dan memasangkan nya, Nauma terpaku ditempat "Malunya, kirain tadi mau dicium.." ungkapnya tentu didalam hati "Makanya punya otak jangan mesum." Lirih Saka datar dan melajukan mobilnya keluar dari lingkup bandara menuju jalan raya, Nauma memilih acuh kenapa sekarang dia harus terjebak bersama Saka fikirnya. Selama dalam perjalanan mereka hanya saling diam, kadang mereka curi pandang dan mata nya bersirobok tapi Nauma buru-buru memutuskan kontak matanya dan beralih memandang keluar melihat padatnya kendaraan lalu lalang, sedangkan Saka tetap fokus mengendarai mobilnya dan menyetel lagu romantis membuat suasana diantara mereka mencekam saling rindu tapi tidak bisa mengungkapkan, dekat tapi tidak bisa menggenggam sungguh ironis. Sampainya diparkiran Aruna Caffe, Nauma langsung turun dan hendak menutup pintu mobil "Ckk dasar tidak tau terimakasih." decak Saka dengan mata elang memandang Nauma seperti mengajak perang "Aku rasa tidak perlu berterima kasih, karena aku tidak meminta untuk diantar bukan?" jelas Nauma menatap balik manik mata elang Saka "Semoga Mas Rendi tidak salah pilih calon istri!" balasnya semakin mengibarkan bendera perang "Yang pasti aku tidak salah pilih calon suami seperti kamu!" tegas Nauma menghempaskan pintu mobil Saka keras kemudian masuk kedalam caffe dengan anggunnya, "Nauma..Nauma..!!" gumam Saka tersenyum merasa lucu melihat emosi gadis nya menggebu, walaupun sudah membuat pertengkaran tapi Saka semakin jatuh cinta kepada sosok Nauma, "Tok..tok..!" ketukan dikaca mobilnya membuyarkan lamunan Saka tentang Nauma, ia menoleh keluar "Aish, tante-tante sosialita ini lagi." gumamnya kesal melihat keberadaan Melisa disamping mobilnya "Mas, buka pintunya!" panggilnya masih dengan mengetuk kaca mobil, dengan sangat malas Saka membuka pintu mobil nya "Kok lama kali sih Mas, ngapain kamu disini? kenapa telfon ku tidak dijawab dari semalam, Oo aku tau kamu pasti menemui pelayan caffe ini kan, cih rendah kali seleramu" Decih Melisa membuat sakit telinga, Saka hanya dapat menghirup udara banyak dan meniupkan nya perlahan untuk menenangkan sesak. "Tuh kan ga dijawab," rajuk Melisa menatap tajam bola mata Saka "Kamu mau jawaban apa? aku beritahu pun kamu tidak akan percaya," jawab Saka tenang tidak ingin terpancing emosi, padahal dia bertengkar dengan Nauma tadi tidak menguras emosi, giliran baru sebentar menghadapi Melisa rasanya emosinya sulit dikontrol "Jadi, ngapain kamu berada disini?" "Aku mau ngopi, dari pagi aku belum sarapan!" "Ayok aku tekankan," "Lebih baik kita cari tempat lain disini terlalu banyak pengunjung" tolak Saka tidak ingin Nauma harus berhadapan dengan Melisa "Kenapa, kamu takut ketahuan memiliki hubungan khusus dengan pelayan itu!" sengitnya "Kamu, ya sudah Ayok!" Saka turun dari mobil dan berjalan memasuki caffe, kebetulan sekali hari ini ada pelayan yang libur jadi Nauma kembali menggantikan nya tapi ia tidak sempat mengganti kostumnya, saat sampai didalam Saka dan Nauma kembali bersitatap sedangkan Melisa masih tertinggal perempuan itu sibuk membenahi tampilannya "Kamu lagi, ngapain kamu disini?" tanya Nauma dimatanya tersirat rasa benci "bukankah ini tempat umum?" jawab Saka dan memilih duduk disudut caffe yang terlihat aesthetic, karena kesal Nauma pergi dan meninggalkan Saka tampa melayani nya. "Kamu mau pesan apa?" tanya Saka membalik buku menu yang ada di atas meja setelah melisa masuk dan duduk dihadapan nya. "Aku mau pesan jeruk aja, tapi aku pengen pelayan kemarin yang menyajikan" jawabnya tersenyum penuh makna "Jangan coba-coba membuat keributan" peringat Saka "Tidak, aku cuma minta dilayani apa salah?" ungkapnya "Permisi, Mba bisa kesini sebentar!" panggil Melisa melambaikan tangannya "Ia Mba, mau pesan apa?" tanya pelayan membawa pulpen dan buku untuk mencatat pesanan "Saya mau pesan orange jus sama coffe, tapi yang mengantarkan pelayan itu, siapa namanya aku lupa? oh iya Nauma." jelas Melisa mengingat nama pelayan yang sudah menumpahi jus dibajunya, Saka terdiam entah apa yang akan diperbuat Melisa. "Baik Mba, mohon tunggu sebentar," ucap pelayan setelah mencatat pesanan nya "Mas Selfi yok! aku mau posting biar teman-teman aku tau kamu milik aku seorang," ungkapnya dan duduk menempel disamping Saka "Ceklek!" "Ceklek, kok kamu gak senyum sih Mas," sungutnya kesal, padahal Saka lebih kesal tapi dia tetap berwajah datar tampa ekspresi "Sekali lagi ya, tapi kamu harus senyum seperti ini, tangan kamu tarok disini," Melisa memperagakan senyum lebar nya dan menaruh tangan kekar saka di pinggangnya, Saka hanya seperti kerbau yang dicucuk hidungnya mengikuti kemauan nya. Dilain sisi Nauma yang hendak mengantarkan pesanan nya, terlihat meremas nampan yang berisi jus jeruk dan coffe dengan kuat, bohong jika dia tidak cemburu melihat kemesraan dua sejoli yang saling merangkul ditempat umum, setelah menetralkan perasaan nya Nauma berjalan dengan anggun menuju meja mereka. "Permisi, Mas, Mba ini pesanannya silahkan dinikmati," ucapnya dengan tersenyum ramah seperti tidak mengenal,Melisa menoleh kehadapan Nauma dan tersenyum sinis dia semakin merangkul tangan Saka, sedangkan saka terlihat risih. "Kamu mau menemani kami minum" tawar Melisa sambil menyeruput jus dihadapan nya, tangan nya sebelah lagi tetap bergelayut manja di tangan Saka "Terimakasih Mba, tapi saya banyak pekerjaan jika perlu sesuatu bisa panggil saya." tolak Nauma sopan dan berlalu dari hadapan Saka yang hanya terdiam melihat aksi Melisa. "Mas, sombong kali dia, aku mau kamu memarahinya." rengek melisa, Nauma yang belum berdiri jauh dari mereka mendengar dan tersenyum miris "Tolong kamu lebih dewasa jika masih mau bersamaku." tegas Saka melepaskan tangan Melisa yang bergelayut di lengannya "Jadi kamu tidak mau?" tanya Melisa suaranya naik satu oktaf, kemudian dia mendekat kan tubuhnya ke arah Saka dan membisikkan sesuatu "Kamu..!" Gumam Saka marah wajahnya memerah "Ya sudah jika kamu tidak mau," jawab Melisa santai kembali menyeruput jus jeruknya kemudian sengaja menjatuhkan gelas nya "Prangg....!!!!" suara pecahan gelas mengalihkan perhatian pengunjung disana "Mas, jus ini rasanya pahit sekali," bohong Melisa menarik perhatian pengunjung dan Nauma mendekati mereka keributan apa lagi yang akan diperbuat mereka fikirnya. "Kamu tadikan yang membuat minuman ini?" tunjuk Saka ke Arah Nauma "Ia , ada apa?" tanya Nauma mengikuti permainan nya "Kamu taruh apa dalam minuman tunangan saya!?" bentaknya dengan tatapan menghujam "Kamu berniat meracuni tunangan saya?" ungkapnya lagi yang membuat Nauma tercengang bagaimana Saka yang dia kenal bisa berbuat seperti ini perasaan nya semakin kecewa dan benci menjadi campur aduk. "Ti.. tidak saya tidak memasukkan apa-apa" jawab Nauma dia tegang melihat kerumunan, kemudian tiba-tiba Melisa menjatuhkan tubuhnya dia pingsan entah Sandiwara atau pingsan betulan. "Sayang,kamu kenapa? bangun buka matamu." panggil Saka menepuk pelan pipi Melisa tapi Melisa tidak merespon sama sekali setelah dipercikkan air putih pun dia tidak merespon "Sebaiknya tunangan Mas dibawa kerumah sakit, takut betulan keracunan!" kata seorang pelanggan caffe Sandiwara mu bisa mencemarkan nama baik caffe ini batin Saka kesal dengan Melisa "Iya mas, bawa aja kerumah sakit."timpal pelanggan yang lain, Saka membopong tubuh Melisa keluar dengan kesusahan karena berat badannya "Aku ikut!" Seru Nauma melepaskan celemek yang terpasang dibadanya ,dia harus menuntut pertanggung jawaban pencemaran nama baik caffe nya. "Tidak,usah saya tidak mau kamu mendekati tunangan saya." tekan Saka menolak dan Nauma terdiam ditempat melihat kepergian saka, kira-kira ini sandiwara atau apa yang mereka rencanakan fikir Nauma menjatuhkan bobotnya dikursi.Setelah membopong tubuh Melisa yang seperti sedikit berisi dari biasanya, membuat Saka kehabisan tenaga, dia ngos-ngosan, meletakkan melisa di jok belakang kemudi."Mel, sudah sandiwara nya! ini ga lucu sama sekali kami bisa mencemarkan nama baik Caffe Aruna" tukas Saka lirih, namun tidak ada pergerakan dari Melisa dia masih tidak sadarkan diri"Mel,kamu dengar tidak!" seru Saka mengguncang tangan Melisa,"Heh aku bilang udah sandiwara nya, jika tidak aku tinggal kamu disini." imbuh Saka lagi yang tidak kunjung direspon Melisa, Saka mengguncang tubuh Melisa sedikit kuat, tapi tidak ada tanda-tanda Melisa sadar, Saka panik kenapa sandiwaranya kebablasan, karena panik dia menutup pintu mobil dengan kencang dan berlari mengitari mobil, masuk di kursi kemudi dan melajukan mobilnya kesebuah klinik terdekat.Di dalam caffe terlihat Nauma syok, bisik-bisik dari pelanggan seperti lebah yang lewat di telinganya, Saka Abimana setelah kamu hancurkan hatiku sekarang kamu berniat
Disebuah taman Nauma terlihat menenangkan dirinya dengan mendengarkan musik dan melihat ramai nya pengunjung datang bersama keluarganya, kekasih, dan ada juga yang duduk sendiri seperti Nauma. mata Nauma melihat sebuah mobil berhenti didepan Apotek didepan taman, bukan kah itu mobil Saka? gumamnya rasa penasaran Nauma semakin membuncah saat Saka turun dari mobil dan dia memasang penutup Hoodie dikepalanya dan memasang kaca mata kemudian pergi kearah apotik. Disana terlihat Saka menyerahkan resep dokter,dan dia memesan Susu. "Tunggu dulu, apa itu susu ibu hamil?" tanya Nauma didalam hatinya "Siapa yang hamil,apa mungkin Tante Santi, gak mungkin Oh jangan-jangan Melisa?" fikir Nauma lagi menerka-nerka lagi, Saka terlihat sudah siap membayar pesanan nya dan membalikkan badan Nauma berbalik badan ke dinding menghindari tatapan Saka yang merasa diawasi. Setelah Saka masuk kemobil dan melajukan mobilnya, Nauma memberhentikan ojek
Kedua sejoli yang berada dalam satu mobil,kembali terdiam tenggelam kedalam angan masing-masing, apa yang difikirkan Nauma tentang Saka adalah salah besar akan tetapi Saka tidak dapat meluruskan dengan benar, dia kembali merenangi telaga hidup dengan sunyi, biarlah apa yang difikirkan tentang dia itulah kebenaran."Mau diantar kemana?" tanya Saka ketika telah memasuki jalanan yang padat"Aku turun disini saja, aku bisa pulang naik taxi, disekitar sini sudah tidak susah mencari taksi," jawab Nauma"Tidak perlu,aku akan mengantarmu!" seloroh saka datar"Jangan terlalu memaksa Saka,ini tidak baik," tegas Nauma, Saka kaget biasanya Nauma memanggilnya Mas meski umur mereka cuma berjarak 5 bulan, jika dia marah akan hanya berbicara dengan kata Aku dan Kamu"Baiklah,aku tidak memaksa lain kali, untuk kali ini biarkan aku mengantarkan mu pulang sebagai tanggung jawab seorang adik ipar," jawab Saka dengan wajah datar nya, Nauma tidak bisa menolak perkataan Saka menekankan
Seminggu setelah Nauma mendapatkan buket mawar, tidak ada kabar dari Rendi sama sekali, berkali-kali Nauma menghubungi tapi panggilan selalu diabaikan, tidak lupa mengirim pesan menanyakan kabar dan kapan kepulangan nya, semuanya sama tidak ada jawaban padahal pesannya selalu centang berwarna hijau,pertanda dia telah menerima dan membaca pesan dari Nauma."Kamu kenapa Mas?" tanya Nauma duduk menyendiri di balkon apartemen dia menatap langit gelap sepertinya sebantar lagi akan turun hujan, Nauma memejamkan mata menikmati semilir angin yang menyapu wajahnya."Ting!" Sebuah pesan masuk di handphone Nauma dia bergegas mengambilnya, ah kecewa hanya notifikasi pesan dari operator kartunya, ingin rasa bertanya dengan Saka, tapi semenjak hari itu pun Saka tidak pernah lagi terlihat, saat hendak meletakkan kembali handphone diatas meja kembali pesan masuk."Ting!" Sebuah pesan dari Rendi, Nauma membukanya dengan tidak sabaran disana terlihat sebuah gambar kota yang indah dari seb
"Tidak, Kamu yang akan menikahi Nauma." tolak Saka tegas dengan menatap tajam wajah pucat Rendi "Abimana , umurku sudah tidak lama lagi aku mohon menikah lah dengan Nauma,"Pinta Rendi memohon ke Saka "Siapa kamu hingga bisa menentukan hidup dan mati?" tanya Saka kesal mendengar penuturan nya "Aku hanya manusia yang puluhan tahun hidup dengan bantuan medis,"jawab Rendi penuh kesedihan "Aku sudah lelah Abi, aku juga ingin menikmati hidup dengan sisa umurku," imbuh Rendi terisak kecil buliran bening membasahi pipi, tidak kuasa melihat Rendi manangis Saka memeluknya. "Aku mohon menikah lah Abi dengan Nauma," lirihnya dalam sela-sela isakan tangisnya "Bagaimana mungkin aku menikahi calon istri Kakak ku sendiri!" seru Saka lirih suaranya terdengar sendu "Itu mungkin saja, asalkan kamu mau memenuhi permintaan ku." jawab Rendi menatap penuh harap kepada Saka "Bagaimana dengan Nauma?" tanya Saka "Dia pa
Pagi kembali menyapa sang mentari bersinar terang, burung-burung beterbangan kesana kemari membuat suasana di pagi hari begitu indah dengan kicauan suaranya, Pagi ini terlihat Saka sudah rapi duduk di depan meja makan menikmati sarapan yang dibuatkan Mama tercinta, "Emm ini nasi goreng paling enak!" gumam Saka memuji masakan Tante Santi, ia menyuap dengan lahap. "Bisa aja kamu, sebelumnya memang tidak enak!" kekeh Tante Santi melirik anak sulungnya yang sangat lahap memakan masakannya. "Enak, tapi sudah lama kali Abi tidak merasakan masakan Mama," ujarnya dan menengguk air didalam gelas, tante santi tersenyum dia beberapa Minggu ini tidak bisa memasak karena harus menemani Rendi "Mas Rendi belum bangun Ma?" tanya Saka setelah menyeka mulutnya dengan tisu, nasi goreng telah habis tampa bersisa satu butir nasipun. "Pagi semua!" seru Rendi, dia sudah terlihat rapi memakai setelan jas dia berjalan mendekati
Sepulang dari Aruna Caffe Nauma dan Rendi langsung menuju kesebuah butik terkenal dengan desain dan model baju terbaik, didalam perjalanan Rendi mengirim pesan untuk Saka untuk menemani nya karena setelah ini dia harus check up ke rumah sakit, mereka sama-sama sampai dibutik."Loh ngapain kamu disini?" tanya Nauma melihat Saka bersandar di mobil dengan tangan dipangku, dia memakai kaca mata hitam membuat dia terlihat tampan"Mas tadi yang meminta Abi ke sini, soalnya setelah ini ada pekerjaan yang harus kita selesaikan,"Jawab Rendi yang berdiri dibelakang Nauma"Ya sudah, Ayok Mas!" ajak Nauma menggandeng tangan Rendi, Saka memperhatikan dengan wajah datar tampa ekspresiDidalam mereka sibuk memilih model gaun yang akan dipakai untuk acara pernikahan, terlebih Nauma terlihat mencoba beberapa potong gaun."Mas, bagaimana dengan yang ini? Nauma berjalan perlahan disana Rendi dan Saka sedang duduk menunggu gaun pilihan Nauma"Gak cocok," jawab Saka spontan padah
Azan subuh sudah berkumandang, baru beberapa jam mata terpejam karena memikirkan ada yang mengganjal di hati Nauma, dia menunaikan kewajiban sebagai umat muslim, setelah shalat perias pengantin pun sudah datang karena akad akan dilangsungkan jam 8 pagi ini, dikamar yang lain Arumi juga sedang dirias karena mereka menikah dihari dan tempat yang sama.Keluarga Arumi akan datang sebelum akad begitupun dengan Tante Nauma adik dari ibunya, Nauma sejak berumur 15 tahun sudah kehilangan kedua orang tua nya.Sebelum dirias Nauma mencoba menghubungi Rendi, tapi masih sama tidak ada jawaban hatinya semakin gelisah, dia berfikir apa harus menghubungi Saka, dia menghidup matikan handphone nya risau."Rendi orang yang baik, tidak mungkin dia mengkhianati ku seperti didalam novel, yang tidak hadir di acara pernikahan dilangsungkan," Nauma berbicara sendiri didalam hatinya meyakinkan dirinya semuanya akan baik-baik saja, dia meletakkan handphone dan duduk didepan meja rias."Sudah
Saka bekerja dengan semangat, semua pekerjaan nya hari ini berjalan lancar, perusahaan nya kembali berjalan normal setelah teman Tante Melly menanamkan saham yang begitu besar, Saka belum sempat berterimakasih karena kondisi Nauma yang tidak mungkin dia tinggalkan sendiri."Bagaimana kalau aku undang mereka makan malam diluar bersama, Nauma pasti senang," fikirnya yang sedang duduk dikursi kebesarannya, semua pekerjaan nya telah selesai."Hallo, assalamualaikum!" "Waa'alaikumsalam, tumben telfon papa gimana kabarmu?" "Aku baik, nanti malam aku mau mengundang papa sama istri papa makan malam apa bisa?" Saka enggan menyebutkan nama Tante Melly meski dia sudah tahu kebenaran mengapa papa nya memilih bercerai dan menikahi Tante Melly."Kamu serius, tentu papa bersedia," terdengar suara bahagia diseberang telfon, anak satu-satunya yang dia rindukan"Baiklah nanti aku kirim lokasi nya!" Jawab Saka datar"Ia, papa tunggu!""Assalamualaikum,""Waa'alai
Saka ketakutan tubuhnya gemetar, melihat Nauma kembali tidak sadarkan diri, dia mondar mandir di depan ruangan Nauma diperiksa, dia selalu menyalahkan dirinya seandainya dia tidak meninggalkan Nauma sendiri semua ini tidak akan terjadi,selalu itu yang ada dalam pikiran nya. ini semua ulah Melisa dia harus diberi sedikit pelajaran agar jera, tapi sebagai anak orang yang berkuasa dia selalu bisa berlaku semena-mena."Bagaimana keadaan istri saya Dok?" Tanya Saka melihat dokter yang memakai jas putih keluar dari ruangan Nauma "Banyak luka lebam ditubuhnya, kami sudah memberikan pertolongan dan Ibu Nauma sudah siuman namun sepertinya dia trauma atas kejadian yang menimpanya," dokter menjelaskan keadaan Nauma yang trauma atas kejadian penculikan nya"Tapi bapak tidak usah khawatir tidak ada luka serius, semoga ibu Nauma lekas sembuh." dokter melihat rasa khawatir diraut wajah Saka "Terimakasih Dok," Dokter tersenyum mengganggukan kepala dan meninggalkan nya sendiri, Sak
Nauma memegang gagang pintu hendak keluar dan kejadian hari itu terulang kembali, pintunya terkunci Nauma panik campur ketakutan"Tolong Anda jangan macam-macam dengan saya!" Teriak Nauma mengeluarkan keringat dingin"Hahaha sekarang tidak ada yang bisa membantumu Nona cantik," tawa sopir taksi kumisnya naik turun mengimbangi tawanya"Tolong!" Nauma berteriak sopir taksi semakin menambah kecepatanNauma mencoba melawan dengan memukuli sopir taksi tetapi itu tidak berpengaruh apa-apa hanya membuat tenaga Nauma semakin habis."Saya mohon lepas kan saya pak!" Nauma putus asa disaat dia memukul handphone nya terjatuh kedepan dia tidak bisa meminta pertolongan lagi"Saya akan memberikan berapapun uang yang bapak minta tapi tolong lepaskan saya," Nauma bernegosiasi dengan terisak namun sopir taksi tetap fokus mengemudi jauh kedalam jalanan yang sepi kearah pemakaman umum.Ditempat lain Saka sudah pulang ke apartemen dia merasa bersalah meninggalkan Nauma sendir
"Kenapa tidak terima, apa kata penghulu waktu itu kamu ingat? Badai akan selalu datang, saling menggenggam dan saling mempercayai tapi bagaimana sekarang aku bisa mempercayai kamu? Saka terlihat bimbang, dia tidak yakin Nauma akan tetap bertahan melalui badai ini bersama"Kamu tidak mempercayai ku?" Nauma memicingkan matanya seakan dia tau apa yang difikirkan Saka "Biarlah apa yang dalam fikiranmu itu menjadi benar," jawab Saka tetap memilih bungkam"Ini yang membuat kamu mudah dimanfaatkan Melisa, membiarkan orang memandang buruk tentang mu!" Seru Nauma membuat langkah Saka kembali terhenti, namun dia kembali berjalan tampa menoleh kebelakang, dia tidak sanggup mengungkapkan kebenaran nya.Nauma sudah berusaha membuat Saka menceritakan masalahnya yang mengancam biduk rumah tangga mereka, namun Saka tetap bungkam membuat Nauma dilanda kecewa.Kadang pilihan untuk diam itu tepat, tetapi setelah menikah kita sudah memiliki partner, jadi setiap masalah harusnya ki
"Kenapa wajah kamu ditekuk begitu?" Tanya Saka mengemudikan mobil nya, Nauma hanya melongos tidak mau menjawab"Maaf tadi aku membentakmu," Saka melirik Nauma yang membuang muka keluar jendela"Bagaimana kalau kita jalan-jalan." Nauma tetap diam, Saka menghela nafas panjangSampai di apartemen Nauma langsung masuk kamar dan merebahkan tubuhnya, Saka mengikutinya dan duduk disisi ranjang."Bicaralah, jangan diamkan aku seperti ini!" Lirih Saka menatap punggung Nauma yang membelakangi nya.Satu menit,dua menit,tiga menit, tidak ada respon, yang ada terdengar dengkuran halus, Saka tersenyum melihat Nauma tertidur dalam keadaan marah, dia membetulkan posisi tidur Nauma dan mengecup keningnya."Maafkan aku sayang!" Saka menatap setiap inci dari wajah Nauma yang terlihat sangat cantik, ingin rasanya meminta hak sebagai seorang suami tapi Saka tidak ingin meminta melainkan Nauma juga menginginkan."Kita berjuang sama-sama ya!" Lirihnya membelai pelan wajah Nauma
Ditengah jalan raya yang ramai, Saka memacu kecepatan mobilnya menuju ke perusahaan nya, wajah tegang dan fikiran berkecamuk memenuhi kepalanya, tidak semudah itu lepas dari Melisa dan masa lalu nya, Saka memarkirkan mobil dan memasuki perusahaan yang telah didirikan kakeknya, karyawan disana menunduk menghormati nya."Bapak sudah ditunggu Bapak Bian didalam," ujar sekretaris nya, Saka menganggukkan kepala dan memutar handle pintu.Disana terlihat seorang laki-laki duduk dikursi kebesaran Saka."Akhirnya kamu datang juga!" Om Bian tersenyum sinis, Saka berdiri tegap menghadapnya"Kamu tahu kan maksud kedatangan saya, ehm sebelumnya sudah saya beritahu untuk tidak bermain-main dengan saya!" Ucapnya lantang"Menikahi Melisa dan ceraikan istri atau calon istri yang ditinggalkan Rendi, terserah apa namanya itu jika ingin tetap aku mendanai perusahaan kecil mu ini." Imbuhnya lagi dengan sombong"Saya tidak akan menceraikan nya atau pun menikahi Melisa." Jawab Saka
Setelah meletakkan belanjaan didapur, Saka berinisiatif membantu Nauma menyusun belanjaan kedalam kulkas.Nauma tersenyum, tampa diminta Saka sangat cekatan membantu nya, malah tidak membiarkan Nauma mengangkat yang berat."Uma...!!" Seru Arumi mengagetkan dua sejoli yang sibuk menata barang belanjaan, dia langsung memeluk Nauma"Kamu kemana aja, kenapa tiba-tiba pergi dan kamu ngapain disini?" Setelah melepaskan pelukan Arumi memberikan pertanyaan beruntun termasuk untuk Saka "Sabar Mi, satu-satu nanyak nya!" Seru Nauma mengajak Arumi duduk dikursi meja makan."Minum dulu, kamu terlihat haus kalau marah," kekeh Nauma menuangkan segelas air putih, Saka kembali sibuk sendiri membereskan barang belanjaan"Dia ngapain?" Tanya Arumi menunjuk Saka dengan dagunya dan menengguk segelas air."Hmm mau dijawab yang mana dulu nih!" "Ya udah kamu ceritain dari awal dan sedetilnya ." Tukas Arumi memperbaiki duduk nya menghadap Nauma"Gimana ya ceritanya, int
Sampai di Apartemen, Nauma membuka kunci dengan sandi sepertinya tidak ada Arumi didalam, mereka melangkah masuk menyusuri setiap ruangan tapi tidak ada siapapun."Kamu mencari siapa?" Tanya Saka"Arumi, seharusnya dia sekarang disini, apa mungkin sudah ke caffe," jawab Nauma menerka"Bulan madu mungkin," jawab Saka enteng"Hmm," Nauma memutar bola mata malas mendengar perkataan Saka mengarah ke hubungan intim."Aku tidak salah kan? Mereka kan pengantin baru!" Seru Saka mengikuti Nauma memasuki kamar"Berhenti disitu!" Saka berdiri diambang pintu"Kenapa?""Kamu tunggu diluar,aku mau mandi." Nauma menutup pintu membuat kaget Saka"Padahal Uda sah sah aja, ngapain coba harus tunggu diluar," gerutu Saka"Kalau ga mau tunggu diluar, pulang saja." Teriak Nauma dari kamar"Apa pendengarannya setajam itu," gumam Saka kesal"Saka memainkan handphone diruangan tamu diatas sofa minimalis modern, tiba-tiba ada sebuah Notif pesan masuk dari Melis
Tidak Lama Saka masuk menenteng Mukena putih dan sajadah."Kamu udah wudhu'?""Sudah,""Tunggu aku sebentar, kita shalat berjamaah aku ambil wudhu dulu!" Saka bergegas masuk kedalam kamar mandi Nauma memasang mukena dan membentangkan sajadah nya sambil menunggu Saka dia menunaikan shalat sunah fajar."Kamu udah shalat duluan, kan aku suruh tunggu dulu?" Tanya Saka yang terlihat rapi memakai baju Koko dan sarung"Hmm belum," "Barusan kamu siap shalat," "Shalat sunah Saka, ayok buruan nanti kelewat waktu Subuh nya," Saka mengangguk paham, dia membentangkan sajadah didepan Nauma, mereka shalat cukup khusyuk walaupun bacaan shalat Saka tidak terlalu merdu tapi bisa membuat hati Nauma tentram, setidaknya dia tidak lupa dengan Agama dan sang penciptanya."Ayok turun sarapan!" "Mmm ia tunggu sebentar," Nauma berjalan ke tempat mukena nya disimpan tadi, dan memasang nya"Loh mau shalat apa lagi?" Saka menaikkan alisnya"Bukan, Jilbab ku belum k