Share

ANTARA SEDIH DAN BAHAGIA

Di Apartemen Nauma terlihat baru siap pulang joging, sebelum mandi, ia mengambil sebotol air dingin kemudian menuangkan nya kedalam gelas kaca dan meneguknya hingga tandas.

"Ting...tong..!" terdengar suara bel dari arah pintu

"Ummiii...Tolong buka kan pintu ya aku mau mandi dulu!" teriak Nauma dan berlalu ke kamar mandi dalam kamarnya.

"Iaa.." jawab Arumi, yang sudah rapi hendak pergi ke caffe, kira-kira siapa yang datang sepagi ini fikir Arumi,didepan pintu Saka dan Rendi berdiri tegap, dengan penampilan yang rapi.

"Mas Rendi, Saka..!!" ucap Arumi kaget, melihat dua pria tampan tersebut sudah berbaris rapi didepan pintu apartemen nya dan Nauma.

"Pagi dek Rumi, kenapa kaget kalian saling kenal?" tanya Rendi menyapa Arumi dengan senyum ramah

"Ia dia kan.." baru saja Arumi mau menjelaskan Saka memotong ucapannya

"Ia saya yang sudah tidak sengaja menabrak mobil nona Arumi." ungkapnya dengan mengedipkan sebelah matanya ke arah Arumi

"Oh begitu, Nauma nya ada ?" Rendi menganggukkan kepala paham dan menanyakan keberadaan Nauma

"Ada, silakan masuk Mas Rendi, kamu bisa pulang dulu saja untuk urusan mobilnya biar nanti saya hubungi " jelas Arumi mempersilakan Rendi masuk dan mengusir Saka secara halus, bisa gawat fikirnya jika Nauma melihat mereka bersamaan.

"Haha ,Abi ini adek saya dia kesini menemani saya soalnya mobil Mas rusak." jelas Rendi tertawa melihat kesalah pahaman Arumi dan sedikit berbohong

"Ooh, maaf kalau begitu silahkan masuk." Arumi berjalan masuk diikuti Saka dan Rendi.

"Silahkan duduk dulu Mas, mau minum apa?" tanya nya mempersilahkan kedua tamunya duduk

"ga perlu, kami buru-buru." jawab Saka setelah asik melihat sekeliling apartemen Nauma yang tertata rapi mereka duduk di soffa yang telah disediakan disudut ruangan minimalis.

"Ia, tolong panggilkan Nauma saja dek Rumi" jawab Rendi membenarkan ucapan Saka.

"Kalau begitu, tunggu sebentar Mas." Arumi berlalu ke arah kamar Nauma, sampai di depan kamar Nauma, Arumi bingung bagaimana memberitahu Nauma, dia mondar-mandir di depan pintu dan memberanikan diri memanggil Nauma, sebelum memegang Gagang pintu, Nauma sudah terlebih dulu membukanya.

"Arumi, ngapain berdiri disitu?" tanya Nauma menaikkan alisnya melihat Arumi gelisah.

"Oh iya, siapa yang datang tadi?" tanya nya yang tidak kunjung mendapat jawaban dari Arumi

"Itu..." jawab Arumi bingung cara menjelaskan nya "Siapa sih Mi?" Nauma berjalan ke ruang tamu karena tidak direspon Arumi.

Mendengar ketukan sepatu high heels, Rendi dan Saka melihat kearah asal suara terlihat Nauma berjalan dengan anggun menggunakan dress panjang dikombinasi warna yang indah, wajahnya yang cantik semakin segar dipandang dengan polesan make up tipis,Rendi tersenyum lebar melihat Nauma, sedangkan Saka mengalihkan pandangannya tidak sanggup menahan degupan jantung nya, padahal Rendi yang memiliki penyakit jantung.

"Mas rendi.." panggil Nauma dia tersenyum dibalas senyum tak kalah manisnya oleh Rendi, saat melihat Saka disamping Rendi senyumnya perlahan memudar, Nauma duduk disofa tunggal disamping Rendi dan di ikuti Arumi

"Oh iya, belum dibuat kan minum ya tunggu sebentar.." ucap Nauma hendak berdiri dan tangannya ditahan Rendi.

"Ga perlu, dek Nauma duduk aja disini ada yang ingin Mas sampai kan." Nauma gerogi ditatap dua pria tampan satu Kakak nya yang mencintai dia dan satu lagi adiknya yang Nauma cintai.

"Ia Mas katakan." ucap Nauma memperbaiki posisi duduknya, Rendi kembali meraih tangan Nauma dan menatap manik mata Nauma mencoba menyelami lautan matanya.

"Dik ini mungkin kelihatannya terburu-buru, tapi seperti yang sudah dik Uma tau Mas sangat mencintai Dik Nauma apakah Dik Nauma mau menjadi pendamping hidup Mas?" tanyanya penuh keyakinan terlihat pancaran cahaya bahagia di matanya

Saka yang menyaksikan itu seperti bahagia dan sedih, tidak ada yang bisa dia perbuat kecuali mengikuti alur cerita yang telah dibuat untuk nya

"Apa Mas Rendi sudah begitu yakin?" tanya Nauma memastikan, ini pilihan yang sulit lagian Saka sudah bertunangan tidak mungkin ia mengharapkan nya lagi dia harus mencoba membuka lembaran baru dalam hidup nya

"Mas sangat yakin." ujar Rendi bersungguh sungguh

"Bismillah, Nauma terima."ucapnya dengan menutup mata sebentar dan tersenyum , sempurna sudah luka Saka, dia hanya bisa ikut tersenyum getir dan Arumi seperti kebingungan dia pasti akan menuntut penjelasan kepada Nauma setelah ini.

"Alhamdulillah, Mas di terima Bi." ucap Rendi bahagia dan memeluk Saka, Saka tersenyum dan mengucapkan selamat kepada Kakaknya.

"Boleh Mas pinjam jarinya Dik Uma?" tanya Rendi mengeluarkan kotak beludru didalam kantong celananya dan mengeluarkan sebuah cincin yang sangat cantik pilihan Saka, Nauma memberikan tangannya perlahan dan mencuri pandang ke arah Saka, manik mata mereka saling bertemu yang membuat gentaran di dada tapi Nauma cepat memutuskan kontak mata.

Sebuah cincin yang cantik sudah melingkar di jari tangan manis Nauma, senyum bahagia diwajah Rendi tidak pudar.

"Cincin nya cantik makasih ya Mas , oh iya kok bisa pas perasaan Mas Rendi ga pernah tanya ukuran jari Uma deh." ucap Nauma memegangi cincin nya yang indah bertengger dijari nya yang lentik.

"Mas tadi minta tolong Abi yang belikan, Alhamdulillah kalau dek Uma suka. " jelas nya, membuat Nauma agak kaget kalau cincin yang melingkar di jari manis nya pembelian Saka.

"Udah yok Mas, Mama udah nungguin dibandara" bisik Saka

"Mas pamit dulu ya Uma," ujar Rendi

"Loh kok buru-buru, harusnya kita rayakan dulu kebahagiaan ini" terang Arumi

"Oh ia Mas mau sekalian pamit, hari ini Mas harus ke luar negri ada pekerjaan yang harus Mas selesai kan." jelas Rendi terlihat jelas diwajahnya ia sedih

"Kenapa tiba-tiba?" Nauma bingung kenapa semua nya tiba-tiba, dia takut ditinggalkan saat sudah mulai membuka hati

"Dek Uma ikut antar Mas,ke bandara ya ,nanti diperjalanan Mas jelaskan." terangnya yang sebenarnya ingin lebih lama bersama Nauma

"Boleh, Uma ambil tas sama handphone dulu." ucapnya berlalu ke kamar.

Dalam perjalanan Nauma dan Rendi asik bercengkrama, mereka duduk dikursi belakang kemudi, Saka fokus membelah jalanan ke arah bandara sekali-sekali,ia mencuri pandang ke belakang melalui kaca mobil nya tampa diketahui, dia bingung harus bahagia ataukah bersedih, jika kemarin Nauma yang tersakiti kini dia yang terluka.

"Mas Rendi hati-hati ya disana, jangan lupa kabari Uma." ucapnya berdiri dihadapan Rendi

"Ia, kamu juga jaga diri baik-baik." ucap rendi mengelus puncak kepala Nauma berat hatinya melangkah.

"Boleh Mas peluk?" tanya nya, Saka hanya menyimak percakapan mereka. Nauma mengangguk ada yang lain terasa di diri Rendi berat juga hati Nauma untuk melepas nya.

Rendi memeluk Nauma dengan penuh rindu, dia cium pucuk kepala Nauma bertubi-tubi, air matanya menetes mengenai tangan Nauma.

"Mas kok nangis?" tanya Nauma mendongak kan kepala, Rendi mengusap sudut matanya setelah puas memeluk Nauma ia pamit kepada Saka.

"Gapapa,Mas bahagia akhirnya Mas mendapatkan cinta mu." jawabnya tersenyum dan Nauma percaya saja tampa curiga ada yang disembunyikan Rendi

"Abi Mas pamit, Mas titip Nauma tolong jagain dia untuk Mas." ucapnya menepuk pundak adiknya

"Ia mas baik-baik disana, aku akan menjaganya." jawab Saka dan memeluk kakaknya Nauma pun melihat cairan putih jatuh dari sudut mata Saka.

"Kakak sama Adik sama-sama cengeng ya," ejek Nauma, Rendi terkekeh-kekeh dan menghapus air disudut mata Adiknya

"Dia tidak terbiasa jauh dariku." ucap Rendi menatap kedua orang yang dicintainya

"Mas harus segera check in , pesawat nya akan segera landing." ujarnya tidak ingin terlalu lama melihat kesedihan mereka,Nauma memberanikan mencium punggung tangan Rendi, Rendi membalas mencium dahinya.

Rendi pergi membawa cinta yang sudah mulai tumbuh di hati Nauma , pesawat telah membawanya terbang tinggi berlayar diantara awan-awan putih. tinggal lah Nauma dan Saka dalam keadaan canggung.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status