Home / Romansa / Cinta Ipar Duda / Part. 19. Ternyata

Share

Part. 19. Ternyata

Author: Dean Han
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Bab 19

Ternyata

Kafe dengan desain alam, di mana di sisi halamannya disulap menjadi taman bunga indah bak pagelaran resepsi taman, dengan susunan meja yang diapit dua bangku dengan bahan dasar kayu. Di beberapa tempat terdapat pohon-pohon rindang. Lokasi nyaman bagi penikmat keromantisan. 

Di antara trotoar dan lokasi kafe dipagari tanaman hidup yang terpelihara rapi, sehingga memudahkan orang asing memandang keindahan suasana alam di taman kafe itu.  Meski jalanan cukup lengang, tapi kedaraan masuk dan keluar silih berganti di halaman parkiran itu. Seakan-akan, setiap kendaraan yang melintas, benar-benar hanya orang-orang yang bertujuan mengunjungi  kafe.

Aku melirik pada Mas Dion yang tak sedikit pun mengeluarkan kata. Mas Dion terpaku mengamati suasana kafe dari tempat ia duduk. Dua sikunya  bertengger di setir kemudi, dan kedua matanya menjelajah ke dalam kafe, seakan-akan ada yang sedang i

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (10)
goodnovel comment avatar
sri ning
badalah kok ngabisain koin tp bab 19 diulang, rugiin pembaca, mksutnya gimana nih
goodnovel comment avatar
DELIMELINA
kecewa pembaca kl gini cara ya alias rugi koin 2 episode sama isinya
goodnovel comment avatar
yanti yanti
eehh kirain cuma q doang yg ketipu... eman banget dong koin q terbuang percuma thor .. iiihh gmess deh.. ilang 1 episode......
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Cinta Ipar Duda   Part 20. Patah

    Bab 20Patah“Mas! Mas Divo!” Aku meratap memanggilnya. Namun, lelaki itu seperti tak mendengar juga tak melihatku.“Mas! Ini aku, Mas. Ini aku,” tangisku menghiba Namun, lelaki itu tetap melangkah tanpa menoleh padaku yang terduduk dijalanan. Ia tersenyum manis pada perempuan cantik yang telah menunggunya di ujung jalan. Wanita yang juga menampakkan senyum bahagia menyambutnya.“Mas … Mas Divo! Jangan pergi, Mas!” Aku terus memaanggil namanya. Walau ia sedikit pun tak menoleh padaku. Entah mengapa ia seperti tak melihat juga tak mendengar teriakkanku, padahal ia berjalan tepat di depanku.Tubuh lunglai di tanah. Aku tak rela ia pergi. Lebih tak rela lagi ketika ia dengan mesra mengggandeng wanita itu dengan sumringah. Kupanggil ia sekuat tenaga.“Mas! Mas Divo!”“Vi …!”T

  • Cinta Ipar Duda   Part 21. Menenangkan Diri

    Bab 21Menenangkan DiriKami menjemput Bayu di rumah teman Mas Dion. Alhamdulillah, Bayu terlihat senang di sana. Benar ucapan Mas Dion, Mbak Yuni dan Mas Angga temannya itu terlihat sangat menyayangi Bayu. Aku tersenyum ketika melihat Mbak Yuni sedang bercanda dengan Bayu saat kami tiba di sana.Setelah berpamitan, Mas Dion kembali melajukan mobilnya ke suatu tempat yang tidak aku tahu. Ia membawaku ke sebuah daerah wisata bukit karang di pesisir pantai. Jalanan yang mendaki membuat gambaran lautan dan pesisirnya terlihat bagai lukisan indah. Hamparan laut yang dibatasi bibir pantai yang berliku, membuat pikiran sedikit tenang. Apalagi dilihat dari ketinggian. Angin sejuk bertiup menerpa pori-pori, saat jendela kaca mobil kubiarkan ternganga.Mobil kami melintasi jalan kecil menanjak. Guncangan akibat jalan yang berlubang, tak sedikit pun membuatku kehilangan fokus pada hamparan pemandangan yang tersaji indah.

  • Cinta Ipar Duda   Part. 22. Rahasia Mas Dion

    Bab 22Rahasia Mas Dion“Ceritakan padaku apa pun yang Mas ketahui,” ujarku tiba-tiba.Mas Dion menatapku lagi. sejenak ia terdiam seakan-akan ada yang sedang ia pikirkan. Aku memasang wajah memelas padanya, berharap ia mengabulkan permintaan itu. Mas Dion kembali menghela napas kasar ke samping dan menatapku.“Aku memergoki Vera malam itu, setahun yang lalu. Ketika kami pulang dari kontrakanmu.”Aku mengamatinya. Aku ingat kala itu Mbak Vera bungkam tak banyak bicara. Ia bahkan seperti resah tak betah di rumah meski dijamu sedemikian rupa. Jadi ini alasannya. Astaga, berarti perselingkuhan mereka terendus Mas Dion tepat ketika aku sedang hamil tua?“Jadi, waktu itu?” tanyaku lagi menekankan.“Iya, sikap manjamu pada Divo dan gaya mesra kalian yang ia lihat ketika itu, membuat ia cemburu. Se

  • Cinta Ipar Duda   Part 23. Berpura-pura

    Bab 23Berpura-puraSemua telah kembali seperti semula. Tak sulit memang membuat seorang Divo mempercayai skenario yang dibuat. Sama, seperti tak sulitnya ia membuatku percaya bahwa akulah cinta sejatinya. Entah karena ia benar-benar tak mencintaiku, ataukah karena akting yang dibuat saat ini dirasuki rasa dendam cukup sempurna. Sehingga ia dengan mudahnya percaya sandiwara ini. Entahlah, yang pasti, semua berjalan seperti rencanaku dan Mas Dion.Usai kembalinya aku ke rumah, dan perseteruan hebat yang sempat terjadi, semua kembali seperti sedia kala. Ia mempercayaiku yang meminta maaf dengan bersujud padanya. Sit! Sebenarnya ini sangat sulit bagiku, mengingat hati yang telah beku diguyur gletser kebencian atas kemunafikannya. Dengan alasan mencari ketenangan, mendatangi seorang ustazah yang juga saudara, kepergianku selama dua hari bisa ia terima.Sikapnya jauh lebih b

  • Cinta Ipar Duda   Part 24. Rencana

    Bab 24RencanaSetelah pembicaraan kami usai, Mas Dion dan aku kembali berpisah di jalanan. Entah mengapa aku merasa semua masih baik-baik saja. Apalagi dia memang berhasil membuat aku tertawa dan tersenyum karena tingkah slengekan dan lucunya.Aku senang dan lega telah bertemu dengan Mas Dion hari ini. Aku juga senang telah mengenal Mas Dion lebih dekat dari sebelumnya. Ternyata ia tak seburuk yang aku duga. Aslinya Mas Dion itu lelaki baik. Ia suka menyenangkan orang lain.Setahuku dulu Mas Dion lelaki santun, sopan dan tahu adab. Aku juga tahu Mas Dion adalah manusia yang tahu balas budi. Padahal, andai saja ia hanya mementingkan hatinya yang terluka, pastinya ia tak akan sanggup menahan sakit selama ini dan setenang ini.Aku yakin, sebagai lelaki yang mempunyai pergaulan luas dan sikap jantan yang ia punya, tentu tak akan sulit bagi Mas Dion untuk membalas dendam pada Mas Divo. Bisa saja i

  • Cinta Ipar Duda   Part 25. Rahasia Wanita Itu

    Bab 25Rahasia Wanita ItuAcara launching berjalan dengan lancar. Seorang lelaki muda yang kurasa adalah owner-nya melakukan penyambutan serta gunting pita. Kemudian kami disajikan makanan-makanan khas kafe ini yang kurasa cukup menggugah selera. Beberapa menu yang kucicipi terasa sangat mengena di lidah.Sayangnya sampai acara usai, aku tetap terasing sendiri di sini, tanpa Mas Dion. Syukurnya pelayan-pelayan serta panitia-panitia ramah dan seperti mengenalku sebagai Mbak Viona. Padahal aku sendiri tak tahu siapa itu Syerly—owner-nya.Mereka melayaniku dan menyajikan makanan padaku dengan sangat baik. Seakan-akan aku ini tim penilai kelezatan makanan saja. Aneh!Mas Dion muncul sesaat, kemudian menghilang lagi entah ke mana. Tak mau ambil pusing tentang itu. Bukankah rencana awal, kedatangan ke sini memenuhi undangan owner-nya—Syerly? Sementara aku bertemu dengan Mas Dion

  • Cinta Ipar Duda   Part 26. Kharisma Dion

    Bab 26Usai semua drama, aku kembali pulang ke rumah bersama Bayu yang tadi sempat kujemput ke penitipan. Semua kembali kujalani seperti biasaSambil menunggu mata mengantuk, kuselesaikan semua pekerjaan rumah yang tadi masih terbengkalai. Kutidurkan Bayu di kamar mewahku, yang gorden dan pintunya kubuka lebar.Beberapa saat disibukkan aktivitas beres-beres, tiba-tiba langkahku terhenti.Sejenak aku terpaku. Lintasan peristiwa-peristiwa kembali melintas di labirin ingatanku. Teringat kembali siklus kehidupan yang telah kulewati. Betapa terlalu cepat semua berubah dalam sekejap mata.Aku berdiri dengan tatapan nanar ke arah salah satu dinding rumahku. Menggigit ujung jemari, kemudian melangkah pelan dan menghenyakkan bobotku di sofa.Untuk beberapa saat lamanya terdiam di sana. Mengingat kembali apa yang sudah terjadi. Semua bagai teka-teki yang mengejutkan serta cukup membingungkan dalam siklus hidupku.Aku yang dulu mer

  • Cinta Ipar Duda   Part. 27. Pertemuan dengan Orang Misterius

    Bab 27Pertemuan dengan Orang MisteriusMalam ini aku ikut Mas Divo, makan malam dengan seseorang yang ingin bertemu denganku. Walau merasa tak pernah mengenal siapa pun di sini apalagi teman Mas Divo. Namun, sesuai saran Mas Dion, aku harus menjadi istri yang baik untuknya, harus nurut.Mobil yang ditumpangi berhenti di sebuah kafe pinggiran kota yang di pinggir jalannya dipenuhi pohon Mahoni besar. Setelah kuamati lebih seksama, baru aku sadari, lokasi ini ternyata lokasi yang pernah aku kunjungi bersama Mas Dion beberapa bulan lalu. Kunjungan yang membuat hidup berubah seratus delapan puluh derjat.“Kunanti.”Huh! Tanpa sadar aku mendengkus saat mataku membaca Neon Box yang terpampang di pinggir jalan. Kemudian pandanganku beralih pada merek besar yang terukir di dinding rukonya.Pikiran sedikit terusik dengan merek itu—Kunanti. Kenapa diri ini baru menyadarinya? Kunanti? Bukankah ini sebuah isyarat cinta m

Latest chapter

  • Cinta Ipar Duda   Part 87. Ulang Tahun Kanaya

    Beberapa saat menunggu, akhirnya sebuah mobil Avanza keluaran lama muncul dari gerbang masuk. Mas Danny melangkah beberapa langkah mendekat sambil melirik ke mobil itu. kaca mobil terbuka, seraut wajah melongok di sana. Kemudian mobil berhenti di hadapan kami. Laki-laki yang tadinya berada di balik kemudi menyerahkan kunci mobil pada Mas Danny. “Sekalian, gue isikan bahan bakar tadi. Ada apaan, sih? Masa’, malam pertama lu masih ada urusan emergency begini?” tanya lelaki itu. “Saudara bini gue masuk rumah sakit, Gem. Sedang darurat,” sahut Mas Danny. Lelaki itu menoleh padaku dan mengangguk sopan. Aku membalasnya dengan senyum sungkan. “Okey! Hati-hati, ya? Mobil gue udah tua. Kebetulan yang stand by tinggal ini. Take care.” Habis berkata begitu lelaki itu berpamitan dan menaiki sebuah motor yang sudah menantinya di gerbang hotel. Mas Danny kemudian mengajakku naik ke mobil. Mobil pun melaju keluar dari pelataran. Belum beberapa menit

  • Cinta Ipar Duda   Part 86. Telepon Mas Dion

    Semua telah usai, juga pestaku. Malam ini kami sekeluarga masih menginap di hotel ini, termasuk aku dan Mas Danny yang mendapat kamar khusus penganten. Aku yang masih dibingungkan dengan kejadian tadi siang masih terpana memikirkan semua yang terjadi. Sementara, Mas Danny masih sedang membereskan diri di kamar mandi yang ada di room penganten tempat kami menghabiskan malam ini.Mas Danny keluar sambil mengibaskan handuk berwarna putih bersih di rambutnya yang basah. Tubuh berototnya yang hanya tertutup sebatas pinggang membuat aku sedikit merasakan sesuatu yang tak bisa aku ungkapkan. Tubuh tinggi itu benar-benar sempurna dan penuh pesona.“Hai! Ngapain bengong? Kaget melihat tubuh suami sendiri?” ujarnya mengejutkan lamunanku. Aku yang duduk di bibir ranjang ukuran king size itu segera mengalihkan pandangan sambil tersipu. Wajahku memerah kurasa. Masih sempat kulihat senyum terkembang di wajah tampan itu.Detik berikutnya aku terkejut saat merasakan

  • Cinta Ipar Duda   Part 85. Hari Pernikahanku

    Hari pernikahanku dengan Mas Danny, sekaligus resepsi pernikahan akhirnya datang juga. Semua persiapan sudah sangat rampung. Seluruh dekorasi dan segala pernak pernik pernikahan telah tertata dengan indah di ball room hotel yang cukup luas itu. Aku duduk anggun di kursi penganten yang diapit Mas Danny dan Mama yang tak henti tersenyum sumringah menatapi suasana pesta yang cukup elegan ini. Sementara aku juga ikut menatapi suasana pesta yang terkesan lumayan akbar itu dari tempat aku duduk.Menatapi suasana pesta dengan dekorasi interior bernuansa out door itu membuat rasa haruku bermunculan. Tatanan yang didominasi warna putih dipadu cream dan lumut itu sangat menyejukkan mata. Semua persiapan ini hanya inisiatif Mas Danny tanpa sepengetahuanku. Aku salut dengan nilai estetika yang dia miliki. Iringan Sound system ruangan yang menyentuh telinga dengan kekuatan yang nyaman untuk di dengar membuat aku kian terbuai. Aku merasa sangat beruntung bisa menjadi ratu di pesta in

  • Cinta Ipar Duda   Part 84. Kembali ke Kota

    "Hai!" sapanya sambil membuka kaca mata hitam yang menutupi dua netranya itu pelan. Dua sudut bibirnya langsung merekah di rahang kokohnya. Namun, senyum itu seketika memudar seiring tatapannya yang makin lekat ke arahku. Dua netranya menyipit.“Kamu kenapa?” tanyanya heran. Aku menggeleng lemah sambil pura-pura mengalihkan wajah ke samping dan menghapus jejak air mata yang masih terasa basah di antara bulu mata.“Nggak, Mas! Nggak ada apa-apa, kok! Ayo, masuk!” ajakku mengalihkan. Namun, lelaki itu masih terpaku di tempatnya, menatapku dengan raut heran. Beberapa detik kemudian, ia juga mengikutiku masuk ke dalam ruang tamu dan duduk di sofa berseberangan denganku. “Ada apa, Vi?” tanyanya kemudian dengan nada pelan. Membuat aku luruh juga, tak mungkin lagi menyembunyikan keadaan ini pada calon suamiku sendiri. Sebuah permulaan yang didasari kebohongan tentu akan mendatangkan permasalahan di waktu mendatang. Lagia

  • Cinta Ipar Duda   Part 83. Persiapan Pernikahanku

    "Hai!" sapanya sambil membuka kaca mata hitam yang menutupi dua netranya itu pelan. Dua sudut bibirnya langsung merekah di rahang kokohnya. Namun, senyum itu seketika memudar seiring tatapannya yang makin lekat ke arahku. Dua netranya menyipit.“Kamu kenapa?” tanyanya heran. Aku menggeleng lemah sambil pura-pura mengalihkan wajah ke samping dan menghapus jejak air mata yang masih terasa basah di antara bulu mata.“Nggak, Mas! Nggak ada apa-apa, kok! Ayo, masuk!” ajakku mengalihkan. Namun, lelaki itu masih terpaku di tempatnya, menatapku dengan raut heran. Beberapa detik kemudian, ia juga mengikutiku masuk ke dalam ruang tamu dan duduk di sofa berseberangan denganku. “Ada apa, Vi?” tanyanya kemudian dengan nada pelan. Membuat aku luruh juga, tak mungkin lagi menyembunyikan keadaan ini pada calon suamiku sendiri. Sebuah permulaan yang didasari kebohongan tentu akan mendatangkan permasalahan di waktu mendatang. Lagia

  • Cinta Ipar Duda   Part 82. Pengakuan Mama

    “Ma!” ucapku tanpa menoleh pada Mama. “Mama kenal ‘kan sama Tante Widia Anggita? Putri tunggal Bapak Baskoro, teman SMA Mama dulu!” ucapku dengan nada dingin.Ada api benci yang tiba-tiba menjalar mengingat apa yang pernah Mama lakukan dulu, sehngga aku juga mendapatkan hal yang sama dalam hidupku ini. Namun, yang paling aku benci, aku tidak suka penjahat wanita itu ternyata mamaku. Aku benci mengingat rasa sakit yang Mama Mbak Venya rasakan dahulu. Aku benci mengingat kakakku yang baik itu sekian lama harus meredam rasa sakit karena orang yang kupanggil Mama ini.Tak ada jawaban yang bisa aku dengar dari mulut Mama. Hanya suara hening malam yang kian beranjak. Aku menoleh ke arah Mama, setelah beberapa detik jawaban yang kunanati tak kunjung ada. Kutatapi Mama yang terdiam dengan wajah terpekur ke lantai dengan wajah sendu. Aku ikut terpaku menatapnya.“Ada apa? Apa yang sebenarnya terjadi? Ada hubungan apa Mama sama Tante Wd

  • Cinta Ipar Duda   Part 81. Kejutan Mas Danny

    Usai menjaga Mbak Venya beberapa hari dan sempat juga menjaga bayinya di ruang rawat bayi, aku kembali ke rumah. Usaha yang telah hampir semnggu kutinggalkan tidak kuketahui lagi bagaimana perkembangannya. Kepulanganku ke kampung halaman yang sempat kuberitahukan pada Mama, ternyata juga diketahui oleh Mas Danny. Sesampai di rumah, aku sudah disambut dengan kehadirannya di ruang tamuku. Ia menatapku dengan wajah tenang. Seonggok undangan pernkahan telah tergeletak di atas meja tamuku. Aku menatapinya dengan keheranan .“Mas Danny?” tanyaku dengan langkah terhenti beberapa langkah dari pintu rumahku. Bayu yang langsung riang melihat kemunculan Mama di pintu pembatas ruang tamu dan ruang tengah, langsung saja melepaskan genggamanku. Ia memeluk Mama dengan hangat yang dibalas Mama dengan manis pula.“Sayang, cucu Oma. Oma kangen,” ucap Mama sambil memeluk Bayu. Kemudian membawa Bayu ke dalam, meninggalkan aku dan Mas Danny yang masih menatapku deng

  • Cinta Ipar Duda   Part 80. Aku Pulang

    “Vi, Mbak senang kamu masih di sini,” ucap Mbak Venya kala aku mendampinginya saat ia sudah berada di tempat yang baru. Ia mash terlihat lemah. Namun, beberapa selang sudah tidak terpasang di tubuhnya. Mas Dion duduk di sisi kanannya, sementara aku berada di sisi kiri. Ia tersenyum padaku kemudian pada Mas Dion.“Aku ingin Mbak cepat sembuh,” ujarku. Ia kembali tersenyum padaku. Mas Dion meraih jemarinya dan mengusap punggung tangan Mbak Venya.“Mengapa kamu selalu berusaha menyembunyikan semua dariku, Ve? Bukankah aku suamimu, aku berhak tahu tentang semuanya,” sela Mas Dion dengan tatapan penuh kasih. Mbak Venya kembali tersenyum.“Aku cuma tidak anak keberadaan anak kita terancam, Mas. Aku ingin bayi kita baik-baik saja,” sambungnya lagi. Mas Dion bangkit dari duduknya dan mengecup kening Mbak Venya hangat. Kemudian, kembali duduk di bangku yang ada di samping ranjang Mbak Venya. Mbak Venya memejamkan mata

  • Cinta Ipar Duda   Part 79. Pertengkaran Mas Danny dan Mas Dion

    Seorang lelaki berwajah tampan dan bertubuh tegap melangkah ke arahku dan Mas Dion. Lelaki yang ditemani wanita paruh baya itu berbelok dari persimpangan yang ada di belakangku. Ternyata ia melihatku ketika melangkah melintasi persimpangan itu. Karena ia berasal dari arah kiriku. Wajahnya terlihat menahan geram menatapku kemudian Mas Dion yang ada di sampingku. Sementara, wanita yang berjalan di sampingnya menatap dengan wajah tegang. Wanita itu bermata sembab dan berusaha menahan lengan lelak itu. Tanpa di duga, sebuah bogem mentah mendarat di pipi Mas Dion yang tetap menatapnya tenang.Aku terperanjat melihat hal itu. Demikian juga wanita yang ada di sebelahnya. Ia bahkan sempat berteriak ketika lelaki itu mendekat dan melayangkan sebuah pukulan di wajah Mas Dion. Seakan ingin menghentikan gerakan lelaki yang ada di sampingnya. Sementara, Bayu yang berada di sampingku juga tak luput dari keterkejutan. Ia terlihat ketakutan dan berbalik menyembunyikan wajah di tubuhku

DMCA.com Protection Status