Bab 27
Pertemuan dengan Orang Misterius
Malam ini aku ikut Mas Divo, makan malam dengan seseorang yang ingin bertemu denganku. Walau merasa tak pernah mengenal siapa pun di sini apalagi teman Mas Divo. Namun, sesuai saran Mas Dion, aku harus menjadi istri yang baik untuknya, harus nurut.
Mobil yang ditumpangi berhenti di sebuah kafe pinggiran kota yang di pinggir jalannya dipenuhi pohon Mahoni besar. Setelah kuamati lebih seksama, baru aku sadari, lokasi ini ternyata lokasi yang pernah aku kunjungi bersama Mas Dion beberapa bulan lalu. Kunjungan yang membuat hidup berubah seratus delapan puluh derjat.
“Kunanti.”
Huh! Tanpa sadar aku mendengkus saat mataku membaca Neon Box yang terpampang di pinggir jalan. Kemudian pandanganku beralih pada merek besar yang terukir di dinding rukonya.
Pikiran sedikit terusik dengan merek itu—Kunanti. Kenapa diri ini baru menyadarinya? Kunanti? Bukankah ini sebuah isyarat cinta m
Bab 28 Permintaan Tante Tiara Perlahan Tante Tiara menelungkupkan sendok dan garpunya di piring, kemudian mendorong piring ke itu ke tengah dengan tenang dan menatapiku dengan sudut bibirnya yang sedikit terangkat. Aku yang masih menyuap sendokan terakhir, balas menatapnya heran. Kemudian memilih menyelesaikan makan malamku ini. Sikap dan ucapan wanita perlente itu cukup mengusik pikiranku. Sementara itu, Mas Divo sibuk bercengkrama dengan Bayu. Setidaknya kurasa itu caranya menetralkan diri dari ketegangan ini. Itu dapat kulihat jelas dari tawa dan senyum yang ia tampilkan penuh keterpaksaan. Tante Tiara menopang dagu lancipnya dengan dua tangannya yang putih, halus mulus dan terawatt itu. Ia menatapku masih dengan senyuman penuh kharismanya. Kuraih air mineral yang ada di hadapan kemudian dan meneguknya pelan. Kemudian kudengar Tante Tiara memanggil seorang pelayan yang ada di belakangku. Ia mengisyaratkan agar pelayan itu membe
Bab 29MelepaskanAku kembali mengangkat kepala. “Baik, Tan. Aku terima!” Aku menarik napas panjang, berupaya menetralkan hati yang bergemuruh. “Aku siap menjual suamiku untuk putri kesayangan, Tante”Mas Divo menatap dengan keterkejutan. Ia tampak ternganga. Tante Tiara dan Om Thomas tersenyum puas. Ya! aku akan meletakkan posisinya bagai barang rongsokan yang harus kujual, agar berguna bagi orang yang membutuhkan seperti Vera—wanita yang tidak mempunyai kemampuan mendapatkan pasangan hidupnya.Tante Tiara menyodorkan berkar itu makin mendekat padaku.“Kamu boleh mempelajarinya dulu. Setelah itu, kita bisa bawa pengacara untuk dapat membuat pengalihan kepemilikan. Ohya, semua asset yang ada di berkas kebetulan ada di sini.”Tanpa pikir panjang, aku menanda-tangangi semua surat yang telah disediakan Tante Tiara. Mungkin memang ini jalannya. Percuma rasa
Bab 30MelepaskanGawaiku berdering. Nama Mas Dion muncul di layar. Segera kuambil dan usap panggilan itu.“Assalammualaikum, Mas.” jawabku sendu.{“Waalaikum salam, Vi. Ada apa?”}“Semalam aku bertemu dengan orang tua Mbak Vera.”{“Kok bisa? Setahuku orang tuanya di Singapura.”}“Mas Dion yang membawaku padanya. Dia ke sini, sengaja ingin ketemu aku.”{“Ohya?! Mau ngapain dia?”} Suara Mas Dion penuh tanya. Aku mendekus dan menghempaskan nafas berat.“Mereka ingin membuat kesepakatan denganku.”{“Kesepakatan?”}“Ya! Mereka ingin menikahkan Mas Divo dan Mbak Vera secepat mungkin. Andai aku tak mau berpoligami, aku harus rela melepaskan Mas Divo. Dan mereka memberikan imbalannya.”{“Imbalan?”} lagi-lagi Mas Dion terheran.“I
Bab 31 Kejutan “Ada satu hal yang sebenarnya ingin aku katakan sedari kemaren, tapi aku takut ini membuat kita salah arah. Bagaimana pun aku masih menghargaimu sebagai adik iparku, Vi.” Keningku mengernyit. Tak paham dengan yang ia katakan. “Maksud Mas apa?” “Aku ingin terus bisa melindungimu, hingga kamu benar-benar mampu berdiri tegar, Vi. Aku harap kamu bisa bangkit dari masalah berat ini.” Aku menekurkan wajahku. Memang, aku harus kuat. hanya itu pilihan terbaikku saat ini agar aku tetap bisa merasakan hidup. “Vi …,” paggilnya kemudian. aku mengangkat wajahku. Kini sepasang netra kami benar-benar saling bertemu. Dadaku berdegup saat dua netra coklat itu menatapku dengan wajah seriusnya. “ Aku sayang sama kamu, Vi.” Deg! Dadaku makin bergemuruh. Sungguh! Aku tak menyangka mendengar kalimat ini dari bibir simterisnya. Napasku terasa sesak. Dadaku ber
#Cinta Ipar Duda Season 2#Part 32+ 18*** Bissmillah. Assalammualaikum, Teman-teman. Kisah Dion Season 2 telah hadir. Semoga masih bisa menghiburKBMaap sudah part 34 *** Delapan belas bulan kemudian. Pagi ini, aku datang lebih awal dari biasanya. Usai mengantarkan Bayu ke sekolah, langsung menuju D-Vion. Semua tim sibuk menyiapkan ruangan, peralatan dan mengecek bahan-bahan baku. Aku mengamati mereka dan memberikan saran apabila ada yang mereka lewati. Aku tersenyum kala melihat Mas Ferri telah lebih dulu berdiri di antara mereka. Menyadari kehadirannya, aku langsung melangkah ke tangga menuju ruanganku. Aku percaya Mas Ferri telaten kalau soal itu. Kunaiki tangga menuju ruanganku. Membuka pintu yang tak terkunci dan langsung memposisikan tubuh di kursi empukku, setelah meletakkan tas mungil dan kunci mobil di meja. Kutekan tombo
Seketika gerakanku terhenti, jantung berhenti berdetak. Netraku menyipit. Setahuku tak ada orang asing yang mengenalku. Karena aku jarang memunculkan diri, kecuali orang-orang yang intens berinteraksi dengan D-Vion.Bagaimana mungkin orang asing yang menelpon ini tahu namaku? Sementara, sebelumnya aku memiliki staf yang membantu di bidang ini. Aku hanya menggantikan ia beberapa hari saja, karena ia cuti. Lalu, bagaimana mungkin orang di luar sana mengenali suaraku sebagai Viona?Aku menarik nafas dan menetralkan hati.“Masf, anda mengenal saya?”Ia tertawa pelan. Aku terdiam.“Siapa sih yang tidak kenal Viona, owner muda dan cantik D-Vion?”Dadaku mulai bergemuruh. Aneh dengan ucapannya barusan. Sejak D-Vion kukelola, Aku nyaris tak mempunyai teman. Ketika baru pindah ke kota ini pun, dulu aku tak mempunyai teman. Menterakan namaku sebagai owner di tempat yang bersifat public, aku tak p
“Assalammualaikum, Viona.”Suara berat seorang lelaki mengejutkanku. Suara yang berasal dari belakangku. Aku bingung, tak menyangka ada lelaki yang mengenaliku di tempat ini. Setahuku aku bukan wanita yang dikenal orang, apalagi lelaki. Seluruh hari-hariku hanya berkutat di D-Vion. Selebihnya untuk Bayu. Adapun aktivitas-aktivitas yang kulakukan untuk kebtuhanku seperti belanja ke mall dan urusan lainnya, semua kulakukan konsisten dengan waktu. Aku nyaris tak punya kenalan. Dari awal aku hadir di kota ini, tetap sama. Lalu siapa lelaki yang mengenaliku di tempat ini?Dan suara itu?“Senang bertemu lagi denganmu, Viona” desis orang itu kemudian yang berhasil membuatku serta merta menolehkan wajah padanya.DEG!Jantungku serasa mau copot saat mata ini bertubrukan dengan sosok lelaki itu. Dadaku berdegub kencang, netraku membulat, nafas serasa sesak dan wajah pun kurasa memucat. Aku
Jangan lupa klik subscribe, love, komen, ya.******* Happy reading *******_____________________________________________________________________________________“Mi. Ami nggak liat, ya? Om selem yang ada di taman itu tadi di sini. Pake mobil yang tablakan itu.”DEG!Untuk ke sekian kalinya jantung ini serasa terhenti. “Om selem? Mobil tabrakan?”tanyaku di hati. Otakku langsung berputar, mengigat kejadian itu. Tabrakan yang kami lihat tadi sebelum sampai di taman berarti Mas Divo. Ia sempat melihat mobilku melintas. Aku mendengkus. Jadi ini yang membuat dia bisa mengikutiku sampai ke taman? Bukannya tak mungkin ia juga mengikutiku sampai ke D-Vion. Oh, Tuhan. Aku benar-benar bodoh! Pantas saja ia bisa mengenaliku. Bukankah mobil yang kugunakan masih pemberiannya dulu.Namun, yang membuat aku bingung, mengapa ia bisa ada di kota ini lagi? Bahkan, membututiku sampai ke sini? Apa ia benar-benar