Bab 22
Rahasia Mas Dion
“Ceritakan padaku apa pun yang Mas ketahui,” ujarku tiba-tiba.
Mas Dion menatapku lagi. sejenak ia terdiam seakan-akan ada yang sedang ia pikirkan. Aku memasang wajah memelas padanya, berharap ia mengabulkan permintaan itu. Mas Dion kembali menghela napas kasar ke samping dan menatapku.
“Aku memergoki Vera malam itu, setahun yang lalu. Ketika kami pulang dari kontrakanmu.”
Aku mengamatinya. Aku ingat kala itu Mbak Vera bungkam tak banyak bicara. Ia bahkan seperti resah tak betah di rumah meski dijamu sedemikian rupa. Jadi ini alasannya. Astaga, berarti perselingkuhan mereka terendus Mas Dion tepat ketika aku sedang hamil tua?
“Jadi, waktu itu?” tanyaku lagi menekankan.
“Iya, sikap manjamu pada Divo dan gaya mesra kalian yang ia lihat ketika itu, membuat ia cemburu. Se
Bab 23Berpura-puraSemua telah kembali seperti semula. Tak sulit memang membuat seorang Divo mempercayai skenario yang dibuat. Sama, seperti tak sulitnya ia membuatku percaya bahwa akulah cinta sejatinya. Entah karena ia benar-benar tak mencintaiku, ataukah karena akting yang dibuat saat ini dirasuki rasa dendam cukup sempurna. Sehingga ia dengan mudahnya percaya sandiwara ini. Entahlah, yang pasti, semua berjalan seperti rencanaku dan Mas Dion.Usai kembalinya aku ke rumah, dan perseteruan hebat yang sempat terjadi, semua kembali seperti sedia kala. Ia mempercayaiku yang meminta maaf dengan bersujud padanya. Sit! Sebenarnya ini sangat sulit bagiku, mengingat hati yang telah beku diguyur gletser kebencian atas kemunafikannya. Dengan alasan mencari ketenangan, mendatangi seorang ustazah yang juga saudara, kepergianku selama dua hari bisa ia terima.Sikapnya jauh lebih b
Bab 24RencanaSetelah pembicaraan kami usai, Mas Dion dan aku kembali berpisah di jalanan. Entah mengapa aku merasa semua masih baik-baik saja. Apalagi dia memang berhasil membuat aku tertawa dan tersenyum karena tingkah slengekan dan lucunya.Aku senang dan lega telah bertemu dengan Mas Dion hari ini. Aku juga senang telah mengenal Mas Dion lebih dekat dari sebelumnya. Ternyata ia tak seburuk yang aku duga. Aslinya Mas Dion itu lelaki baik. Ia suka menyenangkan orang lain.Setahuku dulu Mas Dion lelaki santun, sopan dan tahu adab. Aku juga tahu Mas Dion adalah manusia yang tahu balas budi. Padahal, andai saja ia hanya mementingkan hatinya yang terluka, pastinya ia tak akan sanggup menahan sakit selama ini dan setenang ini.Aku yakin, sebagai lelaki yang mempunyai pergaulan luas dan sikap jantan yang ia punya, tentu tak akan sulit bagi Mas Dion untuk membalas dendam pada Mas Divo. Bisa saja i
Bab 25Rahasia Wanita ItuAcara launching berjalan dengan lancar. Seorang lelaki muda yang kurasa adalah owner-nya melakukan penyambutan serta gunting pita. Kemudian kami disajikan makanan-makanan khas kafe ini yang kurasa cukup menggugah selera. Beberapa menu yang kucicipi terasa sangat mengena di lidah.Sayangnya sampai acara usai, aku tetap terasing sendiri di sini, tanpa Mas Dion. Syukurnya pelayan-pelayan serta panitia-panitia ramah dan seperti mengenalku sebagai Mbak Viona. Padahal aku sendiri tak tahu siapa itu Syerly—owner-nya.Mereka melayaniku dan menyajikan makanan padaku dengan sangat baik. Seakan-akan aku ini tim penilai kelezatan makanan saja. Aneh!Mas Dion muncul sesaat, kemudian menghilang lagi entah ke mana. Tak mau ambil pusing tentang itu. Bukankah rencana awal, kedatangan ke sini memenuhi undangan owner-nya—Syerly? Sementara aku bertemu dengan Mas Dion
Bab 26Usai semua drama, aku kembali pulang ke rumah bersama Bayu yang tadi sempat kujemput ke penitipan. Semua kembali kujalani seperti biasaSambil menunggu mata mengantuk, kuselesaikan semua pekerjaan rumah yang tadi masih terbengkalai. Kutidurkan Bayu di kamar mewahku, yang gorden dan pintunya kubuka lebar.Beberapa saat disibukkan aktivitas beres-beres, tiba-tiba langkahku terhenti.Sejenak aku terpaku. Lintasan peristiwa-peristiwa kembali melintas di labirin ingatanku. Teringat kembali siklus kehidupan yang telah kulewati. Betapa terlalu cepat semua berubah dalam sekejap mata.Aku berdiri dengan tatapan nanar ke arah salah satu dinding rumahku. Menggigit ujung jemari, kemudian melangkah pelan dan menghenyakkan bobotku di sofa.Untuk beberapa saat lamanya terdiam di sana. Mengingat kembali apa yang sudah terjadi. Semua bagai teka-teki yang mengejutkan serta cukup membingungkan dalam siklus hidupku.Aku yang dulu mer
Bab 27Pertemuan dengan Orang MisteriusMalam ini aku ikut Mas Divo, makan malam dengan seseorang yang ingin bertemu denganku. Walau merasa tak pernah mengenal siapa pun di sini apalagi teman Mas Divo. Namun, sesuai saran Mas Dion, aku harus menjadi istri yang baik untuknya, harus nurut.Mobil yang ditumpangi berhenti di sebuah kafe pinggiran kota yang di pinggir jalannya dipenuhi pohon Mahoni besar. Setelah kuamati lebih seksama, baru aku sadari, lokasi ini ternyata lokasi yang pernah aku kunjungi bersama Mas Dion beberapa bulan lalu. Kunjungan yang membuat hidup berubah seratus delapan puluh derjat.“Kunanti.”Huh! Tanpa sadar aku mendengkus saat mataku membaca Neon Box yang terpampang di pinggir jalan. Kemudian pandanganku beralih pada merek besar yang terukir di dinding rukonya.Pikiran sedikit terusik dengan merek itu—Kunanti. Kenapa diri ini baru menyadarinya? Kunanti? Bukankah ini sebuah isyarat cinta m
Bab 28 Permintaan Tante Tiara Perlahan Tante Tiara menelungkupkan sendok dan garpunya di piring, kemudian mendorong piring ke itu ke tengah dengan tenang dan menatapiku dengan sudut bibirnya yang sedikit terangkat. Aku yang masih menyuap sendokan terakhir, balas menatapnya heran. Kemudian memilih menyelesaikan makan malamku ini. Sikap dan ucapan wanita perlente itu cukup mengusik pikiranku. Sementara itu, Mas Divo sibuk bercengkrama dengan Bayu. Setidaknya kurasa itu caranya menetralkan diri dari ketegangan ini. Itu dapat kulihat jelas dari tawa dan senyum yang ia tampilkan penuh keterpaksaan. Tante Tiara menopang dagu lancipnya dengan dua tangannya yang putih, halus mulus dan terawatt itu. Ia menatapku masih dengan senyuman penuh kharismanya. Kuraih air mineral yang ada di hadapan kemudian dan meneguknya pelan. Kemudian kudengar Tante Tiara memanggil seorang pelayan yang ada di belakangku. Ia mengisyaratkan agar pelayan itu membe
Bab 29MelepaskanAku kembali mengangkat kepala. “Baik, Tan. Aku terima!” Aku menarik napas panjang, berupaya menetralkan hati yang bergemuruh. “Aku siap menjual suamiku untuk putri kesayangan, Tante”Mas Divo menatap dengan keterkejutan. Ia tampak ternganga. Tante Tiara dan Om Thomas tersenyum puas. Ya! aku akan meletakkan posisinya bagai barang rongsokan yang harus kujual, agar berguna bagi orang yang membutuhkan seperti Vera—wanita yang tidak mempunyai kemampuan mendapatkan pasangan hidupnya.Tante Tiara menyodorkan berkar itu makin mendekat padaku.“Kamu boleh mempelajarinya dulu. Setelah itu, kita bisa bawa pengacara untuk dapat membuat pengalihan kepemilikan. Ohya, semua asset yang ada di berkas kebetulan ada di sini.”Tanpa pikir panjang, aku menanda-tangangi semua surat yang telah disediakan Tante Tiara. Mungkin memang ini jalannya. Percuma rasa
Bab 30MelepaskanGawaiku berdering. Nama Mas Dion muncul di layar. Segera kuambil dan usap panggilan itu.“Assalammualaikum, Mas.” jawabku sendu.{“Waalaikum salam, Vi. Ada apa?”}“Semalam aku bertemu dengan orang tua Mbak Vera.”{“Kok bisa? Setahuku orang tuanya di Singapura.”}“Mas Dion yang membawaku padanya. Dia ke sini, sengaja ingin ketemu aku.”{“Ohya?! Mau ngapain dia?”} Suara Mas Dion penuh tanya. Aku mendekus dan menghempaskan nafas berat.“Mereka ingin membuat kesepakatan denganku.”{“Kesepakatan?”}“Ya! Mereka ingin menikahkan Mas Divo dan Mbak Vera secepat mungkin. Andai aku tak mau berpoligami, aku harus rela melepaskan Mas Divo. Dan mereka memberikan imbalannya.”{“Imbalan?”} lagi-lagi Mas Dion terheran.“I