Share

Cinta Gadis tak Bernasab
Cinta Gadis tak Bernasab
Author: Bai_Nara

1. Ditolak Lagi

Author: Bai_Nara
last update Last Updated: 2023-07-17 15:49:34

Seorang wanita sedang sibuk menderas Al-Quran di kamarnya yang berada di bagian pojok. Gadis itu berusia dua puluh lima tahun. Dia adalah anak angkat Bu Nyai Khomsah dan Kyai Baihaki. Mereka adalah pengasuh di sebuah pondok di daerah Kebumen dengan nama Pondok Al Kautsar.

 

Meski menjadi anak angkat seorang kyai dan bu nyai yang cukup ternama di daerah Kebumen, Galuh tak pernah membanggakan diri. Dia tetap rendah hati namun tidak pernah merasa rendah diri. Bagi Galuh, semua manusia sama yang membedakan adalah ketakwaan. Catat ketakwaan.

Galuh masih sibuk menderas Al Quran hingga deresannya terhenti ketika mendengar pintu kamarnya diketuk.

“Wa'alaikumsalam, masuk,” titah Galuh.

Pintu terbuka dan tampaklah seorang santri berusia delapan belas tahun bernama, Husna.

“Ada apa Mbak Husna?”

“Ditimbali Umi, Mbak.”

“Oooo. Bentar ya, rampungin beberapa ayat lagi.”

“Nggih.”

Husna pun pergi dan menutup pintu, Galuh sendiri kembali melanjutkan ngajinya hingga berganti ke akhir surat Al-Maidah. Galuh pun segera menaruh mushafnya di nakas, mencopot mukena, dan menutupi kepalanya dengan kerudung instan dari bahan cerruty. Galuh bergegas menemui ibu angkatnya.

Sampai di samping pintu rumah, Galuh mengucap salam dan menggunakan kedua lututnya untuk mencapai ke arah sang ibu angkat yang duduk di sofa ruang tengah,. Galuh langsung mencium tangan sang ibu angkat dengan takdim. Bu Nyai Khomsah tersenyum melihat kedatangan sang anak angkat. Di samping beliau ada orang lain. Seorang wanita seusia Bu Nyai Khomsah.

“Nduk, kenalin ini Bu Nyai Khofifah dari Tegal.”

Galuh tersenyum lalu menyalami Bu Nyai Khofifah. Bu Nyai Khofifah tampak memperhatikan Galuh dari atas hingga bawah. Ada binar kekaguman di mata wanita usia setengah abad itu. Bu Nyai Khomsah tersenyum, dia berharap kali ini akan berhasil.

“Namamu siapa?”

“Galuh Anjani, Bu Nyai.”

“Wah nama yang bagus. Sudah lulus kuliah?”

“Sampun Bu Nyai.”

“Lulusan apa?”

 

“Pendidikan matematika.”

“Oooo, tapi sudah khatam tiga puluh jus, kan?”

“Nyuwun pandonganipun, Bu Nyai.”

“Dia sudah khatam sejak lulus Aliyah, tinggal istikhomahnya aja,” celetuk Bu Nyai Khomsah.

 

Bu Nyai Khofifah manggut-manggut. Lalu dia kembali bertanya banyak hal pada Galuh membuat sang gadis hanya bisa menjawab dengan menunduk sambil menata hatinya. Sejauh ini, semua pertanyaan dari Bu Nyai Khofifah berhasil dia jawab dengan cukup baik. Entah nanti jika pertanyaan paling sakral terucap dari mulut sang bu nyai asal Tegal itu apakah Galuh masih bisa menjawab atau tidak.

“Kamu Asli mana?”

Deg. Galuh diam, tak bisa menjawab. Bu Nyai Khomsah yang paham akhirnya bersuara.

“Galuh saya temukan di depan gerbang pondok, dua puluh lima tahun yang lalu. Kami sudah mencari info siapa kedua orang tuanya tapi … hingga saat ini kami belum menemukan hasil. Namun Bu Nyai jangan khawatir, saya jamin Galuh itu sangat baik, kok.”

Setelah menyelesaikan kalimatnya, Bu Nyai Khomsah mencoba mengamati raut wajah salah satu kenalannya. Dan raut wajah Bu Nyai Khofifah ternyata sama saja dengan raut wajah yang lain. Para kandidat calon ibu mertua Galuh yang rata-rata akan menolak Galuh gara-gara asal usul Galuh.

“Jadi Galuh anak terbuang? Bibit, bobot dan bebetnya gak ketahuan?” celetuk Bu Nyai Khofifah.

“Insya Allah anaknya baik, kok Bu Nyai. Saya jamin, saestu. Bu Nyai kan minta yang pinter ngaji, tawadu, baik, sopan, ya makanya saya sarankan Galuh.” Bu Nyai Khomsah berkata dengan suara yang lembut dan sopan.

“Lah ya mana bisa gitu, Bu Nyai. Anakku si Farid kan anak kyai, kita dari keluarga pesantren turun temurun, masa nyari istri yang gak jelas bibit, bobot dan bebetnya? Ya gak mau aku, emoh. Mending aku nikahkan anakku sama mantan ta'arufan anakku yang katanya calon bidan. Meski bukan santri tapi jelas siapa orang taunya.” Bu Nyai Khofifah tampak kesal dengan Bu Nyai Khomsah, dalam hati dia merutuki bagaimana bisa Bu Nyai Khomsah menawarkan gadis tanpa nasab yang jelas pada putranya. Meski sang putra mengatakan kalau dia kesengsem dengan foto Galuh tetap saja dia tak akan asal mengiyakan calon mantu yang gak jelas asal-usulnya.

“Ya sudahlah, gak usah dicariin lagi, Bu Nyai. Saya tak nyari yang lain saja. Itu calon bidan kenalannya Farid tak jadikan cadangan sebelum saya menemukan calon lain yang lebih baik.”

 

 

Bu Nyai Khomsah hanya bisa tersenyum. Meski begitu, terlihat sekali matanya menyiratkan kesedihan. Galuh sendiri hanya menunduk dan diam. Dia tak bersuara. Dia hanya bersuara dan bergerak ketika Bu Nyai Khofifah pamitan.

 

Farid yang melihat Galuh menemani sang ibu angkat melakukan aksi lirik-lirik dan tebar senyum yang langsung mendapat pelototan dari sang ibu. Farid ingin sekali mengatakan pada ibunya jika dia mau minta nomer ponsel Galuh. Namun lagi-lagi pelototan sang ibu membuat Farid urung. Dia pun mau tak mau ikutan masuk mobil bersama kedua orang tuanya.

 

Begitu mobil keluarga kyai dari Tegal itu sudah tak ada, Bu Nyai Khomsah terlihat menghembuskan napas dengan keras. Dia memijat dahinya. Sang suami tersenyum menenangkan.

“Masuk aja yuk, kita ngobrol sambil duduk aja di dalam biar gak capek dan spaneng.”

Ketiganya lalu masuk. Galuh segera mengambil minyak rempah-rempah dengan botol warna hijau dan mengoleskan pada leher sang ibu angkat. Dengan telaten Galuh memijatnya. Sepuluh menit kemudian, Galuh menanyakan keadaan sang ibu angkat.

“Sudah enakan, Umi?” tanya Galuh dengan terus memijat. 

 

“Lumayan, tapi umi sedih, Nduk.” 

 

“Sedih kenapa Umi? Sedih karena Galuh ditolak lagi?”

 

“Iya, dan ini sudah yang kelima kali, Nduk. Umi stress kepikiran kamu. Teman-teman seangkatanmu sudah nikah semua, bahkan di bawahmu juga, lah kamu kapan?”

“Kapan-kapan kalau Allah menakdirkan, Umi. Lagian gak ketemu di dunia ya akhirat, Umi. Gitu aja repot.”

Bu Nyai Khomsah menimpuk bahu putri angkatnya dengan cukup keras membuat sang gadis mengaduh lalu terkikik.

 

“Ngomongmu, Nduk. Bisa jadi doa.”

 

“Lah setidaknya di surga, jodohnya Galuh gak mandeng bibit, bebet, sama bobotnya Galuh, Umi," ucap sang gadis. Meski dengan cengengesan tapi kedua orang tua di dekatnya tahu, jika Galuh sama-sama stress seperti Bu Nyai Khomsah.

 

“Mungkin belum jodoh, sabar. Galuh masih muda, baru dua lima. Siapa tahu ya Nduk ya, ketemu jodoh di perempatan.” Kyai Baihaki mencoba sedikit mencairkan ketegangan.

“Nggih, Bah. Amin, jodoh till jannah ya Bah.”

“Amin.”

Lalu ayah dan anak angkat sama-sama tertawa sementara Bu Nyai Khomsah memilih memijat pelipisnya. Kepalanya terasa pening, lehernya kaku dan perutnya bergejolak karena rasa mual.

 

“Gak usah bercanda deh, Abah. Ini sudah berkali-kali loh. Mau dari orang biasa, orang kaya hingga gak punya, pada nolak Galuh terus. Umi jadi sedih.”

“Ya berarti emang bukan jodohnya Galuh ya Luh.”

“Nggih, Bah. Umi santai saja dong, Galuh saja santai, sabar. Umi jangan kepikiran ya? Mending Umi mikirin nyariin jodohnya Gus Alfa saja. Sudah dua delapan, sudah pantes, nikah.”

 

Bu Nyai Khomsah kembali memijit pelipisnya sementara Kyai Baihaki dan Galuh tersenyum. Jelas jika berurusan dengan putra semata wayang mereka, maka akan jauh lebih njlimet. Putra mereka masih menempuh pendidikan di Kairo untuk program S3. Dan selama ini, putranya juga jarang ada kabar dekat dengan cewek. Sekalinya akan dijodohkan, sang putra langsung menolak mentah-mentah.

 

“Gak kamu, gak si Alfa. Pada bae angele nek urusan jodoh (sama saja susahnya kalau urusan jodoh).” Bu Nyai Khomsah kembali memijat pelipisnya sementara Kyai Baihaki dan Galuh berusaha menahan tawa. Galuh pun kembali memijat leher sang ibu angkat, membawanya pada banyak cerita agar sang ibu melupakan sejenak perihal upaya perjodohan yang kembali gagal.

 

 

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Onycha Shanum
cerita bagus
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Cinta Gadis tak Bernasab   2. Coba Kamu Nerima Aku

    Galuh keluar dari rumah ibu angkatnya dan hendak kembali ke pondok, namun langkahnya terhenti gara-gara di depannya ada sosok Gus Alwi, keponakan dari Kyai Baihaki. Ibunya Gus Alwi adalah adik kandung Kyai Baihaki. Usia Gus Alwi adalah dua enam. Ayahnya bukan gus, melainkan mantan anggota TNI yang gugur di medan Papua saat sedang menjalankan tugas. Pada saat sang ayah meninggal, Gus Alwi masih berusia lima tahun. Semenjak sang suami meninggal, Bu Nyai Latifah memilih kembali ke Kebumen membawa anak semata wayangnya. Dia tinggal di sebuah rumah yang berada di dekat kompleks pondok putra, dan tidak mau menikah lagi hingga sekarang. Padahal selepas masa iddah, banyak yang melamar tapi Bu Nyai Latifah menolak dan memilih tetap menjanda.“Gus Alwi,” sapa Galuh sopan. Dia pun menunduk.“Habis ditolak lagi?” tanya Alwi dengan nada ketus.Galuh hanya tersenyum dan sama sekali tak memberi penjelasan membuat Alwi kesal. Mulutnya gatal untuk tidak mengoceh pada sepupu angkatnya itu.“Sudah kubil

    Last Updated : 2023-07-17
  • Cinta Gadis tak Bernasab   3. Cinta Pertama

    Galuh memberikan senyum manisnya pada Jauza. Jauza pun membalas hal yang serupa. Meski keduanya saling mengenal tapi tidak terlalu akrab. Tentu saja karena ada batas bernama kedudukan. Jauza meski bukan Ning tapi masih kerabat dekat keluarga Kyai Baihaki. Sementara Galuh? Sudah jelas dia siapa."Mbak Galuh apa kabar?" tanya Jauza mencoba beramah-tamah."Alhamdulillah baik, Mbak. Mbak Jauza bagaimana kabarnya?""Saya juga baik."Hening. Keduanya sama-sama diam lagi."Budhe dimana ya, Mbak?""Umi sedang menyimak hapalan, Mbak.""Oh, iya juga ya."Lagi-lagi keduanya terdiam. Galuh segan untuk memulai obrolan sementara Jauza bingung mau membawa Galuh pada tema obrolan apa."Loh Jau, masih di sini? Belum ketemu sama Mbak Khomsah?"Sebuah suara memecah keheningan. Tampaklah Bu Nyai Latifah yang datang, baik Galuh dan Jauza langsung menyalami Bu Nyai Latifah.“Belum Budhe.”“Lah kasihan tahu gini nunggu di tempat Budhe aja, ngobrol sama budhe. Alwi juga di rumah.”“Jauza ditemeni Mbak Galuh

    Last Updated : 2023-07-17
  • Cinta Gadis tak Bernasab   4. Pangeran Pondok Pulang

    Alfa beristighfar, dia menunduk. Ikhlas yang melihat tingkah sahabatnya terkikik. Menurutnya sikap Alfa itu lucu, terlihat sekali sahabatnya itu sedang terpesona.“Mas Alfa kan? Yang kemarin nolong saya?” cecar Shadiqah.Alfa hanya mengangguk. Shadiqah kembali tersenyum, “Boleh Shadi duduk di sini?”“Boleh-boleh, silakan.” Ikhlas yang langsung mempersilahkan. Dia bahkan sengaja mengarahkan Shadiqah ke kursi yang paling dekat dengan Alfa. Shadiqah pun duduk agak berdekatan dengan Alfa membuat sang bujang sedikit menjauhkan kursinya agar tak terlalu dekat dengan non muhrim.“Udah pesen makan Mbak?” Ikhlas kembali bertanya.“Udah kok.”“Mau minum?”“Boleh.”Ikhlas memanggil pelayan, dan menanyakan kepada Shadiqah mau minum apa. Shadiqah menjawab mau minum jus jeruk saja. Shadiqah akhirnya menghabiskan waktu bersama Ikhlas dan Alfa. Terlihat percakapan didominasi oleh Shadiqah dan Ikhlas, Alfa lebih banyak menjadi pendengar. Dalam obrolan Shadiqah dan Ikhlas, Alfa jadi tahu jika Shadiqah

    Last Updated : 2023-07-17
  • Cinta Gadis tak Bernasab   5. Dianggap Musuh

    Galuh masih shock. Dia diam saja dalam posisi bak ala-ala aktris dan aktor Korea yang sedang melakoni drama romansa. Sayangnya antara Galuh dan Alfa bukannya terlibat dalam sebuah romansa, yang ada keduanya terikat pada realita ya realita. Terutama setelah kata-kata pedas dari sang pria, langsung menyadarkan Galuh untuk kembali menapak ke bumi jangan ke dunia mimpi apalagi halu."Kamu mau melakoni adegan macam ginian sampai kapan?" Suara Alfa terdengar sinis membuat Galuh meringis dan segera bangkit, melepaskan diri dari cekalan tangan Alfa."Hehehe, Gus." Galuh mencoba memberikan senyum seindah melati sewangi Kasturi. Sayang segala bentuk tindak tanduk Galuh tidak diapresiasi."Hehehe, ha he ha he, ceroboh! Kamu mau nambah usia berapa pun tetep ceroboh," sinis Alfa."Maaf, Gus."Galuh menunduk, sementara Alfa masuk ke dalam rumah. Baru tiga langkah, Alfa berbalik."Bawain koperku, tuh udah diturunin sama sopir grab," titah Alfa dengan suara ketus."Nggih, Gus.""Taruh depan kamar, ja

    Last Updated : 2023-07-17
  • Cinta Gadis tak Bernasab   6. Mulai Melawan

    Galuh menerima hadiah dari Alfa dengan kikuk, sementara sang kakak angkat hanya memamerkan senyum tipisnya. Beruntung Alfa memiliki karakter cool, irit ngomong dan segala sifat yang dimiliki oleh kulkas dua pintu, sehingga menyamarkan ketidaksukaan Alfa pada Galuh. “Makasih, Gus,” ucap Galuh lirih. Dia menatap kerudung motif segi empat berwarna hijau toska pemberian sang kakak angkat. Ada keharuan yang menyelimuti hati Galuh. Meski sikap Alfa padanya memang bisa dikatakan kurang bersahabat, tapi kakak angkatnya memang selalu memberinya hadiah kemana pun dia berada. Dan bagi Galuh itu sudah cukup, dia tak akan meminta lebih. “Buatku mana Mas?” rajuk Alwi. Alfa menatap adik sepupunya, “Bukannya sudah tak kasih banyak?” “Kurang.” “Kamu gak minta aku beliin jilbab kayak Galuh kan?” “Astaghfirullah, ya gak gitu juga ngasih hadiahnya, Mas!” pekik Alwi sementara yang lain hanya tertawa mendengar celetukan Alfa yang lucu. Ya lucu karena saat mengatakannya, ekspresi muka Alfa adalah tanp

    Last Updated : 2023-07-31
  • Cinta Gadis tak Bernasab   7. Nguping

    Galuh tak dapat menahan senyum lebarnya begitu acara yang dia ketua berakhir dengan begitu sangat meriah. Dia bahkan mendapat banyak ucapan selamat dari para Ustazah dan yang spesial dari Abah Baihaki dan Umi Khomsah.Alfa sendiri hanya diam saja, tak mengucap selamat atau apa pun. Alfa lebih memilih menyibukkan diri dengan ponselnya saat sang ibu mengajak Galuh bercengkrama di rumah. Bahkan dia pura-pura harus menelepon sahabatnya agar bisa meninggalkan ruang keluarga. Bukannya sedih, Galuh malah senang jika Alfa tak berada satu ruangan dengannya. Dia bisa lebih banyak berekspresi dan bisa ngobrol santai dengan ibu angkatnya. Obrolan yang lama kelamaan jadi makin serius karena Umi Khomsah memang mengajak Galuh bicara serius."Luh.""Nggih Umi.""Ada lamaran dari Kyai Basroni, kamu ...." Bu Nyai Khomsah diam. Ada mendung di wajahnya."Saya tahu Umi, istri beliau sudah matur ke saya. Tapi mohon maaf Umi, Galuh menolak permintaan beliau. Pantang bagi Galuh jadi yang kedua. Meski Galuh

    Last Updated : 2023-08-29
  • Cinta Gadis tak Bernasab   8. Pink

    Alfa menatap ponselnya dalam diam. Keningnya terlihat berkerut. Tampak sekali sedang berpikir keras. Alfa lalu menghembuskan napasnya dengan kasar. Ditaruhnya ponsel itu di atas nakas dekat ranjang lalu Alfa memilih rebahan. Sambil rebahan, tatapan mata Alfa tertuju pada langit-langit kamarnya. Suara kipas angin di dinding pun terdengar keras. Alfa berbalik, menutup matanya sebentar, membuka mata lagi dan berbalik lagi menatap langit kamar. Posisinya kembali terentang. Beberapa kali embusan napasnya terdengar berat bahkan terkesan lelah."Kenapa perasaanku kok kayak ada yang salah ya? Tapi apa?" gumamnya."Tau ah, gelap. Mending tidur!" Alfa memilih tidur siang. Siapa tahu habis tidur perasaannya jadi lebih baik. Sayangnya Alfa kembali membuka mata. Dia tak bisa tidur. "Ish! Kenapa susah sekali buat merem sih?"Alfa memilih berdiri. Kebiasaan di Kairo yang jarang tidur siang, kebablasan hingga di rumah. Alfa yang masih dalam tahap adaptasi kesulitan mencari aktivitas yang bisa membu

    Last Updated : 2023-10-11
  • Cinta Gadis tak Bernasab   9. Aksi Ngintip

    Alwi menatap Galuh dengan tatapan penuh pemujaan dari lantai dua MA Al Kautsar untuk siswa putra. Sementara yang dipandangi tidak sadar dan fokus dengan kegiatannya bersama anak-anak PMR. MA Al Kautsar memang dibagi menjadi dua kompleks berhadapan yang satu untuk santri putra sementara yang satu untuk santri putri. Pengelolaan ini ditujukan agar siswa dan siswi yang hampir sembilan puluh persen adalah santri, mampu menjaga pandangan dengan lawan jenis. Meski sudah diatur sedemikian rupa, tetap saja ada yang mbeler dan melakukan pertemuan dengan lawan jenis. Semua tergantung pribadi masing-masing. Alwi masih asik menatap wajah ayu gadis pujaan hatinya. Sejak dulu, sejak dia masih kecil, Alwi memang sudah menyukai Galuh. Gimana gak suka, Galuh itu paling berbeda. Wajah khas gadis Arab dengan hidung mancung, mata hitam bulat, alis lebat yang melengkung indah di atas kedua mata, serta kulit putihnya begitu kentara. Sangat membedakan dirinya dengan orang lain yang rata-rata berkulit sawo

    Last Updated : 2023-10-15

Latest chapter

  • Cinta Gadis tak Bernasab   99. Kubunuh Kau

    Faris terus menarik tangan Anjani. Keduanya entah pergi kemana, mereka pun tak tahu. Pokoknya saat itu, Faris hanya berpikir yang penting mereka menjauh sejauh-jauhnya dari si nenek sihir."Lepas! Lepas! Aku bilang lepas!" teriak Anjani. Dia mencoba melepaskan cekalan Faris dengan kasar. Tapi sulit hingha akhirnya bisa terlepas saat Anjani menggigit lengan kanan Faris."Aaaa!" teriak Faris.Cekalan Faris pun terlepas. Anjani menatap Faris dengan linangan air mata. Dia lalu berbalik hendak pergi meningalkan Faris. Dia berlari secepat mungkin namun Faris mengejarnya."Tunggu Anjani!"Anjani terus berlari tapi Faris berhasil menyusul dan secepat kilat meraih tangan Anjani menyebabkan Anjani sedikit tertarik hingga menubruk dada Faris yang meski sudah tua masih terasa bidang."Tunggu dulu. Jangan pergi.""Lepas!""Gak. Gak akan aku lepas lagi."Anjani berontak. Faris tak mau kehilangan sang istri lagi."Lepas! Lepas brengsek!" teriak Anjani."Gak akan Sayang. Mas gak akan lepasin kamu lag

  • Cinta Gadis tak Bernasab   98. Jangan Hina Anak Istriku!

    Sepanjang perjalanan Alfa menoleh ke kiri dan ke kanan. Dia sedang mencari keberadaan ayah mertuanya. Sama dengan Alfa, Kyai Baihaki dan Hanan juga ikut mengedarkan pandang. Hanan malah sudah mengkode sepupunya itu.“Bapak mertuamu, mana?” bisiknya.“Aku juga lagi nyari.” Alfa juga berbisik.Sampai di rumah, sosok Faris tetap saja tak ketahuan rimbanya. Nomer telepon Faris juga tidak aktif. Bahkan, ketika Alfa menelepon salah satu ustaz yang tinggal di sebelah rumah yang ditinggali Faris, sang ustaz mengatakan kalau Faris sudah tak terlihat sejak dia keluar dari rumah.Alfa ingin mencari tapi dia tak bisa karena ada beberapa urusan pekerjaan yang harus dia urus. Hanan sendiri malah sudah disuruh balik pagi itu juga, karena mau ada tamu sementara sang abah belum bisa pulang karena ada suatu urusan mendesak. Kyai Baihaki juga sama, beliau sibuk dengan jadwal ngajarnya yang padat pun Bu Nyai Khomsah. Galuh bahkan sudah kembali sibuk mengurusi sekolah. Zahra sendiri memilih menghabiskan w

  • Cinta Gadis tak Bernasab   97. Kayak ABG

    Galuh menggerakkan tubuhnya. Dia kaget dan segera bangun. Galuh mengucek-ngucek matanya. "Mas Alfa?!" pekik Galuh mendapati sang suami sudah di kamar dan tidur di sebelah kirinya seperti biasa. "Mas Alfa. Mas." Galuh mengguncang bahu sang suami, pelan. Alfa seperti tidak merespon. Jadilah Galuh mengguncang lebih keras "Hem." Alfa hanya bergumam dan malah kembali tidur tak lupa dia menarik sang istri agar rebahan lagi. Galuh sedikit memekik tapi dia rebahan juga. Galuh memiringkan badan ke sang suami. Kini keduanya tidur berhadapan. Dia mengguncang bahu Alfa lagi. "Mas. Mas kapan pulang? Kata Abah Mas Alfa mungkin baliknya besok baru OTW dari Tegal. Kok sudah di sini?" Galuh menatap jam di dinding yang menunjuk pukul setengah tiga pagi. Dia lalu menoleh ke arah Fairuz yang masih bobo anteng sambil memeluk gulingnya. "Mas, ish. Jangan tidur, kamu belum jawab pertanyaanku. Mas pulangnya kapan?" Alfa sedikit membuka matanya lalu kembali merem. Lagi, Alfa mengeratkan pelukannya pad

  • Cinta Gadis tak Bernasab   96. Dugaan yang Tepat

    Galuh dan Anjani masih berpelukan. Lalu Galuh tiba-tiba ingat sesuatu."Ibu.""Iya, Nduk.""Bu, berarti Galuh bukan anak hasil zina, kan? Galuh bukan anak haram, kan?" tanya Galuh dengan binar mata penuh ketakutan.Anjani menggeleng. Dia meraih kedua pipi sang putri."Bukan. Ibu menikah saat usia ibu sembilan belas tahun lebih satu bulan. Ibu dan ayahmu menikah resmi, Sayang. Di rumah kakekmu dari pihak ibu. Ada saksi ada buku nikahnya juga. Hanya saja bukunya hilang saat ibu dalam pelarian." Ada raut sedih di wajah Anjani. Galuh jadi ikutan sedih."Bu."Anjani mencoba tersenyum. "Tidak apa. Semua luka dan kesedihan ibu sudah terganti dengan kamu yang tumbuh baik seperti sekarang. Itu sudah cukup."Galuh mengangguk. Lalu antara rasa ragu dan rasa penasaran, rasa penasarannya lebih besar. Jadilah dia bertanya saja perihal ayahnya."Lalu, siapa ayahku?"Senyum yang sejak tadi sudah mulai Anjani keluarkan terganti dengan raut sedih. Galuh merasa bersalah sekali. "Bu, maaf. Galuh cuma ..

  • Cinta Gadis tak Bernasab   95. Queen Eijaz

    Anjani terlihat gelisah. Dia menatap ke seluruh ruangan hingga matanya tertuju pada lemari berkaca bening dengan setumpuk album foto di sana. Anjani menoleh ke kanan kiri. Dia penasaran tapi dia takut dikira tidak sopan. Tangannya tetulur memegang gagang pintu. Dia dilema diantara harus membuka atau meminta ijin.Diantara kebimbangannya, Bu Nyai Khomsah kembali masuk rumah. "Bu Anjani.""Ya," jawab Anjani kaget."Ada apa?""Maaf. Saya cuma ...." Anjani melirik ke arah lemari penuh album foto. Dia malu ketahuan tidak sopan tapi dia juga penasaran. Bu Nyai Khomsah tersenyum. "Diambil saja. Di sana banyak fotonya Galuh. Saya tahu, njenengan katanya sayang banget sama itu anak.""Nggih Bu Nyai. Saya sayang banget sama Lulu. Bahkan saya sudah menganggap Lulu anak saya."Bu Nyai Khomsah terkekeh. "Ya gimana gak sayang ya? Anaknya cantik, gemesin gitu. Saya juga begitu Bu Anjani. Uh, apalagi pas Galuh masih kecil. Nggemesine puol. Lihat aja foto-fotonya.""Apa saya boleh lihat, Bu Nyai?""

  • Cinta Gadis tak Bernasab   94. Apa Dia Anakku?

    Bu Nyai Khomsah terlihat menautkan dua alisnya. Kabar yang dibawa sang suami lewat sambungan telepon membuatnya kaget. Rupanya bukan hanya Bu Nyai Khomsah, Galuh juga sudah menerima berita itu dari sang suami."Iya Mas. Aku gak papa. Tenang aja. Mas selesaikan urusan Mas di sana."Galuh mengangguk beberapa kali lalu menimpali ucapan sang suami. Sambungan pun berakhir setengah jam kemudian. Galuh terlihat menghela napas, dia kembali ke ruang tengah dimana sang umi rupanya baru juga selesai menelepon."Ada apa Bu Nyai? Kok kelihatan sedih begitu?" pancing Zainab. Jujur saja dia penasaran tentang kabar dari Andalusia tapi dia mencoba bermain cantik."Lulu juga kelihatannya habis denger berita yang gak bagus."Galuh yang baru duduk di samping ibu Anjani bercerita kabar yang dia dengar dari sang suami."Astaghfirullah, bisa begitu?""Iya Budhe. Kata Mas Alfa ini bukan yang pertama, tapi pas Bu Nyai Sepuh meninggal juga begini. Putranya bahkan sampai menelepon dan menghubungi banyak orang,

  • Cinta Gadis tak Bernasab   93. Dugaan Alfa

    “Dasar anak yatim, anak haram, bisa-bisanya dia balik lagi ke sini. Mana jadi istrinya Alfa lagi, huh! Sebel, sebel!” Bu Nyai Latifah ngomel-ngomel sambil berjalan keluar dari rumah sang kakak. “Huh, padahal sudah bagus dia pergi. Malah balik lagi. Tapi … setidaknya dia gak bakalan bisa gangguin Alwi lagi. Cih, si Alfa ngelepas anak dubes demi anak haram jad---aw!” Bu Nyai Latifah tanpa sengaja menabrak sosok Zahra yang sedang berdiri diam karena menunggu Fairuz. Mereka baru pulang dari arah minimarket. Fairuz minta membeli jajan. “Maaf, Bu Nyai saya tidak se--” “Heh, kau! Punya mata gak sih?!” bentak Bu Nyai Latifah. Zahra yang hendak meminta maaf tak jadi melanjutkan kalimatnya. “Matamu buta ya?!” Zahra yang awalnya ingin menggunakan sikap sopan santunnya jadi terpancing emosi. “Saya sudah meminta maaf, loh Bu Nyai. Lagian Bu Nyai juga salah kok, intinya kita sama-sama salah. sama-sama gak lihat jalan.” “E e e, kamu ya?! Anak muda gak ada sopan santun, berani kamu?

  • Cinta Gadis tak Bernasab   92. Ketahuan

    "Kak Umar," panggil seorang lelaki berusia tepat lima puluh tahun pada sosok lain yang usianya dua tahun di atasnya. Sosok itu tidak langsung menjawab tapi terlihat menyelesaikan dzikir dan doanya baru dia berbalik menghadap ke arah sepupunya. "Ada apa Syakib?" "Ami (paman) memanggilmu, Kak." Sosok yang dipanggil Umar mengangguk. Dia bangkit berdiri, meninggalkan masjid rumah sakit untuk menuju ke kamar rawat sang ayah. Sampai di ruang rawat nomer 12, sosok itu langsung mengucap salam dan duduk di kursi dekat brankar sang ayah. "Aba panggil Umar?" Sosok lelaki tua yang diperkirakan berusia hampir delapan puluh tahun mengangguk. "Aba mau minta apa? Nanti Umar cariin," ucap sang lelaki lembut. Sang ayah menggeleng. Dia hendak mengulurkan tangan, demi menggapai sang putra. Umar yang melihat, menangkap tangan sang ayah dan menggenggamnya dengan lembut. "M-maaf. Ma-afin aba, maafin umi kamu juga," ucap sang pria paruh baya. "Umar sudah maafin Aba, mendiang Umi juga. Aba

  • Cinta Gadis tak Bernasab   91. Ngobrol Keluarga

    Alfa sedang mengusap-usap kedua telinganya yang kini tampak memerah. Rasa sakit akibat jeweran dari kedua orang tuanya juga masih terasa. Bahkan Hanan mau ikut-ikutan jewer tapi tak jadi gara-gara pelototan Alfa yang terlihat mengerikan kayak Memedi. “Kamu, ya. Bisa-bisanya gak bilang, bojomu si Galuh.” “Biar surprise.” “Tapi beneran kaget loh,” ucap Nabila yang ikut nimbrung obrolan dua lelaki dewasa. Galuh sendiri masih temu kangen dengan kedua orang tua angkatnya dengan Fairuz yang langsung nemplok di pangkuan Galuh. “Ah elah, bahkan si Fay sampai ngelendot gitu.” “Kan Fay anaknya, ya nempel sama emak dia lah,” celetuk Alfa. "Halah, dulu aja Galuh kau sia-siain. Kini dengan bangganya kau bilang dia ibu anakmu, dih! Sok amnesia dia, Bibil.” “Iya Mas. Sok banget ya Mas. Sok banget jadi suami paling penyayang. Padahal dulu---" "Edan! Sampai keblinger sama Shadiqah setan." "Hahaha." Tiga orang tertawa lalu sama-sama melirik ke arah Galuh dan kedua orang tua Alfa ya

DMCA.com Protection Status