Share

5. Dianggap Musuh

Penulis: Bai_Nara
last update Terakhir Diperbarui: 2023-07-17 15:52:45

Galuh masih shock. Dia diam saja dalam posisi bak ala-ala aktris dan aktor Korea yang sedang melakoni drama romansa. Sayangnya antara Galuh dan Alfa bukannya terlibat dalam sebuah romansa, yang ada keduanya terikat pada realita ya realita. Terutama setelah kata-kata pedas dari sang pria, langsung menyadarkan Galuh untuk kembali menapak ke bumi jangan ke dunia mimpi apalagi halu.

"Kamu mau melakoni adegan macam ginian sampai kapan?" Suara Alfa terdengar sinis membuat Galuh meringis dan segera bangkit, melepaskan diri dari cekalan tangan Alfa.

"Hehehe, Gus." Galuh mencoba memberikan senyum seindah melati sewangi Kasturi. Sayang segala bentuk tindak tanduk Galuh tidak diapresiasi.

"Hehehe, ha he ha he, ceroboh! Kamu mau nambah usia berapa pun tetep ceroboh," sinis Alfa.

"Maaf, Gus."

Galuh menunduk, sementara Alfa masuk ke dalam rumah. Baru tiga langkah, Alfa berbalik.

"Bawain koperku, tuh udah diturunin sama sopir grab," titah Alfa dengan suara ketus.

"Nggih, Gus."

"Taruh depan kamar, jangan masuk!"

"Nggih, Gus."

"Hati-hati, jangan ceroboh lagi!"

"Nggih."

Galuh hanya menunduk sementara Alfa sudah kembali berjalan. Begitu sosok Alfa sudah tak terlihat, Galuh menghembuskan napas lega, dia segera berbalik dan menuju ke halaman, tempat dimana koper Alfa berada.

Sampai di sana, Galuh hanya bisa melongo melihat banyaknya barang yang dibawa Alfa. Satu koper besar dan dua tas ransel besar. Belum lagi satu tas jinjing besar. Galuh menarik napas sebentar dan menghembuskannya. Lalu dia pun langsung mengaitkan satu ransel di kedua bahu kanan kirinya. Dan tas jinjing dia bawa dengan tangan kiri, sementara tangan kanan menyeret koper. Dia berjalan dengan tertatih-tatih menuju ke kamar Alfa yang ada di dekat perpustakaan. Galuh bersyukur, rumah orang tua angkatnya berlantai satu, bukan dua apalagi tiga.

Suara renyah Bu Nyai Khomsah di teras belakang menjadi bukti kalau Alfa dan kedua orang tuanya baru saja bertemu dan sedang melepas kerinduan. Seulas senyum terbit di bibir Galuh namun senyum itu segera surut menyadari posisinya saat ini sudah tak aman. Dan sebentar lagi, sang pangeran pasti akan membuatnya merasa tersingkirkan seperti biasanya.

Sejak dulu, Alfa tak pernah menyukai Galuh. Meski sikap Alfa cenderung cuek dan tidak pernah mengajak konfrontasi langsung, tapi Galuh tahu, jika Alfa tak menyukainya. Perasaan yang kian terlihat saat Galuh berhasil menyabet juara kelas saat dia masih kelas satu SD. Sejak saat itulah Galuh memilih tidak menunjukkan bakatnya. Dia memilih dianggap bodoh, makanya memilih kuliah di UT. Namun, untuk urusan hapalan Quran dan kitab, Galuh selalu menunjukkan usaha yang mati-matian agar semua orang terutama Alfa tahu kalau meski dia bodoh, dia adalah orang yang pantang menyerah.  

Galuh bersyukur, rentang usia mereka yang berjarak tiga tahun, menyebabkan keduanya jarang berinteraksi di sekolah. Bahkan semenjak MTs, Alfa sudah mondok di Jombang. Menyebabkan Galuh tidak perlu sering bertemu Alfa, dan tak perlu merasa tertekan.

“Sabar ya, Luh. Suatu hari nanti pasti akan ada yang mau menikahi kamu dan membawamu pergi dari sini, dan Gus Alfa gak perlu lagi mendeliki kamu, tiap ketemu,” gumamnya lirih diantara usahanya membawa barang bawaan milik Alfa.

Galuh sudah selesai membawa barang-barang Alfa di depan kamarnya. Dia kemudian berjalan kembali ke ruang tengah. Galuh tersenyum menyadari Alfa masih di belakang bersama kedua orang tuanya. Galuh ingin sekali menghidangkan teh, kopi atau sajian apa pun untuk kakak angkatnya. Namun urung karena sadar, justru tingkahnya akan diartikan oleh Alfa sebagai ajang cari muka pada kedua orang tuanya.  

Merasa jika niat baiknya akan selalu salah di mata Alfa, Galuh memilih menyingkir saja menuju ke pondok. Tempat paling aman untuknya, saat ini dan untuk waktu-waktu yang akan datang. Karena keberadaan sang pangeran pondok akan semakin membuatnya tersingkir.

Di teras belakang, Bu Nyai Khomsah dan Kyai Baihaki masih melepas rindu dengan sang putra. Sesekali terdengar tawa ketiganya.

“Kamu sudah makan, Nang?”  

“Sudah Umi.”

“Mau tak buatkan minum?”

“Gak usah, Alfa mau langsung mandi dan istirahat.”

“Ya sudah, tak minta Galuh buat masakin makanan kesukaan kamu saja.”

“Gak usah Umi, Alfa gak pengin makan apa-apa, beneran.”

Satu hal yang Alfa hindari sejak dulu adalah bersinggungan dengan adik angkatnya. Meski tak pernah menunjukkan kebencian secara langsung, tapi Alfa memang tidak menyukai Galuh. Bagi Alfa, Galuh adalah perebut kasih sayang kedua orang tuanya untuk Althafunisa, adiknya yang meninggal ketika berusia satu tahun. Ego Alfa selalu tidak bisa menerima, jika kedua orang tuanya dengan mudahnya melupakan kesedihan ditinggal Althaf, gara-gara Galuh. Alfa tak mempermasalahkan Galuh adalah anak pungut atau statusnya yang tidak jelas. Dia tak sepicik itu, tapi intinya dia tak menyukai Galuh karena menurut dia, Galuh adalah alasan kedua orang tuanya melupakan sang adik, itu saja.

“Oh, ya sudah.”

Alfa memberikan senyum manisnya lalu berjalan menuju ke kamar. Sampai di depan kamar, Alfa tertegun. Dia pikir galuh masih OTW mengangkut tasnya satu per satu, ternyata semuanya sudah berada di depan kamarnya.

“Ck, paling dia minta tolong sama santri atau mbak khadamah. Makanya cepat.”

Alfa membawa satu per satu barang miliknya ke dalam kamar. Dia membiarkan saja barang-barang miliknya bergeletakan di samping ranjang. Alfa memutuskan akan membereskan nanti saja setelah rasa letihnya berkurang.

***

Kesibukan di kediaman Kyai Baihaki tampak begitu kentara. Lalu lalang tamu berdatangan demi bisa bertemu dengan sang putra mahkota dari pondok Al Kautsar.

Alwi sangat senang sepupunya pulang, dia bahkan sampai menghabiskan satu malam tidur di kamar sepupunya. Berbagi cerita dan bercanda seperti biasa. 

Kedatangan Alfa juga menghebohkan dunia para santriwati maupun ustazah yang mengajar di MTs maupun MA-nya. Rata-rata mengagumi ketampanan sosok Alfa. Ratna termasuk yang ikut heboh. Dimana pun dia berada, topik obrolan tak jauh-jauh dari Alfa, Alfa dan Alfa lagi. Galuh sampai harus tutup kuping saking bosannya mendengarkan pembicaraan sang sahabat tentang pangeran pondok. Seperti saat ini, saat keduanya sedang sibuk memasukkan snack ke dalam kardus untuk dibagikan pada peserta pengajian rutin di malam minggu.

"Luh, Gus Alfa tambah ganteng ya? Duh! Udah punya calon belum ya? Aih, jadi pengen jadi istrinya. Huwaaa." 

Galuh hanya menanggapi celetukan sahabatnya dengan senyum tipis. Namun tangannya tetap lihai menata dan memasukkan camilan ke dalam kardus.

"Luh."

"Hem."

"Kamu gak ada minat gitu buat—"

"Dia kakakku. Kakak angkatku, kayak Gus Alwi. Udah titik dan please jangan dibahas. Cukup aku sudah sering jadi buah bibir yang enggak-enggak di sini, tolong jangan ditambahi. Oke!" Ada binar permohonan di mata Galuh membuat Ratna hanya bisa mengangguk. 

Tentu saja Ratna tahu. Ratna adalah satu-satunya orang yang menjadi tempat Galuh berbagi cerita, kesedihan, tangisan dan semua hal. Semua rahasia Galuh, Ratna lah yang pegang.

"Kamu kok kuat ya Luh," celetuk Ratna tiba-tiba.

"Karena aku gak punya tempat lain lagi, Ratna. Aku belum menemukan rumah yang lain. Dan entahlah, mungkin aku gak akan pernah menemukan rumah mana pun buat aku tinggali," lirih Galuh.

Ratna yang mendengar suara Galuh bisa menangkap ada nada kegetiran, putus asa dan kekecewaan. Ratna tak bisa berkata-kata. Yang dia lakukan hanyalah mengatakan kalau bagiamana pun keadaan Galuh, dia akan tetap menjadi sahabat Galuh. Dalam suka maupun duka. 

"Makasih," ucap Galuh tulus.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Onycha Shanum
jan kasih kabur ni cerita novel bagus pk bngt
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Cinta Gadis tak Bernasab   6. Mulai Melawan

    Galuh menerima hadiah dari Alfa dengan kikuk, sementara sang kakak angkat hanya memamerkan senyum tipisnya. Beruntung Alfa memiliki karakter cool, irit ngomong dan segala sifat yang dimiliki oleh kulkas dua pintu, sehingga menyamarkan ketidaksukaan Alfa pada Galuh. “Makasih, Gus,” ucap Galuh lirih. Dia menatap kerudung motif segi empat berwarna hijau toska pemberian sang kakak angkat. Ada keharuan yang menyelimuti hati Galuh. Meski sikap Alfa padanya memang bisa dikatakan kurang bersahabat, tapi kakak angkatnya memang selalu memberinya hadiah kemana pun dia berada. Dan bagi Galuh itu sudah cukup, dia tak akan meminta lebih. “Buatku mana Mas?” rajuk Alwi. Alfa menatap adik sepupunya, “Bukannya sudah tak kasih banyak?” “Kurang.” “Kamu gak minta aku beliin jilbab kayak Galuh kan?” “Astaghfirullah, ya gak gitu juga ngasih hadiahnya, Mas!” pekik Alwi sementara yang lain hanya tertawa mendengar celetukan Alfa yang lucu. Ya lucu karena saat mengatakannya, ekspresi muka Alfa adalah tanp

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-31
  • Cinta Gadis tak Bernasab   7. Nguping

    Galuh tak dapat menahan senyum lebarnya begitu acara yang dia ketua berakhir dengan begitu sangat meriah. Dia bahkan mendapat banyak ucapan selamat dari para Ustazah dan yang spesial dari Abah Baihaki dan Umi Khomsah.Alfa sendiri hanya diam saja, tak mengucap selamat atau apa pun. Alfa lebih memilih menyibukkan diri dengan ponselnya saat sang ibu mengajak Galuh bercengkrama di rumah. Bahkan dia pura-pura harus menelepon sahabatnya agar bisa meninggalkan ruang keluarga. Bukannya sedih, Galuh malah senang jika Alfa tak berada satu ruangan dengannya. Dia bisa lebih banyak berekspresi dan bisa ngobrol santai dengan ibu angkatnya. Obrolan yang lama kelamaan jadi makin serius karena Umi Khomsah memang mengajak Galuh bicara serius."Luh.""Nggih Umi.""Ada lamaran dari Kyai Basroni, kamu ...." Bu Nyai Khomsah diam. Ada mendung di wajahnya."Saya tahu Umi, istri beliau sudah matur ke saya. Tapi mohon maaf Umi, Galuh menolak permintaan beliau. Pantang bagi Galuh jadi yang kedua. Meski Galuh

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-29
  • Cinta Gadis tak Bernasab   8. Pink

    Alfa menatap ponselnya dalam diam. Keningnya terlihat berkerut. Tampak sekali sedang berpikir keras. Alfa lalu menghembuskan napasnya dengan kasar. Ditaruhnya ponsel itu di atas nakas dekat ranjang lalu Alfa memilih rebahan. Sambil rebahan, tatapan mata Alfa tertuju pada langit-langit kamarnya. Suara kipas angin di dinding pun terdengar keras. Alfa berbalik, menutup matanya sebentar, membuka mata lagi dan berbalik lagi menatap langit kamar. Posisinya kembali terentang. Beberapa kali embusan napasnya terdengar berat bahkan terkesan lelah."Kenapa perasaanku kok kayak ada yang salah ya? Tapi apa?" gumamnya."Tau ah, gelap. Mending tidur!" Alfa memilih tidur siang. Siapa tahu habis tidur perasaannya jadi lebih baik. Sayangnya Alfa kembali membuka mata. Dia tak bisa tidur. "Ish! Kenapa susah sekali buat merem sih?"Alfa memilih berdiri. Kebiasaan di Kairo yang jarang tidur siang, kebablasan hingga di rumah. Alfa yang masih dalam tahap adaptasi kesulitan mencari aktivitas yang bisa membu

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-11
  • Cinta Gadis tak Bernasab   9. Aksi Ngintip

    Alwi menatap Galuh dengan tatapan penuh pemujaan dari lantai dua MA An-Nur untuk siswa putra. Sementara yang dipandangi tidak sadar dan fokus dengan kegiatannya bersama anak-anak PMR. MA An-Nur memang dibagi menjadi dua kompleks berhadapan yang satu untuk santri putra sementara yang satu untuk santri putri. Pengelolaan ini ditujukan agar siswa dan siswi yang hampir sembilan puluh persen adalah santri, mampu menjaga pandangan dengan lawan jenis. Meski sudah diatur sedemikian rupa, tetap saja ada yang mbeler dan melakukan pertemuan dengan lawan jenis. Semua tergantung pribadi masing-masing. Alwi masih asik menatap wajah ayu gadis pujaan hatinya. Sejak dulu, sejak dia masih kecil, Alwi memang sudah menyukai Galuh. Gimana gak suka, Galuh itu paling berbeda. Wajah khas gadis Arab dengan hidung mancung, mata hitam bulat, alis lebat yang melengkung indah di atas kedua mata, serta kulit putihnya begitu kentara. Sangat membedakan dirinya dengan orang lain yang rata-rata berkulit sawo matang

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-15
  • Cinta Gadis tak Bernasab   10. Dilema

    Galuh kaget, mau ngerem juga percuma. Cara jalannya yang jauh dari kata putri Solo kini menjadi bumerang. Galuh sedang berjalan tergesa melewati lorong kelas dan saat berbelok dia kurang waspada. Bukannya memelankan kecepatan berjalan, malah Galuh main belok saja. Dan ternyata ada Alfa yang sedang berjalan dari arah lorong yang lain. Alfa juga terlihat tergesa. Jadilah keduanya sama-sama kaget, tidak bisa ngerem dan bruk! Tubuh keduanya jadi bertubrukan. Galuh hampir jatuh namun refleks dia mencengkeram koko kakak angkatnya. Alfa sendiri refleks menarik pinggang Galuh. Akibatnya tubuh keduanya saling membentur lagi namun kini jadi saling merapat. Karena Galuh berpegangan pada koko sang kakak angkat, sementara Alfa dengan sigap merangkap sang adik angkat dengan kedua lengan kokohnya.Galuh deg-degan. Pipinya merona. Alfa? Jangan tanya, wajah kakak angkatnya terlihat kesal. Wajah Alfa terlihat memerah menahan malu atau marah. Entah, Galuh tak tahu. Yang jelas, Galuh segera melepaskan t

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-16
  • Cinta Gadis tak Bernasab   11. Ke Jogja

    Galuh tak menyangka dengan apa yang dilakukan oleh Alwi. Dia celingukan ke kanan dan ke kiri. Galuh menutup matanya sebentar lalu kembali menatap Alwi. Ternyata sosok yang dia harap hanya hayalan atau halusinasi memang dia. Galuh kesal. Tanpa peduli mau dikatain judes, Galuh berkata ketus pada Alwi. "Gus! Gus apa-apaan sih?" desis Galuh. Dia kembali melirik ke kiri dan kanan. "Lah, aku emangnya ngapain?" tanya Alwi balik. Bahkan sambil cengengesan. "Kenapa Gus Alwi bisa di sini?" "Terserah aku lah, duit juga duitku sendiri." "Memangnya njenengan gak ngajar?" "Ada ustaz piket, kok." Alwi lagi-lagi menjawab cuek.Galuh kembali menutup mata sebentar lalu beristighfar. Menghadapi Alwi memang butuh kesabaran dan kewarasan. Galuh memilih tak memperpanjang urusan. Meski dia yakin, kalau Alwi sengaja membuntutinya, tapi Galuh ta punya kuasa untuk menolak kehadiran Alwi. Galuh yakin, lelaki slengekan dan suka semaunya sendiri itu punya seribu satu macam alasan. Dan sayangnya diantara sem

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-20
  • Cinta Gadis tak Bernasab   12. Mencari Tahu

    Alwi hanya bisa meluapkan kekesalannya pada Galuh dengan cara menendang kerikil-kerikil yang dia temui sepanjang jalan. Atau pada angin yang dia tinju tapi tak ada reaksi apa pun atau rasa sakit apapun di kepalan tangannya. Tapi rasa sakit di hati? Jelas. Alwi merasa lagi-lagi Galuh tidak ingin tersentuh oleh perhatiannya, kebaikannya dan rasa cintanya. "Kenapa kamu nolak aku terus sih Luh? Aku tuh tulus sama kamu. Sejak kecil loh. Sejak kecil kamu selalu saja nolak keberadaanku. Padahal aku sayang sama kamu."Alwi duduk ndoprok di lantai yang ada di stasiun Jogja. Padahal ada banyak kursi tapi dia memilih menyiksa diri. "Aku kudu gimana sih Luh, buat melunakkan hatimu? Cuma aku? Aku yang nerima kamu apa adanya. Gak ada cowok mana pun yang mau sama kamu. Kamu tuh siapa sih?" kesal Alwi. "Bapakmu aja gak jelas!" ucapnya ketus. Tepat saat kalimat terakhir yang Alwi ucapkan, bunyi kereta lain yang baru datang mengagetkan dirinya. Alwi diam termenung hingga kalimat istighfar terucap da

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-22
  • Cinta Gadis tak Bernasab   13. Kamu Sama Galuh?

    "Mau kemana, Fa?" tanya Bu Nyai Khomsah pada sang putra. Alfa terlihat menggunakan celana jeans dan jaket warna hitam. Tak hanya itu, tas gendong besar sudah bertengger di punggungnya."Alfa ijin mau ke tempat Hamish, Umi. Alfa sama Hamish kan ada kerja sama mau bikin buku, Hamish yang nulis terus Alfa yang bagian editing.""Lah bukannya kalau kamu bantuin temen kamu ngedit naskah biasanya cuma kirim email?""Sekalian main, Umi. Semenjak Alfa kuliah lagi belum pernah ketemu Hamish. Sama Mila juga. Terus katanya udah punya anak lagi, kan Alfa penasaran sama anak kedua mereka.""Ah iya, kamu belum pernah ketemu. Tapi, kudu berangkat sekarang? Nggak nunggu besok pagi?""Sekarang aja Umi. Kalau perjalanan sore sampai malam lebih sepi, tenang dan adem.""Oh ya sudah."Alfa menunggu sang abah untuk pamitan. Kyai Baihaki yang kembali dari masjid setelah bakda ashar, menatap putranya heran. "Lah, dolan dalam rangka apa?""Kerjaan sama bosen di rumah, Bah. Butuh refreshing.""Oooo, ya sudah

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-25

Bab terbaru

  • Cinta Gadis tak Bernasab   112. Rencana

    "Apa kamu bilang? Buktinya sudah dihancurkan? Oleh siapa?" Habiba yang baru saja dilapori oleh anak buahnya terkejut, ketika diberitahu bahwa bukti foto dan video yang sudah didapatkan oleh anak buahnya, hilang. “Gak tahu, nyonya.” “Kenapa bisa gak tahu? Emangnya kamu gak lihat wajahnya?” “Mereka pake masker, Nyonya?.” “Apa?” “Iya Nyonya. Kejadiannya begitu cepat. Intinya begitu saya mendapatkan bukti, saya langsung pergi, biar gak ada yang curiga. Begitu sampai keluar dari pondok, saya dicegat, Nyonya. Badan mereka gede-gede.” “Terus?” "Mereka menghentikan saya. Saya mau kabur tadi dihadang oleh salah satu dari mereka. Yang lainnya meminta HP saya. Gak tak kasih. Malah saya dicekal, dipukuli dan semua yang saya foto dan rekam, mereka hapus. Bukan itu saja, ponsel saya direset semua. Gak ada apa-apa jadinya," terang Abdul. Orang suruhan Habiba yang dia tugasi memvideo perdebatan antara dirinya dan Anjani. Kejadian hari ini, memang sengaja dia lakukan untuk menjebak Anjani. Se

  • Cinta Gadis tak Bernasab   111. Anjani Ngamuk

    Anjani yang sedang sibuk menata tanaman di kebun pondok bersama beberapa santriwati kaget mendapati kedatangan Habiba. "Kamu!" "Ya ini aku." "Ada apa?" Habiba tak menjawab. Dia justru menarik paksa cadar yang dipakai oleh Anjani. Membuat wajahnya yang buruk terlihat oleh para santri. Mereka menjerit, Anjani mencoba menutupi dengan kerudungnya. Habiba tertawa puas. "Hahaha. Ternyata benar. Wajahmu jadi buruk rupa. Buruk sekali macam monster. Hai kalian semua. Lihat istri Kyai Kalian, dia jelek. Kayak monster. Hahaha. Lihat dia. Hahaha. Masa kalian mau punya Bu Nyai kayak dia?" teriak Habiba. Para santri menatap keduanya dengan bingung lalu berubah kaget saat cadar Anjani terbuka. Para santri memamerkan banyak ekspresi. Dari kaget, takut hingga ekspresi jijik ketika melihat wajah Anjani. Beberapa bahkan menjerit ketakutan dan mengatainya monster. "Hahaha. Lihat. Orang kayak gini jadi istri seorang Umar? Gak pantes. Gak pantes sosok begitu sempurna punya istri kayak dia. Gak pan

  • Cinta Gadis tak Bernasab   110. Hadiah Untuk Ipar

    Galuh dan Alfa sedang duduk bersama dengan kerabat lain menikmati sarapan pagi. Ada beberapa menu khas wilayah Timur Tengah yang menjadi sajian di meja makan."Kenapa?" tanya Alfa melihat sang istri yang terlihat tidak terlalu bernapsu makannya."Hehehe." Galuh hanya tertawa dan kembali menyuapi Fairuz."Gak suka?""Gak sih, cuma ... gak terbiasa aja. Biasa lihatnya nasi, lalapan sama sambel terasi."Alfa terkekeh lalu kembali menyuapkan makanan ke mulut."Untung aku pernah bertahun-tahun di Kairo. Jadi gak kerasa aneh di lidah," bisik Alfa. "Aku yang merasa aneh, Mas. Sama Fay. Soalnya lidahnya sudah Jawa semua. Ini aja Fay mintanya telor dadar."Alfa terkekeh, Galuh juga."Nanti juga terbiasa.""Moga aja."Di sudut lain, tampak Anjani sedang meladeni suaminya dengan telaten. Pun dengan para istri dari Abu Hasan, Syafiq dan Syakib. Ulfa dan Amira dengan telaten menghidangkan sarapan untuk para suami. Bahkan keduanya makan dalam satu piring bersama suami masing-masing. Khodijah pun s

  • Cinta Gadis tak Bernasab   109. Hati Yang Terluka

    Yara sedang mengamati Galuh dengan intens, dia penasaran akan sosok sepupunya. Dan yang paling membuatnya penasaran adalah kenapa Galuh bisa menarik hati Alfa sementara dia yang juga punya wajah turunan Arab tidak bisa menarik hati Alfa.“Suami orang gak usah dilihat segitunya, Kak Yara. Ingat Kak Rafi loh," bisik Yesha sengaja menggoda sang kakak.“Apaain, sih. Cuma penasaran aja.”“Penasaran sih penasaran. Tapi jangan kelihatan banget, Kak.” Lagi, Yesha menggoda sang kakak.Yara sekali lagi meminta sang adik untuk tidak menggodanya. Kedua saudara masih asik beradu pendapat. Tanpa sengaja, tatapan mata keduanya bertubrukan dengan tatapan Galuh. Galuh mengulas senyum ramahnya dan dibalas oleh kedua bersaudara dengan sedikit kikuk.Lalu baik Yara dan Yesha memilih pura-pura membahas hal lainnya. Galuh yang sadar, dua bersaudara baru saja membicarakan dirinya dan Alfa memilih cuek. Semenjak kabur dari An-Nur, Galuh sudah bisa lebih berekspresi. Dia sudah tidak manutan dan minderan, poko

  • Cinta Gadis tak Bernasab   108. Sambutan Hangat

    Alfa baru saja memarkirkan motornya lalu diikuti Zahra yang parkir di sebelah kirinya. Tak berapa lama, mobil yang dinaiki Faris CS juga sampai di halaman ndalem Pondok Pesantren Andalusia. Abu Yasin yang sejak kemarin diberitahu sang keponakan kalau dia akan pulang bersama anak, istri, menantu, cucu, keponakan serta iparnya tentu sudah menunggu sejak pagi. Syafiq dan Syakib juga ikut menunggu.Maka tak heran, begitu mendengar suara motor dan mobil di halaman, mereka segera keluar. Tampaklah di mata mereka, Faris dan yang lain sedang sibuk menuruni koper-koper sementara Alfa dan Galuh sedang sibuk membangunkan Fairuz.“Sudah sampai Abah, Umi?”“Sudah.”“Hoaam.”Fairuz menguap, Galuh terkekeh lalu segera membawa sang putri dalam gendongan. Sementara Alfa membantu mengambil koper.“Assalamu'alaikum, Ami!” teriak Faris.“Wa'alaikumsalam. Kamu sudah sampai, Umar?”“Iya, Ami. Lihat yang kubawa, ada istri, anak, menantu, cucu, keponakan sama kedua iparku," ucap Faris dengan raut wajah gembi

  • Cinta Gadis tak Bernasab   107. Pergi Ke Tegal

    Alfa sedang menepuk-nepuk paha Fairuz dengan pelan. Lama-kelamaan putri angkatnya tertidur juga. Galuh yang baru keluar dari kamar mandi tersenyum. Dia pun mendekat ke arah ranjang."Sudah tidur?""Gak sampai lima menit, udah tidur dia." Alfa memberi tempat untuk sang istriGaluh pun merebahkan diri di tengah seperti biasa. Alfa segera memeluk sang istri, erat. Sesekali dia mengecup kening sang istri."Belum ada hasil ya? Gus Alwi masih belum nerima?""Iya."Galuh melingkarkan kedua tangan di leher sang suami."Mungkin biarkan saja. Sama seperti Mas yang selalu cuek sama Bu Nyai Latifah, kini Mas Alfa juga kudu begitu sama Gus Alwi.""Entahlah. Mas merasa bersalah. Tapi di satu sisi, Mas juga bersyukur memiliki kamu.""Galuh juga, Mas. Galuh bersyukur suami Galuh itu kamu. Pas memutuskan pergi dari sini, dan yakin kalau Mas akan menikahi Mbak Shadi, Galuh sudah memutuskan mau hidup sendirian saja."“Gak mau nikah?”“Gak pengen.”“Karena suamimu bukan aku?”Galuh mengangguk, Alfa menge

  • Cinta Gadis tak Bernasab   106. Belum Bisa Memaafkan

    "Kabarmu gimana, Wi?""Baik Pakdhe.""Alhamdulillah. Betah kamu di sana?""Ya dibetah-betahkan, Padhe.""Makanmu yang teratur ya? Jangan terlalu ngoyo. Kalau capek ya istirahat.""Kalau gak capek justru aku gak bisa tidur, Pakdhe. Banyak yang kupikirkan. Bahkan, sudah capek saja, aku gak bisa langsung tidur. Coba buat rebahan, terus peluk guling tetep gak bisa tidur. Beda sama Mas Alfa. Sekarang lah dia enak. Capek ada yang mijitin. Banyak pikiran ada yang nenangin. Ada yang meluk," sinis Alwi sambil melirik ke arah Alfa. Alfa yang sadar sedang disindir hanya bisa menghela napas.Kyai Baihaki tersenyum. Dia sadar keponakannya sedang dilanda kecemburuan yang besar serta kemarahan yang luar biasa. Sayang, dia tidak bisa meluapkan kekesalannya seperti biasa. Mungkin karena ada Kyai Baihaki. Coba gak ada, beliau yakin, keponakannya pasti bisa terlibat pertengkaran dengan putra tunggalnya. Bahkan adu hantam bisa jadi."Ya nanti kamu nyari lah, jodoh sudah ada yang ngatur. Semua sudah diper

  • Cinta Gadis tak Bernasab   105. Akhirnya Bertemu

    Alfa sedang menemui beberapa pengurus MA untuk membahas sesuatu. Cukup lama dia di sana hingga begitu selesai, Alfa tak langsung pergi tapi mengobrol dulu dengan salah satu ustaz di sana."Gus. Tadi saya lihat Gus Alwi loh. Njenengan sudah ketemu belum?""Alwi? Dia pulang? Kok aku gak tahu. Ustaz Malik tahu dia di mana sekarang?""Kayaknya di lantai dua.""Ya sudah aku cari dulu."Alfa segera menuju ke lantai dua. Namun, setelah mencari bahkan hingga ke setiap ruang kelas, sosok adik sepupunya tak terlihat. Tiba-tiba ada perasaan resah yang melanda. Alfa yakin, adik sepupunya pasti sudah tahu kalau dia dan Galuh telah menikah. Alfa sebenarnya sudah tahu konsekuensi dari tindakannya saat menikahi Galuh. Tapi jika masa lalu kembali diulang, dia akan tetap memilih menikahi Galuh. Dia mencintainya. Dia ingin membuat Galuh bahagia. Jadi, Alfa pun di sini tak salah. Lagi pula Galuh mau dia nikahi. Gak nolak juga setiap hari dia cumbui. Jadi intinya, hanya perasaan Alwi yang tak bersambut.

  • Cinta Gadis tak Bernasab   104. Rasa Iri

    "Aba baik-baik saja?" tanya Galuh saat abanya duduk dibantu sang ibu menuju meja makan."Aba baik, My Princess. Kamu tak usah khawatir."Faris mengusap kepala sang putri dengan lembut. Galuh tersenyum. Faris sendiri kini menoleh pada Fairuz yang sedang memainkan jari-jarinya di meja. Dia terkekeh melihat betapa hiperaktifnya cucu angkatnya."Hai Fay, Fay lagi apa?""Fay main musik, Jid. Pakai jari.""Oooo."Faris mengajak Fairuz bercerita tentu saja Fairuz menjawab. Celotehan Fairuz sesekali membuat Faris tertawa pun yang lain."Ih, kamu gemesin. Jid jadi makin sayang. Nanti pas jid sudah sembuh, main ke tempat jid ya? Bareng abah sama umi juga.""Okeee!"Faris menarik gemas pipi Fairuz yang bukannya berteriak malah tertawa-tawa. Aiman yang baru datang dari masjid bersama Kyai Baihaki dan Alfa melihat keharmonisan Faris, Galuh, Anjani dan Fairuz. Meski tipis, Aiman tak mampu menyembunyikan senyumnya. Alfa dan Kyai Baihaki tentu saja bisa melihatnya. Keduanya saling mengkode lalu ters

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status