Beranda / Romansa / Cinta Gadis tak Bernasab / 13. Kamu Sama Galuh?

Share

13. Kamu Sama Galuh?

Penulis: Bai_Nara
last update Terakhir Diperbarui: 2023-10-25 12:25:06

"Mau kemana, Fa?" tanya Bu Nyai Khomsah pada sang putra.

Alfa terlihat menggunakan celana jeans dan jaket warna hitam. Tak hanya itu, tas gendong besar sudah bertengger di punggungnya.

"Alfa ijin mau ke tempat Hamish, Umi. Alfa sama Hamish kan ada kerja sama mau bikin buku, Hamish yang nulis terus Alfa yang bagian editing."

"Lah bukannya kalau kamu bantuin temen kamu ngedit naskah biasanya cuma kirim email?"

"Sekalian main, Umi. Semenjak Alfa kuliah lagi belum pernah ketemu Hamish. Sama Mila juga. Terus katanya udah punya anak lagi, kan Alfa penasaran sama anak kedua mereka."

"Ah iya, kamu belum pernah ketemu. Tapi, kudu berangkat sekarang? Nggak nunggu besok pagi?"

"Sekarang aja Umi. Kalau perjalanan sore sampai malam lebih sepi, tenang dan adem."

"Oh ya sudah."

Alfa menunggu sang abah untuk pamitan. Kyai Baihaki yang kembali dari masjid setelah bakda ashar, menatap putranya heran.

"Lah, dolan dalam rangka apa?"

"Kerjaan sama bosen di rumah, Bah. Butuh refreshing."

"Oooo, ya sudah
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (10)
goodnovel comment avatar
Tanty Hassan
Yup BETULLL SEKALIII ini Judulnya Cinta tapi Gengsi
goodnovel comment avatar
Tanty Hassan
SETUJUUU SEKALI
goodnovel comment avatar
Tanty Hassan
Oowh Umiknya tahu klo Alfa Sll bersikap spt itu kpd adik angkatnya maka nya tidak di jodohkan ..
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Cinta Gadis tak Bernasab   14. Tamu Tengah Malam

    Ning Mila mengerucutkan bibirnya. Sengaja bahkan itu bibir diputer-puter, manyun ke kanan kiri atas bawah. Wes lah pokokmen mencucu. Bahkan gerutuannya terdengar jelas hingga ke ruang tamu dimana suami dan kedua orang tuanya sedang berkumpul."Sopo Mil?" tanya Bu Nyai Khomariyah, adik Bu Nyai Khomsah."Bu Nyai Latifah, Umi. Biasa nyariin balitanya," sinis Ning Mila."Tapi gak gitu juga kali mimik wajahmu, Dek. Sampai bibir meleyat-leyot gitu," gurau sang suami, Gus Hamish."Habis nyebelin banget sumpah Mas, makanya sejak dulu aku tuh gak bestie-an sama Alwi, soal rasa cintanya sama Galuh. Kasihan aku sama Galuh. Ish, sebel."Ning Mila masih saja misah-misuh. Tingkahnya menggemaskan sekali."Wes to, ojo nesu. Sini duduk saja," titah Kyai Badawi pada sang putri semata wayang.Ning Mila menghembuskan napasnya."Mila sama Galuh sama Haidar aja deh. Mau kasih support buat bestie-nya aku."Ning Mila berbalik dan menuju ke taman belakang, sementara suami dan kedua orang tuanya tetap bertahan

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-26
  • Cinta Gadis tak Bernasab   15. Saran Ning Mila

    "Mas Alfa ngapain ke sini?" tanya Ning Mila saat sudah duduk di samping suaminya. "Mampir, lah. Sudah mau dua bulan di rumah, gak kamu tengokin. Ya aku yang tengokin," ucap Alfa dengan mimik datarnya seperti biasa. "Hihihi. Maaf Mas Brother, Meifa masih kecil, kasihan dibawa kemana-mana. Eh tapi makasih loh udah ditengokin, tapi nambah bagus, Mas Alfa kasih hadiah dung buat Meifa!" Ning Mila menatap kakak sepupunya dengan binar mata penuh kematrean. Alfa memutar bola matanya malas. Dia lalu membuka ponsel, melakukan sesuatu selama beberapa menit, setelah itu dia mengucapkan sesuatu yang selalu tak pernah manis. Untung adik sepupunya sudah paham karakter si Alfaruk, kalau enggak? Mana mau dia punya kakak sepupu macam patung penjaga kuburan Fir'aun yang meneng bae gak obah."Cek ponsel kamu!""Kenapa?" "Cek m-banking. Mas gak tahu mesti beliin apa buat Meifa sama Haidar, ya mentahannya aja." "Kyaaaaa!"Mata Ning Mila melotot sempurna, dia berteriak nyaring lalu memeluk suaminya. "T

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-29
  • Cinta Gadis tak Bernasab   16. Galuh Niat Kabur

    Alfa menatap penuh tantangan pada Ning mila."Jika menurutmu Shadiqah gak pantes, gak cocok buat aku, yang cocok buat aku, Galuh begitu?" tanya Alfa lagi dengan suara yang kini jauh lebih tinggi. Ning Mila hendak bersuara namun suara Galuh lebih dulu terdengar. "Saya gak minta Njenengan menikahi saya, Gus. Dan saya juga yakin njenengan gak pernah melihat saya seperti melihat saya sebagai manusia pada umumnya. Wanita yang pantas diperhitungkan. Jadi gak usah bawa-bawa saya!" ucap Galuh tegas. Dia menatap Alfa dengan tatapan tajam lalu menoleh pada Ning Mila. "Please, Ning Mila, Gus Alfa, kalau mau bahas persoalan ini jangan libatkan saya. Saya tak ada hak untuk ikut campur. Dan perlu Ning Mila dan Gus Alfa ingat, saya juga manusia biasa. Saya masih punya hati. Bisa sakit."Galuh masih menatap Ning Mila dan Ning Mila balas menatap balik. Dia diam. Sengaja membiarkan Galuh mengeluarkan unek-uneknya."Ning Mila gak perlu jorokin saya kayak gini, saya gak suka Ning. Saya datang ke sini

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-29
  • Cinta Gadis tak Bernasab   17. Bini Kedua

    Galuh benar-benar tidak menyangka jika sosok yang masih asik duduk adalah Alfa. Saking kagetnya dia hanya diam saja. Alfa sendiri kini berdiri, dia menghampiri Galuh dan berdiri tepat di sampingnya. Galuh masih menatap Alfa lekat-lekat bahkan cenderung melotot. Alfa sendiri kini sudah mengeluarkan senyum sinis andalan. Lalu tak berapa lama, ucapan khasnya yang terdengar sinis keluar. "Gak pernah berubah. Cerobohnya, ngambeknya, dan mainnya kabur-kaburan kalau lagi ada masalah. Kupikir udah dua lima tahun, harusnya udah beneran dewasa. Bisa menyikapi setiap masalah dengan kepala dingin. Ck! Ternyata masih kayak bocah sepuluh tahun yang demennya kabur ke tanah belakang. Huh!" sinis Alfa. Galuh yang kesal diingatkan dengan memori masa silam langsung menyemprot Alfa. Dia tidak peduli dengan etika atau sopan santun. Apalagi menghadapi tampang modelan Alfa, memang Galuh gak boleh diam. Gak boleh ngalahan. Hajar! "Iya, aku emang tukang kaburan. Terus masalah buat njenengan?" tantang Galu

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-01
  • Cinta Gadis tak Bernasab   18. Bukan Salahku!

    Ning Mila menatap dua kamar tamu yang berhadapan. "Masih tutupan, masa belum pada bangun sih?" gumamnya. Ning Mila memilih kembali ke ruang makan dan mengurusi sang suami. Sementara kedua anaknya kini diasuh oleh dua Mbak Santri di ruang tengah. Haidar juga nyambi disuapi sementara Meifa sudah minum ASI jadi aman. "Masih tidur?" tanya Gus Hamish pada sang istri yang baru saja menaruh bokongnya di kursi samping. "Kayaknya. Kecapean kali ya?"Gus Hamish hanya tersenyum. Dia memilih membiarkan sang istri meladeni dia dulu. Mereka pun makan dengan tenang. Lima belas menit kemudian ketika makanan sudah ditutup dengan krembeng, lalu sang istri sudah membawakan secangkir kopi, Gus Hamish menceritakan apa yang dia lihat tadi malam. Tentu saja Ning Mila shock. "Bushet, ini anak. Perasaan kaburan mulu, kasihan suami dia nanti. Ada masalah dikit, kabur.""Gak bakalan susah kalau suaminya Mbak Galuh modelan kayak si Alfaruk. Kabur kemana pun pasti ketemu."Ning Mila tertawa ngakak lalu seger

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-08
  • Cinta Gadis tak Bernasab   19. Skor Sama

    Alwi hanya bisa kikuk ketika wanita yang sering dia hindari malah kini berada di depannya. "Mas Alwi lagi di Jogja?""Iya," jawab Alwi mencoba bersikap biasa saja. "Ooooo. Dari kapan?""Kemarin.""Lah kok sama?""Iyakah?"Jauza mengangguk lalu tersenyum. "Kamu sama siapa Jau?" Jauza mengenalkan kedua temannya yang sama-sama menangkupkan kedua tangan pada Alwi. Alwi pun melakukan hal yang sama. "Kalau ini namanya A—""Kalau saya Adi, temannya Alwi. Salam kenal eh assalamu'alaikum." Adi yang asli Jogja dan rumahnya menjadi basecamp Alwi sejak kemarin memperkenalkan diri. Alwi melirik sinis pada sahabatnya. Lewat tatapan mata, dia seakan mencemooh sikap Adi. Adi yang tahu sedang disinisi hanya memasang tampang polos. "Lah, kamu kelamaan ngenalin siapa aku ya aku ngenalin diri sendiri." Adi mengulas senyum manis pada Jauza. "Kamu dalam rangka apa di sini, Jau?" Alwi memcoba berbasa-basi. "Oh, ini. Ikut kajian bareng, Mas. Kajian rutin yang diselenggarakan oleh perkumpulan rutin p

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-18
  • Cinta Gadis tak Bernasab   20. Kabur dari Alwi

    Bu Nyai Khomsah dan Kyai Baihaki hanya bisa saling melirik satu sama lain. Kedua pasangan yang sudah menginjak usia paruh baya terlihat bingung. Pasalnya dua orang yang biasanya tak pernah bertegur sapa kini jadi mesra dan berdebat terus. "Kok bisa?" bisik Kyai Baihaki. "Umi juga bingung, Bah. Sejak dua hari yang lalu begitu." Bu Nyai Khomsah juga ikut-ikutan berbisik. Beliau lalu melirik kembali pada putra kandung dan putri angkatnya yang sejak satu jam yang lalu saling berdebat membahas konsep kegiatan ziarah wali songo yang akan dilaksanakan satu bulan kemudian. "Gak gini, Luh! Kayak biasa aja.""Kayak biasa gimana, Gus? Pengalaman kemarin dan kemarin kita kerepotan. Jangan pakai jasa ini lagi, gak bagus pelayanannya!""Masa? Kata Bulik—""Njenengan percaya?""Ya kan dia—""Njenengan itu belum ada dua bulan di rumah, makanya jadi orang jangan macam tembok rata atau kulkas dua belas pintu. Katanya jauh belajar ke Kairo. Masa gak bisa lihat banyak yang gak setuju dengan biro pili

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-08
  • Cinta Gadis tak Bernasab   21. Ragu

    Sejak perjalanan ziarah ke makam Wali, Alwi tidak bisa jauh dari Galuh. Setiap transit, entah bagaimana caranya, Alwi selalu saja sudah berada di dekat Galuh. Galuh risih, apalagi godaan selalu datang dari Ratna. "Cieee, disambangin itu sama calon suami, hihihihi.""Apaan sih, Na. Jangan bikin fitnah!""Bukan fitnah, Luh. Eh, lihat tuh! Kayaknya bawain kamu minuman deh hihihi."Ratna menunjuk sosok Alwi yang datang ke arah mereka dengan menenteng plastik putih yang sepertinya berisi makanan atau minuman. Dan benar saja, begitu Alwi sudah berada di depan Galuh dan Ratna, Alwi mengulurkan plastik kresek itu pada Galuh. "Nih, minuman boba. Rasa cokelat kesukaan kamu sama matcha buat Mbak Ratna.""Wah, makasih, Gus. Gus Alwi tahu aja, kan saya jadi ikut seneng."Ratna malah yang langsung menerima uluran kresek putih dari Alwi. Galuh sendiri hanya mengucapkan terima kasih saja. Alwi ingin sekali duduk bersama dengan Galuh sambil menikmati es boba rasa coffe kesukaan tapi kedatangan Alfa

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-19

Bab terbaru

  • Cinta Gadis tak Bernasab   99. Kubunuh Kau

    Faris terus menarik tangan Anjani. Keduanya entah pergi kemana, mereka pun tak tahu. Pokoknya saat itu, Faris hanya berpikir yang penting mereka menjauh sejauh-jauhnya dari si nenek sihir."Lepas! Lepas! Aku bilang lepas!" teriak Anjani. Dia mencoba melepaskan cekalan Faris dengan kasar. Tapi sulit hingha akhirnya bisa terlepas saat Anjani menggigit lengan kanan Faris."Aaaa!" teriak Faris.Cekalan Faris pun terlepas. Anjani menatap Faris dengan linangan air mata. Dia lalu berbalik hendak pergi meningalkan Faris. Dia berlari secepat mungkin namun Faris mengejarnya."Tunggu Anjani!"Anjani terus berlari tapi Faris berhasil menyusul dan secepat kilat meraih tangan Anjani menyebabkan Anjani sedikit tertarik hingga menubruk dada Faris yang meski sudah tua masih terasa bidang."Tunggu dulu. Jangan pergi.""Lepas!""Gak. Gak akan aku lepas lagi."Anjani berontak. Faris tak mau kehilangan sang istri lagi."Lepas! Lepas brengsek!" teriak Anjani."Gak akan Sayang. Mas gak akan lepasin kamu lag

  • Cinta Gadis tak Bernasab   98. Jangan Hina Anak Istriku!

    Sepanjang perjalanan Alfa menoleh ke kiri dan ke kanan. Dia sedang mencari keberadaan ayah mertuanya. Sama dengan Alfa, Kyai Baihaki dan Hanan juga ikut mengedarkan pandang. Hanan malah sudah mengkode sepupunya itu.“Bapak mertuamu, mana?” bisiknya.“Aku juga lagi nyari.” Alfa juga berbisik.Sampai di rumah, sosok Faris tetap saja tak ketahuan rimbanya. Nomer telepon Faris juga tidak aktif. Bahkan, ketika Alfa menelepon salah satu ustaz yang tinggal di sebelah rumah yang ditinggali Faris, sang ustaz mengatakan kalau Faris sudah tak terlihat sejak dia keluar dari rumah.Alfa ingin mencari tapi dia tak bisa karena ada beberapa urusan pekerjaan yang harus dia urus. Hanan sendiri malah sudah disuruh balik pagi itu juga, karena mau ada tamu sementara sang abah belum bisa pulang karena ada suatu urusan mendesak. Kyai Baihaki juga sama, beliau sibuk dengan jadwal ngajarnya yang padat pun Bu Nyai Khomsah. Galuh bahkan sudah kembali sibuk mengurusi sekolah. Zahra sendiri memilih menghabiskan w

  • Cinta Gadis tak Bernasab   97. Kayak ABG

    Galuh menggerakkan tubuhnya. Dia kaget dan segera bangun. Galuh mengucek-ngucek matanya. "Mas Alfa?!" pekik Galuh mendapati sang suami sudah di kamar dan tidur di sebelah kirinya seperti biasa. "Mas Alfa. Mas." Galuh mengguncang bahu sang suami, pelan. Alfa seperti tidak merespon. Jadilah Galuh mengguncang lebih keras "Hem." Alfa hanya bergumam dan malah kembali tidur tak lupa dia menarik sang istri agar rebahan lagi. Galuh sedikit memekik tapi dia rebahan juga. Galuh memiringkan badan ke sang suami. Kini keduanya tidur berhadapan. Dia mengguncang bahu Alfa lagi. "Mas. Mas kapan pulang? Kata Abah Mas Alfa mungkin baliknya besok baru OTW dari Tegal. Kok sudah di sini?" Galuh menatap jam di dinding yang menunjuk pukul setengah tiga pagi. Dia lalu menoleh ke arah Fairuz yang masih bobo anteng sambil memeluk gulingnya. "Mas, ish. Jangan tidur, kamu belum jawab pertanyaanku. Mas pulangnya kapan?" Alfa sedikit membuka matanya lalu kembali merem. Lagi, Alfa mengeratkan pelukannya pad

  • Cinta Gadis tak Bernasab   96. Dugaan yang Tepat

    Galuh dan Anjani masih berpelukan. Lalu Galuh tiba-tiba ingat sesuatu."Ibu.""Iya, Nduk.""Bu, berarti Galuh bukan anak hasil zina, kan? Galuh bukan anak haram, kan?" tanya Galuh dengan binar mata penuh ketakutan.Anjani menggeleng. Dia meraih kedua pipi sang putri."Bukan. Ibu menikah saat usia ibu sembilan belas tahun lebih satu bulan. Ibu dan ayahmu menikah resmi, Sayang. Di rumah kakekmu dari pihak ibu. Ada saksi ada buku nikahnya juga. Hanya saja bukunya hilang saat ibu dalam pelarian." Ada raut sedih di wajah Anjani. Galuh jadi ikutan sedih."Bu."Anjani mencoba tersenyum. "Tidak apa. Semua luka dan kesedihan ibu sudah terganti dengan kamu yang tumbuh baik seperti sekarang. Itu sudah cukup."Galuh mengangguk. Lalu antara rasa ragu dan rasa penasaran, rasa penasarannya lebih besar. Jadilah dia bertanya saja perihal ayahnya."Lalu, siapa ayahku?"Senyum yang sejak tadi sudah mulai Anjani keluarkan terganti dengan raut sedih. Galuh merasa bersalah sekali. "Bu, maaf. Galuh cuma ..

  • Cinta Gadis tak Bernasab   95. Queen Eijaz

    Anjani terlihat gelisah. Dia menatap ke seluruh ruangan hingga matanya tertuju pada lemari berkaca bening dengan setumpuk album foto di sana. Anjani menoleh ke kanan kiri. Dia penasaran tapi dia takut dikira tidak sopan. Tangannya tetulur memegang gagang pintu. Dia dilema diantara harus membuka atau meminta ijin.Diantara kebimbangannya, Bu Nyai Khomsah kembali masuk rumah. "Bu Anjani.""Ya," jawab Anjani kaget."Ada apa?""Maaf. Saya cuma ...." Anjani melirik ke arah lemari penuh album foto. Dia malu ketahuan tidak sopan tapi dia juga penasaran. Bu Nyai Khomsah tersenyum. "Diambil saja. Di sana banyak fotonya Galuh. Saya tahu, njenengan katanya sayang banget sama itu anak.""Nggih Bu Nyai. Saya sayang banget sama Lulu. Bahkan saya sudah menganggap Lulu anak saya."Bu Nyai Khomsah terkekeh. "Ya gimana gak sayang ya? Anaknya cantik, gemesin gitu. Saya juga begitu Bu Anjani. Uh, apalagi pas Galuh masih kecil. Nggemesine puol. Lihat aja foto-fotonya.""Apa saya boleh lihat, Bu Nyai?""

  • Cinta Gadis tak Bernasab   94. Apa Dia Anakku?

    Bu Nyai Khomsah terlihat menautkan dua alisnya. Kabar yang dibawa sang suami lewat sambungan telepon membuatnya kaget. Rupanya bukan hanya Bu Nyai Khomsah, Galuh juga sudah menerima berita itu dari sang suami."Iya Mas. Aku gak papa. Tenang aja. Mas selesaikan urusan Mas di sana."Galuh mengangguk beberapa kali lalu menimpali ucapan sang suami. Sambungan pun berakhir setengah jam kemudian. Galuh terlihat menghela napas, dia kembali ke ruang tengah dimana sang umi rupanya baru juga selesai menelepon."Ada apa Bu Nyai? Kok kelihatan sedih begitu?" pancing Zainab. Jujur saja dia penasaran tentang kabar dari Andalusia tapi dia mencoba bermain cantik."Lulu juga kelihatannya habis denger berita yang gak bagus."Galuh yang baru duduk di samping ibu Anjani bercerita kabar yang dia dengar dari sang suami."Astaghfirullah, bisa begitu?""Iya Budhe. Kata Mas Alfa ini bukan yang pertama, tapi pas Bu Nyai Sepuh meninggal juga begini. Putranya bahkan sampai menelepon dan menghubungi banyak orang,

  • Cinta Gadis tak Bernasab   93. Dugaan Alfa

    “Dasar anak yatim, anak haram, bisa-bisanya dia balik lagi ke sini. Mana jadi istrinya Alfa lagi, huh! Sebel, sebel!” Bu Nyai Latifah ngomel-ngomel sambil berjalan keluar dari rumah sang kakak. “Huh, padahal sudah bagus dia pergi. Malah balik lagi. Tapi … setidaknya dia gak bakalan bisa gangguin Alwi lagi. Cih, si Alfa ngelepas anak dubes demi anak haram jad---aw!” Bu Nyai Latifah tanpa sengaja menabrak sosok Zahra yang sedang berdiri diam karena menunggu Fairuz. Mereka baru pulang dari arah minimarket. Fairuz minta membeli jajan. “Maaf, Bu Nyai saya tidak se--” “Heh, kau! Punya mata gak sih?!” bentak Bu Nyai Latifah. Zahra yang hendak meminta maaf tak jadi melanjutkan kalimatnya. “Matamu buta ya?!” Zahra yang awalnya ingin menggunakan sikap sopan santunnya jadi terpancing emosi. “Saya sudah meminta maaf, loh Bu Nyai. Lagian Bu Nyai juga salah kok, intinya kita sama-sama salah. sama-sama gak lihat jalan.” “E e e, kamu ya?! Anak muda gak ada sopan santun, berani kamu?

  • Cinta Gadis tak Bernasab   92. Ketahuan

    "Kak Umar," panggil seorang lelaki berusia tepat lima puluh tahun pada sosok lain yang usianya dua tahun di atasnya. Sosok itu tidak langsung menjawab tapi terlihat menyelesaikan dzikir dan doanya baru dia berbalik menghadap ke arah sepupunya. "Ada apa Syakib?" "Ami (paman) memanggilmu, Kak." Sosok yang dipanggil Umar mengangguk. Dia bangkit berdiri, meninggalkan masjid rumah sakit untuk menuju ke kamar rawat sang ayah. Sampai di ruang rawat nomer 12, sosok itu langsung mengucap salam dan duduk di kursi dekat brankar sang ayah. "Aba panggil Umar?" Sosok lelaki tua yang diperkirakan berusia hampir delapan puluh tahun mengangguk. "Aba mau minta apa? Nanti Umar cariin," ucap sang lelaki lembut. Sang ayah menggeleng. Dia hendak mengulurkan tangan, demi menggapai sang putra. Umar yang melihat, menangkap tangan sang ayah dan menggenggamnya dengan lembut. "M-maaf. Ma-afin aba, maafin umi kamu juga," ucap sang pria paruh baya. "Umar sudah maafin Aba, mendiang Umi juga. Aba

  • Cinta Gadis tak Bernasab   91. Ngobrol Keluarga

    Alfa sedang mengusap-usap kedua telinganya yang kini tampak memerah. Rasa sakit akibat jeweran dari kedua orang tuanya juga masih terasa. Bahkan Hanan mau ikut-ikutan jewer tapi tak jadi gara-gara pelototan Alfa yang terlihat mengerikan kayak Memedi. “Kamu, ya. Bisa-bisanya gak bilang, bojomu si Galuh.” “Biar surprise.” “Tapi beneran kaget loh,” ucap Nabila yang ikut nimbrung obrolan dua lelaki dewasa. Galuh sendiri masih temu kangen dengan kedua orang tua angkatnya dengan Fairuz yang langsung nemplok di pangkuan Galuh. “Ah elah, bahkan si Fay sampai ngelendot gitu.” “Kan Fay anaknya, ya nempel sama emak dia lah,” celetuk Alfa. "Halah, dulu aja Galuh kau sia-siain. Kini dengan bangganya kau bilang dia ibu anakmu, dih! Sok amnesia dia, Bibil.” “Iya Mas. Sok banget ya Mas. Sok banget jadi suami paling penyayang. Padahal dulu---" "Edan! Sampai keblinger sama Shadiqah setan." "Hahaha." Tiga orang tertawa lalu sama-sama melirik ke arah Galuh dan kedua orang tua Alfa ya

DMCA.com Protection Status