Share

Cinta Dua Jiwa
Cinta Dua Jiwa
Penulis: Titik Balik Author

Chapter 1

Penulis: Titik Balik Author
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Ini untukmu," ujar Xiao Feng memberi.

Pemuda keren dengan jas putih kebesaran seorang dokter, namanya adalah Xiao Feng.

"Apa ini?" balas Sese ragu.

"Kopi dingin kesukaanmu," ujar Xiao Feng kembali.

"Terima kasih." Sese menerimanya. Segelas kopi dingin yang menjadi kesukaannya di saat tengah hari bolong.

Mendinginkan pikiran yang penuh beban dengan rumitnya kehidupan, memang enak dengan secangkir kopi dingin. Xiao Feng sangat mengerti adiknya.

"Sepertinya hari ini perasaanmu sedang tidak baik," ujar Xiao Feng duduk menemani Sese.

Meneguk kopinya, seraya memandang hamparan hijau rumah sakit. Sese menjawab, "Ya. Aku merasa lelah dengan kesibukan yang membosankan ini."

"Mengapa tidak pergi liburan saja," usul Xiao Feng ringan.

Sese memandang kakak laki-lakinya itu. Memang terbesit dalam benaknya untuk pergi liburan seorang diri, tetapi itu tidak mungkin.

"Aku tidak bisa pergi. Walaupun aku menginginkannya, tetap saja aku tidak akan bisa pergi."

Sese kembali melihat hamparan hijau yang setiap hari dilihatnya itu. Gelas kopi yang semula berisi penuh kini tersisa sedikit. Sese sungguh menikmati minumannya itu.

"Mengapa tidak? Bukankah mudah bagimu untuk pergi berlibur?"

Enteng saja Xiao Feng berkata. Namun, kenyataannya tidak semudah itu bagi Sese untuk meninggalkan negara ini.

Sese bukan lagi gadis belia yang masih suka berfoya-foya seperti dulu. Sese sekarang sudah menjadi presdir besar dari perusahaan Game Xiao Group.

Itu disadari sangat betul oleh Sese. Termasuk rumah sakit di mana Xiao Feng bekerja ada di bawah kendali Sese pula.

Sese merenung. Ada hal yang sangat dirinya rindukan.

"Aku ingin kembali ke masa lalu. Aku ingin keluarga kita hidup seperti dahulu," ujarnya lesu.

Wajah cantik itu seketika menjadi murung dan tertekan layaknya tumpukan buku yang ada di atas rank.

"Sebenarnya kakak juga merindukan hari-hari yang kita lalu dulu."

Sehati dengan Sese, Xiao Feng pula ikut merasakan hal sama dengan adiknya itu.

"Sebelumnya kakak merasa tetap bahagia, walau keluarga kita hidup miskin. Makan mie instan satu mangkuk untuk berempat, bagi kakak itu sudah sangat indah," lanjutnya berkhayal.

"Tapi, mengapa saat kita menjadi kaya kakak merindukan keluarga kita yang dulu," tutup Xiao Feng menambahkan.

"Kakak benar. Jika saja bisa mengulang waktu. Aku ingin bisa hidup seperti dahulu lagi." Sese menyatakan kerinduannya akan masa lalu, yang mungkin tidak bisa diulang kembali.

"Atau, lebih bagusnya aku ingin bertukar posisi dengan seorang gadis miskin. Dengan begitu dia bisa hidup sebagai aku dan diriku tentunya hidup dalam keluarganya yang susah itu," ujar Sese penuh harapan.

Mudah dikatakan, tetapi belum tentu bisa dilakukan.

Sese beranjak dari kursinya. Dia berjalan dua sampai tiga langkah, seraya memandang langit biru yang luas itu.

"Ngaco kamu," tindas Xiao Feng.

Dahi adiknya ditekan sampai kepala Sese terantuk ke belakang.

"Sakit kakak," kesalnya menyatakan ketidaksukaannya terhadap tindakan Xiao Feng.

"Lagi pula kamu yang bukan-bukan saja."

"Memangnya ada di luaran sana ada seseorang yang akan mau bertukar tempat dengan orang sepertimu?" ejek dia pada Sese.

"Tentu ada. Jika tidak ada maka harus ada," kekeh Sese yakin. Keras kepalanya tidak akan pernah hilang. Berdebat dengan Sese hanya akan menimbulkan kesalahan saja.

"Mimpi kamu," sentil Xiao Feng kembali.

"Ah, kakak ini. Sakit tahu. Apa kakak mengira itu tidak sakit?" gerutu Sese.

Keningnya memerah akibat terkena sentilan dari Xiao Feng. Pemuda 30 tahun tersebut sangat senang menggoda Sese.

"Kakak! Kapan kakak bisa satu pemikiran denganku? Selama ini kakak ini tidak pernah mendukungku. Aku kesal," ngambek Sese, sebagai jurus mautnya pada Xiao Feng.

Sese membuang wajahnya dan menyunggingkan bibirnya yang lebar itu.

"Kau ini," gemasnya sembari mengacak-acak rambut Sese.

"Sudah cukup. Kau membuat rambut indahku rusak," gerutu Sese tidak suka.

Sese kesal jika kakaknya menggoda, tetapi Xiao Feng semakin gemas pada adik kecilnya itu.

Mereka berdua adalah kakak beradik, yang usianya tidak terpaut jauh. Hanya selisih 3 tahun saja.

Keduanya adalah anak dari pengusaha besar Xiao Qing, pemilik perusahaan game terbesar di negara ini.

"Percuma aku curhat pada kakak, toh kakaknya juga tidak bisa memberi solusinya," ungkap Sese begitu kesal. Kecewa tentu saja. Tidak usah ditanya.

Setiap hari meminta saran, namun jawabannya selalu sama. "Percuma" pada akhirnya Sese hanya bisa diam saja.

"Ya, pergi saja sana! Sebaiknya kau pergi saja sana!"

Kakaknya malah suka jika Sese pergi. Walau ini terdengar serius, kenyataannya ini hanyalah candaan di antara kakak beradik.

Sese pergi. Meskipun demikian dia menyempatkan untuk mencium kakaknya terlebih dahulu.

Kecupan manis mendarat hangat di pipi Xiao Feng. Senyuman merekah membalas indah untuk Sese.

"Sampai jumpa, kak." Sese melambaikan tangan lalu pergi dengan perasaan bahagia.

"Hati-hati di jalan," pesan Xiao Feng demikian.

Sese telah pergi, maka Xiao Feng pula harus kembali pada pekerjaannya sebagai dokter bedah umum.

Xiao Feng baru 6 bulan bekerja di rumah sakit ini. Rumah sakit milik keluarganya sendiri.

Ya, bahkan pengelolah rumah sakit yang terbesar di negara tersebut adalah Sese. Yang tidak lain dan bukan adalah adik kandung dari Xiao Feng itu sendiri.

Meskipun demikian, Xiao Feng tidak pernah mengungkapkan identitas aslinya itu.

Para dokter dan staf lainnya mengira, Xiao Feng menjalin hubungan spesial dengan Sese.

Sesungguhnya mereka tidak tahu, bahwa Xiao Feng adalah anak bungsu dari bos besar mereka yaitu, Xiao Qing.

****

Di jalan raya yang padat merayap. Hari ini jalan utama menuju perusahaan Xiao Group sedikit terhambat karena terjadi kecelakaan di depan sana.

"Ada apa ini? Mengapa jalannya macet? Sepertinya ada kecelakaan di depan" ujar Sese bertanya-tanya. Dia menduga jika ada kecelakaan karena banyaknya polisi yang menjaga di depan.

Sese yang ingin menuju kantornya pun harus terjebak kemacetan tersebut. Ada antrian panjang di jalan ini, membuat semua kendaraan berjalan merayap.

"Aku harus mencari jalan lain menuju kantor," pikir Sese melihat sekitar.

Bola matanya menjelajah area terdekat untuk menemukan jalan yang bisa menyelamatkan harinya.

"Hari ini aku ada pertemuan dengan perusahaan lain. Jadi aku harus cepat," tuntasnya ketika melihat ponselnya yang terus saja berdering.

Tertulis jelas sekretarisnya yang terus menghubunginya.

Sese mencari cara untuk terbebas dari kemacetan ini.

"Sepertinya jalan itu kosong." Sese melihat ada jalan lain yang tidak macet.

Dia memilih jalur itu untuk terbebas dari kemacetan yang membuat kepala menjadi pusing.

Sese mengambil jalur kanan yang memang sepi. Dia memacu laju mobilnya dengan kecepatan tinggi.

Dia melewati mobil-mobil yang memang ada di depannya. Tidak ada hambatan hingga detik ini.

Persimpangan tiga sudah di depan mata. Tandanya hanya tinggal melewati persimpangan tersebut perusahaannya sudah dekat.

Sese menambah kecepatannya hampir menembus 120 km/jam. Sebentar lagi akan ada lampu merah. Saat ini masih hijau, hanya tinggal beberapa detik akan berganti.

Tidak mau menunggu, Sese terus menambah kecepatannya sampai menembus 140 km/jam.

Meong.

Entah darimana, tiba-tiba seekor kucing hitam menyebrang jalan tepat di depan sana.

Sese yang sudah sangat cepat itu berusaha menurunkan kecepatannya dengan segera. Tentu dia tidak ingin menabrak kucing hitam, karena itu akan membawa kesialan baginya.

Bersamaan dengan itu, seorang gadis ikut pula menyebrang. Niat gadis itu adalah menolong kucing hitam tersebut, namun dia tidak sempat untuk melakukan hal tersebut.

Bruk!

Terjadi kecelakaan di sana. Sese tidak sengaja menabrak gadis tersebut, sementara kucing hitamnya malah pergi meninggalkan lokasi kejadian tanpa adanya luka.

Mobil Sese menabrak lampu penerangan jalan. Bagian depan mobilnya mengeluarkan asap tebal.

Sedangkan Sese tidak sadarkan diri saat itu juga. Sementara gadis yang tadi Sese tabrak belum diketahui bagaimana nasibnya.

Terlihat dari kondisinya dia sudah sangat kritis dengan banyaknya darah yang sudah keluar dari tubuhnya.

Sudah terjadi kecelakaan di jalan X menuju perusahaan Xiao Group yang melibatkan seorang gadis muda bernama Sese, menabrak seorang pejalan kaki yang tanpa sengaja ingin menyebrang di sana.

Lalu, bagaimana kondisi selengkapnya?

PENASARAN?

Bab terkait

  • Cinta Dua Jiwa   Chapter 2

    Ngiung, ngiung ….Beberapa mobil ambulan telah berdatangan. Para polisi pula mulai mengamankan tempat kejadian tersebut.Para awak media pula berdesakan ingin meliput kejadian kecelakaan tersebut. Banyak orang yang ingin melihat dan membuat jalan terhambat kembali.Gadis yang menjadi korban segera dibawa ke mobil ambulan. Dan begitu juga dengan Sese yang segera dilarikan ke rumah sakit.Mobil Sese yang hancur bagian depannya karena menghantam tiang listrik menjadi barang penyelidikan."Ayo semuanya bubar! Biarkan polisi yang bekerja. Semuanya bubar. Jangan berkerumun di tempat ini."Para petugas keamanan mencoba membubarkan masyarakat sangat ingin tahu dengan kecelakaan yang menimpa Sese.Bahkan beritanya saja menjadi trending toping di negara. Seluruh sosial media membicarakan perihal kecelakaan yang menimpa Sese.****"Sese!"Kedua orang tuanya telah tiba di rumah sakit yang merawat Sese."Sabar, tuan dan nyonya. Keadaaan Sese sangat kritis. Ada pendarahan hebat di otaknya yang memb

  • Cinta Dua Jiwa   Chapter 3

    "Hai, tuan. Tunggu!" panggil Sese mengejar di belakang."Ada apa lagi?" ujar pria itu malas.Dibuntuti terasa sangat tidak nyaman. Terutama Sese adalah jiwa yang tidak bisa mau diam. Mulutnya itu tidak bisa dijaga, sehingga selalu saja mengoceh sesuka hatinya."Aku lapar," tutur Sese, mengelus perutnya yang sedari tadi terus meminta diisi itu."Tidak mungkin kau lapar. Jiwa tidak mungkin lapar," balas pria itu tidak menduga."Entahlah, aku juga tidak mengerti, tetapi sekarang perutku terasa lapar. Biasanya aku makan pizza, roti bakar, daging guling dan semacamnya," beber Sese.Membayangkan kelezatan setiap makanan itu, membuat air liur Sese terus keluar. Itu menimbulkan rasa jijik bagi pria bernama Jing Tian tersebut."Payah!"Pluk! Mengetuk dahi Sese dengan jari telunjuknya."Au, tuan!" bentak Sese tidak suka.Jelas itu sangatlah tidak sopan. Mengganggu seseorang adalah hal yang buruk. Terutama sedang memikirkan makanan."Jiwa tidak mungkin memakan makanan manusia," ujarnya membeberk

  • Cinta Dua Jiwa   Chapter 4

    "Jadi kapan kita pulang?" keluh Sese yang mulai bosan di ruang yang pengap dan sempit ini."Kau ingin pulang kemana? Kau sudah tidak memiliki rumah. Jangankan rumah, raga pun kau tidak memilikinya," beber Jing Tian, membuka pikiran Sese."Jadi benar aku tidak bisa bertemu lagi dengan keluargaku?"Memikirkan tidak lagi bisa berkumpul dengan keluarga, tentunya membuat Sese menjadi lesu.Wajahnya tertekuk ke bawah. Meratapi nasibnya yang sial."Tentu aku tidak bisa lagi menggoda kakakku, dan berfoya-foya dengan teman-temanku lagi."Yang ada dalam benaknya adalah belanja, dan ngemall menjadi hal yang mungkin dia rindukan setelah ini."Aduh, memang manusia itu sangat naif. Sudah untung kamu diberi kehidupan, jika tidak pastinya kau sudah ada di alam baka sekarang," beber Jing Tian dengan benar."Jika memang aku tidak bisa pulang, maka bagaimana denganku? Apa yang harus aku lakukan setelah ini? Tentu aku tidak akan bisa kembali ke dalam ragaku bukan?""Jelas saja kau tidak bisa kembali ke r

  • Cinta Dua Jiwa   Chapter 5

    Sese telah keluar untuk mencari tempat pemakaman gadis yang ditabraknya itu.Sese yang hanya sebatas jiwa tersebut tidak bisa berlama-lama berada di luar ruangan, terutama ketika sedang panas seperti sekarang ini.Dia memilih berteduh di bawah pohon dekat tepi jalan. Namun, seorang pria dengan kurang ajar datang mendekat."Hei tuan! Apa yang ingin anda lakukan? Tolong jangan melakukan hal mesum di tempat ini."Dia berteriak dan menepuk-nepuk bahu pria bertubuh gempal itu, tetapi yang dilakukannya percuma.Tangannya menembus tubuh pria tersebut. Hasilnya, Sese tidak bisa menegur pria nakal itu."Bagaimana ini? Pria ini memiliki gerak-gerik yang mencurigakan," terka Sese.Sese tampak panik ketika pria gempal yang ada di depannya mulai membuka resleting celananya."Hei tuan! Jangan lakukan itu!" Sese sampai menutup wajahnya, tetapi dia pula penasaran ingin melihat sesuatu yang keluar dari dalam celana tersebut.Tak berselang lama dari itu, "Ha, akhirnya!"Ternyata eh ternyata. Rupanya pr

  • Cinta Dua Jiwa   Chapter 6

    Sese sedang bertarung dengan waktu. Tersisa 15 menit terakhir baginya untuk menemukan jiwa gadis tersebut."Harus kemana lagi aku mencari dia?"Sese berusaha untuk tidak mengeluh, karena itu akan membuang banyak waktu. Sese berlari kembali, sampai dia menemukan gedung yang bertuliskan pemakaman."Jangan-jangan dia ada disana." Tidak perlu membuang waktu lagi. Sese bergegas mendatangi gedung tersebut. Seakan sudah takdir. Ternyata gedung itulah yang menjadi tempat gadis tersebut dimakamkan.Sese akhirnya menemukan jiwa gadis itu. Dia tengah menangis di depan fotonya yang sudah berhias karangan bunga.Sese mendekatinya dan berkata, "Kau tidak perlu menangisinya lagi. Sekarang ada hal yang lebih penting daripada menangis."Gadis itu berbalik memandang Sese."Siapa kamu? Apa yang kamu lakukan di tempat ini?" tanyanya heran.Yang membuatnya semakin bertanya-tanya adalah. Bagaimana bisa orang lain berbicara kepada dirinya, sedangkan dia sudah meninggal?"Belum saatnya aku menjelaskannya.

  • Cinta Dua Jiwa   Chapter 7

    Sese mendengar suara Ibunya yang mengatakan jika dirinya sudah koma selama satu bulan."Tuan, apa ini maksudnya?""Jangan berkata. Aku sudah tahu apa yang ingin kamu katakan!"Jing Tian sudah dapat mengetahui isi pikiran Sese sebelum dia mengeluarkan kata-katanya."Tentu kau ingin bertanya, tentang dirimu yang koma itu? Pasti kau ingin tahu perbedaan hari di dunia manusia dengan duniamu saat ini? Benar bukan?"Tebakan Jing Tian sangat tepat. Sese saja bahkan sampai tercengang mendengarnya."Benar tuan. Aku heran mengapa Ibuku berkata. Bahwa aku telah terbaring satu bulan di sana. Sedangkan diriku baru saja beberapa jam yang lalu berada di luaran sana." Herannya Sese bukan main."Tentu jelas perbedaannya. Satu jam di dunia roh, sama dengan 10 hari di dunia manusia," beber Jing Tian."Kau bisa mengalikan saja. Kau baru berada di dunia roh selama 4 jam lebih 30 menit, berarti dikalikan 10 hari. Sama dengan satu bulan," ujar Jing Tian mudah saja, seraya melihat arloji di tangan kirinya."

  • Cinta Dua Jiwa   Chapter 8

    Keesokan paginya. Hari pertama bagi Sukya untuk memulai harinya. Benar, kehidupannya yang telah berakhir kini dimulai kembali. Hanya saja jiwa Sukya masuk ke dalam raga orang lain."Apa yang harus aku lakukan setelah ini? Sampai sekarang aku sendiri bingung dengan apa yang terjadi kepadaku? Mungkinkah aku ini terlahir kembali seperti, cerita-cerita di dalam novel? Entahlah?"Si cantik pun berpikir keras dibuatnya. Tentu saja dia bingung. Terutama sampai sekarang tidak ada yang mau menjelaskannya."Oh, Dewa. Bisakah dirimu menjelaskan ini kepadaku, apa yang sedang aku alami ini?"Berharap dan berdoa, meminta seseorang untuk datang dan menolongnya."Tidak usah kau ragu dengan tubuh barumu itu." Jiwa Sese yang asli telah datang.Sesungguhnya Sukya masih berada di rumah sakit. Dokter masih belum memberikannya izin untuk meninggalkan rumah sakit.Terutama dokter mendiagnosa Sese yang disemayami jiwa Sukya itu mengalami amnesia.Sebenarnya tidak. Bukan ingatannya yang menghilang, melainkan

  • Cinta Dua Jiwa   Chapter 9

    "Bagaimana keadaanmu, Sese sayang?" tanya Ibu kepada Sese yang terlihat linglung."Aku sudah mulai merasa baik, Ibu," balasnya sedikit ragu.Takut salah menyebutkan nama, Sukya harus perlahan-lahan mengingat setiap wajah mereka serta sebutan mereka."Dokter mengatakan dia sudah bisa kembali ke rumah hari ini, Ibu," sambung Xiao Feng memberitahu.Terutama Sukya harus mengingat wajah pria tampan yang ada di sana. Dirinya juga memakai jas dokter, dan dirinya harus memanggilnya dengan sebutan kakak. Itulah yang Sese katakan sebelumnya."Syukurlah jika memang Sese sudah diperbolehkan pulang. Ibu bersyukur jika kamu sudah lebih baik dari sebelumnya, meskipun kamu masih tidak ingat siapa kami," tambah Ibu cemas.Tangan kanannya mengangkat dan menyentuh pipi Sukya. Betapa lembut dan hangat ketika tersentuh kulit.Sukya tersenyum dalam topeng wajah Sese. Dirinya entah sampai kapan harus berperan sebagai Sese? Tidak mungkin dalam satu atau dua hari ini saja bukan? Atau dia akan menjadi Sese unt

Bab terbaru

  • Cinta Dua Jiwa   Chapter 12

    Sese masih duduk menemani Sukya di kamarnya. Hal yang masih membuat Ssse bertahan adalah sup kesukaannya.Sup ayam yang dibuat penuh cinta oleh ibunya. Kali ini Sese tidak akan bisa mencicipinya, sebeb jiwanya sudah tidak memungkinkan untuk bisa merasakan kehangatan dari setiap cita rasa sup tersebut.Tak lama kemudian Ibu pun kembali. Sese dengan segera langsung menghilang. Hanya Sukya saja yang dapat merasakan dan melihat kehadiran Sese, yang lain tidak bisa melihatnya."Sayang. Ibu bawakan sup untukmu," kata Ibu, seraya membawa semangkuk sup dengan nasi panas di atas baki.Sukya menunjukan senyuman terbaiknya. Sese mengatakan sebelumnya. Bahwa tidak ada sup terlezat di dunia kecuali sup buatan ibunya. Maka dari itu Sukya penasaran dengan citarasanya."Ayo, segera dimakan selagi hangat. Kamu pasti akan menikmatinya," ujar Ibu menambahkan."Ibu tunggal sebentar, ya. Ada hal yang harus Ibu kerjakan di luar," lanjutnya, seraya membelai kepala Sukya."Baik, Bu."Ibunya pergi setelah men

  • Cinta Dua Jiwa   Chapter 11

    Sukya dan keluarga sudah sampai di rumah. Kedatangan Sukya disambut dengan sangat meriah.Para pelayan dan penjaga rumah semuanya berbaris dan bersama-sama mereka memberi hormat."Selamat datang kembali, Directur." Mereka dengan kompak memanggil Sukya dengan sebutan direktur.Memang benar adanya. Sese adalah direktur utama dari perusahaan Xiao Group menggantikan ayahnya yang mundur beberapa bulan lalu."Terima kasih." Sukya sangat senang jika dirinya memang disambung dengan tangan terbuka oleh banyak orang."Ayo, Sayang kita masuk!" ajak kedua orang tuanya. Sukya dengan senang hati menuruti kemauan tersebut.Mereka masuk bersama-sama. Betapa terkejutnya Sukya ketika melihat isi rumah yang sangat bagus itu.Mewah dan berkilau. Sungguh dunia yang tidak pernah Sukya temukan sebelumnya.Dia melihat takjub seisi rumah. Benda-benda di sana membuat Sukya, berpikir bahwa dirinya masuk ke dalam dunia dongeng. Mengapa tidak. Dirinya merasa menjadi seorang putri kaya dalam satu malam. Tidak, bu

  • Cinta Dua Jiwa   chapter 10

    Berlanjut.***Sukya dibantu oleh Xiao Feng tengah membereskan barang-barangnya."Ada apa? Mengapa kamu diam seperti itu? Apa yang sedang mengganggu pikiranmu, sampai kau diam tidak seperti biasanya?" kata Xiao Feng heran.Xiao Feng sudah sangat hafal dengan watak, sifat dan kelakukan adiknya. Maka dari itu ketika melihat adik bungsunya murung dia perlu mempertanyakannya."Tidak ada apa-apa, Kak," balas Sukya seolah mengelak."Jangan bohong kepada kakak. Aku ini sangat mengenal dirimu melebihi orang kain. Aku tahu sekarang sedang memikirkan sesuatu, benar bukan?" tabaknya.Xiao Feng tentu tidak asal menebak atau membaca mimik wajah seseorang, akan tetapi dirinya benar-benar bisa merasakan hal yang janggal dari adiknya itu."Benar, kak. Tidak ada yang sedang aku pikirkan," kilah Sukya."Sungguh? Tapi, mengapa aku merasa ada yang sedang kau tutup-tutupi dariku?" duga Xiao Feng.Sukya merasa kakaknya mulai menaruh curiga kepada dirinya. Raut rupa Sukya semakin pucat ketika Xiao Feng mena

  • Cinta Dua Jiwa   Chapter 9

    "Bagaimana keadaanmu, Sese sayang?" tanya Ibu kepada Sese yang terlihat linglung."Aku sudah mulai merasa baik, Ibu," balasnya sedikit ragu.Takut salah menyebutkan nama, Sukya harus perlahan-lahan mengingat setiap wajah mereka serta sebutan mereka."Dokter mengatakan dia sudah bisa kembali ke rumah hari ini, Ibu," sambung Xiao Feng memberitahu.Terutama Sukya harus mengingat wajah pria tampan yang ada di sana. Dirinya juga memakai jas dokter, dan dirinya harus memanggilnya dengan sebutan kakak. Itulah yang Sese katakan sebelumnya."Syukurlah jika memang Sese sudah diperbolehkan pulang. Ibu bersyukur jika kamu sudah lebih baik dari sebelumnya, meskipun kamu masih tidak ingat siapa kami," tambah Ibu cemas.Tangan kanannya mengangkat dan menyentuh pipi Sukya. Betapa lembut dan hangat ketika tersentuh kulit.Sukya tersenyum dalam topeng wajah Sese. Dirinya entah sampai kapan harus berperan sebagai Sese? Tidak mungkin dalam satu atau dua hari ini saja bukan? Atau dia akan menjadi Sese unt

  • Cinta Dua Jiwa   Chapter 8

    Keesokan paginya. Hari pertama bagi Sukya untuk memulai harinya. Benar, kehidupannya yang telah berakhir kini dimulai kembali. Hanya saja jiwa Sukya masuk ke dalam raga orang lain."Apa yang harus aku lakukan setelah ini? Sampai sekarang aku sendiri bingung dengan apa yang terjadi kepadaku? Mungkinkah aku ini terlahir kembali seperti, cerita-cerita di dalam novel? Entahlah?"Si cantik pun berpikir keras dibuatnya. Tentu saja dia bingung. Terutama sampai sekarang tidak ada yang mau menjelaskannya."Oh, Dewa. Bisakah dirimu menjelaskan ini kepadaku, apa yang sedang aku alami ini?"Berharap dan berdoa, meminta seseorang untuk datang dan menolongnya."Tidak usah kau ragu dengan tubuh barumu itu." Jiwa Sese yang asli telah datang.Sesungguhnya Sukya masih berada di rumah sakit. Dokter masih belum memberikannya izin untuk meninggalkan rumah sakit.Terutama dokter mendiagnosa Sese yang disemayami jiwa Sukya itu mengalami amnesia.Sebenarnya tidak. Bukan ingatannya yang menghilang, melainkan

  • Cinta Dua Jiwa   Chapter 7

    Sese mendengar suara Ibunya yang mengatakan jika dirinya sudah koma selama satu bulan."Tuan, apa ini maksudnya?""Jangan berkata. Aku sudah tahu apa yang ingin kamu katakan!"Jing Tian sudah dapat mengetahui isi pikiran Sese sebelum dia mengeluarkan kata-katanya."Tentu kau ingin bertanya, tentang dirimu yang koma itu? Pasti kau ingin tahu perbedaan hari di dunia manusia dengan duniamu saat ini? Benar bukan?"Tebakan Jing Tian sangat tepat. Sese saja bahkan sampai tercengang mendengarnya."Benar tuan. Aku heran mengapa Ibuku berkata. Bahwa aku telah terbaring satu bulan di sana. Sedangkan diriku baru saja beberapa jam yang lalu berada di luaran sana." Herannya Sese bukan main."Tentu jelas perbedaannya. Satu jam di dunia roh, sama dengan 10 hari di dunia manusia," beber Jing Tian."Kau bisa mengalikan saja. Kau baru berada di dunia roh selama 4 jam lebih 30 menit, berarti dikalikan 10 hari. Sama dengan satu bulan," ujar Jing Tian mudah saja, seraya melihat arloji di tangan kirinya."

  • Cinta Dua Jiwa   Chapter 6

    Sese sedang bertarung dengan waktu. Tersisa 15 menit terakhir baginya untuk menemukan jiwa gadis tersebut."Harus kemana lagi aku mencari dia?"Sese berusaha untuk tidak mengeluh, karena itu akan membuang banyak waktu. Sese berlari kembali, sampai dia menemukan gedung yang bertuliskan pemakaman."Jangan-jangan dia ada disana." Tidak perlu membuang waktu lagi. Sese bergegas mendatangi gedung tersebut. Seakan sudah takdir. Ternyata gedung itulah yang menjadi tempat gadis tersebut dimakamkan.Sese akhirnya menemukan jiwa gadis itu. Dia tengah menangis di depan fotonya yang sudah berhias karangan bunga.Sese mendekatinya dan berkata, "Kau tidak perlu menangisinya lagi. Sekarang ada hal yang lebih penting daripada menangis."Gadis itu berbalik memandang Sese."Siapa kamu? Apa yang kamu lakukan di tempat ini?" tanyanya heran.Yang membuatnya semakin bertanya-tanya adalah. Bagaimana bisa orang lain berbicara kepada dirinya, sedangkan dia sudah meninggal?"Belum saatnya aku menjelaskannya.

  • Cinta Dua Jiwa   Chapter 5

    Sese telah keluar untuk mencari tempat pemakaman gadis yang ditabraknya itu.Sese yang hanya sebatas jiwa tersebut tidak bisa berlama-lama berada di luar ruangan, terutama ketika sedang panas seperti sekarang ini.Dia memilih berteduh di bawah pohon dekat tepi jalan. Namun, seorang pria dengan kurang ajar datang mendekat."Hei tuan! Apa yang ingin anda lakukan? Tolong jangan melakukan hal mesum di tempat ini."Dia berteriak dan menepuk-nepuk bahu pria bertubuh gempal itu, tetapi yang dilakukannya percuma.Tangannya menembus tubuh pria tersebut. Hasilnya, Sese tidak bisa menegur pria nakal itu."Bagaimana ini? Pria ini memiliki gerak-gerik yang mencurigakan," terka Sese.Sese tampak panik ketika pria gempal yang ada di depannya mulai membuka resleting celananya."Hei tuan! Jangan lakukan itu!" Sese sampai menutup wajahnya, tetapi dia pula penasaran ingin melihat sesuatu yang keluar dari dalam celana tersebut.Tak berselang lama dari itu, "Ha, akhirnya!"Ternyata eh ternyata. Rupanya pr

  • Cinta Dua Jiwa   Chapter 4

    "Jadi kapan kita pulang?" keluh Sese yang mulai bosan di ruang yang pengap dan sempit ini."Kau ingin pulang kemana? Kau sudah tidak memiliki rumah. Jangankan rumah, raga pun kau tidak memilikinya," beber Jing Tian, membuka pikiran Sese."Jadi benar aku tidak bisa bertemu lagi dengan keluargaku?"Memikirkan tidak lagi bisa berkumpul dengan keluarga, tentunya membuat Sese menjadi lesu.Wajahnya tertekuk ke bawah. Meratapi nasibnya yang sial."Tentu aku tidak bisa lagi menggoda kakakku, dan berfoya-foya dengan teman-temanku lagi."Yang ada dalam benaknya adalah belanja, dan ngemall menjadi hal yang mungkin dia rindukan setelah ini."Aduh, memang manusia itu sangat naif. Sudah untung kamu diberi kehidupan, jika tidak pastinya kau sudah ada di alam baka sekarang," beber Jing Tian dengan benar."Jika memang aku tidak bisa pulang, maka bagaimana denganku? Apa yang harus aku lakukan setelah ini? Tentu aku tidak akan bisa kembali ke dalam ragaku bukan?""Jelas saja kau tidak bisa kembali ke r

DMCA.com Protection Status