Share

Chapter 4

Penulis: Titik Balik Author
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Jadi kapan kita pulang?" keluh Sese yang mulai bosan di ruang yang pengap dan sempit ini.

"Kau ingin pulang kemana? Kau sudah tidak memiliki rumah. Jangankan rumah, raga pun kau tidak memilikinya," beber Jing Tian, membuka pikiran Sese.

"Jadi benar aku tidak bisa bertemu lagi dengan keluargaku?"

Memikirkan tidak lagi bisa berkumpul dengan keluarga, tentunya membuat Sese menjadi lesu.

Wajahnya tertekuk ke bawah. Meratapi nasibnya yang sial.

"Tentu aku tidak bisa lagi menggoda kakakku, dan berfoya-foya dengan teman-temanku lagi."

Yang ada dalam benaknya adalah belanja, dan ngemall menjadi hal yang mungkin dia rindukan setelah ini.

"Aduh, memang manusia itu sangat naif. Sudah untung kamu diberi kehidupan, jika tidak pastinya kau sudah ada di alam baka sekarang," beber Jing Tian dengan benar.

"Jika memang aku tidak bisa pulang, maka bagaimana denganku? Apa yang harus aku lakukan setelah ini? Tentu aku tidak akan bisa kembali ke dalam ragaku bukan?"

"Jelas saja kau tidak bisa kembali ke raga atau pulang ke rumahmu. Tapi, tentunya kau tidak harus diam saja dan menyusahkanku," urai Jing Tian demikian.

Sese merasa mendapatkan angin segar. Setidak-tidaknya dia tidak akan menganggur di dunia ini.

Sudah dapat dipastikan akan terasa bosan saat tidak ada yang bisa dilakukan, kecuali jika Sese mau menjahili orang lain.

"Apa itu tuan? Jangan katakan tuan memerintahkanku untuk mati dan benar-benar pergi ke Nirwana," ujar Sese takut.

Jelas bukan itu yang akan Jing Tian berikan.

"Tentu saja bukan itu," pekik Jing Tian santai.

Sese senang ketika mendengarnya, "Aku berdoa semoga tugasku tidak akan menyulitkan diriku," harap Sese.

"Jelas tidak," tutup Jing Tian singkat saja.

"Lalu, dimana sekarang jiwa yang akan masuk ke dalam ragaku itu? Siapa orang yang akan beruntung menjadi diriku yang kaya ini."

Congkak, angkuh dan percaya diri. Inilah Sese. Gadis keras kepala yang selalu membusungkan wajahnya karena dia yang paling kaya.

"Gadis yang kau tabrak hingga meninggal itu yang akan mendiami ragamu," beber Jing Tian.

Mengejutkan, "What?!" Sese sampai tidak bisa mengontrol emosinya. Air liurnya sampai melompat ke wajah Jing Tian.

"Bisakah kau sopan sedikit padaku?"

"Maaf."

"Maafkan aku. Aku terlalu emosi ketika mendengar bahwa gadis itu yang akan mendiami ragaku."

Sese kembali duduk. Sempat terjadi ketegangan, namun dia masih bisa menahan itu. Entah jika nanti?

"Apa masalahnya dengan itu? Sudah untung masih ada yang mau mendiami ragamu, jika tidak mungkin kau sudah tiada sejak kemarin," kata Jing Tian.

"Setidaknya gadis itu tidak akan bersikap sombong dan keras kepala seperti dirimu," tutupnya mengejek.

Jelas gadis itu berbeda dengan Sese. Sudah jelas. Beda kepala pasti beda pula pemikiran dan sifatnya.

"Lalu, dimana dia sekarang? Mengapa sampai saat ini dia belum masuk ke dalam ragaku?"

"Pertanyaan yang bagus. Saat ini gadis itu masih ada di pemakaman," beber Jing Tian dengan berterus terang kepada Sese.

"Sudah jelas dia ada di sana bukan? Tapi apa yang dia lakukan di sana? Bukankah dia seharusnya masuk ke dalam ragaku dan bangun dari koma? Jangan katakan yang membuatku kritis karena dia belum masuk ke dalam ragaku?"

Jing Tian tidak memungkiri jika yang Sese katakan seutuhnya benar.

"Hm," gumamnya dengan menganggukkan kepala. Jelas jawabanya adalah iya.

"Mengapa tuan tidak mengatakannya sejak awal. Jika tahu sejak awal. Mungkin aku tidak akan membuang waktuku membual dengan tuan. Sangat tidak asik," tutup Sese, setelahnya pergi.

"Ya! Apa katamu?!" marah Jing Tian.

"Sangat tidak sopan sekali dia. Mengatakan aku membuang waktunya?"

"Apa dia tidak berpikir? Bukankah sejak tadi dia yang banyak bicara? Ya! Mengapa aku menjadi tertuduh seperti ini," tandas Jing Tian kesal.

Sudah jelas Sese yang sejak awal meminta pertolongannya, tetapi mengapa pada akhirnya Jing Tian menjadi yang bersalah.

Ditamlah gadis itu pergi tanpa salam atau sopan santun yang baik. Main pergi saja tanpa tahu dia harus pergi kemana?

"Biarkan saja dia yang mencari tahu sendiri gadis itu di mana? Bukan urusanku mengikuti dirinya juga? Lagi pula dia yang keras kepala dan bukan aku."

Jing Tian berleha-leha karena terbebas dari beban yang sangat berat. Sese menjadi batu ganjalan bagi Jing Tian saat ini.

Sese pergi seorang diri untuk menemui gadis tersebut. Namun, Sese pula tidak tahu dia harus pergi kemana?

Satu petunjuk yang dia tahu. Jiwa gadis itu berada di pemakaman. Benar. Tentu dia ada di pemakaman, tetapi pertanyaannya pemakaman yang mana? Ada puluhan bahkan ratusan pemakaman yang tersebar luas di penjuru negeri ini.

Bisakah Sese menemukannya?

****

"Di mana pemakaman gadis itu?"

"Bodohnya diriku. Seharusnya aku bertanya pada pria itu terlebih dahulu di mana gadis itu dimakamkan. Setidaknya aku tidak akan bingung seperti ini."

Sese berkeluh kesah karena sampai detik ini dia belum juga menemukan makam di mana gadis itu berada.

Sudah hampir 1 jam Sese menjelajah kota, tetapi dia pula belum menemukan gadis tersebut.

"Kemana lagi aku harus mencarinya. Mengapa aku merasa lelah?" tanyanya sendiri.

Kondisi tubuhnya mendadak drop. Terlebih lagi dia merasakan ada yang berbeda dari rasa lelahnya itu.

"Ada apa denganku? Tidak seperti biasanya aku seperti ini."

Jantungnya terasa sakit. Dia pula mengeluarkan keringat yang sangat banyak.

Bagaimana bisa ini terjadi? Bukankah dia hanya sebatas jiwa saja? Pikir Sese demikian.

"Ini tidak mungkin."

Sese semakin tidak percaya saat melihat kulitnya yang mulai terbakar. Sekarang dia tengah berdiri tepat di bawah matahari langsung tanpa terlindungi apapun.

"Jangan-jangan aku terbakar," pikirnya panik.

Sese bergegas mencari tempat yang tidak disinari oleh panas matahari. Dia berusaha untuk melindungi tubuhnya agar tidak terbakar.

"Di sana! Di bawah pohon itu!"

Pohon besar di tepi jalan, menjadi tempat yang ideal untuk Sese berlindung.

"Tidak mungkin. Mengapa kulitku sampai terbakar seperti ini? Biasanya aku tidak pernah mengalaminya. Baru kali ini aku merasa panas matahari benar-benar membakar kulitku."

Sese melihat sekujur tangannya yang kulitnya mulai mengelupas setelah tadi dia berjemur di bawah matahari langsung.

"Setelah ini aku harus kemana?"

"Tapi jika aku pergi lagi, maka aku akan terbakar lagi. Ih, mengerikan."

Membayangkannya saja sudah merasa takut. Sekarang kulitnya, mungkin nanti tubuhnya yang akan menghilang karena panas matahari.

"Tapi jika aku tidak pergi, kemungkinan aku tidak akan bertemu dengan gadis itu."

"Ah, ini membuatku frustasi," kesalnya dengan mengacak-acak rambutnya.

Sese dalam dilema besar. Dia ingin pergi menerjang teriknya matahari, namun dia tidak bisa pergi karena itu akan sangat berbahaya bagi dirinya.

"Lalu, aku harus apa?" pikir Sese.

Dia mencari jalan untuk bisa keluar dari masalah ini, tetapi Sese belum juga menemukan jalan tersebut.

Hingga seorang pria datang pada Sese. Pria bertubuh gempal dan memakai kaos berlengan pendek itu mendekati Sese.

Mungkin Sese bisa melihat pria tersebut, tetapi pria itu tidak dapat melihat Sese. Karena Sese hanya sebatas jiwa saja.

"Apa yang ingin pria ini lakukan?"

Sese memperhatikan gerak-gerik pria itu yang mencurigakan.

"Jangan katakan dia akan?" Sese mulai menyentuh pria itu, namun sayang tangannya menembus tubuh pria tersebut.

Sese pula berteriak, "Hei! Apa yang ingin kau lakukan? Jangan katakan kau ingin …."

Apa yang ingin pria itu lakukan?

Lalu, apa yang harus Sese perbuat setelah ini?

Penasaran?

Bab terkait

  • Cinta Dua Jiwa   Chapter 5

    Sese telah keluar untuk mencari tempat pemakaman gadis yang ditabraknya itu.Sese yang hanya sebatas jiwa tersebut tidak bisa berlama-lama berada di luar ruangan, terutama ketika sedang panas seperti sekarang ini.Dia memilih berteduh di bawah pohon dekat tepi jalan. Namun, seorang pria dengan kurang ajar datang mendekat."Hei tuan! Apa yang ingin anda lakukan? Tolong jangan melakukan hal mesum di tempat ini."Dia berteriak dan menepuk-nepuk bahu pria bertubuh gempal itu, tetapi yang dilakukannya percuma.Tangannya menembus tubuh pria tersebut. Hasilnya, Sese tidak bisa menegur pria nakal itu."Bagaimana ini? Pria ini memiliki gerak-gerik yang mencurigakan," terka Sese.Sese tampak panik ketika pria gempal yang ada di depannya mulai membuka resleting celananya."Hei tuan! Jangan lakukan itu!" Sese sampai menutup wajahnya, tetapi dia pula penasaran ingin melihat sesuatu yang keluar dari dalam celana tersebut.Tak berselang lama dari itu, "Ha, akhirnya!"Ternyata eh ternyata. Rupanya pr

  • Cinta Dua Jiwa   Chapter 6

    Sese sedang bertarung dengan waktu. Tersisa 15 menit terakhir baginya untuk menemukan jiwa gadis tersebut."Harus kemana lagi aku mencari dia?"Sese berusaha untuk tidak mengeluh, karena itu akan membuang banyak waktu. Sese berlari kembali, sampai dia menemukan gedung yang bertuliskan pemakaman."Jangan-jangan dia ada disana." Tidak perlu membuang waktu lagi. Sese bergegas mendatangi gedung tersebut. Seakan sudah takdir. Ternyata gedung itulah yang menjadi tempat gadis tersebut dimakamkan.Sese akhirnya menemukan jiwa gadis itu. Dia tengah menangis di depan fotonya yang sudah berhias karangan bunga.Sese mendekatinya dan berkata, "Kau tidak perlu menangisinya lagi. Sekarang ada hal yang lebih penting daripada menangis."Gadis itu berbalik memandang Sese."Siapa kamu? Apa yang kamu lakukan di tempat ini?" tanyanya heran.Yang membuatnya semakin bertanya-tanya adalah. Bagaimana bisa orang lain berbicara kepada dirinya, sedangkan dia sudah meninggal?"Belum saatnya aku menjelaskannya.

  • Cinta Dua Jiwa   Chapter 7

    Sese mendengar suara Ibunya yang mengatakan jika dirinya sudah koma selama satu bulan."Tuan, apa ini maksudnya?""Jangan berkata. Aku sudah tahu apa yang ingin kamu katakan!"Jing Tian sudah dapat mengetahui isi pikiran Sese sebelum dia mengeluarkan kata-katanya."Tentu kau ingin bertanya, tentang dirimu yang koma itu? Pasti kau ingin tahu perbedaan hari di dunia manusia dengan duniamu saat ini? Benar bukan?"Tebakan Jing Tian sangat tepat. Sese saja bahkan sampai tercengang mendengarnya."Benar tuan. Aku heran mengapa Ibuku berkata. Bahwa aku telah terbaring satu bulan di sana. Sedangkan diriku baru saja beberapa jam yang lalu berada di luaran sana." Herannya Sese bukan main."Tentu jelas perbedaannya. Satu jam di dunia roh, sama dengan 10 hari di dunia manusia," beber Jing Tian."Kau bisa mengalikan saja. Kau baru berada di dunia roh selama 4 jam lebih 30 menit, berarti dikalikan 10 hari. Sama dengan satu bulan," ujar Jing Tian mudah saja, seraya melihat arloji di tangan kirinya."

  • Cinta Dua Jiwa   Chapter 8

    Keesokan paginya. Hari pertama bagi Sukya untuk memulai harinya. Benar, kehidupannya yang telah berakhir kini dimulai kembali. Hanya saja jiwa Sukya masuk ke dalam raga orang lain."Apa yang harus aku lakukan setelah ini? Sampai sekarang aku sendiri bingung dengan apa yang terjadi kepadaku? Mungkinkah aku ini terlahir kembali seperti, cerita-cerita di dalam novel? Entahlah?"Si cantik pun berpikir keras dibuatnya. Tentu saja dia bingung. Terutama sampai sekarang tidak ada yang mau menjelaskannya."Oh, Dewa. Bisakah dirimu menjelaskan ini kepadaku, apa yang sedang aku alami ini?"Berharap dan berdoa, meminta seseorang untuk datang dan menolongnya."Tidak usah kau ragu dengan tubuh barumu itu." Jiwa Sese yang asli telah datang.Sesungguhnya Sukya masih berada di rumah sakit. Dokter masih belum memberikannya izin untuk meninggalkan rumah sakit.Terutama dokter mendiagnosa Sese yang disemayami jiwa Sukya itu mengalami amnesia.Sebenarnya tidak. Bukan ingatannya yang menghilang, melainkan

  • Cinta Dua Jiwa   Chapter 9

    "Bagaimana keadaanmu, Sese sayang?" tanya Ibu kepada Sese yang terlihat linglung."Aku sudah mulai merasa baik, Ibu," balasnya sedikit ragu.Takut salah menyebutkan nama, Sukya harus perlahan-lahan mengingat setiap wajah mereka serta sebutan mereka."Dokter mengatakan dia sudah bisa kembali ke rumah hari ini, Ibu," sambung Xiao Feng memberitahu.Terutama Sukya harus mengingat wajah pria tampan yang ada di sana. Dirinya juga memakai jas dokter, dan dirinya harus memanggilnya dengan sebutan kakak. Itulah yang Sese katakan sebelumnya."Syukurlah jika memang Sese sudah diperbolehkan pulang. Ibu bersyukur jika kamu sudah lebih baik dari sebelumnya, meskipun kamu masih tidak ingat siapa kami," tambah Ibu cemas.Tangan kanannya mengangkat dan menyentuh pipi Sukya. Betapa lembut dan hangat ketika tersentuh kulit.Sukya tersenyum dalam topeng wajah Sese. Dirinya entah sampai kapan harus berperan sebagai Sese? Tidak mungkin dalam satu atau dua hari ini saja bukan? Atau dia akan menjadi Sese unt

  • Cinta Dua Jiwa   chapter 10

    Berlanjut.***Sukya dibantu oleh Xiao Feng tengah membereskan barang-barangnya."Ada apa? Mengapa kamu diam seperti itu? Apa yang sedang mengganggu pikiranmu, sampai kau diam tidak seperti biasanya?" kata Xiao Feng heran.Xiao Feng sudah sangat hafal dengan watak, sifat dan kelakukan adiknya. Maka dari itu ketika melihat adik bungsunya murung dia perlu mempertanyakannya."Tidak ada apa-apa, Kak," balas Sukya seolah mengelak."Jangan bohong kepada kakak. Aku ini sangat mengenal dirimu melebihi orang kain. Aku tahu sekarang sedang memikirkan sesuatu, benar bukan?" tabaknya.Xiao Feng tentu tidak asal menebak atau membaca mimik wajah seseorang, akan tetapi dirinya benar-benar bisa merasakan hal yang janggal dari adiknya itu."Benar, kak. Tidak ada yang sedang aku pikirkan," kilah Sukya."Sungguh? Tapi, mengapa aku merasa ada yang sedang kau tutup-tutupi dariku?" duga Xiao Feng.Sukya merasa kakaknya mulai menaruh curiga kepada dirinya. Raut rupa Sukya semakin pucat ketika Xiao Feng mena

  • Cinta Dua Jiwa   Chapter 11

    Sukya dan keluarga sudah sampai di rumah. Kedatangan Sukya disambut dengan sangat meriah.Para pelayan dan penjaga rumah semuanya berbaris dan bersama-sama mereka memberi hormat."Selamat datang kembali, Directur." Mereka dengan kompak memanggil Sukya dengan sebutan direktur.Memang benar adanya. Sese adalah direktur utama dari perusahaan Xiao Group menggantikan ayahnya yang mundur beberapa bulan lalu."Terima kasih." Sukya sangat senang jika dirinya memang disambung dengan tangan terbuka oleh banyak orang."Ayo, Sayang kita masuk!" ajak kedua orang tuanya. Sukya dengan senang hati menuruti kemauan tersebut.Mereka masuk bersama-sama. Betapa terkejutnya Sukya ketika melihat isi rumah yang sangat bagus itu.Mewah dan berkilau. Sungguh dunia yang tidak pernah Sukya temukan sebelumnya.Dia melihat takjub seisi rumah. Benda-benda di sana membuat Sukya, berpikir bahwa dirinya masuk ke dalam dunia dongeng. Mengapa tidak. Dirinya merasa menjadi seorang putri kaya dalam satu malam. Tidak, bu

  • Cinta Dua Jiwa   Chapter 12

    Sese masih duduk menemani Sukya di kamarnya. Hal yang masih membuat Ssse bertahan adalah sup kesukaannya.Sup ayam yang dibuat penuh cinta oleh ibunya. Kali ini Sese tidak akan bisa mencicipinya, sebeb jiwanya sudah tidak memungkinkan untuk bisa merasakan kehangatan dari setiap cita rasa sup tersebut.Tak lama kemudian Ibu pun kembali. Sese dengan segera langsung menghilang. Hanya Sukya saja yang dapat merasakan dan melihat kehadiran Sese, yang lain tidak bisa melihatnya."Sayang. Ibu bawakan sup untukmu," kata Ibu, seraya membawa semangkuk sup dengan nasi panas di atas baki.Sukya menunjukan senyuman terbaiknya. Sese mengatakan sebelumnya. Bahwa tidak ada sup terlezat di dunia kecuali sup buatan ibunya. Maka dari itu Sukya penasaran dengan citarasanya."Ayo, segera dimakan selagi hangat. Kamu pasti akan menikmatinya," ujar Ibu menambahkan."Ibu tunggal sebentar, ya. Ada hal yang harus Ibu kerjakan di luar," lanjutnya, seraya membelai kepala Sukya."Baik, Bu."Ibunya pergi setelah men

Bab terbaru

  • Cinta Dua Jiwa   Chapter 12

    Sese masih duduk menemani Sukya di kamarnya. Hal yang masih membuat Ssse bertahan adalah sup kesukaannya.Sup ayam yang dibuat penuh cinta oleh ibunya. Kali ini Sese tidak akan bisa mencicipinya, sebeb jiwanya sudah tidak memungkinkan untuk bisa merasakan kehangatan dari setiap cita rasa sup tersebut.Tak lama kemudian Ibu pun kembali. Sese dengan segera langsung menghilang. Hanya Sukya saja yang dapat merasakan dan melihat kehadiran Sese, yang lain tidak bisa melihatnya."Sayang. Ibu bawakan sup untukmu," kata Ibu, seraya membawa semangkuk sup dengan nasi panas di atas baki.Sukya menunjukan senyuman terbaiknya. Sese mengatakan sebelumnya. Bahwa tidak ada sup terlezat di dunia kecuali sup buatan ibunya. Maka dari itu Sukya penasaran dengan citarasanya."Ayo, segera dimakan selagi hangat. Kamu pasti akan menikmatinya," ujar Ibu menambahkan."Ibu tunggal sebentar, ya. Ada hal yang harus Ibu kerjakan di luar," lanjutnya, seraya membelai kepala Sukya."Baik, Bu."Ibunya pergi setelah men

  • Cinta Dua Jiwa   Chapter 11

    Sukya dan keluarga sudah sampai di rumah. Kedatangan Sukya disambut dengan sangat meriah.Para pelayan dan penjaga rumah semuanya berbaris dan bersama-sama mereka memberi hormat."Selamat datang kembali, Directur." Mereka dengan kompak memanggil Sukya dengan sebutan direktur.Memang benar adanya. Sese adalah direktur utama dari perusahaan Xiao Group menggantikan ayahnya yang mundur beberapa bulan lalu."Terima kasih." Sukya sangat senang jika dirinya memang disambung dengan tangan terbuka oleh banyak orang."Ayo, Sayang kita masuk!" ajak kedua orang tuanya. Sukya dengan senang hati menuruti kemauan tersebut.Mereka masuk bersama-sama. Betapa terkejutnya Sukya ketika melihat isi rumah yang sangat bagus itu.Mewah dan berkilau. Sungguh dunia yang tidak pernah Sukya temukan sebelumnya.Dia melihat takjub seisi rumah. Benda-benda di sana membuat Sukya, berpikir bahwa dirinya masuk ke dalam dunia dongeng. Mengapa tidak. Dirinya merasa menjadi seorang putri kaya dalam satu malam. Tidak, bu

  • Cinta Dua Jiwa   chapter 10

    Berlanjut.***Sukya dibantu oleh Xiao Feng tengah membereskan barang-barangnya."Ada apa? Mengapa kamu diam seperti itu? Apa yang sedang mengganggu pikiranmu, sampai kau diam tidak seperti biasanya?" kata Xiao Feng heran.Xiao Feng sudah sangat hafal dengan watak, sifat dan kelakukan adiknya. Maka dari itu ketika melihat adik bungsunya murung dia perlu mempertanyakannya."Tidak ada apa-apa, Kak," balas Sukya seolah mengelak."Jangan bohong kepada kakak. Aku ini sangat mengenal dirimu melebihi orang kain. Aku tahu sekarang sedang memikirkan sesuatu, benar bukan?" tabaknya.Xiao Feng tentu tidak asal menebak atau membaca mimik wajah seseorang, akan tetapi dirinya benar-benar bisa merasakan hal yang janggal dari adiknya itu."Benar, kak. Tidak ada yang sedang aku pikirkan," kilah Sukya."Sungguh? Tapi, mengapa aku merasa ada yang sedang kau tutup-tutupi dariku?" duga Xiao Feng.Sukya merasa kakaknya mulai menaruh curiga kepada dirinya. Raut rupa Sukya semakin pucat ketika Xiao Feng mena

  • Cinta Dua Jiwa   Chapter 9

    "Bagaimana keadaanmu, Sese sayang?" tanya Ibu kepada Sese yang terlihat linglung."Aku sudah mulai merasa baik, Ibu," balasnya sedikit ragu.Takut salah menyebutkan nama, Sukya harus perlahan-lahan mengingat setiap wajah mereka serta sebutan mereka."Dokter mengatakan dia sudah bisa kembali ke rumah hari ini, Ibu," sambung Xiao Feng memberitahu.Terutama Sukya harus mengingat wajah pria tampan yang ada di sana. Dirinya juga memakai jas dokter, dan dirinya harus memanggilnya dengan sebutan kakak. Itulah yang Sese katakan sebelumnya."Syukurlah jika memang Sese sudah diperbolehkan pulang. Ibu bersyukur jika kamu sudah lebih baik dari sebelumnya, meskipun kamu masih tidak ingat siapa kami," tambah Ibu cemas.Tangan kanannya mengangkat dan menyentuh pipi Sukya. Betapa lembut dan hangat ketika tersentuh kulit.Sukya tersenyum dalam topeng wajah Sese. Dirinya entah sampai kapan harus berperan sebagai Sese? Tidak mungkin dalam satu atau dua hari ini saja bukan? Atau dia akan menjadi Sese unt

  • Cinta Dua Jiwa   Chapter 8

    Keesokan paginya. Hari pertama bagi Sukya untuk memulai harinya. Benar, kehidupannya yang telah berakhir kini dimulai kembali. Hanya saja jiwa Sukya masuk ke dalam raga orang lain."Apa yang harus aku lakukan setelah ini? Sampai sekarang aku sendiri bingung dengan apa yang terjadi kepadaku? Mungkinkah aku ini terlahir kembali seperti, cerita-cerita di dalam novel? Entahlah?"Si cantik pun berpikir keras dibuatnya. Tentu saja dia bingung. Terutama sampai sekarang tidak ada yang mau menjelaskannya."Oh, Dewa. Bisakah dirimu menjelaskan ini kepadaku, apa yang sedang aku alami ini?"Berharap dan berdoa, meminta seseorang untuk datang dan menolongnya."Tidak usah kau ragu dengan tubuh barumu itu." Jiwa Sese yang asli telah datang.Sesungguhnya Sukya masih berada di rumah sakit. Dokter masih belum memberikannya izin untuk meninggalkan rumah sakit.Terutama dokter mendiagnosa Sese yang disemayami jiwa Sukya itu mengalami amnesia.Sebenarnya tidak. Bukan ingatannya yang menghilang, melainkan

  • Cinta Dua Jiwa   Chapter 7

    Sese mendengar suara Ibunya yang mengatakan jika dirinya sudah koma selama satu bulan."Tuan, apa ini maksudnya?""Jangan berkata. Aku sudah tahu apa yang ingin kamu katakan!"Jing Tian sudah dapat mengetahui isi pikiran Sese sebelum dia mengeluarkan kata-katanya."Tentu kau ingin bertanya, tentang dirimu yang koma itu? Pasti kau ingin tahu perbedaan hari di dunia manusia dengan duniamu saat ini? Benar bukan?"Tebakan Jing Tian sangat tepat. Sese saja bahkan sampai tercengang mendengarnya."Benar tuan. Aku heran mengapa Ibuku berkata. Bahwa aku telah terbaring satu bulan di sana. Sedangkan diriku baru saja beberapa jam yang lalu berada di luaran sana." Herannya Sese bukan main."Tentu jelas perbedaannya. Satu jam di dunia roh, sama dengan 10 hari di dunia manusia," beber Jing Tian."Kau bisa mengalikan saja. Kau baru berada di dunia roh selama 4 jam lebih 30 menit, berarti dikalikan 10 hari. Sama dengan satu bulan," ujar Jing Tian mudah saja, seraya melihat arloji di tangan kirinya."

  • Cinta Dua Jiwa   Chapter 6

    Sese sedang bertarung dengan waktu. Tersisa 15 menit terakhir baginya untuk menemukan jiwa gadis tersebut."Harus kemana lagi aku mencari dia?"Sese berusaha untuk tidak mengeluh, karena itu akan membuang banyak waktu. Sese berlari kembali, sampai dia menemukan gedung yang bertuliskan pemakaman."Jangan-jangan dia ada disana." Tidak perlu membuang waktu lagi. Sese bergegas mendatangi gedung tersebut. Seakan sudah takdir. Ternyata gedung itulah yang menjadi tempat gadis tersebut dimakamkan.Sese akhirnya menemukan jiwa gadis itu. Dia tengah menangis di depan fotonya yang sudah berhias karangan bunga.Sese mendekatinya dan berkata, "Kau tidak perlu menangisinya lagi. Sekarang ada hal yang lebih penting daripada menangis."Gadis itu berbalik memandang Sese."Siapa kamu? Apa yang kamu lakukan di tempat ini?" tanyanya heran.Yang membuatnya semakin bertanya-tanya adalah. Bagaimana bisa orang lain berbicara kepada dirinya, sedangkan dia sudah meninggal?"Belum saatnya aku menjelaskannya.

  • Cinta Dua Jiwa   Chapter 5

    Sese telah keluar untuk mencari tempat pemakaman gadis yang ditabraknya itu.Sese yang hanya sebatas jiwa tersebut tidak bisa berlama-lama berada di luar ruangan, terutama ketika sedang panas seperti sekarang ini.Dia memilih berteduh di bawah pohon dekat tepi jalan. Namun, seorang pria dengan kurang ajar datang mendekat."Hei tuan! Apa yang ingin anda lakukan? Tolong jangan melakukan hal mesum di tempat ini."Dia berteriak dan menepuk-nepuk bahu pria bertubuh gempal itu, tetapi yang dilakukannya percuma.Tangannya menembus tubuh pria tersebut. Hasilnya, Sese tidak bisa menegur pria nakal itu."Bagaimana ini? Pria ini memiliki gerak-gerik yang mencurigakan," terka Sese.Sese tampak panik ketika pria gempal yang ada di depannya mulai membuka resleting celananya."Hei tuan! Jangan lakukan itu!" Sese sampai menutup wajahnya, tetapi dia pula penasaran ingin melihat sesuatu yang keluar dari dalam celana tersebut.Tak berselang lama dari itu, "Ha, akhirnya!"Ternyata eh ternyata. Rupanya pr

  • Cinta Dua Jiwa   Chapter 4

    "Jadi kapan kita pulang?" keluh Sese yang mulai bosan di ruang yang pengap dan sempit ini."Kau ingin pulang kemana? Kau sudah tidak memiliki rumah. Jangankan rumah, raga pun kau tidak memilikinya," beber Jing Tian, membuka pikiran Sese."Jadi benar aku tidak bisa bertemu lagi dengan keluargaku?"Memikirkan tidak lagi bisa berkumpul dengan keluarga, tentunya membuat Sese menjadi lesu.Wajahnya tertekuk ke bawah. Meratapi nasibnya yang sial."Tentu aku tidak bisa lagi menggoda kakakku, dan berfoya-foya dengan teman-temanku lagi."Yang ada dalam benaknya adalah belanja, dan ngemall menjadi hal yang mungkin dia rindukan setelah ini."Aduh, memang manusia itu sangat naif. Sudah untung kamu diberi kehidupan, jika tidak pastinya kau sudah ada di alam baka sekarang," beber Jing Tian dengan benar."Jika memang aku tidak bisa pulang, maka bagaimana denganku? Apa yang harus aku lakukan setelah ini? Tentu aku tidak akan bisa kembali ke dalam ragaku bukan?""Jelas saja kau tidak bisa kembali ke r

DMCA.com Protection Status