"Hai, tuan. Tunggu!" panggil Sese mengejar di belakang.
"Ada apa lagi?" ujar pria itu malas.Dibuntuti terasa sangat tidak nyaman. Terutama Sese adalah jiwa yang tidak bisa mau diam. Mulutnya itu tidak bisa dijaga, sehingga selalu saja mengoceh sesuka hatinya."Aku lapar," tutur Sese, mengelus perutnya yang sedari tadi terus meminta diisi itu."Tidak mungkin kau lapar. Jiwa tidak mungkin lapar," balas pria itu tidak menduga."Entahlah, aku juga tidak mengerti, tetapi sekarang perutku terasa lapar. Biasanya aku makan pizza, roti bakar, daging guling dan semacamnya," beber Sese.Membayangkan kelezatan setiap makanan itu, membuat air liur Sese terus keluar. Itu menimbulkan rasa jijik bagi pria bernama Jing Tian tersebut."Payah!"Pluk! Mengetuk dahi Sese dengan jari telunjuknya."Au, tuan!" bentak Sese tidak suka.Jelas itu sangatlah tidak sopan. Mengganggu seseorang adalah hal yang buruk. Terutama sedang memikirkan makanan."Jiwa tidak mungkin memakan makanan manusia," ujarnya membeberkan fakta mencengangkan."What?! Tidak mungkin!"Sese bersuara dengan keras, sehingga Jing Tian harus menutup telinganya itu."Jadi, aku tidak bisa makan pizza, nasi gireng, ayam gireng, tahu giring, dan yang lain-lain," cemas Sese, ketika menyebutkan daftar menu favoritnya."Jika seperti itu. Aku harus makan apa? Bagaimana dengan cacing-cacing di sini sudah berdemo meminta hak atas kerja kerasnya," ujar Sese ngawur.Jelas, dia asal bicara. Seraya mengelus perutnya dan menyunggingkan bibirnya Sese meminta untuk makan, tetapi apa yang bisa dia makan sekarang?He, Jing Tian terlihat mengelah napasnya. Sungguh jiwa yang membuat repot saja. Pikirnya pasrah."Baiklah, sekarang ikut denganku!" ajaknya.Dia harus membawa Sese pergi, atau Sese akan membuatnya semakin susah saja."Kemana tuan? Apakah tuan ingin mengajakku makan malam di hotel bintang 5, atau 10? Atau mungkin kita akan makan di luar negeri? Aduh membayangkannya aku sudah sangat senang." "Ikuti saja. Nanti kau akan tahu dengan sendiri."Jing Tian mengajak Sese ke suatu tempat. Sese yang mengikuti di belakang tampak sangat senang.Dia tidak bisa menampik betapa bahagianya dia ketika tahu akan diajak makan malam berdua dengan pria tampan.Sese mengejar dan berusaha mengimbangi langkah Jing Tian. Pria yang sama sekali belum dia kenal itu.Harapan Sese sangatlah besar. Dia memikirkan betapa romantisnya dia yang akah makan berdua dengan pria ganteng.Sungguh ini kali pertama bagi Sese makan berdua dengan pria selain dengan kakak dan ayahnya.Sese menjadikan momen ini menjadi kenangan manis dalam hidupnya. Tak apa jika tidak bisa hidup sebagai manusia lagi, setidaknya dirinya bisa bertemu dengan pria ganteng itu sudah lebih cukup.****"Kita sudah sampai," ujar Jing Tian memutuskan harapan Sese.Yang diharapkan adalah hotel berbintang 5 atau semacamnya, hal demikian berbanding terbalik. Jing Tian hanya membawanya ke suatu tempat yang gelap dan pengap. Bukan ruang mewah dengan pendingin ruangan. Ini hanya berupa ruang kosong dengan sedikit penerangan dari lampu kecil saja."Makanlah!" pinta Jing Tian.Ingin ada pizza atau semacamnya, yang diterima Sese hanyalah air putih tawar dengan pil obat di depan matanya."Apa-apaan ini? Apa yang harus aku makan? Pil ini? Air putih ini?"Sese menggerutu. Mengernyitkan dahinya, dan menyunggingkan bibirnya. Tidak terima dengan makananya Sese pun merajuk."Aku tidak ingin makan. Apa-apaan in? Makanan seperti apa itu? Mengapa aku hanya diberi air putih tawar dan obat? Mana mungkin bisa kenyang.""Hadeh, kau ini bukan lagi manusia biasa. Kau adalah jiwa. Tidak mungkin jiwa memakan pizza atau makanan lainnya," tutur Jing Tian memberi pencerahan."Jadi aku harus memakan obat itu?"Sese ragu saat melihat obat tersebut. Tidak mungkin hanya satu buah pil obat akan membuat perutnya kenyang?"Silahkan saja. Jika tidak mau tentu tidak apa-apa. Aku pastikan kau akan terus merasakan lapar," tungkas Jing Tian, seraya bersandar pada kursi yang diduduki.Sese bahkan sampai menelan salivahnya. Dikarenakan dia takut untuk meminum obet tersebut.Di dunia nyatanya saja Sese sangat sulit untuk meminum obat. Bagaimanapun obat adalah makanan yang tidak disukai oleh Sese.Jing Tian masih memperhatikan Sese. Sedangkan gadis itu masih enggen menentuh obatnya. Bahkan sulit sekali bagi Sese untuk meraih obat tersebut."Obat itu tidak akan membuatmu mati. Lagi pula kau bukan manusia lagi. Kau sekarang hanya sebatas jiwa yang tidak memiliki raga," urai Jing Tian.Mau tidak mau. Suka tidak suka Sese harus menelan obat tersebut. Reaksinya apa, biarkan nanti saja. Yang terpinting dia harus mengisi perutnya itu.Glek ….Sese menelan obatnya, beserta menghabiskan air putih yang sengaja sudah disiapkan itu."Ah, sudah."Gelasnya sudah kosong. Obat pun sudah masuk ke dalam tubuh. Tinggal menunggu beberapa menit lagi untuk melihat reaksinya."Bagaimana, apa rasa laparmu sudah hilang?" ujar Jing Tian bernada malas.Sese masih menunggu hasilnya. Dia belum juga merasakan efek jelas dari obat yang baru saja dia minum itu."Tidak terjadi apa-apa," ungkap Sese menunggu."Tunggu beberapa menit lagi," balas Jing Tian santai.Sese masih belum merasakan apa-apa di dalam tubuhnya itu."Eh," gumamnya.Perlahan-lahan ada pergejolakan di dalam perutnya. Serasa banyak hal yang masuk ke dalam perutnya secara tiba-tiba dengan jumlah banyak."Bagaimana? Apa semuanya sudah terisi penuh?"Dia menganggut. Sese sedang merasakan bagian dalam lambungnya sedang terisis oleh seseatu yang bergerak sangat cepat."Jangan lupa sisakan untukmu bernapas. Jangan semua kau makan, nanti lambungmu akan semakin melebar," canda Jing Tian."Rupanya kau bisa membual juga," ujar Sese senang.Sekarang rasa lapar yang sedari tadi menyiksa sudah hilang. Sese sudah merasa kenyang dan ditandai dengan dia yang bersendawa."Ih, menjijikan."Suaranya sangat besar sampai tercium pula bau dari dalam mulutnya, sehingga Jing Tian merasa jijik."Maaf. Aku sengaja melakukannya." Sese membual senang. Senyuman tentu merekah dari bibirnya yang membentuk seperti bulan sabit."Tapi aku heran. Bagaimana hanya sebuah obat saja aku bisa merasakan kenyang? Bukankah itu aneh.""Kau ini pura-pura bodoh atau sebenarnya kau ini payah? Bukankah sudah aku katakan kau bukanlagi manusia, melainkan hanya jiwa tanpa raga. Jadi jelas kau akan merasa kenyang walau hanya menelan sebutir obat saja," papar Jing Tian."Oh, jadi seperti itu. Baru aku mengerti sekarang," cetus Sese malu."Hadeh, kau memang jiwa yang menyusahkan saja," pekik Jing Tian, yan hanya bisa mengelah napas saja."Maaf.""Maafkan aku. Jika sedang lapan aku tidak bisa fokus," protesnya."Lagi pupa penjelasanmu sangat rumit, sehingga sulit bagiku untuk memahaminya," tambahnya mengeluh."Sulit memahami katamu!" bentak Jing Tian kesal."Jadi dari semua penjelasan yang aku berikan tidak satupun yang dapat kau pahami? Sama sekali kau tidak paham?"Sese menganggutkan kepalanya, "Hadeh, kau memang jiwa yang menyebalkan," tutup Jing Tian.Menepuk jidatnya dan berkata, "Mengapa aku harus bertemu jiwa seperti dia? Sejak awal seharusnya aku tidak bertemu dengan wania ini. Dia hanya bisa menyusahkanku saja," keluhnya.Badannya disandarkan ke belakang. Sulit dipercaya bahwa dia harus terjebak jiwa dari seorang wanita yang bodoh."Kau kenapa? Apa tuan mengatakan sesuatu?"Bukan hanya bodoh, tetapi dia juga tuli. Bagaimana bisa saat seseorang berkata dengan suara besar, dirinya sama sekali tidak mendengar? Sese memang sangat keterlaluan."Jadi tuan setelah ini apa yang harus kita lakukan? Apakah aku boleh pulang?" celetuknya.Jing Tian mendapatkan beban yang berat. Mengurus jiwa yang sifat manjanya tidak bisa dirubah.Yang jelas hanya satu. Jing Tian hanya bisa menepuk kepalanya dan menutupi wajahnya yang tampan itu dengan rasa kesal.Bagaimana dengan kelanjutannya?Bisakah Jing Tian sabar menghadapi Sese?"Jadi kapan kita pulang?" keluh Sese yang mulai bosan di ruang yang pengap dan sempit ini."Kau ingin pulang kemana? Kau sudah tidak memiliki rumah. Jangankan rumah, raga pun kau tidak memilikinya," beber Jing Tian, membuka pikiran Sese."Jadi benar aku tidak bisa bertemu lagi dengan keluargaku?"Memikirkan tidak lagi bisa berkumpul dengan keluarga, tentunya membuat Sese menjadi lesu.Wajahnya tertekuk ke bawah. Meratapi nasibnya yang sial."Tentu aku tidak bisa lagi menggoda kakakku, dan berfoya-foya dengan teman-temanku lagi."Yang ada dalam benaknya adalah belanja, dan ngemall menjadi hal yang mungkin dia rindukan setelah ini."Aduh, memang manusia itu sangat naif. Sudah untung kamu diberi kehidupan, jika tidak pastinya kau sudah ada di alam baka sekarang," beber Jing Tian dengan benar."Jika memang aku tidak bisa pulang, maka bagaimana denganku? Apa yang harus aku lakukan setelah ini? Tentu aku tidak akan bisa kembali ke dalam ragaku bukan?""Jelas saja kau tidak bisa kembali ke r
Sese telah keluar untuk mencari tempat pemakaman gadis yang ditabraknya itu.Sese yang hanya sebatas jiwa tersebut tidak bisa berlama-lama berada di luar ruangan, terutama ketika sedang panas seperti sekarang ini.Dia memilih berteduh di bawah pohon dekat tepi jalan. Namun, seorang pria dengan kurang ajar datang mendekat."Hei tuan! Apa yang ingin anda lakukan? Tolong jangan melakukan hal mesum di tempat ini."Dia berteriak dan menepuk-nepuk bahu pria bertubuh gempal itu, tetapi yang dilakukannya percuma.Tangannya menembus tubuh pria tersebut. Hasilnya, Sese tidak bisa menegur pria nakal itu."Bagaimana ini? Pria ini memiliki gerak-gerik yang mencurigakan," terka Sese.Sese tampak panik ketika pria gempal yang ada di depannya mulai membuka resleting celananya."Hei tuan! Jangan lakukan itu!" Sese sampai menutup wajahnya, tetapi dia pula penasaran ingin melihat sesuatu yang keluar dari dalam celana tersebut.Tak berselang lama dari itu, "Ha, akhirnya!"Ternyata eh ternyata. Rupanya pr
Sese sedang bertarung dengan waktu. Tersisa 15 menit terakhir baginya untuk menemukan jiwa gadis tersebut."Harus kemana lagi aku mencari dia?"Sese berusaha untuk tidak mengeluh, karena itu akan membuang banyak waktu. Sese berlari kembali, sampai dia menemukan gedung yang bertuliskan pemakaman."Jangan-jangan dia ada disana." Tidak perlu membuang waktu lagi. Sese bergegas mendatangi gedung tersebut. Seakan sudah takdir. Ternyata gedung itulah yang menjadi tempat gadis tersebut dimakamkan.Sese akhirnya menemukan jiwa gadis itu. Dia tengah menangis di depan fotonya yang sudah berhias karangan bunga.Sese mendekatinya dan berkata, "Kau tidak perlu menangisinya lagi. Sekarang ada hal yang lebih penting daripada menangis."Gadis itu berbalik memandang Sese."Siapa kamu? Apa yang kamu lakukan di tempat ini?" tanyanya heran.Yang membuatnya semakin bertanya-tanya adalah. Bagaimana bisa orang lain berbicara kepada dirinya, sedangkan dia sudah meninggal?"Belum saatnya aku menjelaskannya.
Sese mendengar suara Ibunya yang mengatakan jika dirinya sudah koma selama satu bulan."Tuan, apa ini maksudnya?""Jangan berkata. Aku sudah tahu apa yang ingin kamu katakan!"Jing Tian sudah dapat mengetahui isi pikiran Sese sebelum dia mengeluarkan kata-katanya."Tentu kau ingin bertanya, tentang dirimu yang koma itu? Pasti kau ingin tahu perbedaan hari di dunia manusia dengan duniamu saat ini? Benar bukan?"Tebakan Jing Tian sangat tepat. Sese saja bahkan sampai tercengang mendengarnya."Benar tuan. Aku heran mengapa Ibuku berkata. Bahwa aku telah terbaring satu bulan di sana. Sedangkan diriku baru saja beberapa jam yang lalu berada di luaran sana." Herannya Sese bukan main."Tentu jelas perbedaannya. Satu jam di dunia roh, sama dengan 10 hari di dunia manusia," beber Jing Tian."Kau bisa mengalikan saja. Kau baru berada di dunia roh selama 4 jam lebih 30 menit, berarti dikalikan 10 hari. Sama dengan satu bulan," ujar Jing Tian mudah saja, seraya melihat arloji di tangan kirinya."
Keesokan paginya. Hari pertama bagi Sukya untuk memulai harinya. Benar, kehidupannya yang telah berakhir kini dimulai kembali. Hanya saja jiwa Sukya masuk ke dalam raga orang lain."Apa yang harus aku lakukan setelah ini? Sampai sekarang aku sendiri bingung dengan apa yang terjadi kepadaku? Mungkinkah aku ini terlahir kembali seperti, cerita-cerita di dalam novel? Entahlah?"Si cantik pun berpikir keras dibuatnya. Tentu saja dia bingung. Terutama sampai sekarang tidak ada yang mau menjelaskannya."Oh, Dewa. Bisakah dirimu menjelaskan ini kepadaku, apa yang sedang aku alami ini?"Berharap dan berdoa, meminta seseorang untuk datang dan menolongnya."Tidak usah kau ragu dengan tubuh barumu itu." Jiwa Sese yang asli telah datang.Sesungguhnya Sukya masih berada di rumah sakit. Dokter masih belum memberikannya izin untuk meninggalkan rumah sakit.Terutama dokter mendiagnosa Sese yang disemayami jiwa Sukya itu mengalami amnesia.Sebenarnya tidak. Bukan ingatannya yang menghilang, melainkan
"Bagaimana keadaanmu, Sese sayang?" tanya Ibu kepada Sese yang terlihat linglung."Aku sudah mulai merasa baik, Ibu," balasnya sedikit ragu.Takut salah menyebutkan nama, Sukya harus perlahan-lahan mengingat setiap wajah mereka serta sebutan mereka."Dokter mengatakan dia sudah bisa kembali ke rumah hari ini, Ibu," sambung Xiao Feng memberitahu.Terutama Sukya harus mengingat wajah pria tampan yang ada di sana. Dirinya juga memakai jas dokter, dan dirinya harus memanggilnya dengan sebutan kakak. Itulah yang Sese katakan sebelumnya."Syukurlah jika memang Sese sudah diperbolehkan pulang. Ibu bersyukur jika kamu sudah lebih baik dari sebelumnya, meskipun kamu masih tidak ingat siapa kami," tambah Ibu cemas.Tangan kanannya mengangkat dan menyentuh pipi Sukya. Betapa lembut dan hangat ketika tersentuh kulit.Sukya tersenyum dalam topeng wajah Sese. Dirinya entah sampai kapan harus berperan sebagai Sese? Tidak mungkin dalam satu atau dua hari ini saja bukan? Atau dia akan menjadi Sese unt
Berlanjut.***Sukya dibantu oleh Xiao Feng tengah membereskan barang-barangnya."Ada apa? Mengapa kamu diam seperti itu? Apa yang sedang mengganggu pikiranmu, sampai kau diam tidak seperti biasanya?" kata Xiao Feng heran.Xiao Feng sudah sangat hafal dengan watak, sifat dan kelakukan adiknya. Maka dari itu ketika melihat adik bungsunya murung dia perlu mempertanyakannya."Tidak ada apa-apa, Kak," balas Sukya seolah mengelak."Jangan bohong kepada kakak. Aku ini sangat mengenal dirimu melebihi orang kain. Aku tahu sekarang sedang memikirkan sesuatu, benar bukan?" tabaknya.Xiao Feng tentu tidak asal menebak atau membaca mimik wajah seseorang, akan tetapi dirinya benar-benar bisa merasakan hal yang janggal dari adiknya itu."Benar, kak. Tidak ada yang sedang aku pikirkan," kilah Sukya."Sungguh? Tapi, mengapa aku merasa ada yang sedang kau tutup-tutupi dariku?" duga Xiao Feng.Sukya merasa kakaknya mulai menaruh curiga kepada dirinya. Raut rupa Sukya semakin pucat ketika Xiao Feng mena
Sukya dan keluarga sudah sampai di rumah. Kedatangan Sukya disambut dengan sangat meriah.Para pelayan dan penjaga rumah semuanya berbaris dan bersama-sama mereka memberi hormat."Selamat datang kembali, Directur." Mereka dengan kompak memanggil Sukya dengan sebutan direktur.Memang benar adanya. Sese adalah direktur utama dari perusahaan Xiao Group menggantikan ayahnya yang mundur beberapa bulan lalu."Terima kasih." Sukya sangat senang jika dirinya memang disambung dengan tangan terbuka oleh banyak orang."Ayo, Sayang kita masuk!" ajak kedua orang tuanya. Sukya dengan senang hati menuruti kemauan tersebut.Mereka masuk bersama-sama. Betapa terkejutnya Sukya ketika melihat isi rumah yang sangat bagus itu.Mewah dan berkilau. Sungguh dunia yang tidak pernah Sukya temukan sebelumnya.Dia melihat takjub seisi rumah. Benda-benda di sana membuat Sukya, berpikir bahwa dirinya masuk ke dalam dunia dongeng. Mengapa tidak. Dirinya merasa menjadi seorang putri kaya dalam satu malam. Tidak, bu
Sese masih duduk menemani Sukya di kamarnya. Hal yang masih membuat Ssse bertahan adalah sup kesukaannya.Sup ayam yang dibuat penuh cinta oleh ibunya. Kali ini Sese tidak akan bisa mencicipinya, sebeb jiwanya sudah tidak memungkinkan untuk bisa merasakan kehangatan dari setiap cita rasa sup tersebut.Tak lama kemudian Ibu pun kembali. Sese dengan segera langsung menghilang. Hanya Sukya saja yang dapat merasakan dan melihat kehadiran Sese, yang lain tidak bisa melihatnya."Sayang. Ibu bawakan sup untukmu," kata Ibu, seraya membawa semangkuk sup dengan nasi panas di atas baki.Sukya menunjukan senyuman terbaiknya. Sese mengatakan sebelumnya. Bahwa tidak ada sup terlezat di dunia kecuali sup buatan ibunya. Maka dari itu Sukya penasaran dengan citarasanya."Ayo, segera dimakan selagi hangat. Kamu pasti akan menikmatinya," ujar Ibu menambahkan."Ibu tunggal sebentar, ya. Ada hal yang harus Ibu kerjakan di luar," lanjutnya, seraya membelai kepala Sukya."Baik, Bu."Ibunya pergi setelah men
Sukya dan keluarga sudah sampai di rumah. Kedatangan Sukya disambut dengan sangat meriah.Para pelayan dan penjaga rumah semuanya berbaris dan bersama-sama mereka memberi hormat."Selamat datang kembali, Directur." Mereka dengan kompak memanggil Sukya dengan sebutan direktur.Memang benar adanya. Sese adalah direktur utama dari perusahaan Xiao Group menggantikan ayahnya yang mundur beberapa bulan lalu."Terima kasih." Sukya sangat senang jika dirinya memang disambung dengan tangan terbuka oleh banyak orang."Ayo, Sayang kita masuk!" ajak kedua orang tuanya. Sukya dengan senang hati menuruti kemauan tersebut.Mereka masuk bersama-sama. Betapa terkejutnya Sukya ketika melihat isi rumah yang sangat bagus itu.Mewah dan berkilau. Sungguh dunia yang tidak pernah Sukya temukan sebelumnya.Dia melihat takjub seisi rumah. Benda-benda di sana membuat Sukya, berpikir bahwa dirinya masuk ke dalam dunia dongeng. Mengapa tidak. Dirinya merasa menjadi seorang putri kaya dalam satu malam. Tidak, bu
Berlanjut.***Sukya dibantu oleh Xiao Feng tengah membereskan barang-barangnya."Ada apa? Mengapa kamu diam seperti itu? Apa yang sedang mengganggu pikiranmu, sampai kau diam tidak seperti biasanya?" kata Xiao Feng heran.Xiao Feng sudah sangat hafal dengan watak, sifat dan kelakukan adiknya. Maka dari itu ketika melihat adik bungsunya murung dia perlu mempertanyakannya."Tidak ada apa-apa, Kak," balas Sukya seolah mengelak."Jangan bohong kepada kakak. Aku ini sangat mengenal dirimu melebihi orang kain. Aku tahu sekarang sedang memikirkan sesuatu, benar bukan?" tabaknya.Xiao Feng tentu tidak asal menebak atau membaca mimik wajah seseorang, akan tetapi dirinya benar-benar bisa merasakan hal yang janggal dari adiknya itu."Benar, kak. Tidak ada yang sedang aku pikirkan," kilah Sukya."Sungguh? Tapi, mengapa aku merasa ada yang sedang kau tutup-tutupi dariku?" duga Xiao Feng.Sukya merasa kakaknya mulai menaruh curiga kepada dirinya. Raut rupa Sukya semakin pucat ketika Xiao Feng mena
"Bagaimana keadaanmu, Sese sayang?" tanya Ibu kepada Sese yang terlihat linglung."Aku sudah mulai merasa baik, Ibu," balasnya sedikit ragu.Takut salah menyebutkan nama, Sukya harus perlahan-lahan mengingat setiap wajah mereka serta sebutan mereka."Dokter mengatakan dia sudah bisa kembali ke rumah hari ini, Ibu," sambung Xiao Feng memberitahu.Terutama Sukya harus mengingat wajah pria tampan yang ada di sana. Dirinya juga memakai jas dokter, dan dirinya harus memanggilnya dengan sebutan kakak. Itulah yang Sese katakan sebelumnya."Syukurlah jika memang Sese sudah diperbolehkan pulang. Ibu bersyukur jika kamu sudah lebih baik dari sebelumnya, meskipun kamu masih tidak ingat siapa kami," tambah Ibu cemas.Tangan kanannya mengangkat dan menyentuh pipi Sukya. Betapa lembut dan hangat ketika tersentuh kulit.Sukya tersenyum dalam topeng wajah Sese. Dirinya entah sampai kapan harus berperan sebagai Sese? Tidak mungkin dalam satu atau dua hari ini saja bukan? Atau dia akan menjadi Sese unt
Keesokan paginya. Hari pertama bagi Sukya untuk memulai harinya. Benar, kehidupannya yang telah berakhir kini dimulai kembali. Hanya saja jiwa Sukya masuk ke dalam raga orang lain."Apa yang harus aku lakukan setelah ini? Sampai sekarang aku sendiri bingung dengan apa yang terjadi kepadaku? Mungkinkah aku ini terlahir kembali seperti, cerita-cerita di dalam novel? Entahlah?"Si cantik pun berpikir keras dibuatnya. Tentu saja dia bingung. Terutama sampai sekarang tidak ada yang mau menjelaskannya."Oh, Dewa. Bisakah dirimu menjelaskan ini kepadaku, apa yang sedang aku alami ini?"Berharap dan berdoa, meminta seseorang untuk datang dan menolongnya."Tidak usah kau ragu dengan tubuh barumu itu." Jiwa Sese yang asli telah datang.Sesungguhnya Sukya masih berada di rumah sakit. Dokter masih belum memberikannya izin untuk meninggalkan rumah sakit.Terutama dokter mendiagnosa Sese yang disemayami jiwa Sukya itu mengalami amnesia.Sebenarnya tidak. Bukan ingatannya yang menghilang, melainkan
Sese mendengar suara Ibunya yang mengatakan jika dirinya sudah koma selama satu bulan."Tuan, apa ini maksudnya?""Jangan berkata. Aku sudah tahu apa yang ingin kamu katakan!"Jing Tian sudah dapat mengetahui isi pikiran Sese sebelum dia mengeluarkan kata-katanya."Tentu kau ingin bertanya, tentang dirimu yang koma itu? Pasti kau ingin tahu perbedaan hari di dunia manusia dengan duniamu saat ini? Benar bukan?"Tebakan Jing Tian sangat tepat. Sese saja bahkan sampai tercengang mendengarnya."Benar tuan. Aku heran mengapa Ibuku berkata. Bahwa aku telah terbaring satu bulan di sana. Sedangkan diriku baru saja beberapa jam yang lalu berada di luaran sana." Herannya Sese bukan main."Tentu jelas perbedaannya. Satu jam di dunia roh, sama dengan 10 hari di dunia manusia," beber Jing Tian."Kau bisa mengalikan saja. Kau baru berada di dunia roh selama 4 jam lebih 30 menit, berarti dikalikan 10 hari. Sama dengan satu bulan," ujar Jing Tian mudah saja, seraya melihat arloji di tangan kirinya."
Sese sedang bertarung dengan waktu. Tersisa 15 menit terakhir baginya untuk menemukan jiwa gadis tersebut."Harus kemana lagi aku mencari dia?"Sese berusaha untuk tidak mengeluh, karena itu akan membuang banyak waktu. Sese berlari kembali, sampai dia menemukan gedung yang bertuliskan pemakaman."Jangan-jangan dia ada disana." Tidak perlu membuang waktu lagi. Sese bergegas mendatangi gedung tersebut. Seakan sudah takdir. Ternyata gedung itulah yang menjadi tempat gadis tersebut dimakamkan.Sese akhirnya menemukan jiwa gadis itu. Dia tengah menangis di depan fotonya yang sudah berhias karangan bunga.Sese mendekatinya dan berkata, "Kau tidak perlu menangisinya lagi. Sekarang ada hal yang lebih penting daripada menangis."Gadis itu berbalik memandang Sese."Siapa kamu? Apa yang kamu lakukan di tempat ini?" tanyanya heran.Yang membuatnya semakin bertanya-tanya adalah. Bagaimana bisa orang lain berbicara kepada dirinya, sedangkan dia sudah meninggal?"Belum saatnya aku menjelaskannya.
Sese telah keluar untuk mencari tempat pemakaman gadis yang ditabraknya itu.Sese yang hanya sebatas jiwa tersebut tidak bisa berlama-lama berada di luar ruangan, terutama ketika sedang panas seperti sekarang ini.Dia memilih berteduh di bawah pohon dekat tepi jalan. Namun, seorang pria dengan kurang ajar datang mendekat."Hei tuan! Apa yang ingin anda lakukan? Tolong jangan melakukan hal mesum di tempat ini."Dia berteriak dan menepuk-nepuk bahu pria bertubuh gempal itu, tetapi yang dilakukannya percuma.Tangannya menembus tubuh pria tersebut. Hasilnya, Sese tidak bisa menegur pria nakal itu."Bagaimana ini? Pria ini memiliki gerak-gerik yang mencurigakan," terka Sese.Sese tampak panik ketika pria gempal yang ada di depannya mulai membuka resleting celananya."Hei tuan! Jangan lakukan itu!" Sese sampai menutup wajahnya, tetapi dia pula penasaran ingin melihat sesuatu yang keluar dari dalam celana tersebut.Tak berselang lama dari itu, "Ha, akhirnya!"Ternyata eh ternyata. Rupanya pr
"Jadi kapan kita pulang?" keluh Sese yang mulai bosan di ruang yang pengap dan sempit ini."Kau ingin pulang kemana? Kau sudah tidak memiliki rumah. Jangankan rumah, raga pun kau tidak memilikinya," beber Jing Tian, membuka pikiran Sese."Jadi benar aku tidak bisa bertemu lagi dengan keluargaku?"Memikirkan tidak lagi bisa berkumpul dengan keluarga, tentunya membuat Sese menjadi lesu.Wajahnya tertekuk ke bawah. Meratapi nasibnya yang sial."Tentu aku tidak bisa lagi menggoda kakakku, dan berfoya-foya dengan teman-temanku lagi."Yang ada dalam benaknya adalah belanja, dan ngemall menjadi hal yang mungkin dia rindukan setelah ini."Aduh, memang manusia itu sangat naif. Sudah untung kamu diberi kehidupan, jika tidak pastinya kau sudah ada di alam baka sekarang," beber Jing Tian dengan benar."Jika memang aku tidak bisa pulang, maka bagaimana denganku? Apa yang harus aku lakukan setelah ini? Tentu aku tidak akan bisa kembali ke dalam ragaku bukan?""Jelas saja kau tidak bisa kembali ke r