Share

Chapter 5

Penulis: Titik Balik Author
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Sese telah keluar untuk mencari tempat pemakaman gadis yang ditabraknya itu.

Sese yang hanya sebatas jiwa tersebut tidak bisa berlama-lama berada di luar ruangan, terutama ketika sedang panas seperti sekarang ini.

Dia memilih berteduh di bawah pohon dekat tepi jalan. Namun, seorang pria dengan kurang ajar datang mendekat.

"Hei tuan! Apa yang ingin anda lakukan? Tolong jangan melakukan hal mesum di tempat ini."

Dia berteriak dan menepuk-nepuk bahu pria bertubuh gempal itu, tetapi yang dilakukannya percuma.

Tangannya menembus tubuh pria tersebut. Hasilnya, Sese tidak bisa menegur pria nakal itu.

"Bagaimana ini? Pria ini memiliki gerak-gerik yang mencurigakan," terka Sese.

Sese tampak panik ketika pria gempal yang ada di depannya mulai membuka resleting celananya.

"Hei tuan! Jangan lakukan itu!" Sese sampai menutup wajahnya, tetapi dia pula penasaran ingin melihat sesuatu yang keluar dari dalam celana tersebut.

Tak berselang lama dari itu, "Ha, akhirnya!"

Ternyata eh ternyata. Rupanya pria itu sedang membuang air kecil di pohon rindang tersebut.

Dia dengan nyamannya buang air kecil di sana. Memang orang lain tidak bisa melihatnya, tetapi Sese menyaksikannya dari awal hingga akhir.

Tanpa berkata lagi. Pria itu pergi dengan perasaan senang dan lega. Karena bebanna telah berkurang.

Beda halnya dengan Sese, "Ih, menjijikan."

Dia tidak habis pikir. Masih ada orang yang seperti itu di zaman yang sudah sangat canggih ini.

"Bagaimana bisa dia buang air kecil sembarangan di tempat yang terbilang ramai?"

"Untung saja ini bukan tempat umum seperti diperkantoran, jika tidak dia akan malu karena dilihat oleh banyak orang," protes Sese walau tidak ada yang dengar.

"Aduh, masih saja ada orang yang seperti itu. Menjijikan sekali," cicitnya layaknya anak ayam.

Lupakan yang sudah terjadi. Sese masih memiliki satu hal penting yang sedari tadi dia cari.

"Aku harus cepat menemukan jiwa gadis itu, atau tubuhku tidak akan pernah bangun."

Sese membulatkan keinginan untuk segera menemukan gadis incarannya itu. Mungkin dia minim informasi, tetapi Sese bukanlah wanita lemah seperti kebanyakan wanita pada umumnya.

****

Sese kembali ke tempat kejadian perkara. Ya, lokasi yang menjadi tempat kecelakaan tunggal dirinya.

"Aku datang dari arah sana. Lalu, saat itu kucing hitam mendadak muncul dari semak-semak itu. Mungkin? Dan setelahnya gadis itu datang sesaat kucing itu melompat ke jalan."

Mengulang setiap inci dari kecelakaan yang menimpanya itu.

Sese berusaha mengingat darimana datangnya gadis tersebut. Karena kemungkinan rumah gadis itu tidak jauh dari lokasi kejadian.

"Mungkinkah rumah gadis itu ada di seberang sana? Karena seingatku dia datang dari jalan itu."

Menunjuk-nunjuk jalan yang ada di depannya. Tanpa Sese sadari dari kejauhan mobil truk besar sedang melaju ke arah dirinya.

"Aaa!"

Tidak sempat Sese menghindar, Jing Tian pun datang untuk menyelamatkan gadis tersebut.

"Apa kau sudah tidak waras? Mengapa kau berada di jalan raya?" Jing Tian memarahi Sese saat itu juga.

Dia kesal dengan sikap ceroboh Sese yang bertindak tanpa berpikir panjang.

"Lepaskan aku!"

"Aku tidak meminta untuk diselamatkan olehmu tuan?" elak Sese yang terdengar saat ini.

"Lagipula aku ini adalah jiwa bukan? Jadi tidak mungkin aku mati setelah truk itu menabrakku," imbuh Sese membalikan keadaan.

"Kau memang tidak waras. Bodoh. Tentu kau akan tetap terluka," bentak Jing Tian dengan nada halus.

"Jika pun kau tidak terluka sekalipun. Tetap saja dirimu sangat membahayakn bagi truk tersebut," ujar Jing Tian melanjutkan.

"Maksud tuan?" potong Sese.

"Aduh, memang sulit menjelaskan sesuatu kepada seseorang yang bodoh. Selalu saja tidak nyambung," ujarnya terdengar meremehkan.

"Apa? Tuan mengatakan apa? Jadi tuan menganggapku si bodoh?" cerca Sese tidak terima.

"Maaf tuan yang pintar. Karena tuan ini sangat pintar. Bisa tidak tuan memberikan saya sedikit penjelasan tentang ini tanpa perlu menjelek-jelekan diri saya," meminta dan memohon darinya.

Sese bahkan mengangkat kedua tangannya sebagai tanda ketulusan dirinya, tetapi dalam hatinya dia tetap ngedumel kesal.

"Nah, itu terdengar lebih bagus," senang Jing Tian menerima pujian.

Hahaha.

Tertawa dengan terpaksa Sese lakukan untuk bisa mendapatkan banyak informasi dari Jing Tian.

"Baiklah, tentu mudah saja untuk menjelaskannya," kata Jing Tian, ringan begitu saja.

"Jika memang mudah. Mengapa tuan tidak segera memberitahukannya kepada saya?" desak Sese, merorolong terus kepada Jing Tian.

"Mengapa dia sangat suka berbasa-basi? Apa susahnya tinggal mengatakannya saja?" gerutu Sese dalam hati kecilnya, yang sudah pasti dapat didengar oleh Jing Tian.

He, Jing Tian menyunggingkan bibirnya membuat senyuman yang tidak sedap dipandang.

"Astaga, mengapa dia menunjukan wajah seperti itu. Pria ini memang tidak tahu diri. Dia sudah membuatku kesal dengan membuang waktuku saja," sambung Sese, masih di dalam hatinya.

Jing Tian terus mendengarkan keluh kesah yang diutarakan oleh Sese.

Dia membiarkan Sese mengomel salam hatinya. Toh nanti juga dirianya yang akan lelah dengan sendirinya. Pikir Jing Tian santai.

"Mengapa dia terus tersenyum? Jangan-jangan dia bisa membaca isi hatiku?" terka Sese demikian.

Menebak hal yang benar, membuat Sese menjadi waspada.

"Hei tuan! Mengapa kau diam saja? Bukankah tadi kau sudah berjanji akan mengatakan semuanya tentang jiwaku ini? Lalu, kapan kau akan mengatakannya?" lanjutnya dengan protes.

Sese sudah dibuat kesal olehnya, namun tetap saja Jing Tian terlihat santai. Seraya menginjak-injak tanah dengan tempo yang cepat.

"Gadis itu akan segera dijemput oleh Dewa Maut dalam waktu 15 menit lagi," ujar Jing Tian angkat bicara.

"Jika dia tidak segera ditemukan, maka keberadaan dirimu pula akan terancam," tambahnya.

Sese masih menyimak, dengan perasaan yang harap-harap cemas.

"Saat ini tubuhnya dalam keadaan darurat. Jika dalam 15 menit kau tidak menemukan jiwa itu, maka persiapkan dirimu untuk ikut pergi dengan Dewa Maut pula," tutup Jing Tian memandang Sese.

Setelah menerangkan hal tersebut. Sese pula tidak ambil diam. Tanpa berkata apapun Sese bergegas pergi.

Berlari dia untuk menemukan jiwa dari gadis itu.

"Ya!" sunggut Jing Tian tidak suka.

"Sungguh tidak sopan. Bagaimana bisa dia pergi begitu saja tanpa berterima kasih?"

"Setidaknya beri salam atau semacamnya. Malah pergi begitu saja," tutupnya kesal.

Diperlakukan tidak sopan oleh seorang gadis, menjadikan tamparan keras bagi Jing Tian selama hidupnya.

Benar. Jing Tian sudah hidup hampir 1000 tahun, dan baru kali ini dia bertemu dengan gadis yang sangat sombong.

Bahkan untuk mengatakan terima kasih saja gadis itu tidak bisa. Sudah dipastikan dia akan sulit menghargai kerja keras seseorang.

"Dari pada aku memikirkan gadis bodoh itu, lebih baik aku pergi berendam air panas saja."

"Biarkan saja dia mencari hal yang mustahil dia temukan," tuturnya masa bodo.

Acuh tak acuh. Jing Tian membiarkan Sese bekerja sendiri tanpa bantuan darinya.

"Siapa yang meminta dia untuk keras kepala?" tungkasnya tidak peduli.

"Dia juga tidak meminta. Jadi aku tidak perlu memperdulikannya," lalu tutupnya.

Jing Tian memilih lepas tangan perihal Sese. Sudah dia tekankan. Siapa saja yang keras kepala, maka tidak akan mendapatkan bantuan darinya.

Dengan begitu Jing Tian membiarkan Sese bekerja seorang diri.

Dalam hitungan detik. Jing Tian menghilang dari sana. Kemana perginya dia, entah tidak ada yang tahu?

Lalu, bagaimana dengan nasib Sese?

Mampukah Sese menemukan gadis yang dirinya cari dalam kurun waktu 15 menit?

Atau dalam 15 menit itu menjadi hari terakhir bagi Sese melihat dunia ini?

Penasaran?

Bab terkait

  • Cinta Dua Jiwa   Chapter 6

    Sese sedang bertarung dengan waktu. Tersisa 15 menit terakhir baginya untuk menemukan jiwa gadis tersebut."Harus kemana lagi aku mencari dia?"Sese berusaha untuk tidak mengeluh, karena itu akan membuang banyak waktu. Sese berlari kembali, sampai dia menemukan gedung yang bertuliskan pemakaman."Jangan-jangan dia ada disana." Tidak perlu membuang waktu lagi. Sese bergegas mendatangi gedung tersebut. Seakan sudah takdir. Ternyata gedung itulah yang menjadi tempat gadis tersebut dimakamkan.Sese akhirnya menemukan jiwa gadis itu. Dia tengah menangis di depan fotonya yang sudah berhias karangan bunga.Sese mendekatinya dan berkata, "Kau tidak perlu menangisinya lagi. Sekarang ada hal yang lebih penting daripada menangis."Gadis itu berbalik memandang Sese."Siapa kamu? Apa yang kamu lakukan di tempat ini?" tanyanya heran.Yang membuatnya semakin bertanya-tanya adalah. Bagaimana bisa orang lain berbicara kepada dirinya, sedangkan dia sudah meninggal?"Belum saatnya aku menjelaskannya.

  • Cinta Dua Jiwa   Chapter 7

    Sese mendengar suara Ibunya yang mengatakan jika dirinya sudah koma selama satu bulan."Tuan, apa ini maksudnya?""Jangan berkata. Aku sudah tahu apa yang ingin kamu katakan!"Jing Tian sudah dapat mengetahui isi pikiran Sese sebelum dia mengeluarkan kata-katanya."Tentu kau ingin bertanya, tentang dirimu yang koma itu? Pasti kau ingin tahu perbedaan hari di dunia manusia dengan duniamu saat ini? Benar bukan?"Tebakan Jing Tian sangat tepat. Sese saja bahkan sampai tercengang mendengarnya."Benar tuan. Aku heran mengapa Ibuku berkata. Bahwa aku telah terbaring satu bulan di sana. Sedangkan diriku baru saja beberapa jam yang lalu berada di luaran sana." Herannya Sese bukan main."Tentu jelas perbedaannya. Satu jam di dunia roh, sama dengan 10 hari di dunia manusia," beber Jing Tian."Kau bisa mengalikan saja. Kau baru berada di dunia roh selama 4 jam lebih 30 menit, berarti dikalikan 10 hari. Sama dengan satu bulan," ujar Jing Tian mudah saja, seraya melihat arloji di tangan kirinya."

  • Cinta Dua Jiwa   Chapter 8

    Keesokan paginya. Hari pertama bagi Sukya untuk memulai harinya. Benar, kehidupannya yang telah berakhir kini dimulai kembali. Hanya saja jiwa Sukya masuk ke dalam raga orang lain."Apa yang harus aku lakukan setelah ini? Sampai sekarang aku sendiri bingung dengan apa yang terjadi kepadaku? Mungkinkah aku ini terlahir kembali seperti, cerita-cerita di dalam novel? Entahlah?"Si cantik pun berpikir keras dibuatnya. Tentu saja dia bingung. Terutama sampai sekarang tidak ada yang mau menjelaskannya."Oh, Dewa. Bisakah dirimu menjelaskan ini kepadaku, apa yang sedang aku alami ini?"Berharap dan berdoa, meminta seseorang untuk datang dan menolongnya."Tidak usah kau ragu dengan tubuh barumu itu." Jiwa Sese yang asli telah datang.Sesungguhnya Sukya masih berada di rumah sakit. Dokter masih belum memberikannya izin untuk meninggalkan rumah sakit.Terutama dokter mendiagnosa Sese yang disemayami jiwa Sukya itu mengalami amnesia.Sebenarnya tidak. Bukan ingatannya yang menghilang, melainkan

  • Cinta Dua Jiwa   Chapter 9

    "Bagaimana keadaanmu, Sese sayang?" tanya Ibu kepada Sese yang terlihat linglung."Aku sudah mulai merasa baik, Ibu," balasnya sedikit ragu.Takut salah menyebutkan nama, Sukya harus perlahan-lahan mengingat setiap wajah mereka serta sebutan mereka."Dokter mengatakan dia sudah bisa kembali ke rumah hari ini, Ibu," sambung Xiao Feng memberitahu.Terutama Sukya harus mengingat wajah pria tampan yang ada di sana. Dirinya juga memakai jas dokter, dan dirinya harus memanggilnya dengan sebutan kakak. Itulah yang Sese katakan sebelumnya."Syukurlah jika memang Sese sudah diperbolehkan pulang. Ibu bersyukur jika kamu sudah lebih baik dari sebelumnya, meskipun kamu masih tidak ingat siapa kami," tambah Ibu cemas.Tangan kanannya mengangkat dan menyentuh pipi Sukya. Betapa lembut dan hangat ketika tersentuh kulit.Sukya tersenyum dalam topeng wajah Sese. Dirinya entah sampai kapan harus berperan sebagai Sese? Tidak mungkin dalam satu atau dua hari ini saja bukan? Atau dia akan menjadi Sese unt

  • Cinta Dua Jiwa   chapter 10

    Berlanjut.***Sukya dibantu oleh Xiao Feng tengah membereskan barang-barangnya."Ada apa? Mengapa kamu diam seperti itu? Apa yang sedang mengganggu pikiranmu, sampai kau diam tidak seperti biasanya?" kata Xiao Feng heran.Xiao Feng sudah sangat hafal dengan watak, sifat dan kelakukan adiknya. Maka dari itu ketika melihat adik bungsunya murung dia perlu mempertanyakannya."Tidak ada apa-apa, Kak," balas Sukya seolah mengelak."Jangan bohong kepada kakak. Aku ini sangat mengenal dirimu melebihi orang kain. Aku tahu sekarang sedang memikirkan sesuatu, benar bukan?" tabaknya.Xiao Feng tentu tidak asal menebak atau membaca mimik wajah seseorang, akan tetapi dirinya benar-benar bisa merasakan hal yang janggal dari adiknya itu."Benar, kak. Tidak ada yang sedang aku pikirkan," kilah Sukya."Sungguh? Tapi, mengapa aku merasa ada yang sedang kau tutup-tutupi dariku?" duga Xiao Feng.Sukya merasa kakaknya mulai menaruh curiga kepada dirinya. Raut rupa Sukya semakin pucat ketika Xiao Feng mena

  • Cinta Dua Jiwa   Chapter 11

    Sukya dan keluarga sudah sampai di rumah. Kedatangan Sukya disambut dengan sangat meriah.Para pelayan dan penjaga rumah semuanya berbaris dan bersama-sama mereka memberi hormat."Selamat datang kembali, Directur." Mereka dengan kompak memanggil Sukya dengan sebutan direktur.Memang benar adanya. Sese adalah direktur utama dari perusahaan Xiao Group menggantikan ayahnya yang mundur beberapa bulan lalu."Terima kasih." Sukya sangat senang jika dirinya memang disambung dengan tangan terbuka oleh banyak orang."Ayo, Sayang kita masuk!" ajak kedua orang tuanya. Sukya dengan senang hati menuruti kemauan tersebut.Mereka masuk bersama-sama. Betapa terkejutnya Sukya ketika melihat isi rumah yang sangat bagus itu.Mewah dan berkilau. Sungguh dunia yang tidak pernah Sukya temukan sebelumnya.Dia melihat takjub seisi rumah. Benda-benda di sana membuat Sukya, berpikir bahwa dirinya masuk ke dalam dunia dongeng. Mengapa tidak. Dirinya merasa menjadi seorang putri kaya dalam satu malam. Tidak, bu

  • Cinta Dua Jiwa   Chapter 12

    Sese masih duduk menemani Sukya di kamarnya. Hal yang masih membuat Ssse bertahan adalah sup kesukaannya.Sup ayam yang dibuat penuh cinta oleh ibunya. Kali ini Sese tidak akan bisa mencicipinya, sebeb jiwanya sudah tidak memungkinkan untuk bisa merasakan kehangatan dari setiap cita rasa sup tersebut.Tak lama kemudian Ibu pun kembali. Sese dengan segera langsung menghilang. Hanya Sukya saja yang dapat merasakan dan melihat kehadiran Sese, yang lain tidak bisa melihatnya."Sayang. Ibu bawakan sup untukmu," kata Ibu, seraya membawa semangkuk sup dengan nasi panas di atas baki.Sukya menunjukan senyuman terbaiknya. Sese mengatakan sebelumnya. Bahwa tidak ada sup terlezat di dunia kecuali sup buatan ibunya. Maka dari itu Sukya penasaran dengan citarasanya."Ayo, segera dimakan selagi hangat. Kamu pasti akan menikmatinya," ujar Ibu menambahkan."Ibu tunggal sebentar, ya. Ada hal yang harus Ibu kerjakan di luar," lanjutnya, seraya membelai kepala Sukya."Baik, Bu."Ibunya pergi setelah men

  • Cinta Dua Jiwa   Chapter 1

    "Ini untukmu," ujar Xiao Feng memberi.Pemuda keren dengan jas putih kebesaran seorang dokter, namanya adalah Xiao Feng."Apa ini?" balas Sese ragu."Kopi dingin kesukaanmu," ujar Xiao Feng kembali."Terima kasih." Sese menerimanya. Segelas kopi dingin yang menjadi kesukaannya di saat tengah hari bolong.Mendinginkan pikiran yang penuh beban dengan rumitnya kehidupan, memang enak dengan secangkir kopi dingin. Xiao Feng sangat mengerti adiknya."Sepertinya hari ini perasaanmu sedang tidak baik," ujar Xiao Feng duduk menemani Sese.Meneguk kopinya, seraya memandang hamparan hijau rumah sakit. Sese menjawab, "Ya. Aku merasa lelah dengan kesibukan yang membosankan ini.""Mengapa tidak pergi liburan saja," usul Xiao Feng ringan.Sese memandang kakak laki-lakinya itu. Memang terbesit dalam benaknya untuk pergi liburan seorang diri, tetapi itu tidak mungkin."Aku tidak bisa pergi. Walaupun aku menginginkannya, tetap saja aku tidak akan bisa pergi."Sese kembali melihat hamparan hijau yang se

Bab terbaru

  • Cinta Dua Jiwa   Chapter 12

    Sese masih duduk menemani Sukya di kamarnya. Hal yang masih membuat Ssse bertahan adalah sup kesukaannya.Sup ayam yang dibuat penuh cinta oleh ibunya. Kali ini Sese tidak akan bisa mencicipinya, sebeb jiwanya sudah tidak memungkinkan untuk bisa merasakan kehangatan dari setiap cita rasa sup tersebut.Tak lama kemudian Ibu pun kembali. Sese dengan segera langsung menghilang. Hanya Sukya saja yang dapat merasakan dan melihat kehadiran Sese, yang lain tidak bisa melihatnya."Sayang. Ibu bawakan sup untukmu," kata Ibu, seraya membawa semangkuk sup dengan nasi panas di atas baki.Sukya menunjukan senyuman terbaiknya. Sese mengatakan sebelumnya. Bahwa tidak ada sup terlezat di dunia kecuali sup buatan ibunya. Maka dari itu Sukya penasaran dengan citarasanya."Ayo, segera dimakan selagi hangat. Kamu pasti akan menikmatinya," ujar Ibu menambahkan."Ibu tunggal sebentar, ya. Ada hal yang harus Ibu kerjakan di luar," lanjutnya, seraya membelai kepala Sukya."Baik, Bu."Ibunya pergi setelah men

  • Cinta Dua Jiwa   Chapter 11

    Sukya dan keluarga sudah sampai di rumah. Kedatangan Sukya disambut dengan sangat meriah.Para pelayan dan penjaga rumah semuanya berbaris dan bersama-sama mereka memberi hormat."Selamat datang kembali, Directur." Mereka dengan kompak memanggil Sukya dengan sebutan direktur.Memang benar adanya. Sese adalah direktur utama dari perusahaan Xiao Group menggantikan ayahnya yang mundur beberapa bulan lalu."Terima kasih." Sukya sangat senang jika dirinya memang disambung dengan tangan terbuka oleh banyak orang."Ayo, Sayang kita masuk!" ajak kedua orang tuanya. Sukya dengan senang hati menuruti kemauan tersebut.Mereka masuk bersama-sama. Betapa terkejutnya Sukya ketika melihat isi rumah yang sangat bagus itu.Mewah dan berkilau. Sungguh dunia yang tidak pernah Sukya temukan sebelumnya.Dia melihat takjub seisi rumah. Benda-benda di sana membuat Sukya, berpikir bahwa dirinya masuk ke dalam dunia dongeng. Mengapa tidak. Dirinya merasa menjadi seorang putri kaya dalam satu malam. Tidak, bu

  • Cinta Dua Jiwa   chapter 10

    Berlanjut.***Sukya dibantu oleh Xiao Feng tengah membereskan barang-barangnya."Ada apa? Mengapa kamu diam seperti itu? Apa yang sedang mengganggu pikiranmu, sampai kau diam tidak seperti biasanya?" kata Xiao Feng heran.Xiao Feng sudah sangat hafal dengan watak, sifat dan kelakukan adiknya. Maka dari itu ketika melihat adik bungsunya murung dia perlu mempertanyakannya."Tidak ada apa-apa, Kak," balas Sukya seolah mengelak."Jangan bohong kepada kakak. Aku ini sangat mengenal dirimu melebihi orang kain. Aku tahu sekarang sedang memikirkan sesuatu, benar bukan?" tabaknya.Xiao Feng tentu tidak asal menebak atau membaca mimik wajah seseorang, akan tetapi dirinya benar-benar bisa merasakan hal yang janggal dari adiknya itu."Benar, kak. Tidak ada yang sedang aku pikirkan," kilah Sukya."Sungguh? Tapi, mengapa aku merasa ada yang sedang kau tutup-tutupi dariku?" duga Xiao Feng.Sukya merasa kakaknya mulai menaruh curiga kepada dirinya. Raut rupa Sukya semakin pucat ketika Xiao Feng mena

  • Cinta Dua Jiwa   Chapter 9

    "Bagaimana keadaanmu, Sese sayang?" tanya Ibu kepada Sese yang terlihat linglung."Aku sudah mulai merasa baik, Ibu," balasnya sedikit ragu.Takut salah menyebutkan nama, Sukya harus perlahan-lahan mengingat setiap wajah mereka serta sebutan mereka."Dokter mengatakan dia sudah bisa kembali ke rumah hari ini, Ibu," sambung Xiao Feng memberitahu.Terutama Sukya harus mengingat wajah pria tampan yang ada di sana. Dirinya juga memakai jas dokter, dan dirinya harus memanggilnya dengan sebutan kakak. Itulah yang Sese katakan sebelumnya."Syukurlah jika memang Sese sudah diperbolehkan pulang. Ibu bersyukur jika kamu sudah lebih baik dari sebelumnya, meskipun kamu masih tidak ingat siapa kami," tambah Ibu cemas.Tangan kanannya mengangkat dan menyentuh pipi Sukya. Betapa lembut dan hangat ketika tersentuh kulit.Sukya tersenyum dalam topeng wajah Sese. Dirinya entah sampai kapan harus berperan sebagai Sese? Tidak mungkin dalam satu atau dua hari ini saja bukan? Atau dia akan menjadi Sese unt

  • Cinta Dua Jiwa   Chapter 8

    Keesokan paginya. Hari pertama bagi Sukya untuk memulai harinya. Benar, kehidupannya yang telah berakhir kini dimulai kembali. Hanya saja jiwa Sukya masuk ke dalam raga orang lain."Apa yang harus aku lakukan setelah ini? Sampai sekarang aku sendiri bingung dengan apa yang terjadi kepadaku? Mungkinkah aku ini terlahir kembali seperti, cerita-cerita di dalam novel? Entahlah?"Si cantik pun berpikir keras dibuatnya. Tentu saja dia bingung. Terutama sampai sekarang tidak ada yang mau menjelaskannya."Oh, Dewa. Bisakah dirimu menjelaskan ini kepadaku, apa yang sedang aku alami ini?"Berharap dan berdoa, meminta seseorang untuk datang dan menolongnya."Tidak usah kau ragu dengan tubuh barumu itu." Jiwa Sese yang asli telah datang.Sesungguhnya Sukya masih berada di rumah sakit. Dokter masih belum memberikannya izin untuk meninggalkan rumah sakit.Terutama dokter mendiagnosa Sese yang disemayami jiwa Sukya itu mengalami amnesia.Sebenarnya tidak. Bukan ingatannya yang menghilang, melainkan

  • Cinta Dua Jiwa   Chapter 7

    Sese mendengar suara Ibunya yang mengatakan jika dirinya sudah koma selama satu bulan."Tuan, apa ini maksudnya?""Jangan berkata. Aku sudah tahu apa yang ingin kamu katakan!"Jing Tian sudah dapat mengetahui isi pikiran Sese sebelum dia mengeluarkan kata-katanya."Tentu kau ingin bertanya, tentang dirimu yang koma itu? Pasti kau ingin tahu perbedaan hari di dunia manusia dengan duniamu saat ini? Benar bukan?"Tebakan Jing Tian sangat tepat. Sese saja bahkan sampai tercengang mendengarnya."Benar tuan. Aku heran mengapa Ibuku berkata. Bahwa aku telah terbaring satu bulan di sana. Sedangkan diriku baru saja beberapa jam yang lalu berada di luaran sana." Herannya Sese bukan main."Tentu jelas perbedaannya. Satu jam di dunia roh, sama dengan 10 hari di dunia manusia," beber Jing Tian."Kau bisa mengalikan saja. Kau baru berada di dunia roh selama 4 jam lebih 30 menit, berarti dikalikan 10 hari. Sama dengan satu bulan," ujar Jing Tian mudah saja, seraya melihat arloji di tangan kirinya."

  • Cinta Dua Jiwa   Chapter 6

    Sese sedang bertarung dengan waktu. Tersisa 15 menit terakhir baginya untuk menemukan jiwa gadis tersebut."Harus kemana lagi aku mencari dia?"Sese berusaha untuk tidak mengeluh, karena itu akan membuang banyak waktu. Sese berlari kembali, sampai dia menemukan gedung yang bertuliskan pemakaman."Jangan-jangan dia ada disana." Tidak perlu membuang waktu lagi. Sese bergegas mendatangi gedung tersebut. Seakan sudah takdir. Ternyata gedung itulah yang menjadi tempat gadis tersebut dimakamkan.Sese akhirnya menemukan jiwa gadis itu. Dia tengah menangis di depan fotonya yang sudah berhias karangan bunga.Sese mendekatinya dan berkata, "Kau tidak perlu menangisinya lagi. Sekarang ada hal yang lebih penting daripada menangis."Gadis itu berbalik memandang Sese."Siapa kamu? Apa yang kamu lakukan di tempat ini?" tanyanya heran.Yang membuatnya semakin bertanya-tanya adalah. Bagaimana bisa orang lain berbicara kepada dirinya, sedangkan dia sudah meninggal?"Belum saatnya aku menjelaskannya.

  • Cinta Dua Jiwa   Chapter 5

    Sese telah keluar untuk mencari tempat pemakaman gadis yang ditabraknya itu.Sese yang hanya sebatas jiwa tersebut tidak bisa berlama-lama berada di luar ruangan, terutama ketika sedang panas seperti sekarang ini.Dia memilih berteduh di bawah pohon dekat tepi jalan. Namun, seorang pria dengan kurang ajar datang mendekat."Hei tuan! Apa yang ingin anda lakukan? Tolong jangan melakukan hal mesum di tempat ini."Dia berteriak dan menepuk-nepuk bahu pria bertubuh gempal itu, tetapi yang dilakukannya percuma.Tangannya menembus tubuh pria tersebut. Hasilnya, Sese tidak bisa menegur pria nakal itu."Bagaimana ini? Pria ini memiliki gerak-gerik yang mencurigakan," terka Sese.Sese tampak panik ketika pria gempal yang ada di depannya mulai membuka resleting celananya."Hei tuan! Jangan lakukan itu!" Sese sampai menutup wajahnya, tetapi dia pula penasaran ingin melihat sesuatu yang keluar dari dalam celana tersebut.Tak berselang lama dari itu, "Ha, akhirnya!"Ternyata eh ternyata. Rupanya pr

  • Cinta Dua Jiwa   Chapter 4

    "Jadi kapan kita pulang?" keluh Sese yang mulai bosan di ruang yang pengap dan sempit ini."Kau ingin pulang kemana? Kau sudah tidak memiliki rumah. Jangankan rumah, raga pun kau tidak memilikinya," beber Jing Tian, membuka pikiran Sese."Jadi benar aku tidak bisa bertemu lagi dengan keluargaku?"Memikirkan tidak lagi bisa berkumpul dengan keluarga, tentunya membuat Sese menjadi lesu.Wajahnya tertekuk ke bawah. Meratapi nasibnya yang sial."Tentu aku tidak bisa lagi menggoda kakakku, dan berfoya-foya dengan teman-temanku lagi."Yang ada dalam benaknya adalah belanja, dan ngemall menjadi hal yang mungkin dia rindukan setelah ini."Aduh, memang manusia itu sangat naif. Sudah untung kamu diberi kehidupan, jika tidak pastinya kau sudah ada di alam baka sekarang," beber Jing Tian dengan benar."Jika memang aku tidak bisa pulang, maka bagaimana denganku? Apa yang harus aku lakukan setelah ini? Tentu aku tidak akan bisa kembali ke dalam ragaku bukan?""Jelas saja kau tidak bisa kembali ke r

DMCA.com Protection Status