Sese sedang bertarung dengan waktu. Tersisa 15 menit terakhir baginya untuk menemukan jiwa gadis tersebut.
"Harus kemana lagi aku mencari dia?"Sese berusaha untuk tidak mengeluh, karena itu akan membuang banyak waktu. Sese berlari kembali, sampai dia menemukan gedung yang bertuliskan pemakaman."Jangan-jangan dia ada disana."Tidak perlu membuang waktu lagi. Sese bergegas mendatangi gedung tersebut.Seakan sudah takdir. Ternyata gedung itulah yang menjadi tempat gadis tersebut dimakamkan.Sese akhirnya menemukan jiwa gadis itu. Dia tengah menangis di depan fotonya yang sudah berhias karangan bunga.Sese mendekatinya dan berkata, "Kau tidak perlu menangisinya lagi. Sekarang ada hal yang lebih penting daripada menangis."Gadis itu berbalik memandang Sese."Siapa kamu? Apa yang kamu lakukan di tempat ini?" tanyanya heran.Yang membuatnya semakin bertanya-tanya adalah. Bagaimana bisa orang lain berbicara kepada dirinya, sedangkan dia sudah meninggal?"Belum saatnya aku menjelaskannya. Ceritanya panjang.""Pendekkan," potong gadis tersebut, membubarkan fokus Sese."Astaga masih saja kau sempat-sempatnya membuat lelucon."Sese sadar waktu yang dirinya punya hanya tersisa beberapa menit saja.Dia harus bergerak cepat membawa jiwa gadis tersebut kepada raganya yang ada di rumah sakit."Apakah bisa dalam 5 menit aku tiba di rumah sakit? Untuk mencari gadis ini saja aku sampai berjam-jam untuk menemukannya."Sese berkeluh-kesah. Dia sudah kehabisan waktu untuk bisa sampai tepat waktu ke rumah sakit."Sebenarnya kakak ini kenapa? Mengapa kakak terlihat sangat cepat dan ketakutan?"Gadis ini bertanya, tetapi Sese tidak memiliki banyak waktu untuk menjawabnya.Hingga ketika dia putus asa, Jing Tian datang kepada mereka.Kemunculan Jing Tian tentu bukan hanya kedatangan biasa."Tidak usah kau bergaya tuan. Segera bawa aku ke rumah sakit sekarang!" perintah tegas Sese.Jing Tian mendadak kehilangan mod-nya. Sia-sia saja dia muncul dengan menunjukan wajah yang cool dan postur tubuh yang macho, pada akhirnya Sese sama sekali tidak memperdulikannya."Ya, baiklah," jawab dia malas.Jika bukan tugasnya sebagai makhluk penghantar jiwa, maka Jing Tian akan malas untuk membantu gadis sombong seperti Sese itu."Cepat!" hardik Baby pada Jing Tian yang dinilai lambat itu."Ya! Harimau!""Siapa yang kau sebut harimau?" Sese mengepalkan tangannya, tanda dirinya marah dan kesal.Namun, Jing Tian segera menutup semuanya dengan satu kali kedipan mata.Cling ….Satu kali hentakan tangan, maka mereka sudah ada di kamar rumah sakit tempat di mana raga Sese terbaring."Ada di mana kita sekarang?" Gadis itu tidak tahu menahu tentang masalah tersebut.Dia didatangi Sese dan mendadak mereka berada di dalam kamar rumah sakit."Lihat gadis yang sedang tertidur di sana!" tunjuk Sese. Memperlihatkan raganya yang terbaring koma di tempat tidur rumah sakit."Siapa dia? Bukankah itu kakak?" jawab gadis yang bernama Sukya tersebut dengan polos.Benar sekali tebakan Sukya, yang terbaring di tempat tidur adalah Sese."Mau tidak kau membantuku? Masuklah ke dalam raganya, dan buatlah diriku terlahir kembali," ujar Sese yang tidak mudah dipahami.Sukya meraba-raba arah arah dari pembicaraan ini. Namun, sekeras apapun dia berpikir tetap saja ucapan Sese tidak bisa dicernanya."Tidak ada waktu untuk menjelaskan. Segera minta dia untuk masuk ke dalam ragamu, atau kalian akan sama-sama menghilang!" desak Jing Tian segera.Sese pun sudah memikirkan hal tersebut. Maka dari itu Sese segera menarik tangan Sukya dan mendekat pada raganya."Apa-apa ini? Ini namanya pemaksaan! Aku tidak suka. Lagi pula kalian ini siapa? Mengapa kalian sangat memaksa diriku untuk masuk ke dalam raga orang lain!"Wajar saja jika Sukya protes, tetapi Sese tidak memiliki pilihan lain kecuali melibatkan gadis ini ke dalam kehidupanya.Jing Tian menjentikkan tangan kanannya. Seketika suasana berubah. Sese menjauh dari kamar tersebut beserta dengan Jing Tian yang bersama dengannya.Keduanya berada di luar kamar. Bagaimana sedihnya Sese ketika melihat tubuhnya sedang berjuang untuk hidup kembali.Para dokter, perawat dan staf-staf lainnya berusaha menyelamatkan nyawanya itu.Masih dalam satu tempat yang sama. Sese pula melihat ayah, ibu serta kakak laki-lakinya tengah menangis histeris.Terdengar pula jeritan mereka yang membuat Sese ikut menangis."Ibu, Ayah, Xiao Feng!"Ingin rasanya Sese berkata, "Aku ada disini, Ibu, Ayah, Xiao Feng! Ini aku Sese kalian yang nakal! Aku masih hidup, dan aku ada di depan kalian."Biarpun Sese berteriak sekencang apapun, sampai pita suaranya rusak sekalipun mereka tidak akan bisa melihat keberadaanya.Karena alam mereka sudah berbeda. Sudah sangat jelas, kehidupan Sese sekarang tidak lagi bisa hidup bersama dengan keluarganya.Jing Tian yang melihat kepiluan Sese, merasakan iba kepada gadis tersebut."Sudahlah. Percuma kau berteriak memanggil mereka. Hasilnya akan tetap sama," ujar Jing Tian menenangkan Baby."Ya, kau benar. Jika aku seperti ini maka sama saja aku membuang tenagaku ini," balas Sese yang perlahan mulai memahami arti hidupnya sekarang.Sese dan Jing Tian pergi meninggalkan Ibu, Ayah dan Xiao Feng. Namun, sebelum itu tanpa Sese sadari telapak tangannya menyentuh kepala kakaknya tersebut."Sese!"Hal itu membuat Xiao Feng merasakan keberadaan Sese. Hanya saja Xiao Feng tidak bisa melihat rupa adiknya yang sekarang.Sese senang ketika mendengar panggilan dari kakaknya. Tidak lama kemudian. Dokter pun keluar dari dalam ruangan ICU."Selamat. Sese berhasil diselamatkan. Masa-masa sulit sudah Sese lewati dengan sangat baik. Kita hanya perlu menunggu dia siuman saja," ujar dokter itu.Dia memberikan berita baik, yang membawa angin segar bagi keluarga Sese, termasuk jiwa Sese yang bersama dengan Jing Tian tersebut."Syukurlah jika Sese selamat. Aku tidak bisa membayangkan jika hidup tanpa putriku itu."Tangisan seorang ibu tumpah ruah di sana. Dia mengucap syukur yang sedalam-dalamnya kepada Tuhan, karena masih memberi Sese satu kali lagi untuk hidup."Kalian sudah bisa menemuinya, tetapi jangan terlalu lama. Biarkan Sese beristirahat," pesan dokter itu sebelum dia pergi."Baik, dokter. Kami memahaminya," balas Xiao Feng mewakili semuanya.Tidak menyia-nyiakan waktu lagi. Ibu, ayah beserta Xiao Feng bersama-sama masuk ke dalam ruangan tersebut.Sebelumnya mereka memakai baju medis lengkap, agar terhindar dari serangan Virus.Mereka masuk, dan melihat bagaimana kondisi Sese sekarang. Dia masih memejamkan matanya dan alat-alat medis pula masih terpasang dj tubuh Sese."Putriku. Syukurlah kamu baik-baik saja sayang. Sudah satu bulan dirimu koma dan akhirnya kamu bisa melalui itu semua," beber Ibunya."Ibu senang karena sebentar lagi ibu akan segera melihatmu kembali," sambungnya dan menutup kalimatnya.Sese yang memang berada dekat di sana, mendengar lirih Ibunya yang mengatakan bahwa dirinya koma selama satu bulan."Jangan bertanya!" tahan Jing Tian sebelum Baby mengucapkan perkataannya."Aku tahu apa yang ingin kamu tanyakan. Aku sudah bisa membaca semuanya."Sosok Jing Tian semakin mempesona. Bukan hanya ganteng, tetapi Jing Tian juga bisa membaca hati serta pikiran. Sese senang mendengarnya.Lalu penjelasan apa yang akan didapatkan Sese?Penasaran?Sese mendengar suara Ibunya yang mengatakan jika dirinya sudah koma selama satu bulan."Tuan, apa ini maksudnya?""Jangan berkata. Aku sudah tahu apa yang ingin kamu katakan!"Jing Tian sudah dapat mengetahui isi pikiran Sese sebelum dia mengeluarkan kata-katanya."Tentu kau ingin bertanya, tentang dirimu yang koma itu? Pasti kau ingin tahu perbedaan hari di dunia manusia dengan duniamu saat ini? Benar bukan?"Tebakan Jing Tian sangat tepat. Sese saja bahkan sampai tercengang mendengarnya."Benar tuan. Aku heran mengapa Ibuku berkata. Bahwa aku telah terbaring satu bulan di sana. Sedangkan diriku baru saja beberapa jam yang lalu berada di luaran sana." Herannya Sese bukan main."Tentu jelas perbedaannya. Satu jam di dunia roh, sama dengan 10 hari di dunia manusia," beber Jing Tian."Kau bisa mengalikan saja. Kau baru berada di dunia roh selama 4 jam lebih 30 menit, berarti dikalikan 10 hari. Sama dengan satu bulan," ujar Jing Tian mudah saja, seraya melihat arloji di tangan kirinya."
Keesokan paginya. Hari pertama bagi Sukya untuk memulai harinya. Benar, kehidupannya yang telah berakhir kini dimulai kembali. Hanya saja jiwa Sukya masuk ke dalam raga orang lain."Apa yang harus aku lakukan setelah ini? Sampai sekarang aku sendiri bingung dengan apa yang terjadi kepadaku? Mungkinkah aku ini terlahir kembali seperti, cerita-cerita di dalam novel? Entahlah?"Si cantik pun berpikir keras dibuatnya. Tentu saja dia bingung. Terutama sampai sekarang tidak ada yang mau menjelaskannya."Oh, Dewa. Bisakah dirimu menjelaskan ini kepadaku, apa yang sedang aku alami ini?"Berharap dan berdoa, meminta seseorang untuk datang dan menolongnya."Tidak usah kau ragu dengan tubuh barumu itu." Jiwa Sese yang asli telah datang.Sesungguhnya Sukya masih berada di rumah sakit. Dokter masih belum memberikannya izin untuk meninggalkan rumah sakit.Terutama dokter mendiagnosa Sese yang disemayami jiwa Sukya itu mengalami amnesia.Sebenarnya tidak. Bukan ingatannya yang menghilang, melainkan
"Bagaimana keadaanmu, Sese sayang?" tanya Ibu kepada Sese yang terlihat linglung."Aku sudah mulai merasa baik, Ibu," balasnya sedikit ragu.Takut salah menyebutkan nama, Sukya harus perlahan-lahan mengingat setiap wajah mereka serta sebutan mereka."Dokter mengatakan dia sudah bisa kembali ke rumah hari ini, Ibu," sambung Xiao Feng memberitahu.Terutama Sukya harus mengingat wajah pria tampan yang ada di sana. Dirinya juga memakai jas dokter, dan dirinya harus memanggilnya dengan sebutan kakak. Itulah yang Sese katakan sebelumnya."Syukurlah jika memang Sese sudah diperbolehkan pulang. Ibu bersyukur jika kamu sudah lebih baik dari sebelumnya, meskipun kamu masih tidak ingat siapa kami," tambah Ibu cemas.Tangan kanannya mengangkat dan menyentuh pipi Sukya. Betapa lembut dan hangat ketika tersentuh kulit.Sukya tersenyum dalam topeng wajah Sese. Dirinya entah sampai kapan harus berperan sebagai Sese? Tidak mungkin dalam satu atau dua hari ini saja bukan? Atau dia akan menjadi Sese unt
Berlanjut.***Sukya dibantu oleh Xiao Feng tengah membereskan barang-barangnya."Ada apa? Mengapa kamu diam seperti itu? Apa yang sedang mengganggu pikiranmu, sampai kau diam tidak seperti biasanya?" kata Xiao Feng heran.Xiao Feng sudah sangat hafal dengan watak, sifat dan kelakukan adiknya. Maka dari itu ketika melihat adik bungsunya murung dia perlu mempertanyakannya."Tidak ada apa-apa, Kak," balas Sukya seolah mengelak."Jangan bohong kepada kakak. Aku ini sangat mengenal dirimu melebihi orang kain. Aku tahu sekarang sedang memikirkan sesuatu, benar bukan?" tabaknya.Xiao Feng tentu tidak asal menebak atau membaca mimik wajah seseorang, akan tetapi dirinya benar-benar bisa merasakan hal yang janggal dari adiknya itu."Benar, kak. Tidak ada yang sedang aku pikirkan," kilah Sukya."Sungguh? Tapi, mengapa aku merasa ada yang sedang kau tutup-tutupi dariku?" duga Xiao Feng.Sukya merasa kakaknya mulai menaruh curiga kepada dirinya. Raut rupa Sukya semakin pucat ketika Xiao Feng mena
Sukya dan keluarga sudah sampai di rumah. Kedatangan Sukya disambut dengan sangat meriah.Para pelayan dan penjaga rumah semuanya berbaris dan bersama-sama mereka memberi hormat."Selamat datang kembali, Directur." Mereka dengan kompak memanggil Sukya dengan sebutan direktur.Memang benar adanya. Sese adalah direktur utama dari perusahaan Xiao Group menggantikan ayahnya yang mundur beberapa bulan lalu."Terima kasih." Sukya sangat senang jika dirinya memang disambung dengan tangan terbuka oleh banyak orang."Ayo, Sayang kita masuk!" ajak kedua orang tuanya. Sukya dengan senang hati menuruti kemauan tersebut.Mereka masuk bersama-sama. Betapa terkejutnya Sukya ketika melihat isi rumah yang sangat bagus itu.Mewah dan berkilau. Sungguh dunia yang tidak pernah Sukya temukan sebelumnya.Dia melihat takjub seisi rumah. Benda-benda di sana membuat Sukya, berpikir bahwa dirinya masuk ke dalam dunia dongeng. Mengapa tidak. Dirinya merasa menjadi seorang putri kaya dalam satu malam. Tidak, bu
Sese masih duduk menemani Sukya di kamarnya. Hal yang masih membuat Ssse bertahan adalah sup kesukaannya.Sup ayam yang dibuat penuh cinta oleh ibunya. Kali ini Sese tidak akan bisa mencicipinya, sebeb jiwanya sudah tidak memungkinkan untuk bisa merasakan kehangatan dari setiap cita rasa sup tersebut.Tak lama kemudian Ibu pun kembali. Sese dengan segera langsung menghilang. Hanya Sukya saja yang dapat merasakan dan melihat kehadiran Sese, yang lain tidak bisa melihatnya."Sayang. Ibu bawakan sup untukmu," kata Ibu, seraya membawa semangkuk sup dengan nasi panas di atas baki.Sukya menunjukan senyuman terbaiknya. Sese mengatakan sebelumnya. Bahwa tidak ada sup terlezat di dunia kecuali sup buatan ibunya. Maka dari itu Sukya penasaran dengan citarasanya."Ayo, segera dimakan selagi hangat. Kamu pasti akan menikmatinya," ujar Ibu menambahkan."Ibu tunggal sebentar, ya. Ada hal yang harus Ibu kerjakan di luar," lanjutnya, seraya membelai kepala Sukya."Baik, Bu."Ibunya pergi setelah men
"Ini untukmu," ujar Xiao Feng memberi.Pemuda keren dengan jas putih kebesaran seorang dokter, namanya adalah Xiao Feng."Apa ini?" balas Sese ragu."Kopi dingin kesukaanmu," ujar Xiao Feng kembali."Terima kasih." Sese menerimanya. Segelas kopi dingin yang menjadi kesukaannya di saat tengah hari bolong.Mendinginkan pikiran yang penuh beban dengan rumitnya kehidupan, memang enak dengan secangkir kopi dingin. Xiao Feng sangat mengerti adiknya."Sepertinya hari ini perasaanmu sedang tidak baik," ujar Xiao Feng duduk menemani Sese.Meneguk kopinya, seraya memandang hamparan hijau rumah sakit. Sese menjawab, "Ya. Aku merasa lelah dengan kesibukan yang membosankan ini.""Mengapa tidak pergi liburan saja," usul Xiao Feng ringan.Sese memandang kakak laki-lakinya itu. Memang terbesit dalam benaknya untuk pergi liburan seorang diri, tetapi itu tidak mungkin."Aku tidak bisa pergi. Walaupun aku menginginkannya, tetap saja aku tidak akan bisa pergi."Sese kembali melihat hamparan hijau yang se
Ngiung, ngiung ….Beberapa mobil ambulan telah berdatangan. Para polisi pula mulai mengamankan tempat kejadian tersebut.Para awak media pula berdesakan ingin meliput kejadian kecelakaan tersebut. Banyak orang yang ingin melihat dan membuat jalan terhambat kembali.Gadis yang menjadi korban segera dibawa ke mobil ambulan. Dan begitu juga dengan Sese yang segera dilarikan ke rumah sakit.Mobil Sese yang hancur bagian depannya karena menghantam tiang listrik menjadi barang penyelidikan."Ayo semuanya bubar! Biarkan polisi yang bekerja. Semuanya bubar. Jangan berkerumun di tempat ini."Para petugas keamanan mencoba membubarkan masyarakat sangat ingin tahu dengan kecelakaan yang menimpa Sese.Bahkan beritanya saja menjadi trending toping di negara. Seluruh sosial media membicarakan perihal kecelakaan yang menimpa Sese.****"Sese!"Kedua orang tuanya telah tiba di rumah sakit yang merawat Sese."Sabar, tuan dan nyonya. Keadaaan Sese sangat kritis. Ada pendarahan hebat di otaknya yang memb
Sese masih duduk menemani Sukya di kamarnya. Hal yang masih membuat Ssse bertahan adalah sup kesukaannya.Sup ayam yang dibuat penuh cinta oleh ibunya. Kali ini Sese tidak akan bisa mencicipinya, sebeb jiwanya sudah tidak memungkinkan untuk bisa merasakan kehangatan dari setiap cita rasa sup tersebut.Tak lama kemudian Ibu pun kembali. Sese dengan segera langsung menghilang. Hanya Sukya saja yang dapat merasakan dan melihat kehadiran Sese, yang lain tidak bisa melihatnya."Sayang. Ibu bawakan sup untukmu," kata Ibu, seraya membawa semangkuk sup dengan nasi panas di atas baki.Sukya menunjukan senyuman terbaiknya. Sese mengatakan sebelumnya. Bahwa tidak ada sup terlezat di dunia kecuali sup buatan ibunya. Maka dari itu Sukya penasaran dengan citarasanya."Ayo, segera dimakan selagi hangat. Kamu pasti akan menikmatinya," ujar Ibu menambahkan."Ibu tunggal sebentar, ya. Ada hal yang harus Ibu kerjakan di luar," lanjutnya, seraya membelai kepala Sukya."Baik, Bu."Ibunya pergi setelah men
Sukya dan keluarga sudah sampai di rumah. Kedatangan Sukya disambut dengan sangat meriah.Para pelayan dan penjaga rumah semuanya berbaris dan bersama-sama mereka memberi hormat."Selamat datang kembali, Directur." Mereka dengan kompak memanggil Sukya dengan sebutan direktur.Memang benar adanya. Sese adalah direktur utama dari perusahaan Xiao Group menggantikan ayahnya yang mundur beberapa bulan lalu."Terima kasih." Sukya sangat senang jika dirinya memang disambung dengan tangan terbuka oleh banyak orang."Ayo, Sayang kita masuk!" ajak kedua orang tuanya. Sukya dengan senang hati menuruti kemauan tersebut.Mereka masuk bersama-sama. Betapa terkejutnya Sukya ketika melihat isi rumah yang sangat bagus itu.Mewah dan berkilau. Sungguh dunia yang tidak pernah Sukya temukan sebelumnya.Dia melihat takjub seisi rumah. Benda-benda di sana membuat Sukya, berpikir bahwa dirinya masuk ke dalam dunia dongeng. Mengapa tidak. Dirinya merasa menjadi seorang putri kaya dalam satu malam. Tidak, bu
Berlanjut.***Sukya dibantu oleh Xiao Feng tengah membereskan barang-barangnya."Ada apa? Mengapa kamu diam seperti itu? Apa yang sedang mengganggu pikiranmu, sampai kau diam tidak seperti biasanya?" kata Xiao Feng heran.Xiao Feng sudah sangat hafal dengan watak, sifat dan kelakukan adiknya. Maka dari itu ketika melihat adik bungsunya murung dia perlu mempertanyakannya."Tidak ada apa-apa, Kak," balas Sukya seolah mengelak."Jangan bohong kepada kakak. Aku ini sangat mengenal dirimu melebihi orang kain. Aku tahu sekarang sedang memikirkan sesuatu, benar bukan?" tabaknya.Xiao Feng tentu tidak asal menebak atau membaca mimik wajah seseorang, akan tetapi dirinya benar-benar bisa merasakan hal yang janggal dari adiknya itu."Benar, kak. Tidak ada yang sedang aku pikirkan," kilah Sukya."Sungguh? Tapi, mengapa aku merasa ada yang sedang kau tutup-tutupi dariku?" duga Xiao Feng.Sukya merasa kakaknya mulai menaruh curiga kepada dirinya. Raut rupa Sukya semakin pucat ketika Xiao Feng mena
"Bagaimana keadaanmu, Sese sayang?" tanya Ibu kepada Sese yang terlihat linglung."Aku sudah mulai merasa baik, Ibu," balasnya sedikit ragu.Takut salah menyebutkan nama, Sukya harus perlahan-lahan mengingat setiap wajah mereka serta sebutan mereka."Dokter mengatakan dia sudah bisa kembali ke rumah hari ini, Ibu," sambung Xiao Feng memberitahu.Terutama Sukya harus mengingat wajah pria tampan yang ada di sana. Dirinya juga memakai jas dokter, dan dirinya harus memanggilnya dengan sebutan kakak. Itulah yang Sese katakan sebelumnya."Syukurlah jika memang Sese sudah diperbolehkan pulang. Ibu bersyukur jika kamu sudah lebih baik dari sebelumnya, meskipun kamu masih tidak ingat siapa kami," tambah Ibu cemas.Tangan kanannya mengangkat dan menyentuh pipi Sukya. Betapa lembut dan hangat ketika tersentuh kulit.Sukya tersenyum dalam topeng wajah Sese. Dirinya entah sampai kapan harus berperan sebagai Sese? Tidak mungkin dalam satu atau dua hari ini saja bukan? Atau dia akan menjadi Sese unt
Keesokan paginya. Hari pertama bagi Sukya untuk memulai harinya. Benar, kehidupannya yang telah berakhir kini dimulai kembali. Hanya saja jiwa Sukya masuk ke dalam raga orang lain."Apa yang harus aku lakukan setelah ini? Sampai sekarang aku sendiri bingung dengan apa yang terjadi kepadaku? Mungkinkah aku ini terlahir kembali seperti, cerita-cerita di dalam novel? Entahlah?"Si cantik pun berpikir keras dibuatnya. Tentu saja dia bingung. Terutama sampai sekarang tidak ada yang mau menjelaskannya."Oh, Dewa. Bisakah dirimu menjelaskan ini kepadaku, apa yang sedang aku alami ini?"Berharap dan berdoa, meminta seseorang untuk datang dan menolongnya."Tidak usah kau ragu dengan tubuh barumu itu." Jiwa Sese yang asli telah datang.Sesungguhnya Sukya masih berada di rumah sakit. Dokter masih belum memberikannya izin untuk meninggalkan rumah sakit.Terutama dokter mendiagnosa Sese yang disemayami jiwa Sukya itu mengalami amnesia.Sebenarnya tidak. Bukan ingatannya yang menghilang, melainkan
Sese mendengar suara Ibunya yang mengatakan jika dirinya sudah koma selama satu bulan."Tuan, apa ini maksudnya?""Jangan berkata. Aku sudah tahu apa yang ingin kamu katakan!"Jing Tian sudah dapat mengetahui isi pikiran Sese sebelum dia mengeluarkan kata-katanya."Tentu kau ingin bertanya, tentang dirimu yang koma itu? Pasti kau ingin tahu perbedaan hari di dunia manusia dengan duniamu saat ini? Benar bukan?"Tebakan Jing Tian sangat tepat. Sese saja bahkan sampai tercengang mendengarnya."Benar tuan. Aku heran mengapa Ibuku berkata. Bahwa aku telah terbaring satu bulan di sana. Sedangkan diriku baru saja beberapa jam yang lalu berada di luaran sana." Herannya Sese bukan main."Tentu jelas perbedaannya. Satu jam di dunia roh, sama dengan 10 hari di dunia manusia," beber Jing Tian."Kau bisa mengalikan saja. Kau baru berada di dunia roh selama 4 jam lebih 30 menit, berarti dikalikan 10 hari. Sama dengan satu bulan," ujar Jing Tian mudah saja, seraya melihat arloji di tangan kirinya."
Sese sedang bertarung dengan waktu. Tersisa 15 menit terakhir baginya untuk menemukan jiwa gadis tersebut."Harus kemana lagi aku mencari dia?"Sese berusaha untuk tidak mengeluh, karena itu akan membuang banyak waktu. Sese berlari kembali, sampai dia menemukan gedung yang bertuliskan pemakaman."Jangan-jangan dia ada disana." Tidak perlu membuang waktu lagi. Sese bergegas mendatangi gedung tersebut. Seakan sudah takdir. Ternyata gedung itulah yang menjadi tempat gadis tersebut dimakamkan.Sese akhirnya menemukan jiwa gadis itu. Dia tengah menangis di depan fotonya yang sudah berhias karangan bunga.Sese mendekatinya dan berkata, "Kau tidak perlu menangisinya lagi. Sekarang ada hal yang lebih penting daripada menangis."Gadis itu berbalik memandang Sese."Siapa kamu? Apa yang kamu lakukan di tempat ini?" tanyanya heran.Yang membuatnya semakin bertanya-tanya adalah. Bagaimana bisa orang lain berbicara kepada dirinya, sedangkan dia sudah meninggal?"Belum saatnya aku menjelaskannya.
Sese telah keluar untuk mencari tempat pemakaman gadis yang ditabraknya itu.Sese yang hanya sebatas jiwa tersebut tidak bisa berlama-lama berada di luar ruangan, terutama ketika sedang panas seperti sekarang ini.Dia memilih berteduh di bawah pohon dekat tepi jalan. Namun, seorang pria dengan kurang ajar datang mendekat."Hei tuan! Apa yang ingin anda lakukan? Tolong jangan melakukan hal mesum di tempat ini."Dia berteriak dan menepuk-nepuk bahu pria bertubuh gempal itu, tetapi yang dilakukannya percuma.Tangannya menembus tubuh pria tersebut. Hasilnya, Sese tidak bisa menegur pria nakal itu."Bagaimana ini? Pria ini memiliki gerak-gerik yang mencurigakan," terka Sese.Sese tampak panik ketika pria gempal yang ada di depannya mulai membuka resleting celananya."Hei tuan! Jangan lakukan itu!" Sese sampai menutup wajahnya, tetapi dia pula penasaran ingin melihat sesuatu yang keluar dari dalam celana tersebut.Tak berselang lama dari itu, "Ha, akhirnya!"Ternyata eh ternyata. Rupanya pr
"Jadi kapan kita pulang?" keluh Sese yang mulai bosan di ruang yang pengap dan sempit ini."Kau ingin pulang kemana? Kau sudah tidak memiliki rumah. Jangankan rumah, raga pun kau tidak memilikinya," beber Jing Tian, membuka pikiran Sese."Jadi benar aku tidak bisa bertemu lagi dengan keluargaku?"Memikirkan tidak lagi bisa berkumpul dengan keluarga, tentunya membuat Sese menjadi lesu.Wajahnya tertekuk ke bawah. Meratapi nasibnya yang sial."Tentu aku tidak bisa lagi menggoda kakakku, dan berfoya-foya dengan teman-temanku lagi."Yang ada dalam benaknya adalah belanja, dan ngemall menjadi hal yang mungkin dia rindukan setelah ini."Aduh, memang manusia itu sangat naif. Sudah untung kamu diberi kehidupan, jika tidak pastinya kau sudah ada di alam baka sekarang," beber Jing Tian dengan benar."Jika memang aku tidak bisa pulang, maka bagaimana denganku? Apa yang harus aku lakukan setelah ini? Tentu aku tidak akan bisa kembali ke dalam ragaku bukan?""Jelas saja kau tidak bisa kembali ke r