Share

Chapter 2

Penulis: Titik Balik Author
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Ngiung, ngiung ….

Beberapa mobil ambulan telah berdatangan. Para polisi pula mulai mengamankan tempat kejadian tersebut.

Para awak media pula berdesakan ingin meliput kejadian kecelakaan tersebut. Banyak orang yang ingin melihat dan membuat jalan terhambat kembali.

Gadis yang menjadi korban segera dibawa ke mobil ambulan. Dan begitu juga dengan Sese yang segera dilarikan ke rumah sakit.

Mobil Sese yang hancur bagian depannya karena menghantam tiang listrik menjadi barang penyelidikan.

"Ayo semuanya bubar! Biarkan polisi yang bekerja. Semuanya bubar. Jangan berkerumun di tempat ini."

Para petugas keamanan mencoba membubarkan masyarakat sangat ingin tahu dengan kecelakaan yang menimpa Sese.

Bahkan beritanya saja menjadi trending toping di negara. Seluruh sosial media membicarakan perihal kecelakaan yang menimpa Sese.

****

"Sese!"

Kedua orang tuanya telah tiba di rumah sakit yang merawat Sese.

"Sabar, tuan dan nyonya. Keadaaan Sese sangat kritis. Ada pendarahan hebat di otaknya yang membuat Sese berada dalam keadaan koma."

Salah seorang dokter datang pada mereka. Dia pula menjelaskan bahwa kondisi Sese saat ini sedang koma.

"Oh, Tuhan. Putriku koma." Hal yang tidak bisa diterima seorang ibu. Mendengar bahwa putrinya sedang berjuang untuk hidup, pastinya sangat menyakitkan baginya.

"Sabar sayang. Putri kita pasti selamat." Seorang suami berusaha menguatkan hati istrinya yang tengah berguncang.

"Lalu, bagaimana dengan kondisi korban yang tertabrak itu."

Xiao Qing menanyakan perihal kondisi gadis yang menjadi korban kecelakaan mobil Sese.

"Dia sudah tiada. Nyawanya tidak terselamatkan. Dia menghembuskan napas terakhirnya saat menuju rumah sakit."

Jawaban yang tidak ingin didengar siapapun, tetapi seberat apapun kenyataannya maka wajib bagi dokter untuk menyampaikan berita tersebut.

"Apa? Dia meninggal?" Xiao Qing tidak menduga itu. Tentu siapa saja tidak akan mengira gadis itu akan mati di tempat kejadian.

Tangis Ibunya Sese seketika pecah ketika mendengar bahwa gadis itu mati. Terutama dia menjadi korban dari anaknya yaitu Sese.

"Saya permisi dulu, tuan dan nyonya. Masih ada yang harus saya lakukan."

Dokternya mohon pamit. Seluruh asisten dan staf lainnya mengikut di belakang. Mereka tidak bisa berbuat banyak, hanya bisa menyerahkan semuanya pada sang pencipta.

Ayah dan Ibunya masih menangis di depan pintu ruangan Sese. Mereka benar-benar terpuruk dengan kondisi seperti ini.

Gadis itu meninggal, otomatis Sese bisa saja menjadi tersangka kecelakaan tersebut. Karena dia telah lalai dalam berkendara yang mengakibatkan hilangnya satu nyawa.

Namun, sisi berbeda. Mereka juga bersedih karena Sese dalam keadaan koma. Nyawanya pula dipertaruhkan sekarang.

Tidak ada yang bisa dilakukan saat ini. Hanya bisa berdoa pada Tuhan untuk kesehatan Sese. Mereka hanya ingin Sese melewati masa-masa kritisnya.

****

Dalam kamar perawatan. Sese sedang terbaring lemas di tempat tidurnya itu. Berbagai jenis alat-alat medis terpasang memenuhi tubuh Sese.

Ruangannya sangat gelap dan pengap. Tidak terlalu luas juga. Hanya diperuntukan untuk dua sampai tiga orang saja.

Krek!

Pintu terbuka. Seseorang telah masuk dan telah berdiri disisi tempat tidur Sese.

"Bagaimana bisa? Aku sedang berdiri di sini, tetapi mengapa ragaku terbaring di atas tempat tidur?"

Sepertinya ada kejanggalan di sini.

"Ada apa ini? Mengapa aku tidak bisa menyentuhnya?"

Gadis berpakaian putih tersebut kian panik, saat tahu dirinya tidak bisa menyentuh benda padat yang ada di depannya. Selalu tembus dan tidak bisa dirasakan.

"Kenapa dengan diriku? Ada apa dengan tanganku? Bagaimana bisa benda-benda ini menembus tanganku."

Dia mendekati Sese. Karena tidak percaya gadis tersebut mencoba menyentuh Sese.

Hasilnya tetap sama. Dia tidak bisa merasakan keberadaan Sese walau dia sudah menyentuh tubuh Sese.

"Mengapa ini? Aku sedang tidak bermimpi bukan? Kenapa aku tidak bisa menyentuh tubuhku sendiri?"

Ada apa dengan ucapannya? Dia adalah Sese?

"Jelas kau tidak bisa menyentuhnya. Karena kau adalah jiwa dari tubuh itu," ujar seseorang yang entah darimana datangnya dia.

Pria ganteng memakai tuksedo hitam dan kacamata minus kecil sedang berjalan mendekati gadis tersebut.

"Apa maksud ucapanmu? Siapa aku ini? Mengapa aku tidak bisa menyentuh tubuhku sendiri?" ujarnya kepada pria bertuksedo hitam tersebut.

"Kau seharusnya telah meninggalkan dunia ini, tetapi Raja Neraka masih memberi satu kesempatan untukmu hidup," beber pria itu.

Jelas perkataannya membuat gadis tersebut bingung. Dia bertanya-tanya. Benarkah dia adalah jiwa dari Sese? Jika memang benar, bagaimana bisa jiwa seseorang bisa keluar dari raganya?

"Jelaskan tuan. Saya masih tidak mengerti dengan perkataan dari tuan."

Sudah jelas Sese tidak paham, karena informasi yang diberikan tidaklah lengkap.

Pria itu membuang napasnya. Selalu saja dia harus bercerita panjang lebar agar orang lain paham dengan perkataannya.

Mulai bercerita. Panjang lebar kali besar dan luas. Mulutnya tidak henti-hentinya mengeluarkan kata-kata.

Sese yang sedang menyimak tidak seutuhnya mengerti perkataan pemuda ganteng itu.

Entah dia tidak mau memperhatikan atau mendengarkan, yang jelas Sese hanya terpaku pada ketampanan dari pria tersebut.

15 menit kemudian. Akhirnya cerita pun selesai.

"Apa sudah selesai?" Sese pun merasa bosan dengan cerita yang sangat berliku-liku itu.

"Intinya, kamu diberi satu kesempatan lagi untuk hidup oleh Raja Langit," pungkas pemuda itu.

"Jika memang benar aku masih hidup, lalu bagaimana dengan ragaku itu? Tidak mungkin aku terpisah dengan tubuhku sendiri bukan?"

"Hahaha, jelas saja kau tidak akan terpisah, tetapi ragamu akan dimasuki oleh orang lain," balas pemuda itu.

Tertawa dia di atas kecemasan hati Sese.

"Mengapa kau tertawa tuan? Apakah ada yang lucu dariku? Aku tidak suka jika ditertawakan. Terutama orang asing seperti dirimu tuan," cerocos Sese.

Meskipun hanya jiwanya saja, tetapi dia tetap masih bisa marah. Sifat sombong tidak bisa terlepas dari seorang Sese.

Selepasnya ada keheningan. Sese dan pria itu saling memandang satu sama lain.

"Kenapa tuan melihat saya seperti itu?" ujar Sese kesal.

"Apa ada yang aneh dari saya?" tanya Sese. Meraba-raba dan menyentuh wajahnya, mungkin saja ada yang salah. Pikir Sese.

"Tuan jangan melihat saya dengan tatapan itu. Atau tuan nanti akan suka pada saya," tutup Sese.

"Astaga, percaya diri sekali kau," tolaknya.

"Siapa pula yang ingin dengan wanita yang sombong dan manja seperti dirimu," tandasnya.

Sese kesal diejek dengan sebutan sombong dan manja.

"Aku tidak manja, tetapi hanya butuh perhatian saja."

Sese memang tidak menampik jika dia manja. Sese menggantinya dengan sebutan butuh perhatian.

"Eleh," cemooh pria itu.

"Tugasku sudah selesai. Aku akan pergi," ungkap pria itu meninggalkan ruangan ini.

"Hei, tunggu!" panggil Sese.

"Tuan, bagaimana dengan nasibku? Apa kau akan meninggalkan di sini? Lalu, bagaimana dengan tubuhku itu? Hei, tuan!" cerocos Sese tanpa henti.

Sese mengejar pria tanpa nama itu. Selama pengejaran Sese terus saja mengajukan pertanyaan pada pria bertuksedo hitam tersebut.

Sese tidak henti-hentinya mengoceh selama di jalan.

Ruangan rawat ini hening kembali. Raga Sese masih terbaring koma di tempat tidur perawatan dengan alat-alat medis yang masih terpasang.

Raga itu sudah ditinggalkan oleh jiwanya. Namun, belum diketahui siapa yang akan mengisi raga tersebut?

Sebelumnya pria itu mengatakan bahwa Sese tidak bisa mendiami tubuhnya. Jadi siapakah yang akan mengisi raga Sese?

Penasaran?

Bab terkait

  • Cinta Dua Jiwa   Chapter 3

    "Hai, tuan. Tunggu!" panggil Sese mengejar di belakang."Ada apa lagi?" ujar pria itu malas.Dibuntuti terasa sangat tidak nyaman. Terutama Sese adalah jiwa yang tidak bisa mau diam. Mulutnya itu tidak bisa dijaga, sehingga selalu saja mengoceh sesuka hatinya."Aku lapar," tutur Sese, mengelus perutnya yang sedari tadi terus meminta diisi itu."Tidak mungkin kau lapar. Jiwa tidak mungkin lapar," balas pria itu tidak menduga."Entahlah, aku juga tidak mengerti, tetapi sekarang perutku terasa lapar. Biasanya aku makan pizza, roti bakar, daging guling dan semacamnya," beber Sese.Membayangkan kelezatan setiap makanan itu, membuat air liur Sese terus keluar. Itu menimbulkan rasa jijik bagi pria bernama Jing Tian tersebut."Payah!"Pluk! Mengetuk dahi Sese dengan jari telunjuknya."Au, tuan!" bentak Sese tidak suka.Jelas itu sangatlah tidak sopan. Mengganggu seseorang adalah hal yang buruk. Terutama sedang memikirkan makanan."Jiwa tidak mungkin memakan makanan manusia," ujarnya membeberk

  • Cinta Dua Jiwa   Chapter 4

    "Jadi kapan kita pulang?" keluh Sese yang mulai bosan di ruang yang pengap dan sempit ini."Kau ingin pulang kemana? Kau sudah tidak memiliki rumah. Jangankan rumah, raga pun kau tidak memilikinya," beber Jing Tian, membuka pikiran Sese."Jadi benar aku tidak bisa bertemu lagi dengan keluargaku?"Memikirkan tidak lagi bisa berkumpul dengan keluarga, tentunya membuat Sese menjadi lesu.Wajahnya tertekuk ke bawah. Meratapi nasibnya yang sial."Tentu aku tidak bisa lagi menggoda kakakku, dan berfoya-foya dengan teman-temanku lagi."Yang ada dalam benaknya adalah belanja, dan ngemall menjadi hal yang mungkin dia rindukan setelah ini."Aduh, memang manusia itu sangat naif. Sudah untung kamu diberi kehidupan, jika tidak pastinya kau sudah ada di alam baka sekarang," beber Jing Tian dengan benar."Jika memang aku tidak bisa pulang, maka bagaimana denganku? Apa yang harus aku lakukan setelah ini? Tentu aku tidak akan bisa kembali ke dalam ragaku bukan?""Jelas saja kau tidak bisa kembali ke r

  • Cinta Dua Jiwa   Chapter 5

    Sese telah keluar untuk mencari tempat pemakaman gadis yang ditabraknya itu.Sese yang hanya sebatas jiwa tersebut tidak bisa berlama-lama berada di luar ruangan, terutama ketika sedang panas seperti sekarang ini.Dia memilih berteduh di bawah pohon dekat tepi jalan. Namun, seorang pria dengan kurang ajar datang mendekat."Hei tuan! Apa yang ingin anda lakukan? Tolong jangan melakukan hal mesum di tempat ini."Dia berteriak dan menepuk-nepuk bahu pria bertubuh gempal itu, tetapi yang dilakukannya percuma.Tangannya menembus tubuh pria tersebut. Hasilnya, Sese tidak bisa menegur pria nakal itu."Bagaimana ini? Pria ini memiliki gerak-gerik yang mencurigakan," terka Sese.Sese tampak panik ketika pria gempal yang ada di depannya mulai membuka resleting celananya."Hei tuan! Jangan lakukan itu!" Sese sampai menutup wajahnya, tetapi dia pula penasaran ingin melihat sesuatu yang keluar dari dalam celana tersebut.Tak berselang lama dari itu, "Ha, akhirnya!"Ternyata eh ternyata. Rupanya pr

  • Cinta Dua Jiwa   Chapter 6

    Sese sedang bertarung dengan waktu. Tersisa 15 menit terakhir baginya untuk menemukan jiwa gadis tersebut."Harus kemana lagi aku mencari dia?"Sese berusaha untuk tidak mengeluh, karena itu akan membuang banyak waktu. Sese berlari kembali, sampai dia menemukan gedung yang bertuliskan pemakaman."Jangan-jangan dia ada disana." Tidak perlu membuang waktu lagi. Sese bergegas mendatangi gedung tersebut. Seakan sudah takdir. Ternyata gedung itulah yang menjadi tempat gadis tersebut dimakamkan.Sese akhirnya menemukan jiwa gadis itu. Dia tengah menangis di depan fotonya yang sudah berhias karangan bunga.Sese mendekatinya dan berkata, "Kau tidak perlu menangisinya lagi. Sekarang ada hal yang lebih penting daripada menangis."Gadis itu berbalik memandang Sese."Siapa kamu? Apa yang kamu lakukan di tempat ini?" tanyanya heran.Yang membuatnya semakin bertanya-tanya adalah. Bagaimana bisa orang lain berbicara kepada dirinya, sedangkan dia sudah meninggal?"Belum saatnya aku menjelaskannya.

  • Cinta Dua Jiwa   Chapter 7

    Sese mendengar suara Ibunya yang mengatakan jika dirinya sudah koma selama satu bulan."Tuan, apa ini maksudnya?""Jangan berkata. Aku sudah tahu apa yang ingin kamu katakan!"Jing Tian sudah dapat mengetahui isi pikiran Sese sebelum dia mengeluarkan kata-katanya."Tentu kau ingin bertanya, tentang dirimu yang koma itu? Pasti kau ingin tahu perbedaan hari di dunia manusia dengan duniamu saat ini? Benar bukan?"Tebakan Jing Tian sangat tepat. Sese saja bahkan sampai tercengang mendengarnya."Benar tuan. Aku heran mengapa Ibuku berkata. Bahwa aku telah terbaring satu bulan di sana. Sedangkan diriku baru saja beberapa jam yang lalu berada di luaran sana." Herannya Sese bukan main."Tentu jelas perbedaannya. Satu jam di dunia roh, sama dengan 10 hari di dunia manusia," beber Jing Tian."Kau bisa mengalikan saja. Kau baru berada di dunia roh selama 4 jam lebih 30 menit, berarti dikalikan 10 hari. Sama dengan satu bulan," ujar Jing Tian mudah saja, seraya melihat arloji di tangan kirinya."

  • Cinta Dua Jiwa   Chapter 8

    Keesokan paginya. Hari pertama bagi Sukya untuk memulai harinya. Benar, kehidupannya yang telah berakhir kini dimulai kembali. Hanya saja jiwa Sukya masuk ke dalam raga orang lain."Apa yang harus aku lakukan setelah ini? Sampai sekarang aku sendiri bingung dengan apa yang terjadi kepadaku? Mungkinkah aku ini terlahir kembali seperti, cerita-cerita di dalam novel? Entahlah?"Si cantik pun berpikir keras dibuatnya. Tentu saja dia bingung. Terutama sampai sekarang tidak ada yang mau menjelaskannya."Oh, Dewa. Bisakah dirimu menjelaskan ini kepadaku, apa yang sedang aku alami ini?"Berharap dan berdoa, meminta seseorang untuk datang dan menolongnya."Tidak usah kau ragu dengan tubuh barumu itu." Jiwa Sese yang asli telah datang.Sesungguhnya Sukya masih berada di rumah sakit. Dokter masih belum memberikannya izin untuk meninggalkan rumah sakit.Terutama dokter mendiagnosa Sese yang disemayami jiwa Sukya itu mengalami amnesia.Sebenarnya tidak. Bukan ingatannya yang menghilang, melainkan

  • Cinta Dua Jiwa   Chapter 9

    "Bagaimana keadaanmu, Sese sayang?" tanya Ibu kepada Sese yang terlihat linglung."Aku sudah mulai merasa baik, Ibu," balasnya sedikit ragu.Takut salah menyebutkan nama, Sukya harus perlahan-lahan mengingat setiap wajah mereka serta sebutan mereka."Dokter mengatakan dia sudah bisa kembali ke rumah hari ini, Ibu," sambung Xiao Feng memberitahu.Terutama Sukya harus mengingat wajah pria tampan yang ada di sana. Dirinya juga memakai jas dokter, dan dirinya harus memanggilnya dengan sebutan kakak. Itulah yang Sese katakan sebelumnya."Syukurlah jika memang Sese sudah diperbolehkan pulang. Ibu bersyukur jika kamu sudah lebih baik dari sebelumnya, meskipun kamu masih tidak ingat siapa kami," tambah Ibu cemas.Tangan kanannya mengangkat dan menyentuh pipi Sukya. Betapa lembut dan hangat ketika tersentuh kulit.Sukya tersenyum dalam topeng wajah Sese. Dirinya entah sampai kapan harus berperan sebagai Sese? Tidak mungkin dalam satu atau dua hari ini saja bukan? Atau dia akan menjadi Sese unt

  • Cinta Dua Jiwa   chapter 10

    Berlanjut.***Sukya dibantu oleh Xiao Feng tengah membereskan barang-barangnya."Ada apa? Mengapa kamu diam seperti itu? Apa yang sedang mengganggu pikiranmu, sampai kau diam tidak seperti biasanya?" kata Xiao Feng heran.Xiao Feng sudah sangat hafal dengan watak, sifat dan kelakukan adiknya. Maka dari itu ketika melihat adik bungsunya murung dia perlu mempertanyakannya."Tidak ada apa-apa, Kak," balas Sukya seolah mengelak."Jangan bohong kepada kakak. Aku ini sangat mengenal dirimu melebihi orang kain. Aku tahu sekarang sedang memikirkan sesuatu, benar bukan?" tabaknya.Xiao Feng tentu tidak asal menebak atau membaca mimik wajah seseorang, akan tetapi dirinya benar-benar bisa merasakan hal yang janggal dari adiknya itu."Benar, kak. Tidak ada yang sedang aku pikirkan," kilah Sukya."Sungguh? Tapi, mengapa aku merasa ada yang sedang kau tutup-tutupi dariku?" duga Xiao Feng.Sukya merasa kakaknya mulai menaruh curiga kepada dirinya. Raut rupa Sukya semakin pucat ketika Xiao Feng mena

Bab terbaru

  • Cinta Dua Jiwa   Chapter 12

    Sese masih duduk menemani Sukya di kamarnya. Hal yang masih membuat Ssse bertahan adalah sup kesukaannya.Sup ayam yang dibuat penuh cinta oleh ibunya. Kali ini Sese tidak akan bisa mencicipinya, sebeb jiwanya sudah tidak memungkinkan untuk bisa merasakan kehangatan dari setiap cita rasa sup tersebut.Tak lama kemudian Ibu pun kembali. Sese dengan segera langsung menghilang. Hanya Sukya saja yang dapat merasakan dan melihat kehadiran Sese, yang lain tidak bisa melihatnya."Sayang. Ibu bawakan sup untukmu," kata Ibu, seraya membawa semangkuk sup dengan nasi panas di atas baki.Sukya menunjukan senyuman terbaiknya. Sese mengatakan sebelumnya. Bahwa tidak ada sup terlezat di dunia kecuali sup buatan ibunya. Maka dari itu Sukya penasaran dengan citarasanya."Ayo, segera dimakan selagi hangat. Kamu pasti akan menikmatinya," ujar Ibu menambahkan."Ibu tunggal sebentar, ya. Ada hal yang harus Ibu kerjakan di luar," lanjutnya, seraya membelai kepala Sukya."Baik, Bu."Ibunya pergi setelah men

  • Cinta Dua Jiwa   Chapter 11

    Sukya dan keluarga sudah sampai di rumah. Kedatangan Sukya disambut dengan sangat meriah.Para pelayan dan penjaga rumah semuanya berbaris dan bersama-sama mereka memberi hormat."Selamat datang kembali, Directur." Mereka dengan kompak memanggil Sukya dengan sebutan direktur.Memang benar adanya. Sese adalah direktur utama dari perusahaan Xiao Group menggantikan ayahnya yang mundur beberapa bulan lalu."Terima kasih." Sukya sangat senang jika dirinya memang disambung dengan tangan terbuka oleh banyak orang."Ayo, Sayang kita masuk!" ajak kedua orang tuanya. Sukya dengan senang hati menuruti kemauan tersebut.Mereka masuk bersama-sama. Betapa terkejutnya Sukya ketika melihat isi rumah yang sangat bagus itu.Mewah dan berkilau. Sungguh dunia yang tidak pernah Sukya temukan sebelumnya.Dia melihat takjub seisi rumah. Benda-benda di sana membuat Sukya, berpikir bahwa dirinya masuk ke dalam dunia dongeng. Mengapa tidak. Dirinya merasa menjadi seorang putri kaya dalam satu malam. Tidak, bu

  • Cinta Dua Jiwa   chapter 10

    Berlanjut.***Sukya dibantu oleh Xiao Feng tengah membereskan barang-barangnya."Ada apa? Mengapa kamu diam seperti itu? Apa yang sedang mengganggu pikiranmu, sampai kau diam tidak seperti biasanya?" kata Xiao Feng heran.Xiao Feng sudah sangat hafal dengan watak, sifat dan kelakukan adiknya. Maka dari itu ketika melihat adik bungsunya murung dia perlu mempertanyakannya."Tidak ada apa-apa, Kak," balas Sukya seolah mengelak."Jangan bohong kepada kakak. Aku ini sangat mengenal dirimu melebihi orang kain. Aku tahu sekarang sedang memikirkan sesuatu, benar bukan?" tabaknya.Xiao Feng tentu tidak asal menebak atau membaca mimik wajah seseorang, akan tetapi dirinya benar-benar bisa merasakan hal yang janggal dari adiknya itu."Benar, kak. Tidak ada yang sedang aku pikirkan," kilah Sukya."Sungguh? Tapi, mengapa aku merasa ada yang sedang kau tutup-tutupi dariku?" duga Xiao Feng.Sukya merasa kakaknya mulai menaruh curiga kepada dirinya. Raut rupa Sukya semakin pucat ketika Xiao Feng mena

  • Cinta Dua Jiwa   Chapter 9

    "Bagaimana keadaanmu, Sese sayang?" tanya Ibu kepada Sese yang terlihat linglung."Aku sudah mulai merasa baik, Ibu," balasnya sedikit ragu.Takut salah menyebutkan nama, Sukya harus perlahan-lahan mengingat setiap wajah mereka serta sebutan mereka."Dokter mengatakan dia sudah bisa kembali ke rumah hari ini, Ibu," sambung Xiao Feng memberitahu.Terutama Sukya harus mengingat wajah pria tampan yang ada di sana. Dirinya juga memakai jas dokter, dan dirinya harus memanggilnya dengan sebutan kakak. Itulah yang Sese katakan sebelumnya."Syukurlah jika memang Sese sudah diperbolehkan pulang. Ibu bersyukur jika kamu sudah lebih baik dari sebelumnya, meskipun kamu masih tidak ingat siapa kami," tambah Ibu cemas.Tangan kanannya mengangkat dan menyentuh pipi Sukya. Betapa lembut dan hangat ketika tersentuh kulit.Sukya tersenyum dalam topeng wajah Sese. Dirinya entah sampai kapan harus berperan sebagai Sese? Tidak mungkin dalam satu atau dua hari ini saja bukan? Atau dia akan menjadi Sese unt

  • Cinta Dua Jiwa   Chapter 8

    Keesokan paginya. Hari pertama bagi Sukya untuk memulai harinya. Benar, kehidupannya yang telah berakhir kini dimulai kembali. Hanya saja jiwa Sukya masuk ke dalam raga orang lain."Apa yang harus aku lakukan setelah ini? Sampai sekarang aku sendiri bingung dengan apa yang terjadi kepadaku? Mungkinkah aku ini terlahir kembali seperti, cerita-cerita di dalam novel? Entahlah?"Si cantik pun berpikir keras dibuatnya. Tentu saja dia bingung. Terutama sampai sekarang tidak ada yang mau menjelaskannya."Oh, Dewa. Bisakah dirimu menjelaskan ini kepadaku, apa yang sedang aku alami ini?"Berharap dan berdoa, meminta seseorang untuk datang dan menolongnya."Tidak usah kau ragu dengan tubuh barumu itu." Jiwa Sese yang asli telah datang.Sesungguhnya Sukya masih berada di rumah sakit. Dokter masih belum memberikannya izin untuk meninggalkan rumah sakit.Terutama dokter mendiagnosa Sese yang disemayami jiwa Sukya itu mengalami amnesia.Sebenarnya tidak. Bukan ingatannya yang menghilang, melainkan

  • Cinta Dua Jiwa   Chapter 7

    Sese mendengar suara Ibunya yang mengatakan jika dirinya sudah koma selama satu bulan."Tuan, apa ini maksudnya?""Jangan berkata. Aku sudah tahu apa yang ingin kamu katakan!"Jing Tian sudah dapat mengetahui isi pikiran Sese sebelum dia mengeluarkan kata-katanya."Tentu kau ingin bertanya, tentang dirimu yang koma itu? Pasti kau ingin tahu perbedaan hari di dunia manusia dengan duniamu saat ini? Benar bukan?"Tebakan Jing Tian sangat tepat. Sese saja bahkan sampai tercengang mendengarnya."Benar tuan. Aku heran mengapa Ibuku berkata. Bahwa aku telah terbaring satu bulan di sana. Sedangkan diriku baru saja beberapa jam yang lalu berada di luaran sana." Herannya Sese bukan main."Tentu jelas perbedaannya. Satu jam di dunia roh, sama dengan 10 hari di dunia manusia," beber Jing Tian."Kau bisa mengalikan saja. Kau baru berada di dunia roh selama 4 jam lebih 30 menit, berarti dikalikan 10 hari. Sama dengan satu bulan," ujar Jing Tian mudah saja, seraya melihat arloji di tangan kirinya."

  • Cinta Dua Jiwa   Chapter 6

    Sese sedang bertarung dengan waktu. Tersisa 15 menit terakhir baginya untuk menemukan jiwa gadis tersebut."Harus kemana lagi aku mencari dia?"Sese berusaha untuk tidak mengeluh, karena itu akan membuang banyak waktu. Sese berlari kembali, sampai dia menemukan gedung yang bertuliskan pemakaman."Jangan-jangan dia ada disana." Tidak perlu membuang waktu lagi. Sese bergegas mendatangi gedung tersebut. Seakan sudah takdir. Ternyata gedung itulah yang menjadi tempat gadis tersebut dimakamkan.Sese akhirnya menemukan jiwa gadis itu. Dia tengah menangis di depan fotonya yang sudah berhias karangan bunga.Sese mendekatinya dan berkata, "Kau tidak perlu menangisinya lagi. Sekarang ada hal yang lebih penting daripada menangis."Gadis itu berbalik memandang Sese."Siapa kamu? Apa yang kamu lakukan di tempat ini?" tanyanya heran.Yang membuatnya semakin bertanya-tanya adalah. Bagaimana bisa orang lain berbicara kepada dirinya, sedangkan dia sudah meninggal?"Belum saatnya aku menjelaskannya.

  • Cinta Dua Jiwa   Chapter 5

    Sese telah keluar untuk mencari tempat pemakaman gadis yang ditabraknya itu.Sese yang hanya sebatas jiwa tersebut tidak bisa berlama-lama berada di luar ruangan, terutama ketika sedang panas seperti sekarang ini.Dia memilih berteduh di bawah pohon dekat tepi jalan. Namun, seorang pria dengan kurang ajar datang mendekat."Hei tuan! Apa yang ingin anda lakukan? Tolong jangan melakukan hal mesum di tempat ini."Dia berteriak dan menepuk-nepuk bahu pria bertubuh gempal itu, tetapi yang dilakukannya percuma.Tangannya menembus tubuh pria tersebut. Hasilnya, Sese tidak bisa menegur pria nakal itu."Bagaimana ini? Pria ini memiliki gerak-gerik yang mencurigakan," terka Sese.Sese tampak panik ketika pria gempal yang ada di depannya mulai membuka resleting celananya."Hei tuan! Jangan lakukan itu!" Sese sampai menutup wajahnya, tetapi dia pula penasaran ingin melihat sesuatu yang keluar dari dalam celana tersebut.Tak berselang lama dari itu, "Ha, akhirnya!"Ternyata eh ternyata. Rupanya pr

  • Cinta Dua Jiwa   Chapter 4

    "Jadi kapan kita pulang?" keluh Sese yang mulai bosan di ruang yang pengap dan sempit ini."Kau ingin pulang kemana? Kau sudah tidak memiliki rumah. Jangankan rumah, raga pun kau tidak memilikinya," beber Jing Tian, membuka pikiran Sese."Jadi benar aku tidak bisa bertemu lagi dengan keluargaku?"Memikirkan tidak lagi bisa berkumpul dengan keluarga, tentunya membuat Sese menjadi lesu.Wajahnya tertekuk ke bawah. Meratapi nasibnya yang sial."Tentu aku tidak bisa lagi menggoda kakakku, dan berfoya-foya dengan teman-temanku lagi."Yang ada dalam benaknya adalah belanja, dan ngemall menjadi hal yang mungkin dia rindukan setelah ini."Aduh, memang manusia itu sangat naif. Sudah untung kamu diberi kehidupan, jika tidak pastinya kau sudah ada di alam baka sekarang," beber Jing Tian dengan benar."Jika memang aku tidak bisa pulang, maka bagaimana denganku? Apa yang harus aku lakukan setelah ini? Tentu aku tidak akan bisa kembali ke dalam ragaku bukan?""Jelas saja kau tidak bisa kembali ke r

DMCA.com Protection Status