Home / Romansa / Cinta Dan Dosa Seorang CEO / Bab. 3 Bertemu Alvino

Share

Bab. 3 Bertemu Alvino

Author: Incess_DL
last update Last Updated: 2024-11-13 20:48:01

“Azura Veronica?”

Azura dan Malika pun membawa pandangan mereka, kesumber suara. Azura yang tidak kenal dengan pria itu, hanya bisa menyeritkan dahinya. Berbeda dengan Malika, yang sedikit terkejut sebab ini kali pertama ia bertemu langsung.

“Anda, Pak Alvino Andriyansya?” tanya Malika.

“Anda mengenal saya?” Alvino berbalik tanya, dengan tersenyum tipis.

“Tentu saja, anda pemilik perusahaan termaju di negara ini,” puji Malika.

Alvino terkekeh pelan. “Tidak juga, masih banyak proses yang harus saya jalani.”

Alvino membawa pandangannya kepada Azura, yang terlihat menatapnya dengan tatapan yang sulit di artikan. Alvino kembali tersenyum tipis, dengan masih berdiri di dekat kedua wanita itu.

“Oh, anda mau bergabung dengan kami?” tanya Malika.

“Tidak, di mejanya sudah ada makanannya.” Secara tidak langsung, Azura tidak mengizinkan Alvino untuk bergabung dengan mereka.

Alvino mengangguk. “Anda benar.”

Ia merogoh saku celananya, mengeluarkan sebuah kartu nama yang terselip di dalam dompetnya. Ia meletakkannya, di atas meja Azura.

“Ini kartu nama saya, anda boleh menghubungi saya kapan saja. jika terkait dengan pekerjaan.”

Setelah mengatakan itu, Alvino pun pergi kembali menuju tempat duduknya. Azura hanya diam, dengan menatap kepergian Alvino dengan tatapan dingin.

Makan siang telah berlalu, kini semua karyawan telah kembali ke perusahaan dan bekerja. Begitu juga dengan Azura, ia kini berada di dalam ruang rapat bersama para pemegang saham.

“Saham perusahaan belum ada kenaikan dengan signifikan, bagaimana menurut anda?” tanya salah satu pegawai Azura.

Belum sempat Azura menjawab, Malika masuk ke dalam ruang rapat dengan raut wajah yang panik. Ia pun membisikkan sesuatu sebelum menunjukan Ipad yang ia pegang.

Mata Azura seketika menajam, tangannya mengepal kuat melihat tiba-tiba saham mereka anjlok kembali. Melihat raut wajah atasan mereka, para anggota rapat pun melihat ponsel masing-masing mengecek saham perusahaan.

Seketika, semuanya menatap Azura yang kini menatap tajam ke arah meja. Para pemegang sama mulai cemas dan mengomel.

“Bagaimana ini, kenapa bisa tiba-tiba turun kembali?” tanya salah satu pemegang saham, yang didukung oleh yang lain.

“Bu Azura, saya sarankan anda bekerja sama dengan Pak Alvino. Meski perusahaannya belum terlalu sukses, namun setiap perusahaan seperti perusahaan kita bekerja sama dengannya maka kembali bangkit.” Salah satu dari mereka memberikan saran, yang sudah terbukti benarnya.

Azura terdiam, dengan mempertimbangkan saran dari salah satu pemegang sahamnya itu. Hingga rapat pun dibubarkan, dan Azura akan secepatnya memberikan keputusan.

Di ruangannya, Azura duduk pada kursi kerjanya dengan pikiran yang masih bimbang. Ia tidak kenal Alvino, bahkan ia baru bertemu saat makan siang tadi dan hanya berkenalan biasa.

*

Keesokan harinya, Azura berusaha meningkatkan kenerja anak perusahaannya dan para pegawainya. Mereka fokus ada penjualan terlebih dahulu, dan mengkesampingkan peluncuran produk baru.

Lalu, ia meminta pertemuan bersama dengan Alvino. Namun sayang, jadwal Alvino hari ini sangat padat. Sehingga, ia membuat jadwal temu dengan Alvino pada lusa nanti.

Hari ini perusahaan Azura sedang sangat sibuk. Tidak hanya karyawan yang sibuk, Azura dan Malika ikut mondar mandir dari kantor, ke ruang rapat, ke kantor pegawainya hingga kini ia turun ke lapangan.

Ia berjalan dengan penuh wibawa, namun tetap menunjukan keanggunannya. Kini ia berada di Mall salah satu toko kosmetik mereka yang penjualan paling sedikit.

“Selamat datang, Bu,” sapa para staff toko.

Azura hanya mengangguk, menanggapi sapaan para karyawannya. Ia melihat-lihat produk mereka yang dijelaskan oleh manager toko.

Hingga, tiba-tiba salah satu pelanggan masuk ke toko mereka dengan marah-marah.

“Apa kalian tidak berniat berjualan, hah?” Seorang ibu-ibu mengamuk, tanpa tahu apa penyebabnya.

“Maaf, Bu saya permisi sebentar.” Manager toko itu, ijin kepada Azura untuk menghampiri ibu-ibu tersebut.

Azura mengangguk, dan mengamati dari sudut toko. Sedangkan Manager toko menghampiri ibu-ibu tadi.

“Permisi bu, ada yang bisa kami bantu?” tanya Manager toko sopan.

“Saya mau meminta pertanggung jawaban kepada kalian,” ujar ibu-ibu tadi dengan nada meninggi.

“Kalau boleh saya tahu, pertanggung jawaban atas apa bu?” Manager toko, masih berusaha berbicara sesopan mungkin.

“Gara-gara scrub dari kalian, wajah saya menjadi hancur dan memerah seperti ini.” Ibu menunjuk wajahnya, yang memang merah seperti terbakar.

“Maaf bu, boleh kami lihat produk yang ibu pakai?” tanya Manager toko.

“Aku sudah membuangnya,” jawab ibu itu dengan kasar.

Azura tidak tahan lagi, sehingga ia pun berjalan menghampiri keributan di tokonya. “Ada apa ini?” tanya Azura.

Para staff toko pun membungkuk hormat, dan beberapa dari mereka mundur untuk memberikan ruang untuk Azura. Azura berdiri di samping Manager toko, dengan pandangan yang melihat pada ibu-ibu pembuat keributan.

“Ibu ini mengatakan kulitnya rusak, akibat memakai scrub dari toko kita, bu,” jelas Manager toko.

“Boleh saya lihat produk yang anda pakai?” tanya Azura.

“Siapa kamu? Aku sudah bilang, aku membuangnya,” ujar ibu mulai tidak sopan.

“Kenapa anda buang?” tanya Azura, “seharusnya anda menyimpannya jika anda ingin meminta pertanggung jawaban.”

“Aku tidak mau tahu, kuitku rusak gara-gara produk mereka. Dan, aku mau minta ganti rugi dan biaya pengobatan,” kekeh ibu itu.

Azura menghela napas, ia sedang pusing ditambah dengan ibu satu ini. Azura sebisa mungkin, agar tidak terbawa emosi saat ibu itu mulai tidak sopan.

“Bu, anda harus menujukan produknya terlebih dahulu. Dan kami akan mengceknya ke laboratorium,” ucap Azura.

“Sudah aku bilang, aku sudah membuangnya. Sudah aku buang!” tukas ibu itu.

“Kalau begitu maaf, kami tidak bisa membayar ganti rugi dan pengobatanmu,” ujar Azura.

Ibu itu mulai geram, karena ia tidak mendapatkan apa yang ia mau. Ia pun mengeluarkan sebuah botol kaca bulat mirip dengan wadah scrub. Detik berikutnya, ia melemparkannya ke arah Azura.

Azura membulatkan matanya, dan para staffnya berteriak terkejut. Namun, tiba-tiba Alvino datag dan menangkap botol kaca itu dengan gagahnya.

“Anda bisa di penjara atas tindakan kekerasan, dan pencemaran nama baik,” ucap Alvino berdiri di depan Azura.

“Siapa kamu?” tanya ibu itu.

“Anda tidak perlu tahu siapa saya, yang terpenting ibu sudah menganggu kenyamanan di toko ini.”

Ibu itu pun berdesis, dan berlalu pergi dari toko Azura dengan kesal. Setelah kepergian ibu itu, Azura membawa langkahnya menghampiri Alvino dan mengambil botol scrub yang dipegang Alvino.

“Ini bukan punya kita,” ucap Azura, memperlihatkan merek dan warna dari botol tersebut kepada staffnya.

“Berarti ibu itu sengaja ingin memeras kita, pantas saja ia bersikeras mengatakan sudah membuangnya,” ujar Malika.

Azura mengangguk setuju. Lalu, ia membawa pandangannya kepada Alvino.

“Terima kasih,” ucap Azura.

“Hm, sama-sama.” Alvino berniat langsung pergi, namun di cegah oleh Azura.

“Maukah anda bekerja sama dengan saya?” tanya Azura.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Cinta Dan Dosa Seorang CEO    Bab. 4 Bekerja sama

    “Maukah anda, bekerja sama dengan saya?” Azura mencegah Alvino, yang hendak pergi.Alvino menghentikan langkahnya, dan berbalik menatap Azura. Kini mereka saling menatap, dengan tatapan yang berbeda.“Ajukan itu secara resmi,” ucap Alvino.Setelah mengucapkan itu, Alvino pun berlalu keluar dari toko kosmetik milik Azura. Azura menatap kepergian Alvino, yang perlahan semakin menjauh dari pandangannya.*Keesokan harinya, Azura pun akhirnya bisa bertemu dengan Alvino secara resmi melalui janji yang sudah ia buat. Kini, mereka tengah berada di private room disebuah restoran mewah.Tidak ada perbincangan pribadi di sana, atau perbincangan yang lainnya. Mereka hanya membahas masalah perusahaan, saham, dan kerja sama.Mereka pun mulai menanda tangani kontrak pada selembaran masing-masing. Yang mana harus ditanda tanganni oleh keduanya.“Semoga saham anda segera meningkat,” ucap Alvino menutup berkas kontrak dihadapannya.“Terima kasih,” ucap Azura, “suatu kehormatan anda mau bekerja sama de

    Last Updated : 2024-11-13
  • Cinta Dan Dosa Seorang CEO    Bab. 5 Ketertarikan

    “Silakan bawa makanannya ke sini,” ucap Alvino.Mata Azura membulat, mendengar ucapan pria di depannya itu. Pelayan restoran tersebut membungkuk hormat, sebelum akhirnya ia pergi untuk membawaka menu couple tersebut.“Apa yang Anda lakukan?” tanya Azura.“Apa masalahnya? Ini hanya makanan.” Alvino meraih ponselnya yang terletak pada meja, dan melihat-lihat email dari sekertarisnya.Azura menganggukan kepala. ‘ada benarnya juga,’ batinnya.Setelah beberapa saat menunggu, akhirnya menu itu pun datang yang langsung dihidangkan di atas meja mereka. Azura dan Alvino pun menyantap makanan, yang hanya disediakan untuk pasangan kekasih atau suami istri dengan penuh nikmat.Azura dan Alvino pun akhirnya telah selesai makan siang. Namun, saat mereka hendak beranjak dari duduk mereka. Tiba-tiba, pelayan tadi kembali sambil menawarkan pemotretan.“Tidak perlu, kami sedang buru-buru,” ucap Azura, yang selalu menolak.Namun, setiap kata yang keluar dari mulut Alvino membuat Azura tercengang. “Apaka

    Last Updated : 2024-11-13
  • Cinta Dan Dosa Seorang CEO    Bab. 6 Menunggu jawaban Azura

    Azura membawa pandangannya kepada pria di sampingnya. Ia terdiam cukup lama, untuk mencermat kata-kata yang keluar dari mulut pria dingin tersebut.Namun, belum sempat Azura menjawab. Mobil mereka telah sampai, membuat kesadaran Azura kembali dan segera berlari menuju mobilnya yang berhenti lebih dahulu.Alvino tersenyum tipis, melihat Azura. Ia melihat dengan jelas, pipi wanita itu yang merah merona karena salah tingkah.Alvino berjalan mendekat kea rah mobil Azura, mengetuk kaca jendela samping Azura. “Buka,” ucapnya.Azura menurunkan setengah kaca mobilnya, dengan kepala yang tertunduk. Alvino kembali tersenyum, setelah melihat lebih jelas lagi.“Aku tunggu jawabanmu.” Setelah mengatakan itu, Alvino berlalu menuju belakang mobil Azura. Yang mana, di sana telah terparkir mobil miliknya.Azura langsung menggeleng, dan segera menyalakan mesin mobilnya. Sebelum akhirnya, ia membawa pergi mobil miliknya.Dalam perjalanan pulang, Azura terus berceloteh tidak jelas. “Apa itu? Apa maksud p

    Last Updated : 2024-11-29
  • Cinta Dan Dosa Seorang CEO    Bab. 7 Jawaban Azura

    “Apa jawabanmu?” Tiba-tiba saja, Alvino bertanya soal jawaban Azura tentang kemarin.Azura terdiam mematung, dengan totebag yang ia genggam dengan erat. Seketika kakinya melangkah mundur, saat Alvino berjalan mendekat ke arahnya.“Jawab Azura,” tekan Alvino, “aku tidak suka menunggu.”“I-ini terlalu mendadak,” Azura tergagap, dengan pandangan yang menunduk. “A-aku masih butuh waktu untuk—““Aku rasa, kita kenal sudah cukup lama. Meski, kita saling mengenal karena bisnis.” Alvino, semakin melangkah maju mengikis jarak di antara keduanya.Seketika, totebag yang Azura pegang terjatuh begitu saja karena ia gugup. Alvino membawa pandangannya ke arah totebag tersebut, lalu mengambilnya dan meletakkannya pada meja sofa.“Aku yakin, kamu kemari bukan karena pengajuan proposal.” Alvino menatap Azura dengan lekat, sampai-sampai membuat Azura cegukan.“Kamu ingin menemuikukan?” tanya Alvino tersenyum. “Dengan beralasan membawa jas dan proposal untukku.”“Vino, jangan begini.” Azura mendorong dad

    Last Updated : 2024-12-01
  • Cinta Dan Dosa Seorang CEO    Bab. 8 Lamaran

    Azura dan Alvino kini resmi berpacaran. Namun, sesuai dengan permintaan Azura. Mereka pun merahasiakan hubungan keduanya dari para karyawan kantor maupun publik.Di perusahaan Alvino, Azura bersama sekertaris dan dua karyawannya tengah mengikuti rapat. Azura duduk, tepat di depan sebelah kanan Alvino.Alvino beberapa kali mencuri pandang kepada Azura, saat yang lain fokus melihat dokumen persentasi. Namun, saat Azura dan yang lain menoleh ke arahnya. Ia langsung membawa pandangannya pada kertas di depannya.“Kamu harus meningkatkan kualitas kemasan produk. Pastikan, produk yang di jual aman dan higenis,” ucap Alvino tegas.“Baik, pak,” jawab salah satu karyawan Azura yang tengah berpersentasi itu.“Baiklah, kita akhiri rapat hari ini,” ucap Alvino membereskan berkas di depannya.Namun, para anggota di ruang rapat itu tercengang dan saling melempar pandang dengan bingung. “Maaf, pak. Tapi, kami belum menyelesaikannya,” u

    Last Updated : 2024-12-02
  • Cinta Dan Dosa Seorang CEO    Bab. 9 Menerima lamaran

    Azura terdiam mematung, ketika Alvino memperlihatkan sebuah cincin permata yang cantik sebagai tanda lamaran pria itu. Para karyawan di sana terkejut, dengan beberapa yang menutup mulut mereka dengan tangan.“Terima! Terima!” Suara sorakan di sertai tepuk tangan dari para karyawan mulai terdengar, meminta Azura menerima lamaran Alvino.Detik berikutnya, sebuah air mata luruh begitu saja dari pelupuk mata Azura. Azura mengangguk, dengan tak kuasa menahan harunya.Alvino tersenyum lebar, dan segera bangkit. Ia mengeluarkan cincin tersebut dari kotak, lalu menyematkannya pada jari manis Azura.“Terima kasih, terima kasih banyak.” Alvino sepontan memeluk Azura, sebagai ungkapan terima kasih dan rasa senang yang ia rasakan.Azura hanya bisa mengangguk, sambil membalas pelukan pria yang baru saja melamarnya itu. Ia menangis haru, karena tak menyangka akan di lamar secara tiba-tiba oleh Alvino.Padahal, sebelumnya mereka tidak pernah membahas soal pernikahan atau semacamnya. Mereka berdua ha

    Last Updated : 2024-12-05
  • Cinta Dan Dosa Seorang CEO    Bab. 10 Pernikahan

    Alvino terdiam beberapa saat, mendengar sebuah kalimat yang keluar dari mulut calon istrinya itu. Detik berikutnya, ia tersenyum dan mengusap lembut kepala Azura.“I Love you more,” jawabnya tersenyum manis, yang dibalas oleh Azura tak kalah manis.*Hari yang ditunggu pun akhirnya tiba. Hari di mana dua insan akan mengikat janji suci mereka, di hadapan tuhan, dan semua orang yang ada di sana.Di sebuah ruangan, Alvino tengah duduk di sebuah sofa. Ia mengendurkan dasinya, karena terasa mencekik lehernya.“Jangan terlalu gugup, itu hanya akan membuat anda tidak nyaman,” ujar sekertarinya, yang tengah menemani dirinya.“Apa kau pernah menikah?” tanya Alvino, sambil mengatur napasnya.“Belum,” jawab Zio—sekertaris Alvino.Alvino membawa pandangannya kepada Zio, dan menatapnya dengan tatapan yang sulit di artikan.“Apa?” tanya Zio, saat mendapati tatapan dari atasannya.“Kau berbicara, seakan kau sudah penah menikah.” Alvino menggelengkan pelan kepalanya, dan mengambil sebotol air mineral

    Last Updated : 2024-12-06
  • Cinta Dan Dosa Seorang CEO    Bab. 11 tanpa judul

    Para pelayan menutup pintu kamar Azura, membuat Alvino terdiam. Lalu, Alvino pun membawa pandangannya kepada Azura, dengan penuh tanya.“Tampaknya mereka sangat dekat denganmu,” ucap Alvino membawa langkahnya mendekati Azura.“Hm, karena mereka yang merawatku dan selalu ada di saat masa-masa terpurukku,” jelas Azura.Alvino mengangguk paham. Lalu, ia semakin mendekat kearah Azura, memeluk pinggang ramping istrinya itu.“Apa kamu lelah?” tanya Alvino dengan jarak wajah keduanya sangat dekat.“Lumayan,” jawab Azura dengan tatapan canggung.Alvino kembali mengangguk paham, dan membalikkan tubuh Azura pelan. “Aku akan membantumu membuka resletingnya,” ucap Alvino, “setelah itu mandilah.”Azura hanya mengangguk pelan karena malu. Sedangkan Alvino mulai menurunkan resleting gaun pengantin Azura.Beruntung Azura memegangi bagian depat gaun tersebut, sehingga tidak membuat gaun itu langsung melorot. setelah resleting terbuka semua, barulah Azura membawa langkahnya menuju kamar mandi.*Pagi h

    Last Updated : 2024-12-07

Latest chapter

  • Cinta Dan Dosa Seorang CEO    Bab. 36 Posesif

    Tak terasa, waktu telah berlalu. Kini usia kandungan Azura, telah memasuki bulan ke empat. Di mana, drama mual, muntah, pusing dan semua hal yang menyiksanya selama trimester 1. Telah berhasil ia lalu bersama dengan Alvino.Meski demikian, Azura masih tetap ingat dan bersikekeh untuk bercerai dengan Alvino.Di usia kehamilan memasuki 4 bulan ini. Azura menjadi lebih posesif kepada suaminya.Ia tidak bisa jauh dari aroma tubuh Alvino. Yang membuatnya selalu tenang dan nyaman.Meski Alvino tidak keberatan, dengan keposesifannya istrinya. Dan justru, membuatnya sangat senang dan bahagia.Namun, di balik itu semua. Sedikit mempersulit pekerjaannya.Sebab, Azura bisa jauh dari Alvino. Sedangkan, ia harus pergi ke kantor untuk mengelola perusahaannya.Namun, Azura enggan untuk ikut dengannya ke kantor. Seperti sekarang ini, drama pagi hari yang baru telah di mulai.“Jangan pergi,” ucap Azura dengan suara manjanya.“Aku juga tidak ingin pergi.” Dengan gemas, Alvino mencubit pelan pipi istri

  • Cinta Dan Dosa Seorang CEO    Bab. 35 Piknik di halaman rumah

    Azura bangkit dari duduknya, dan menatap Alvino yang berada di depan anak tangga. “Bisakah kamu jangan pergi?” tanya Azura. Setelah menuruti egonya yang besar. Akhirnya, ia kalah dengan keinginannya yang jauh lebih kuat. Mungkin, ini pengaruh dari kehamilannya. Entah kenapa, akhir-akhir ini ia merasa tidak bisa jauh-jauh dari Alvino. Alvino terdiam beberapa saat, sebelum akhirnya ia tersenyum. Alvino hanya tersenyum, dan membawa langkahnya menuruni tangga. Azura yang melihat itu menjadi sedih. Ia kembali duduk dengan wajah yang sedih. Bahkan, air matanya mulai menetes. Di saat ia hendak hanyut dalam kesedihannya. Tiba-tiba, seseorang memeluknya dari belakang. “Baiklah, karena kamu yang memintanya aku tetap bersamamu,” ucap Alvino. Azura tersenyum, namun ia tetap mengeluarkan air mata. “Kenapa kamu menangis, hm?” tanya Alvino. “Ini semua salahmu, kenapa kamu tidak menjawab sebelumnya. Aku pikir, kamu tidak mau dan akan tetap pergi bekerja.” Azura kembali menangis, sambil menj

  • Cinta Dan Dosa Seorang CEO    Bab. 34 Kalah dengan kata hati sendiri

    Tepat pada saat jam makan siang. Alvino telah tiba di rumah, dengan kedua tangan yang menenteng tas belanjaan.Dengan senyuman manis nan lebar. Alvino berjalan memasuki rumah yang ia tempati bersama Azura.“Sayang! Aku pulang!” seru Alvino berjalan melangkah menaiki tangga.Setibanya di lantai dua. Ia melihat Azura yang tengah duduk menunggunya di ruangan tengah dekat balkon.“Kamu sudah datang?” tanya Azura yang terlihat sangat antusias.“Hm,” jawab Alvino tersenyum ceria.“Ini dia seafoodnya. Dan ini cup cakenya.” Alvino mengeluarkan dan meletakkan kedua pesanan Azura di atas meja.Azura tersenyum menatap kedua menu makanan tersebut.“Tunggu sebentar, aku ambil sarung tangannya terlebih dahulu.” Alvino pun pergi menuju dapur, untuk mengambil sarung tangan khusus makan.Lalu, beberapa saat kemudian ia kembali dengan membawa sepasang sarung tangan.“Biar aku kupaskan ya,” ucap Alvino.Azura mengangguk begitu saja. Membuat Alvino kembali tersenyum senang, dan membuka wadah berisi seafo

  • Cinta Dan Dosa Seorang CEO    Bab. 33 Tidak mau jatuh cinta yang kedua kali

    “Rupanya, kamu sudah bosan hidup,” ucap Alvino dingin.Ia menatap pria dihadapannya itu dengan tajam, seakan menyiratkan amarah yang luar biasa meluap.Namun, belum sempat ia meluapkan amarahnya. Ponselnya berdering, yang terletak di atas meja kerjanya.Ia menghentikan langkannya, dan sedikit mengeram kesal. Sebelum akhirnya, ia pergi berlalu menuju meja kerjanya dan meraih ponselnya.Di saat Alvino menjawab telepon, pria tadi menghela napas lega. Meski hanya untuk beberapa saat.Alvino sedikit terkejut, saat melihat orang yang meneleponnya. Dengan bingung campur bahagia, ia pun menjawab panggilan tersebut.“Halo?” ucap Alvino.Tidak ada jawaban langsung dari seberang telepon, yang membuat Alvino menyeritkan dahi dan menatap ponselnya.Ia pikir, panggilan telepon tersebut berakhir begitu saja. Namun ternyata, ia masih terhubung.“Halo?” ucap Alvino, “Azura kamu ada di sana?”“Ekhm.” Azura berdehem, yang menandakan ia berada di sana.“Ada apa, hm?” tanya Alvino lembut.Namun, tatapanny

  • Cinta Dan Dosa Seorang CEO    Bab. 32 tanpa judul

    Akhirnya, bubur tersebut habis tak tersisa. Alvino tersenyum bangga, dengan mengacak-acak rambut Azura.“Pintar,” ucap Alvino.Azura hanya tersenyum, membiarkan Alvino mengacak-acak rambutnya. “Kamu mau minum susunya?” tanya Alvino sambil merapihkan kembali rambut indah istrinya.“Aku tidak yakin, tapi mungkin aku bisa mencobanya menggunakan sendok,” ujar Azura.Alvino mengangguk. “Baiklah, aku akan mengambil sendok teh dulu, ya.”Alvino bangkit dari duduknya, sambil membawa nampan berisi mangkuk kosong. Lalu ia keluar dari kamar Azura, menuju dapur.Tak berselang lama, Alvino kembali dengan membawa satu sendok teh. Kemudian, ia kembali duduk pada sisi ranjang dan memberikan sendok tersebut kepada Azura.Azura menerimanya, dan menyendok susu yang ada di gelas. Ia tidak langsung meminumnya, melainkan menatapnya terlebih dahulu dengan ragu dan cemas.“Jika kamu memang tidak sanggup tidak usah di minum,” ucap Alvino yang paham dengan tatapan istrinya.“Tidak, aku harus meminum

  • Cinta Dan Dosa Seorang CEO    Bab. 31 Senyuman Alvino

    Sontak saja, Alvino langsung membuka mata dan bangkit. Wajah polos bangun tidurnya terlihat panik dan juga cemas.“Maafkan aku, a-aku tidak bermaksud seperti itu,” ucap Alvino merasa bersalah.Lalu, ia segera merendahkan tubuhnya. Mendekatkan wajah pada perut Azura, dan mengusap lembut perut rata itu.“Maafkan Daddy ya, Daddy pasti menyakitimu,” gumamnya kepada perut tersebut.Untuk sesaat, Azura merasakan sesuatu perasaan yang aneh di dalam hatinya. Seperti perasaan berdebar, namun sangat senang ia rasakan ketika Alvino mengajak calon buah hati mereka berbicara.“Kamu mau makan?” tanya Alvino membawa pandangannya kepada Azura.Namun, sepertinya Azura masih terhanyut dengan aktivitas Alvino sebelumnya. Membuatnya, tak sadar jika Alvino berbicara kepadanya.“Azura,” panggil Alvino dengan lembut.Azura pun tersadar. “Huh?” Ia membawa pandangannya kepada Alvino, yang tengah menatapnya penuh cinta.“Kamu mau makan, sayang?” tanya Alvino menambahkan panggilan ‘sayang’.“Jangan panggil aku

  • Cinta Dan Dosa Seorang CEO    Bab. 30 Sedihnya Alvino

    “Baiklah, ini obatmu,” ucap Alvino memberikan obat yang ada di tangannya.Seketika Azura menoleh dan kembali menatap horror obat di tangan Alvino. Ia menutup mulut dan hidungnya, karena merasa mual dengan aroma obat.“Jauhkan itu, aku kembali mual karena baunya.”Dengan cepat, Alvino pun membuang obat tersebut begitu saja. Dan ia berlari masuk ke dalam kamar, hanya untuk membasuh tangannya yang mungkin bau obat.Ia kembali dengan tangan yang sudah harum sabun. Lalu, ia duduk di samping istrinya dengan mengangkat sebelah tangannya.Alvino hendak memeluk Azura, namuan Azura langsung menahan tangannya dengan menatapnya sinis. “Kamu mau apa?” tanya Azura.“Aku, ingin memelukmu,” jawab Alvino.“Tidak mau, pergi dari tempat dudukku,” usir Azura, “kamu duduk di sebelah sana saja.”Alvino menatap sofa yang tadi ia duduki saat menyuapi Azura. Ia menghela napas pasrah, dengan lemas ia bangkit dari duduknya berja

  • Cinta Dan Dosa Seorang CEO    Bab. 29 Benci bau obat

    Seseorang dari balik tirai itu segera membuka tirai, dan berlari ke arah Azura dengan raut wajah yang panik dan cemas.“Kamu baik-baik saja?” tanyanya, “kenapa kamu tidak memanggilku, hm?”Ternyata dia adalah Alvino. Pria itu sangat cemas dan khawatir, ketika mengetahui istrinya tak sadarkan diri.Ia menunda rapat penting, dan segera berlari kerumah untuk membawa istrinya ke rumah sakit. Alvino mengambil tiang infus Azura yang jatuh. Lalu, mengambil boto infusan yang tergeletak.Azura tidak menjawab pertanyaan Alvino, ia hanya bisa menutupi mulut dan hidung sambil memukul-mukul lengan Alvino.Alvino sadar, jika istrinya ingin muntah. Alvino segera mengangkat tubuh Azura, dan membawanya ke kamar mandi yang ada di kamar rawat.Sesampainya di dalam, Alvino menurunkan istrinya. Detik berikutnya, Azura memuntahkan isi perutnya yang tidak mengeluarkan apa-apa.Hal itu sangat menyiksanya, karena ia kembali merasakan sakit pada perutnya. Akibat memaksa untuk muntah.“Kenapa seperti ini, hm?”

  • Cinta Dan Dosa Seorang CEO    Bab. 28

    ‘Kenapa kamu membunuh suamiku?’ batin Azura, dengan mata yang menatap Alvino.“Azura, kamu kenapa?” tanya Alvino melambaikan tangannya.“Aku tidak jadi makan, tapi jangan kamu makan.” Azura bangkit dari duduknya, dan pergi meninggalkan meja makan begitu saja.Alvino menatap kepergian istrinya dengan bingung. Lalu, ia menghela napas, sambil menatap piring berisi steak yang bahkan belum di sentuh sama sekali itu.“Bahkan, ia belum mengangkat garpu dan pisau sama sekali,” gumam Alvino.Azura memasuki kamar, dan langsung mengunci pintu kamarnya. Ia berjalan pelan, sambil menatap sekeliling kamarnya itu.“Tidak aku sangka, kamar yang dulu aku tempati bersama Bian. Justru aku bagi dengan pembunuh suamiku sendiri,” ucap Azura pelan.Langkahnya terhenti, saat ia berada di dekat sebuah cermin besar. Ia menghadap ke cermin tersebut, dan menatap pantulan dirinya sendiri.“Bahkan, aku sedang mengandung anak dari si pembunuh itu.” Tangannya terangkat, mengusap perut rampingnya yang masih rata.“Ta

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status