Home / Romansa / Cinta Dan Dosa Seorang CEO / Bab. 4 Bekerja sama

Share

Bab. 4 Bekerja sama

Author: Incess_DL
last update Huling Na-update: 2024-11-13 20:49:43

“Maukah anda, bekerja sama dengan saya?” Azura mencegah Alvino, yang hendak pergi.

Alvino menghentikan langkahnya, dan berbalik menatap Azura. Kini mereka saling menatap, dengan tatapan yang berbeda.

“Ajukan itu secara resmi,” ucap Alvino.

Setelah mengucapkan itu, Alvino pun berlalu keluar dari toko kosmetik milik Azura. Azura menatap kepergian Alvino, yang perlahan semakin menjauh dari pandangannya.

*

Keesokan harinya, Azura pun akhirnya bisa bertemu dengan Alvino secara resmi melalui janji yang sudah ia buat. Kini, mereka tengah berada di private room disebuah restoran mewah.

Tidak ada perbincangan pribadi di sana, atau perbincangan yang lainnya. Mereka hanya membahas masalah perusahaan, saham, dan kerja sama.

Mereka pun mulai menanda tangani kontrak pada selembaran masing-masing. Yang mana harus ditanda tanganni oleh keduanya.

“Semoga saham anda segera meningkat,” ucap Alvino menutup berkas kontrak dihadapannya.

“Terima kasih,” ucap Azura, “suatu kehormatan anda mau bekerja sama dengan perusahaan saya, yang berada di ambang kebangkrutan.”

Alvino menanggapinya dengan senyuman tipis. Lalu, mereka pun bangkit dari duduk dan saling berjabatan tangan.

Setelah melakukan penandatanganan kontrak, Alvino dan Azura pun kembali ke perusahaan masing-masing. Azura menghela napas, dengan berdoa semoga dengan menjalin kerja sama dengan perusahaan Alvino. Saham perusahaannya meningkat, ia tidak berharap sampai begitu sukses yang terpenting perusahaannya tidak jadi bangkrut.

Tujuh hari setelah penandatanganan kontrak. Ini kali pertamanya, Azura dan Alvino memulai rapat bersama.

Azura menjelaskan tentang peluncuran produk barunya, serta sebuah elektornik canggih yang ingin ia kembangkat. Alvino mendengarkan dengan sangat cermat, tanpa sadar ia mulai terpanah dengan kecerdasan dan kecantikan yang dimiliki Azura.

Alvino menggeleng pelan, saat kesadarannya hampir hilang gara-gara terlalu fokus pada Azura. Akhirnya, ia kembali fokus pada penjelasan Azura hingga rapat selesai.

“Apa anda akan pergi makan siang?” Alvino menghampiri Azura, yang baru saja keluar dari ruang rapat.

Azura tersenyum keci, dan memberikan salam hormat kepada Alvino. “Iya, saya akan pergi makan siang bersama sekertaris saya,” jawab Azura.

“Bagaimana jika anda menundanya beberapa jam lagi, dan ikut saya pergi ke tempat seminar.”

Azura terdiam, dengan berusaha mencermat ucapan Alvino. Namun, ia tetap bingung apa maksud dari perkataannya.

“Maaf, saya tidak mengerti,” ucap Azura.

“Saya akan pergi seminar, dan saya mengajak anda secara khusus. Siapa tahu, di sana anda akan mendapat banyak kenalan dan para pemegang saham yang akan membantu anda,” jelas Alvino.

Azura tidak menjawabnya, membuat Alvino menyimpulkan jika Azura telah menolak ajakannya. Ia mengangguk paham, dan pergi begitu saja tanpa pamit.

“Baiklah, tapi traktir aku makan siang terlebih dahulu.” Azura berjalan melewati Alvino dengan langkah angkuh.

Alvino menghentikan langkahnya, setelah mendengar perkataan Azura. Ia tersenyum kecil, melihat Azura yang terlihat angkuh setelah menerima ajakannya.

Kini mereka berjalan menuju lift, dengan posisi Azura satu langkah di depan Alvino. Sesampainya di depan pintu lift, Alvino menekan tombol untuk membuka pintu lift.

Beberapa saat kemudian, pintu lift terbuka dan mereka pun masuk ke dalam lift. Di dalam sana, tidak ada percakapan apa-apa hanya ada keheningan, dengan dua orang yang sibuk dengan ponsel masing-masing.

Hingga, tiba-tiba lift bergetar dan terhenti begitu saja di antara lantai 11 dan 10. Azura hampir saja jatuh, beruntung ia berhasil berpegangan dengan erat pada batang besi.

“Ada apa ini?” tanya Alvino, ia menekan tombol darurat.

“Hallo?” Terdengar suara seseorang dari pengeras suara di atas tombol-tombol tersebut.

“Ada apa ini?” tanya Alvino dingin.

“Maaf pak, liftnya tiba-tiba macet. Kami sedang berusaha untuk memperbaiki, mohon tunggu beberapa menit lagi,” beritahu orang itu.

“Selesaikan dalam waktu 30 menit, karena aku harus segera pergi,” pernitah Alvino.

“Baik, pak,” jawab orang itu.

Azura hanya mendengarkan dengan menatap Alvino yang berbicara dengan tegas. Haruskah ia bertanya-tanya, ia merasa cara bicara Alvino saat bersamanya tadi sedikit berbeda.

Pria itu seakan berbicara dengan lembut kepadanya, meski dengan raut wajah datar tanpa ekspresi. Namun, saat berbicara dengan orang reparasi tadi Alvino sangat tegas dan dingin.

Merasa dirinya di tatap, Alvino pun membawa pandangannya kepada Azura. Seketika, Azura langsung kembali fokus pada ponselnya.

Kurang dari 30 menit, lift pun akhirnya beroperasi kembali. Hingga kini dua orang di dalam lift tersebut, telah keluar dan berada dilobi perusahaan Alvino.

Para karyawan Alvino menatap Azura, yang berjalan dengan anggun namun penuh perhitungan dan kewibawaan. Mereka terlihat berbisik jika Azura sangat cocok dengan atasan mereka itu.

“Apa kalian tidak punya pekerjaan?” Seketika suara Alvino menggelegar, saat ia tidak sengaja karyawannya yang berbisik itu.

Sontak saja, para karyawan di sana berlarian dan segera pergi menuju departemen masing-masing. Sedangkan Azura menatap sekitar, ia tidak sandar jika para pegawai Alvino menatapnya dan membicarakannya.

Setelah semua pegawai Alvino pergi, dan lobi menjadi sedikit sepi. Alvino menyusul Azura yang telah melanjutkan langkahnya.

“Kita makan siang di mana?” tanya Alvino.

Kini mereka telah keluar dari perusahaan, dan tengah menunggu mobil mereka.

“Terserah anda saja,” jawab Azura.

Mobil Alvino pun telah berhenti dihadapan mereka. Alvino membawa langkahnya, masuk ke dalam mobilnya. Sedangkan, Azura masih berdiri menunggu mobil miliknya datang.

“Anda sedang apa?” tanya Alvino menurunkan kaca mobilnya.

“Saya sedang menunggu mobil saya,” jawab Azura, “anda pergi saja dulu, nanti kirimkan saya lokasinya.”

Alvino terkekeh, membuat Azura menyeritkan keningnya menatap bingung. “Anda ikut dengan saya, maka masuklah.”

Azura semakin bingung, tapi tetap membawa langkahnya menghampiri Alvino. “Apa saya naik mobil anda?” tanya Azura.

“Iya, karena saya yang mengajak anda. Maka, anda menumpang dimobil saya,” jawab Alvino.

Azura pun mengangguk paham. Dan ia membuka pintu mobil Alvino, lalu mendudukkan tubuhnya pada kursi penumpang samping kemudi.

Azura hendak mengenakan sabuk pengaman, namun ia kesulitan saat menarik tali sabuk tersebut. Alvino pun membuka sabuk pengaman miliknya, dan mencondongakan tubuhnya ke arah Azura.

Tangannya terangkat, dan melintas dihadapan Azura. Ia menarik tali sabuk itu, membuat posisi dan jarak keduanya sangat dekat. Bahkan, wajah Azura berada tepat di dada Alvino.

Alvino pun memasangkan sabuk pengaman pada Azura. Namun, ia tidak sengaja membawa pandangannya kepada Azura yang tengah menatapnya. Sehingga, tatapan mereka bertemu dengan jarak yang sangat dekat.

Seketika, kecanggungan menghampiri mereka. Serta, jantung keduanya berdetak dengan cepat.

Alvino pun tersadar, dan kembali ke posisi duduknya. Wajah Azura sedikit merona, dan membawa pandangannya ke luar.

“Terima kasih,” ucap Azura tanpa mengalihkan pandangannya.

“Hm, sama-sama.”

Alvino pun menyalakan mesin mobilnya, sebelum akhirnya mobilnya melaju meninggalkan kawasan perusahaan. Dalam perjalanan, tidak ada percakapan apa-apa setelah kejadian canggung yang mereka alami.

Hingga, mereka sampai di sebuah restoran untuk makan siang bersama. Mereka memasuki restoran itu bersama, yang langsung disambut oleh pelayan Restoran setelah mereka duduk.

“Selamat siang, izinkan kami menawarkan paket couple untuk pasangan pengantin baru,” ucap pelayan Restoran tersebut.

“Kami bukan—“

“Silakan bawa saja kemari.”

Mga Comments (1)
goodnovel comment avatar
Sitisalamah Adam
langsung sat set yah Al ...... jangn meleooot ke bian sama al.cukup kagumi saja ...️... gara" thoor nya nihh bikin saya menghalu jauhh ......
Tignan lahat ng Komento

Kaugnay na kabanata

  • Cinta Dan Dosa Seorang CEO    Bab. 5 Ketertarikan

    “Silakan bawa makanannya ke sini,” ucap Alvino.Mata Azura membulat, mendengar ucapan pria di depannya itu. Pelayan restoran tersebut membungkuk hormat, sebelum akhirnya ia pergi untuk membawaka menu couple tersebut.“Apa yang Anda lakukan?” tanya Azura.“Apa masalahnya? Ini hanya makanan.” Alvino meraih ponselnya yang terletak pada meja, dan melihat-lihat email dari sekertarisnya.Azura menganggukan kepala. ‘ada benarnya juga,’ batinnya.Setelah beberapa saat menunggu, akhirnya menu itu pun datang yang langsung dihidangkan di atas meja mereka. Azura dan Alvino pun menyantap makanan, yang hanya disediakan untuk pasangan kekasih atau suami istri dengan penuh nikmat.Azura dan Alvino pun akhirnya telah selesai makan siang. Namun, saat mereka hendak beranjak dari duduk mereka. Tiba-tiba, pelayan tadi kembali sambil menawarkan pemotretan.“Tidak perlu, kami sedang buru-buru,” ucap Azura, yang selalu menolak.Namun, setiap kata yang keluar dari mulut Alvino membuat Azura tercengang. “Apaka

    Huling Na-update : 2024-11-13
  • Cinta Dan Dosa Seorang CEO    Bab. 6 Menunggu jawaban Azura

    Azura membawa pandangannya kepada pria di sampingnya. Ia terdiam cukup lama, untuk mencermat kata-kata yang keluar dari mulut pria dingin tersebut.Namun, belum sempat Azura menjawab. Mobil mereka telah sampai, membuat kesadaran Azura kembali dan segera berlari menuju mobilnya yang berhenti lebih dahulu.Alvino tersenyum tipis, melihat Azura. Ia melihat dengan jelas, pipi wanita itu yang merah merona karena salah tingkah.Alvino berjalan mendekat kea rah mobil Azura, mengetuk kaca jendela samping Azura. “Buka,” ucapnya.Azura menurunkan setengah kaca mobilnya, dengan kepala yang tertunduk. Alvino kembali tersenyum, setelah melihat lebih jelas lagi.“Aku tunggu jawabanmu.” Setelah mengatakan itu, Alvino berlalu menuju belakang mobil Azura. Yang mana, di sana telah terparkir mobil miliknya.Azura langsung menggeleng, dan segera menyalakan mesin mobilnya. Sebelum akhirnya, ia membawa pergi mobil miliknya.Dalam perjalanan pulang, Azura terus berceloteh tidak jelas. “Apa itu? Apa maksud p

    Huling Na-update : 2024-11-29
  • Cinta Dan Dosa Seorang CEO    Bab. 7 Jawaban Azura

    “Apa jawabanmu?” Tiba-tiba saja, Alvino bertanya soal jawaban Azura tentang kemarin.Azura terdiam mematung, dengan totebag yang ia genggam dengan erat. Seketika kakinya melangkah mundur, saat Alvino berjalan mendekat ke arahnya.“Jawab Azura,” tekan Alvino, “aku tidak suka menunggu.”“I-ini terlalu mendadak,” Azura tergagap, dengan pandangan yang menunduk. “A-aku masih butuh waktu untuk—““Aku rasa, kita kenal sudah cukup lama. Meski, kita saling mengenal karena bisnis.” Alvino, semakin melangkah maju mengikis jarak di antara keduanya.Seketika, totebag yang Azura pegang terjatuh begitu saja karena ia gugup. Alvino membawa pandangannya ke arah totebag tersebut, lalu mengambilnya dan meletakkannya pada meja sofa.“Aku yakin, kamu kemari bukan karena pengajuan proposal.” Alvino menatap Azura dengan lekat, sampai-sampai membuat Azura cegukan.“Kamu ingin menemuikukan?” tanya Alvino tersenyum. “Dengan beralasan membawa jas dan proposal untukku.”“Vino, jangan begini.” Azura mendorong dad

    Huling Na-update : 2024-12-01
  • Cinta Dan Dosa Seorang CEO    Bab. 8 Lamaran

    Azura dan Alvino kini resmi berpacaran. Namun, sesuai dengan permintaan Azura. Mereka pun merahasiakan hubungan keduanya dari para karyawan kantor maupun publik.Di perusahaan Alvino, Azura bersama sekertaris dan dua karyawannya tengah mengikuti rapat. Azura duduk, tepat di depan sebelah kanan Alvino.Alvino beberapa kali mencuri pandang kepada Azura, saat yang lain fokus melihat dokumen persentasi. Namun, saat Azura dan yang lain menoleh ke arahnya. Ia langsung membawa pandangannya pada kertas di depannya.“Kamu harus meningkatkan kualitas kemasan produk. Pastikan, produk yang di jual aman dan higenis,” ucap Alvino tegas.“Baik, pak,” jawab salah satu karyawan Azura yang tengah berpersentasi itu.“Baiklah, kita akhiri rapat hari ini,” ucap Alvino membereskan berkas di depannya.Namun, para anggota di ruang rapat itu tercengang dan saling melempar pandang dengan bingung. “Maaf, pak. Tapi, kami belum menyelesaikannya,” u

    Huling Na-update : 2024-12-02
  • Cinta Dan Dosa Seorang CEO    Bab. 9 Menerima lamaran

    Azura terdiam mematung, ketika Alvino memperlihatkan sebuah cincin permata yang cantik sebagai tanda lamaran pria itu. Para karyawan di sana terkejut, dengan beberapa yang menutup mulut mereka dengan tangan.“Terima! Terima!” Suara sorakan di sertai tepuk tangan dari para karyawan mulai terdengar, meminta Azura menerima lamaran Alvino.Detik berikutnya, sebuah air mata luruh begitu saja dari pelupuk mata Azura. Azura mengangguk, dengan tak kuasa menahan harunya.Alvino tersenyum lebar, dan segera bangkit. Ia mengeluarkan cincin tersebut dari kotak, lalu menyematkannya pada jari manis Azura.“Terima kasih, terima kasih banyak.” Alvino sepontan memeluk Azura, sebagai ungkapan terima kasih dan rasa senang yang ia rasakan.Azura hanya bisa mengangguk, sambil membalas pelukan pria yang baru saja melamarnya itu. Ia menangis haru, karena tak menyangka akan di lamar secara tiba-tiba oleh Alvino.Padahal, sebelumnya mereka tidak pernah membahas soal pernikahan atau semacamnya. Mereka berdua ha

    Huling Na-update : 2024-12-05
  • Cinta Dan Dosa Seorang CEO    Bab. 10 Pernikahan

    Alvino terdiam beberapa saat, mendengar sebuah kalimat yang keluar dari mulut calon istrinya itu. Detik berikutnya, ia tersenyum dan mengusap lembut kepala Azura.“I Love you more,” jawabnya tersenyum manis, yang dibalas oleh Azura tak kalah manis.*Hari yang ditunggu pun akhirnya tiba. Hari di mana dua insan akan mengikat janji suci mereka, di hadapan tuhan, dan semua orang yang ada di sana.Di sebuah ruangan, Alvino tengah duduk di sebuah sofa. Ia mengendurkan dasinya, karena terasa mencekik lehernya.“Jangan terlalu gugup, itu hanya akan membuat anda tidak nyaman,” ujar sekertarinya, yang tengah menemani dirinya.“Apa kau pernah menikah?” tanya Alvino, sambil mengatur napasnya.“Belum,” jawab Zio—sekertaris Alvino.Alvino membawa pandangannya kepada Zio, dan menatapnya dengan tatapan yang sulit di artikan.“Apa?” tanya Zio, saat mendapati tatapan dari atasannya.“Kau berbicara, seakan kau sudah penah menikah.” Alvino menggelengkan pelan kepalanya, dan mengambil sebotol air mineral

    Huling Na-update : 2024-12-06
  • Cinta Dan Dosa Seorang CEO    Bab. 11 tanpa judul

    Para pelayan menutup pintu kamar Azura, membuat Alvino terdiam. Lalu, Alvino pun membawa pandangannya kepada Azura, dengan penuh tanya.“Tampaknya mereka sangat dekat denganmu,” ucap Alvino membawa langkahnya mendekati Azura.“Hm, karena mereka yang merawatku dan selalu ada di saat masa-masa terpurukku,” jelas Azura.Alvino mengangguk paham. Lalu, ia semakin mendekat kearah Azura, memeluk pinggang ramping istrinya itu.“Apa kamu lelah?” tanya Alvino dengan jarak wajah keduanya sangat dekat.“Lumayan,” jawab Azura dengan tatapan canggung.Alvino kembali mengangguk paham, dan membalikkan tubuh Azura pelan. “Aku akan membantumu membuka resletingnya,” ucap Alvino, “setelah itu mandilah.”Azura hanya mengangguk pelan karena malu. Sedangkan Alvino mulai menurunkan resleting gaun pengantin Azura.Beruntung Azura memegangi bagian depat gaun tersebut, sehingga tidak membuat gaun itu langsung melorot. setelah resleting terbuka semua, barulah Azura membawa langkahnya menuju kamar mandi.*Pagi h

    Huling Na-update : 2024-12-07
  • Cinta Dan Dosa Seorang CEO    Bab 12 pencemaran nama baik, dan korupsi

    Kini Azura berada di sebuah ruangan penyiaran. Ia melihat seorang gadis berusia 20 tahun ke atas, tengah melakukan live streaming.“Wah! Dia keras kepala sekali,” ujar salah satu karyawan pria.“Berikan aku nomor ponselnya.” Azura memberikan ponselnya, kepada salah satu karyawannya.Seorang karyawan wanita mengambil ponsel Azura, dengan hati-hati. Lalu, ia mulai mengetikan nomor ponsel gadis itu. Setelah selesai, ia langsung memberikannya kepada Azura.Azura langsung menghubunginya, dan terlihat gadis yang tengah melakukan siaran langsung itu menatap ponselnya dengan wajah kesal.Ia mengabaikannya, dan kembali melakukan siaran langsung sambil membaca komentar penggemarnya.“Bukan siapa-siapa, dia pasti orang iseng saja,” ujarnya menjawab komentaran dari para penggemarnya.Lalu, Azura pun mengirimkan pesan kepada gadis itu. Gadis itu langsung menatap ponselnya, dengan mata yang membulat lebar.“Teman-teman, kita akhiri livenya di sini ya. Bye-bye.” Gadis itu pun mengakhiri siaran langs

    Huling Na-update : 2024-12-08

Pinakabagong kabanata

  • Cinta Dan Dosa Seorang CEO    Bab. 36 Posesif

    Tak terasa, waktu telah berlalu. Kini usia kandungan Azura, telah memasuki bulan ke empat. Di mana, drama mual, muntah, pusing dan semua hal yang menyiksanya selama trimester 1. Telah berhasil ia lalu bersama dengan Alvino.Meski demikian, Azura masih tetap ingat dan bersikekeh untuk bercerai dengan Alvino.Di usia kehamilan memasuki 4 bulan ini. Azura menjadi lebih posesif kepada suaminya.Ia tidak bisa jauh dari aroma tubuh Alvino. Yang membuatnya selalu tenang dan nyaman.Meski Alvino tidak keberatan, dengan keposesifannya istrinya. Dan justru, membuatnya sangat senang dan bahagia.Namun, di balik itu semua. Sedikit mempersulit pekerjaannya.Sebab, Azura bisa jauh dari Alvino. Sedangkan, ia harus pergi ke kantor untuk mengelola perusahaannya.Namun, Azura enggan untuk ikut dengannya ke kantor. Seperti sekarang ini, drama pagi hari yang baru telah di mulai.“Jangan pergi,” ucap Azura dengan suara manjanya.“Aku juga tidak ingin pergi.” Dengan gemas, Alvino mencubit pelan pipi istri

  • Cinta Dan Dosa Seorang CEO    Bab. 35 Piknik di halaman rumah

    Azura bangkit dari duduknya, dan menatap Alvino yang berada di depan anak tangga. “Bisakah kamu jangan pergi?” tanya Azura. Setelah menuruti egonya yang besar. Akhirnya, ia kalah dengan keinginannya yang jauh lebih kuat. Mungkin, ini pengaruh dari kehamilannya. Entah kenapa, akhir-akhir ini ia merasa tidak bisa jauh-jauh dari Alvino. Alvino terdiam beberapa saat, sebelum akhirnya ia tersenyum. Alvino hanya tersenyum, dan membawa langkahnya menuruni tangga. Azura yang melihat itu menjadi sedih. Ia kembali duduk dengan wajah yang sedih. Bahkan, air matanya mulai menetes. Di saat ia hendak hanyut dalam kesedihannya. Tiba-tiba, seseorang memeluknya dari belakang. “Baiklah, karena kamu yang memintanya aku tetap bersamamu,” ucap Alvino. Azura tersenyum, namun ia tetap mengeluarkan air mata. “Kenapa kamu menangis, hm?” tanya Alvino. “Ini semua salahmu, kenapa kamu tidak menjawab sebelumnya. Aku pikir, kamu tidak mau dan akan tetap pergi bekerja.” Azura kembali menangis, sambil menj

  • Cinta Dan Dosa Seorang CEO    Bab. 34 Kalah dengan kata hati sendiri

    Tepat pada saat jam makan siang. Alvino telah tiba di rumah, dengan kedua tangan yang menenteng tas belanjaan.Dengan senyuman manis nan lebar. Alvino berjalan memasuki rumah yang ia tempati bersama Azura.“Sayang! Aku pulang!” seru Alvino berjalan melangkah menaiki tangga.Setibanya di lantai dua. Ia melihat Azura yang tengah duduk menunggunya di ruangan tengah dekat balkon.“Kamu sudah datang?” tanya Azura yang terlihat sangat antusias.“Hm,” jawab Alvino tersenyum ceria.“Ini dia seafoodnya. Dan ini cup cakenya.” Alvino mengeluarkan dan meletakkan kedua pesanan Azura di atas meja.Azura tersenyum menatap kedua menu makanan tersebut.“Tunggu sebentar, aku ambil sarung tangannya terlebih dahulu.” Alvino pun pergi menuju dapur, untuk mengambil sarung tangan khusus makan.Lalu, beberapa saat kemudian ia kembali dengan membawa sepasang sarung tangan.“Biar aku kupaskan ya,” ucap Alvino.Azura mengangguk begitu saja. Membuat Alvino kembali tersenyum senang, dan membuka wadah berisi seafo

  • Cinta Dan Dosa Seorang CEO    Bab. 33 Tidak mau jatuh cinta yang kedua kali

    “Rupanya, kamu sudah bosan hidup,” ucap Alvino dingin.Ia menatap pria dihadapannya itu dengan tajam, seakan menyiratkan amarah yang luar biasa meluap.Namun, belum sempat ia meluapkan amarahnya. Ponselnya berdering, yang terletak di atas meja kerjanya.Ia menghentikan langkannya, dan sedikit mengeram kesal. Sebelum akhirnya, ia pergi berlalu menuju meja kerjanya dan meraih ponselnya.Di saat Alvino menjawab telepon, pria tadi menghela napas lega. Meski hanya untuk beberapa saat.Alvino sedikit terkejut, saat melihat orang yang meneleponnya. Dengan bingung campur bahagia, ia pun menjawab panggilan tersebut.“Halo?” ucap Alvino.Tidak ada jawaban langsung dari seberang telepon, yang membuat Alvino menyeritkan dahi dan menatap ponselnya.Ia pikir, panggilan telepon tersebut berakhir begitu saja. Namun ternyata, ia masih terhubung.“Halo?” ucap Alvino, “Azura kamu ada di sana?”“Ekhm.” Azura berdehem, yang menandakan ia berada di sana.“Ada apa, hm?” tanya Alvino lembut.Namun, tatapanny

  • Cinta Dan Dosa Seorang CEO    Bab. 32 tanpa judul

    Akhirnya, bubur tersebut habis tak tersisa. Alvino tersenyum bangga, dengan mengacak-acak rambut Azura.“Pintar,” ucap Alvino.Azura hanya tersenyum, membiarkan Alvino mengacak-acak rambutnya. “Kamu mau minum susunya?” tanya Alvino sambil merapihkan kembali rambut indah istrinya.“Aku tidak yakin, tapi mungkin aku bisa mencobanya menggunakan sendok,” ujar Azura.Alvino mengangguk. “Baiklah, aku akan mengambil sendok teh dulu, ya.”Alvino bangkit dari duduknya, sambil membawa nampan berisi mangkuk kosong. Lalu ia keluar dari kamar Azura, menuju dapur.Tak berselang lama, Alvino kembali dengan membawa satu sendok teh. Kemudian, ia kembali duduk pada sisi ranjang dan memberikan sendok tersebut kepada Azura.Azura menerimanya, dan menyendok susu yang ada di gelas. Ia tidak langsung meminumnya, melainkan menatapnya terlebih dahulu dengan ragu dan cemas.“Jika kamu memang tidak sanggup tidak usah di minum,” ucap Alvino yang paham dengan tatapan istrinya.“Tidak, aku harus meminum

  • Cinta Dan Dosa Seorang CEO    Bab. 31 Senyuman Alvino

    Sontak saja, Alvino langsung membuka mata dan bangkit. Wajah polos bangun tidurnya terlihat panik dan juga cemas.“Maafkan aku, a-aku tidak bermaksud seperti itu,” ucap Alvino merasa bersalah.Lalu, ia segera merendahkan tubuhnya. Mendekatkan wajah pada perut Azura, dan mengusap lembut perut rata itu.“Maafkan Daddy ya, Daddy pasti menyakitimu,” gumamnya kepada perut tersebut.Untuk sesaat, Azura merasakan sesuatu perasaan yang aneh di dalam hatinya. Seperti perasaan berdebar, namun sangat senang ia rasakan ketika Alvino mengajak calon buah hati mereka berbicara.“Kamu mau makan?” tanya Alvino membawa pandangannya kepada Azura.Namun, sepertinya Azura masih terhanyut dengan aktivitas Alvino sebelumnya. Membuatnya, tak sadar jika Alvino berbicara kepadanya.“Azura,” panggil Alvino dengan lembut.Azura pun tersadar. “Huh?” Ia membawa pandangannya kepada Alvino, yang tengah menatapnya penuh cinta.“Kamu mau makan, sayang?” tanya Alvino menambahkan panggilan ‘sayang’.“Jangan panggil aku

  • Cinta Dan Dosa Seorang CEO    Bab. 30 Sedihnya Alvino

    “Baiklah, ini obatmu,” ucap Alvino memberikan obat yang ada di tangannya.Seketika Azura menoleh dan kembali menatap horror obat di tangan Alvino. Ia menutup mulut dan hidungnya, karena merasa mual dengan aroma obat.“Jauhkan itu, aku kembali mual karena baunya.”Dengan cepat, Alvino pun membuang obat tersebut begitu saja. Dan ia berlari masuk ke dalam kamar, hanya untuk membasuh tangannya yang mungkin bau obat.Ia kembali dengan tangan yang sudah harum sabun. Lalu, ia duduk di samping istrinya dengan mengangkat sebelah tangannya.Alvino hendak memeluk Azura, namuan Azura langsung menahan tangannya dengan menatapnya sinis. “Kamu mau apa?” tanya Azura.“Aku, ingin memelukmu,” jawab Alvino.“Tidak mau, pergi dari tempat dudukku,” usir Azura, “kamu duduk di sebelah sana saja.”Alvino menatap sofa yang tadi ia duduki saat menyuapi Azura. Ia menghela napas pasrah, dengan lemas ia bangkit dari duduknya berja

  • Cinta Dan Dosa Seorang CEO    Bab. 29 Benci bau obat

    Seseorang dari balik tirai itu segera membuka tirai, dan berlari ke arah Azura dengan raut wajah yang panik dan cemas.“Kamu baik-baik saja?” tanyanya, “kenapa kamu tidak memanggilku, hm?”Ternyata dia adalah Alvino. Pria itu sangat cemas dan khawatir, ketika mengetahui istrinya tak sadarkan diri.Ia menunda rapat penting, dan segera berlari kerumah untuk membawa istrinya ke rumah sakit. Alvino mengambil tiang infus Azura yang jatuh. Lalu, mengambil boto infusan yang tergeletak.Azura tidak menjawab pertanyaan Alvino, ia hanya bisa menutupi mulut dan hidung sambil memukul-mukul lengan Alvino.Alvino sadar, jika istrinya ingin muntah. Alvino segera mengangkat tubuh Azura, dan membawanya ke kamar mandi yang ada di kamar rawat.Sesampainya di dalam, Alvino menurunkan istrinya. Detik berikutnya, Azura memuntahkan isi perutnya yang tidak mengeluarkan apa-apa.Hal itu sangat menyiksanya, karena ia kembali merasakan sakit pada perutnya. Akibat memaksa untuk muntah.“Kenapa seperti ini, hm?”

  • Cinta Dan Dosa Seorang CEO    Bab. 28

    ‘Kenapa kamu membunuh suamiku?’ batin Azura, dengan mata yang menatap Alvino.“Azura, kamu kenapa?” tanya Alvino melambaikan tangannya.“Aku tidak jadi makan, tapi jangan kamu makan.” Azura bangkit dari duduknya, dan pergi meninggalkan meja makan begitu saja.Alvino menatap kepergian istrinya dengan bingung. Lalu, ia menghela napas, sambil menatap piring berisi steak yang bahkan belum di sentuh sama sekali itu.“Bahkan, ia belum mengangkat garpu dan pisau sama sekali,” gumam Alvino.Azura memasuki kamar, dan langsung mengunci pintu kamarnya. Ia berjalan pelan, sambil menatap sekeliling kamarnya itu.“Tidak aku sangka, kamar yang dulu aku tempati bersama Bian. Justru aku bagi dengan pembunuh suamiku sendiri,” ucap Azura pelan.Langkahnya terhenti, saat ia berada di dekat sebuah cermin besar. Ia menghadap ke cermin tersebut, dan menatap pantulan dirinya sendiri.“Bahkan, aku sedang mengandung anak dari si pembunuh itu.” Tangannya terangkat, mengusap perut rampingnya yang masih rata.“Ta

I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status