Home / Romansa / Cinta Dan Dosa Seorang CEO / Bab. 10 Pernikahan

Share

Bab. 10 Pernikahan

Author: Incess_DL
last update Last Updated: 2024-12-06 13:39:05

Alvino terdiam beberapa saat, mendengar sebuah kalimat yang keluar dari mulut calon istrinya itu. Detik berikutnya, ia tersenyum dan mengusap lembut kepala Azura.

“I Love you more,” jawabnya tersenyum manis, yang dibalas oleh Azura tak kalah manis.

*

Hari yang ditunggu pun akhirnya tiba. Hari di mana dua insan akan mengikat janji suci mereka, di hadapan tuhan, dan semua orang yang ada di sana.

Di sebuah ruangan, Alvino tengah duduk di sebuah sofa. Ia mengendurkan dasinya, karena terasa mencekik lehernya.

“Jangan terlalu gugup, itu hanya akan membuat anda tidak nyaman,” ujar sekertarinya, yang tengah menemani dirinya.

“Apa kau pernah menikah?” tanya Alvino, sambil mengatur napasnya.

“Belum,” jawab Zio—sekertaris Alvino.

Alvino membawa pandangannya kepada Zio, dan menatapnya dengan tatapan yang sulit di artikan.

“Apa?” tanya Zio, saat mendapati tatapan dari atasannya.

“Kau berbicara, seakan kau sudah penah menikah.” Alvino menggelengkan pelan kepalanya, dan mengambil sebotol air mineral
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Cinta Dan Dosa Seorang CEO    Bab. 11 tanpa judul

    Para pelayan menutup pintu kamar Azura, membuat Alvino terdiam. Lalu, Alvino pun membawa pandangannya kepada Azura, dengan penuh tanya.“Tampaknya mereka sangat dekat denganmu,” ucap Alvino membawa langkahnya mendekati Azura.“Hm, karena mereka yang merawatku dan selalu ada di saat masa-masa terpurukku,” jelas Azura.Alvino mengangguk paham. Lalu, ia semakin mendekat kearah Azura, memeluk pinggang ramping istrinya itu.“Apa kamu lelah?” tanya Alvino dengan jarak wajah keduanya sangat dekat.“Lumayan,” jawab Azura dengan tatapan canggung.Alvino kembali mengangguk paham, dan membalikkan tubuh Azura pelan. “Aku akan membantumu membuka resletingnya,” ucap Alvino, “setelah itu mandilah.”Azura hanya mengangguk pelan karena malu. Sedangkan Alvino mulai menurunkan resleting gaun pengantin Azura.Beruntung Azura memegangi bagian depat gaun tersebut, sehingga tidak membuat gaun itu langsung melorot. setelah resleting terbuka semua, barulah Azura membawa langkahnya menuju kamar mandi.*Pagi h

    Last Updated : 2024-12-07
  • Cinta Dan Dosa Seorang CEO    Bab 12 pencemaran nama baik, dan korupsi

    Kini Azura berada di sebuah ruangan penyiaran. Ia melihat seorang gadis berusia 20 tahun ke atas, tengah melakukan live streaming.“Wah! Dia keras kepala sekali,” ujar salah satu karyawan pria.“Berikan aku nomor ponselnya.” Azura memberikan ponselnya, kepada salah satu karyawannya.Seorang karyawan wanita mengambil ponsel Azura, dengan hati-hati. Lalu, ia mulai mengetikan nomor ponsel gadis itu. Setelah selesai, ia langsung memberikannya kepada Azura.Azura langsung menghubunginya, dan terlihat gadis yang tengah melakukan siaran langsung itu menatap ponselnya dengan wajah kesal.Ia mengabaikannya, dan kembali melakukan siaran langsung sambil membaca komentar penggemarnya.“Bukan siapa-siapa, dia pasti orang iseng saja,” ujarnya menjawab komentaran dari para penggemarnya.Lalu, Azura pun mengirimkan pesan kepada gadis itu. Gadis itu langsung menatap ponselnya, dengan mata yang membulat lebar.“Teman-teman, kita akhiri livenya di sini ya. Bye-bye.” Gadis itu pun mengakhiri siaran langs

    Last Updated : 2024-12-08
  • Cinta Dan Dosa Seorang CEO    Bab. 13 siapa pelaku korupsi sebenarnya?

    “Edwin.”Seketika, para karyawan di sana membawa pandangan mereka kepada pria bernama Edwin tersebut. Edwin pun bangkit dari duduknya, dan menyahuti panggilan bosnya itu.“Iya, pak,” sahut Edwin.Sontak saja, semua orang di sana berbisik-bisik dan menebak jika Edwinlah yang pembuat masalah yang Alvino sebutkan. Namun, Alvino hanya memberikan kode dengan satu jarinya, meminta Edwin mendekat ke arahnya.Edwin pun menuruti perintah Alvino, dan kini ia telah berdiri di samping Alvino. Alvino memberikan sebuah dokumen kepadanya, membuat Edwin menatap dokumen tersebut dengan bingung.“A-apa ini pak?” tanya Edwin.“Itu laporan keuangan yang dikorupsi, tolong bacakan,” ujar Alvino.Para karyawan di ruang rapat tersebut terkejut, dengan menatap tak percaya. Mereka justru menatap tajam dan sinis kepada Edwin.Edwin membuka dokumen tersebut, dan membacakan uang yang dikorupsi. Tentu saja, hal itu semakin membuat yang lain terkejut. Karena nominal yang di korpusi sangatlah banyak. “Ternyata kamu

    Last Updated : 2024-12-11
  • Cinta Dan Dosa Seorang CEO    Bab. 14 Pesan tidak dikenal

    Semua mata menatap kearah layar di depan mereka, dengan tercegang. Lalu, mereka semua membawa pandangan mereka kearah orang yang ada di sana.“Pak Jhonathan?” ucap salah satu karyawan dari departemen kontruksi, menatap tak percaya kepada managernya.Pria bernama Jhonathan tersebut memalingkan wajahnya kearah lain, sebelum akhirnya pergi dari ruangan tersebut. Namun, baru saja ia keluar, para petugas keamanan sudah berdiri di sana dan menahannya.Detik itu juga, Jhonathan dibawa ke kantor polisi atas tindakan korpusinya. Semua karyawannya sangat kecewa, dengan tindakan managernya itu.Pantas saja, pembangunan yang mereka kerjakan selalu ada kendala. Seperti bahan bangunan yang tidak berkualitas, serta proses pembangunan yang lambat.*Setelah menangani masalah yang ada di perusahaan masing-masing. Kini, Azura dan Alvino memutuskan untuk pergi berbulan madu.Tempat yang mereka pilih, dan yang cocok untuk berbulan madu adalah Maldives. Sebuah pulau dengan pantai yang cantik dan pe

    Last Updated : 2024-12-12
  • Cinta Dan Dosa Seorang CEO    Bab. 15 Tanpa judul

    Lagi-lagi, Azura mendapatkan pesan dari nomor tidak dikenal. Ia merasa kesal, karena orang ini tidak ada pekerjaan sekali menurutnya.Ia pun kembali tidak memedulikannya, dan memilih untuk melanjutkan tidurnya. Di pagi hari, Alvino menggeliat dan memiringkan tubuhnya ke samping. Lalu, tangannya jatuh ke sisi bagian Azura. Akan tetapi, ia tidak mendapati orang yang ingin ia peluk itu.Sontak saja, ia pun langsung membuka matanya. Benar saja, istrinya tidak ada di sana.Alvino pun mencari-cari Azura di kamar mandi, namun tidak ada. Sehingga, ia bergegas keluar dari kamar.Seketika, ia melihat seseorang wanita memakai dress bermotif bunga tanpa lengan. Hanya ada sebuah tali yang terikat dibagian leher, serta bagian punggung wanita itu terekspos karena rambut panjang wanita itu dikempang ke samping.Alvino membawa langkahnya menghampiri wanita itu, dan berdiri tepat di seberang meja makan. Ketika wanita itu berbalik, ia terkejut melihat keberadaan Alvino di sana.“Astaga! Kamu men

    Last Updated : 2024-12-13
  • Cinta Dan Dosa Seorang CEO    Bab. 16 Honeymoon yang terganggu

    Azura dan Alvino bertemu dengan Malika dan Zio, serta 4 empat karyawan lainnya yang cukup dekat dengan bos mereka. “Kenapa kalian di sini?” tanya Alvino dengan dahi yang menyerit. “Kami liburan,” jawab Zio dengan santai. Alvino menatap tak percaya kepada ke enam orang di depannya, bisa-bisanya mereka bertemu di sana. Membuat, Alvino merasa sedikit terganggu karena ia hanya ingin berduaan dengan istrinya. “Jadi, bulan madu kalian juga di sini?” tanya Malika kepada Azura. Azura mengangguk sambil tersenyum. “Oh iya, di mana Vila kalian?” tanya Azura. “Di sana, dan sebelah sana.” Tunjuk Malika tepat di sisi kanan dan kiri Vila Azura dan Alvino. Namun, milik Alvino dan Azura sedikit masuk ke dalam. Sehingga, ada jarak yang cukup jauh dari kedua Vila tersebut. Alvino semakin menyeritkan dahinya, ia terlihat terkejut dan tak percaya. Ia merasa bulan madu indah yang akan mereka berdua nikmati, akan terganggu dengan karyawan mereka. “Anda tenang saja, kami tidak ak

    Last Updated : 2024-12-16
  • Cinta Dan Dosa Seorang CEO    Bab. 17 Keseruan

    Waktu makan siang pun tiba, Alvino bersama istrinya dan yang lainnya. Kini berada di sebuah restoran seafood.Fero, Jasen dan Zio. Menatap Alvino dengan tatapan sinis, mereka seakan tidak takut karena melayangkan tatapan tersebut.Semua itu karena, mereka kesal dengan bos mereka. Mereka di tinggal di tengah-tengah laut, dengan keadaan ketiganya hanya memakai, t-shrt tipis. Membuat, angin laut dengan mudah menebus baju mereka sehingga mereka kedinginan.“Hey! Di makan,” tegus Malika, ketika melihat ketiga pria itu hanya mengaduk-aduk makanan mereka.Mereka hanya diam, dan melahap makanan mereka dengan kasar. Sedangkan Alvino dengan santai, memakan makanannya seakan tidak merasa bersalah.Makan siang pun telah selesai. Kini mereka kembali ke pantai, untuk berjemur.Namun, raut wajah Alvino masih saja terlihat kesal. Meski ia juga baru saja membuat ketiga karyawannya kesal.“Ada apa?” tanya Azura.“Mereka sangat menganggu,” keluh Alvino.Azura tersenyum, dan mengusap rambut suam

    Last Updated : 2024-12-18
  • Cinta Dan Dosa Seorang CEO    Bab. 18 Obsesi pengganggu

    Seketika, mereka menoleh ke arah sumber suara. Raut wajah mereka semua terlihat bingung, menatap wanita itu dan Alvino secara bergantian.“Dia siapa?” tanya Azura menunjuk pendek wanita cantik berpakaian mirip dengan Azura.Alvino tidak menjawab, namun ia menatap wanita itu dengan tatapan tajam. “Apa kabar, Alvino?” sapa wanita itu, “apa aku boleh bergabung dengan kalian?”“Tentu saj—“ ucapan Fero terhenti, ketika Avino menyelanya.“Aku dan istriku kembali ke Vila lebih dahulu,” sela Alvino memeluk pinggang ramping istrinya dengan posesif.Dengan bingung, Azura di bawa oleh Alvino. Begitu juga dengan yang lain, menatap Alvino dengan bingung.Kini, Azura dan Alvino sudah berada di Vila mereka. Azura duduk di kursi pantry, sedangkan Alvino tengah menyiapkan teh hangat untuk mereka.Azura menatap suaminya, dengan tangan yang menopang dagu. “Ada apa, hm?” tanya Alvino, “aku tahu, aku sangat tampan.”“Cih,” decih Azura, saat melihat suaminya yang penuh dengan percaya diri.Nam

    Last Updated : 2024-12-20

Latest chapter

  • Cinta Dan Dosa Seorang CEO    Bab. 36 Posesif

    Tak terasa, waktu telah berlalu. Kini usia kandungan Azura, telah memasuki bulan ke empat. Di mana, drama mual, muntah, pusing dan semua hal yang menyiksanya selama trimester 1. Telah berhasil ia lalu bersama dengan Alvino.Meski demikian, Azura masih tetap ingat dan bersikekeh untuk bercerai dengan Alvino.Di usia kehamilan memasuki 4 bulan ini. Azura menjadi lebih posesif kepada suaminya.Ia tidak bisa jauh dari aroma tubuh Alvino. Yang membuatnya selalu tenang dan nyaman.Meski Alvino tidak keberatan, dengan keposesifannya istrinya. Dan justru, membuatnya sangat senang dan bahagia.Namun, di balik itu semua. Sedikit mempersulit pekerjaannya.Sebab, Azura bisa jauh dari Alvino. Sedangkan, ia harus pergi ke kantor untuk mengelola perusahaannya.Namun, Azura enggan untuk ikut dengannya ke kantor. Seperti sekarang ini, drama pagi hari yang baru telah di mulai.“Jangan pergi,” ucap Azura dengan suara manjanya.“Aku juga tidak ingin pergi.” Dengan gemas, Alvino mencubit pelan pipi istri

  • Cinta Dan Dosa Seorang CEO    Bab. 35 Piknik di halaman rumah

    Azura bangkit dari duduknya, dan menatap Alvino yang berada di depan anak tangga. “Bisakah kamu jangan pergi?” tanya Azura. Setelah menuruti egonya yang besar. Akhirnya, ia kalah dengan keinginannya yang jauh lebih kuat. Mungkin, ini pengaruh dari kehamilannya. Entah kenapa, akhir-akhir ini ia merasa tidak bisa jauh-jauh dari Alvino. Alvino terdiam beberapa saat, sebelum akhirnya ia tersenyum. Alvino hanya tersenyum, dan membawa langkahnya menuruni tangga. Azura yang melihat itu menjadi sedih. Ia kembali duduk dengan wajah yang sedih. Bahkan, air matanya mulai menetes. Di saat ia hendak hanyut dalam kesedihannya. Tiba-tiba, seseorang memeluknya dari belakang. “Baiklah, karena kamu yang memintanya aku tetap bersamamu,” ucap Alvino. Azura tersenyum, namun ia tetap mengeluarkan air mata. “Kenapa kamu menangis, hm?” tanya Alvino. “Ini semua salahmu, kenapa kamu tidak menjawab sebelumnya. Aku pikir, kamu tidak mau dan akan tetap pergi bekerja.” Azura kembali menangis, sambil menj

  • Cinta Dan Dosa Seorang CEO    Bab. 34 Kalah dengan kata hati sendiri

    Tepat pada saat jam makan siang. Alvino telah tiba di rumah, dengan kedua tangan yang menenteng tas belanjaan.Dengan senyuman manis nan lebar. Alvino berjalan memasuki rumah yang ia tempati bersama Azura.“Sayang! Aku pulang!” seru Alvino berjalan melangkah menaiki tangga.Setibanya di lantai dua. Ia melihat Azura yang tengah duduk menunggunya di ruangan tengah dekat balkon.“Kamu sudah datang?” tanya Azura yang terlihat sangat antusias.“Hm,” jawab Alvino tersenyum ceria.“Ini dia seafoodnya. Dan ini cup cakenya.” Alvino mengeluarkan dan meletakkan kedua pesanan Azura di atas meja.Azura tersenyum menatap kedua menu makanan tersebut.“Tunggu sebentar, aku ambil sarung tangannya terlebih dahulu.” Alvino pun pergi menuju dapur, untuk mengambil sarung tangan khusus makan.Lalu, beberapa saat kemudian ia kembali dengan membawa sepasang sarung tangan.“Biar aku kupaskan ya,” ucap Alvino.Azura mengangguk begitu saja. Membuat Alvino kembali tersenyum senang, dan membuka wadah berisi seafo

  • Cinta Dan Dosa Seorang CEO    Bab. 33 Tidak mau jatuh cinta yang kedua kali

    “Rupanya, kamu sudah bosan hidup,” ucap Alvino dingin.Ia menatap pria dihadapannya itu dengan tajam, seakan menyiratkan amarah yang luar biasa meluap.Namun, belum sempat ia meluapkan amarahnya. Ponselnya berdering, yang terletak di atas meja kerjanya.Ia menghentikan langkannya, dan sedikit mengeram kesal. Sebelum akhirnya, ia pergi berlalu menuju meja kerjanya dan meraih ponselnya.Di saat Alvino menjawab telepon, pria tadi menghela napas lega. Meski hanya untuk beberapa saat.Alvino sedikit terkejut, saat melihat orang yang meneleponnya. Dengan bingung campur bahagia, ia pun menjawab panggilan tersebut.“Halo?” ucap Alvino.Tidak ada jawaban langsung dari seberang telepon, yang membuat Alvino menyeritkan dahi dan menatap ponselnya.Ia pikir, panggilan telepon tersebut berakhir begitu saja. Namun ternyata, ia masih terhubung.“Halo?” ucap Alvino, “Azura kamu ada di sana?”“Ekhm.” Azura berdehem, yang menandakan ia berada di sana.“Ada apa, hm?” tanya Alvino lembut.Namun, tatapanny

  • Cinta Dan Dosa Seorang CEO    Bab. 32 tanpa judul

    Akhirnya, bubur tersebut habis tak tersisa. Alvino tersenyum bangga, dengan mengacak-acak rambut Azura.“Pintar,” ucap Alvino.Azura hanya tersenyum, membiarkan Alvino mengacak-acak rambutnya. “Kamu mau minum susunya?” tanya Alvino sambil merapihkan kembali rambut indah istrinya.“Aku tidak yakin, tapi mungkin aku bisa mencobanya menggunakan sendok,” ujar Azura.Alvino mengangguk. “Baiklah, aku akan mengambil sendok teh dulu, ya.”Alvino bangkit dari duduknya, sambil membawa nampan berisi mangkuk kosong. Lalu ia keluar dari kamar Azura, menuju dapur.Tak berselang lama, Alvino kembali dengan membawa satu sendok teh. Kemudian, ia kembali duduk pada sisi ranjang dan memberikan sendok tersebut kepada Azura.Azura menerimanya, dan menyendok susu yang ada di gelas. Ia tidak langsung meminumnya, melainkan menatapnya terlebih dahulu dengan ragu dan cemas.“Jika kamu memang tidak sanggup tidak usah di minum,” ucap Alvino yang paham dengan tatapan istrinya.“Tidak, aku harus meminum

  • Cinta Dan Dosa Seorang CEO    Bab. 31 Senyuman Alvino

    Sontak saja, Alvino langsung membuka mata dan bangkit. Wajah polos bangun tidurnya terlihat panik dan juga cemas.“Maafkan aku, a-aku tidak bermaksud seperti itu,” ucap Alvino merasa bersalah.Lalu, ia segera merendahkan tubuhnya. Mendekatkan wajah pada perut Azura, dan mengusap lembut perut rata itu.“Maafkan Daddy ya, Daddy pasti menyakitimu,” gumamnya kepada perut tersebut.Untuk sesaat, Azura merasakan sesuatu perasaan yang aneh di dalam hatinya. Seperti perasaan berdebar, namun sangat senang ia rasakan ketika Alvino mengajak calon buah hati mereka berbicara.“Kamu mau makan?” tanya Alvino membawa pandangannya kepada Azura.Namun, sepertinya Azura masih terhanyut dengan aktivitas Alvino sebelumnya. Membuatnya, tak sadar jika Alvino berbicara kepadanya.“Azura,” panggil Alvino dengan lembut.Azura pun tersadar. “Huh?” Ia membawa pandangannya kepada Alvino, yang tengah menatapnya penuh cinta.“Kamu mau makan, sayang?” tanya Alvino menambahkan panggilan ‘sayang’.“Jangan panggil aku

  • Cinta Dan Dosa Seorang CEO    Bab. 30 Sedihnya Alvino

    “Baiklah, ini obatmu,” ucap Alvino memberikan obat yang ada di tangannya.Seketika Azura menoleh dan kembali menatap horror obat di tangan Alvino. Ia menutup mulut dan hidungnya, karena merasa mual dengan aroma obat.“Jauhkan itu, aku kembali mual karena baunya.”Dengan cepat, Alvino pun membuang obat tersebut begitu saja. Dan ia berlari masuk ke dalam kamar, hanya untuk membasuh tangannya yang mungkin bau obat.Ia kembali dengan tangan yang sudah harum sabun. Lalu, ia duduk di samping istrinya dengan mengangkat sebelah tangannya.Alvino hendak memeluk Azura, namuan Azura langsung menahan tangannya dengan menatapnya sinis. “Kamu mau apa?” tanya Azura.“Aku, ingin memelukmu,” jawab Alvino.“Tidak mau, pergi dari tempat dudukku,” usir Azura, “kamu duduk di sebelah sana saja.”Alvino menatap sofa yang tadi ia duduki saat menyuapi Azura. Ia menghela napas pasrah, dengan lemas ia bangkit dari duduknya berja

  • Cinta Dan Dosa Seorang CEO    Bab. 29 Benci bau obat

    Seseorang dari balik tirai itu segera membuka tirai, dan berlari ke arah Azura dengan raut wajah yang panik dan cemas.“Kamu baik-baik saja?” tanyanya, “kenapa kamu tidak memanggilku, hm?”Ternyata dia adalah Alvino. Pria itu sangat cemas dan khawatir, ketika mengetahui istrinya tak sadarkan diri.Ia menunda rapat penting, dan segera berlari kerumah untuk membawa istrinya ke rumah sakit. Alvino mengambil tiang infus Azura yang jatuh. Lalu, mengambil boto infusan yang tergeletak.Azura tidak menjawab pertanyaan Alvino, ia hanya bisa menutupi mulut dan hidung sambil memukul-mukul lengan Alvino.Alvino sadar, jika istrinya ingin muntah. Alvino segera mengangkat tubuh Azura, dan membawanya ke kamar mandi yang ada di kamar rawat.Sesampainya di dalam, Alvino menurunkan istrinya. Detik berikutnya, Azura memuntahkan isi perutnya yang tidak mengeluarkan apa-apa.Hal itu sangat menyiksanya, karena ia kembali merasakan sakit pada perutnya. Akibat memaksa untuk muntah.“Kenapa seperti ini, hm?”

  • Cinta Dan Dosa Seorang CEO    Bab. 28

    ‘Kenapa kamu membunuh suamiku?’ batin Azura, dengan mata yang menatap Alvino.“Azura, kamu kenapa?” tanya Alvino melambaikan tangannya.“Aku tidak jadi makan, tapi jangan kamu makan.” Azura bangkit dari duduknya, dan pergi meninggalkan meja makan begitu saja.Alvino menatap kepergian istrinya dengan bingung. Lalu, ia menghela napas, sambil menatap piring berisi steak yang bahkan belum di sentuh sama sekali itu.“Bahkan, ia belum mengangkat garpu dan pisau sama sekali,” gumam Alvino.Azura memasuki kamar, dan langsung mengunci pintu kamarnya. Ia berjalan pelan, sambil menatap sekeliling kamarnya itu.“Tidak aku sangka, kamar yang dulu aku tempati bersama Bian. Justru aku bagi dengan pembunuh suamiku sendiri,” ucap Azura pelan.Langkahnya terhenti, saat ia berada di dekat sebuah cermin besar. Ia menghadap ke cermin tersebut, dan menatap pantulan dirinya sendiri.“Bahkan, aku sedang mengandung anak dari si pembunuh itu.” Tangannya terangkat, mengusap perut rampingnya yang masih rata.“Ta

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status