แชร์

Hari Pendaftaran

ผู้เขียน: Arto Moro
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2025-04-10 22:15:49

Pagi datang perlahan, menembus kaca jendela dengan sinar keemasan yang lembut. Arlena membuka matanya, duduk diam di ranjang dengan pikiran masih melayang ke malam sebelumnya. Tatapan Kael... entah kenapa membuat dadanya sesak, tapi juga hangat di waktu yang sama.

“Kenapa sih bisa serumit ini?” gumamnya sambil menarik nafas panjang.

Di luar, persiapan untuk seleksi permaisuri sudah mulai terasa riuh. Para pelayan lalu lalang, membawa daftar nama, mengatur undangan, bahkan taman depan istana mulai dihias dengan bunga dan pita emas. Rasanya seperti pesta besar sedang direncanakan.

Di ruangan lain, Lady Mirana sedang duduk di depan meja riasnya, dengan wajah penuh percaya diri.

“Aku harus terlihat mempesona. Tidak boleh ada yang lebih mencolok dariku,” katanya sambil melirik pantulan dirinya di cermin. “Aku akan jadi permaisuri. Dan itu tak bisa diganggu gugat.”

Tak lama, pintu diketuk. Pelayan masuk dan membisikkan bahwa Menteri Keuangan menunggu di halaman belakang.

Mirana
อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป
บทที่ถูกล็อก

บทที่เกี่ยวข้อง

  • Cinta Dalam Kekuasaan    Keributan Pagi

    "Berikan ini pada Raja! Ingat, kau harus mengantarkannya sendiri, tidak boleh ada yang menggantikan mu. Kau paham, Arlena?" titah seorang kepala sayang dapur padanya. "Baik, Bibi," jawab Arlena sambil menelan salivanya dengan gugup."Tunggu! Sini, pakai gincu ini. Pastikan dia melihat wajahmu. Ingat, Arlne, kau di sini untuk sebuah misi. Kau harus memastikan, pagi ini, Yang Mulia melihat jelas wajahmu. Camkan itu baik-baik!" tegas kepala sayang dapur itu dengan tubuh gemetar. Mereka tidak memiliki waktu lagi, Arlena adalah satu-satunya senjata dan harapan baru klan mereka. Saat itu, fajar baru saja menyentuh langit Arathia ketika Arlena melangkah hati-hati di koridor istana. Nampan perak yang ia bawa berisi sarapan pagi untuk Raja Kael, lengkap dengan roti panggang madu dan teh herbal yang hangat. Aroma manis dan menenangkan memenuhi udara.Namun langkahnya terhenti tiba-tiba.Di hadapannya berdiri Lady Mirana, menge

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-06
  • Cinta Dalam Kekuasaan    Ajakan Sang Raja

    Arlena berdiri di depan pintu besar kamar Raja Kael. Udara di koridor terasa dingin, meski sinar matahari pagi mulai menghangatkan istana. Jantungnya berdegup keras, gemetar di antara rasa takut dan cemas. Lima menit berlalu. Namun tidak ada panggilan, tidak ada suara. Hening, dan semakin hening meskipun banyak penjaga di sekitarnya.“Apa, aku telah membuatnya murka?” pikir Arlena. Mungkin Raja Kael telah memutuskan bahwa ia tidak layak. Bahkan, untuk mendapatkan teguran langsung. Ia menunduk, menatap lantai yang dingin di bawah kakinya. Pikiran bahwa  dirinya sudah tidak pantas untuk melayani Raja menghantam dirinya seperti gelombang dingin.Namun, sebelum dia sempat melangkah pergi, seorang kasim muncul dari sisi lain koridor. Wajahnya tenang, tapi suaranya tegas. “Dayang, Yang Mulia Raja memanggilmu ke dalam ruangan. Sekarang!"Arlena membeku. Tenggorokannya tercekat. “K-ke kamar Raja?” gumamnya nyaris tak terdengar. Kasim

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-06
  • Cinta Dalam Kekuasaan    Bukan Dayang Biasa

    "Saya tidak menghampiri anda, karena ... saya bukan gadis murahan Yang Mulia!""Kau?!" Suaranya tertahan di tenggorokan.Kalimat yang keluar dari bibir Arlena membuat Raja Kael tak mampu untuk melanjutkan ucapannya. Dia tersihir dengan keberanian yang muncul dari dayang rendahan seperti Arlena.Kael menatap Arlena tajam, namun di balik amarahnya, ada sesuatu yang berbeda.Penolakan Arlena yang tegas dan lugas membuatnya tetap tegang.Sepanjang hidupnya, belum pernah ada wanita mana pun berani menolak keinginannya. Apalagi, undangan untuk berbagi ranjang dengannya.Ia adalah Raja, seorang penguasa mutlak, dan perintahnya adalah hukum. Namun, di hadapannya berdiri seorang dayang yang berani menantangnya.Untuk sesaat, ruangan itu dipenuhi ketegangan dan hening. Kael tidak bisa mengalihkan tatapannya dari Arlena. Ada sesuatu dalam cara gadis itu berbicara, ketenangan yang tidak seharusnya dimiliki oleh seseorang d

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-06
  • Cinta Dalam Kekuasaan    Permintaan Berat Arlena

    “Jadi, apa yang sebenarnya kamu inginkan?” Suara Kael terdengar tajam, penuh ketegasan.Sedang Arlena tampak menarik napas dalam, menenangkan hati sebelum berbicara. Ia tahu, setiap kata yang keluar dari mulut akan menentukan nasibnya sendiri, dan nasib orang-orang yang ia perjuangkan.“Yang Mulia,” Arlena menatap Kael dengan penuh keberanian. “Saya ingin Anda membebaskan tawanan dari klan Altheria yang tersisa.”Sejenak, ucapan Arlena merubah suasana ruangan. Ekspresi Kael berubah, matanya terbelalak terkejut, menatap Arlena dengan tajam. Nama itu—Altheria—bukanlah nama yang asing baginya.“Klan Altheria?” ulangnya, suaranya lebih rendah, hampir seperti bisikan yang berbahaya. “Kau meminta sesuatu yang mustahil! Klan itu sudah dihukum karena pengkhianatan mereka.”Arlena tetap berdiri tegak. “Yang Mulia, mereka bukan pengkhianat.”Kael mendekat, wajahnya hanya beberapa inci dari wajah Arlena. “Kau t

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-06
  • Cinta Dalam Kekuasaan    Keputusan Raja

    “Kael!” suara seorang wanita menggema di seluruh koridor ruangan. “Raja Kael! Apa yang sudah kudengar ini?! Kau ingin menikah dengan seorang dayang rendahan?” pekikan panik dan getaran suara yang menahan amarah, membuat seluruh dayang dan para kasim tidak ada yang berani mengangkat wajah mereka.Kael menatap Ibu Suri dengan tenang. “Keputusanku sudah bulat, Ibu.”Ibu Suri menggenggam tangannya. “Kau sudah kehilangan akal sehatmu, Kael?! Seorang Raja tidak boleh bertindak gegabah hanya karena tertarik pada seorang perempuan! Kau bisa memilikinya, jadikan dia selir, tapi tidak menduduki kursi permaisuri,” tuturnya tidak terima dan masih berusaha mengubah pendirian anaknya.Kael tetap tenang. “Aku tidak gegabah, Ibu. Aku tahu apa yang aku lakukan,” jawabnya tanpa ekspresi, membuat ibu Suri semakin frustasi.Ibu Suri semakin mendekat, suaranya merendah tapi, penuh tekanan. “Kau masih ingat apa yang terjadi ketika ayahmu menikahi i

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-06
  • Cinta Dalam Kekuasaan    Jangan Jadikan Dia Pendampingmu Raja

    Pintu kamar terbuka dengan keras, membuat kedua wanita itu menoleh, mereka sangat terkejut hingga terpatung ditempat. Seorang pria berdiri di ambang pintu. Siluetnya tegap dan berwibawa, jubah hitamnya berayun sedikit terkena angin dari luar. Mata emasnya yang tajam menatap ke arah mereka berdua. Kael. Tatapan itu membuat tangan Ibu Suri terhenti di udara. Ia membeku, lalu segera menarik tangannya kembali, berusaha menjaga martabatnya di depan Raja. “Apa yang sedang terjadi di sini? Kenapa aku mendengar suara seorang perempuan yang di hormati seakan menjatuhkan harga dirinya sendiri?" suara Kael terdengar tenang, tetapi penuh dengan otoritas yang membuat siapa saja mendengarnya merasa terancam. Arlena tidak berbicara. Ia hanya berdiri diam dengan ekspresi tenang seperti biasa, meskipun di dalam dirinya, ia merasa puas dan menang karena kedatangan Kael tepat waktu. Bahkan dirinya tidak habis pikir, kenapa seorang Raja Kael yang terkenal dengan otoriternya mau membela seorang day

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-26
  • Cinta Dalam Kekuasaan    Pertemuan yang Tak Diinginkan

    Salah satu menteri yang bernama Lord Gregor, seorang penasihat senior yang telah lama mengabdi pada kerajaan, menyandarkan tubuhnya di kursi dengan ekspresi tidak suka. “Yang Mulia, mengapa tiba-tiba membahas tentang Klan Altheria? Kita semua yang ada disini, bahkan semua orang yang ada di negeri ini tidak akan pernah mau membahas klan yang terkutuk itu. Klan yang sudah berusaha menghancurkan pondasi di negeri ini!" Kael tetap tenang, meskipun ia dapat merasakan ketegangan yang muncul di antara para menterinya. “Aku ingin mengetahui kebenaran tentang peristiwa yang terjadi di masa pemerintahan ayahku. Aku ingin semua bukti yang ada terkait klan tersebut. Aku tidak ingin ada rakyatku menderita di negeri ini hanya karena sebab dongeng masa lalu." Lord Gregor berdeham sebelum menjawab. “Yang Mulia, tidak perlu membangkitkan masa lalu yang telah terkubur. Klan itu melakukan pemberontakan terhadap kerajaan. Mereka menolak pajak yang ditetapkan, menghasut rakyat untuk melawan, dan pada a

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-26
  • Cinta Dalam Kekuasaan    Oh Ibu Suri!

    Raja Kael berjalan cepat menuju kediaman Ibu Suri, langkahnya mantap namun ada ketegangan yang tersembunyi di balik ekspresinya. Laporan dari Kasim membuatnya tidak tenang, terlebih lagi ini menyangkut seseorang yang—meskipun sering bertentangan dengannya—tetaplah bagian dari keluarganya di istana.Saat tiba di sana, para tabib dan asisten tabib yang berkumpul di sekitar tempat tidur Ibu Suri segera memberi jalan. Sang wanita paruh baya terbaring di atas ranjang mewahnya, wajahnya pucat, dan napasnya terdengar berat. Kael mendekat, matanya menajam melihat kondisi Ibu Suri yang tampak lebih lemah dari biasanya."Kenapa bisa seperti ini? Siapa yang berani melakukan nya?" suara Kael dingin, namun terselip kecemasan yang tidak bisa ia sembunyikan sepenuhnya.Tabib utama yang berdiri di dekat kepala tempat tidur segera menundukkan kepala sebelum menjawab, "Yang Mulia, setelah kami memeriksa, kami menemukan bahwa makanan Ibu Suri mengandung racun. Untung saja para dayang yang bersamanya seg

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-03-01

บทล่าสุด

  • Cinta Dalam Kekuasaan    Hari Pendaftaran

    Pagi datang perlahan, menembus kaca jendela dengan sinar keemasan yang lembut. Arlena membuka matanya, duduk diam di ranjang dengan pikiran masih melayang ke malam sebelumnya. Tatapan Kael... entah kenapa membuat dadanya sesak, tapi juga hangat di waktu yang sama. “Kenapa sih bisa serumit ini?” gumamnya sambil menarik nafas panjang. Di luar, persiapan untuk seleksi permaisuri sudah mulai terasa riuh. Para pelayan lalu lalang, membawa daftar nama, mengatur undangan, bahkan taman depan istana mulai dihias dengan bunga dan pita emas. Rasanya seperti pesta besar sedang direncanakan. Di ruangan lain, Lady Mirana sedang duduk di depan meja riasnya, dengan wajah penuh percaya diri. “Aku harus terlihat mempesona. Tidak boleh ada yang lebih mencolok dariku,” katanya sambil melirik pantulan dirinya di cermin. “Aku akan jadi permaisuri. Dan itu tak bisa diganggu gugat.” Tak lama, pintu diketuk. Pelayan masuk dan membisikkan bahwa Menteri Keuangan menunggu di halaman belakang. Mirana

  • Cinta Dalam Kekuasaan    Sarkastik

    Di ruang belakang sebuah penginapan tua yang biasa dikunjungi pedagang dan petualang, Lior duduk sendirian. Wajahnya lelah, pakaiannya masih berdebu, dan cangkir tehnya sudah dingin sejak tadi. Tangannya menopang dagu, dan matanya menatap kosong ke arah lantai kayu yang berderit setiap kali seseorang lewat. Ia belum kembali ke istana, memilih diam sejenak, jauh dari keramaian dan sorotan mata para bangsawan. Pintu berderit pelan. Seorang pria masuk, mengenakan jubah lusuh, duduk di depannya tanpa diundang. Ia adalah pria yang pernah menyelamatkan Lior dari sergapan beberapa hari lalu. “Kau selalu muncul tanpa aba-aba,” gumam Lior tanpa mengangkat kepala. “Aku hanya muncul saat kau butuh bantuan. Seperti sekarang.” Pria itu menyeringai, suaranya tenang namun menusuk. “Kau terlihat seperti baru saja kehilangan arah.” “Bukan arah,” balas Lior pelan. “Tapi kepercayaan. Semuanya mulai terasa kacau. Yang baik ternyata menyimpan niat jahat, yang tampak jahat kadang justru satu-satunya ya

  • Cinta Dalam Kekuasaan    Pra Seleksi

    Istana kerajaan mulai berubah wajah. Sejak pengumuman resmi tentang seleksi permaisuri, segala sudut tampak dipoles ulang. Kain-kain sutra baru tergantung di lorong utama, patung-patung dibersihkan hingga mengilap, dan taman kerajaan dipenuhi bunga-bunga yang baru mekar dari penjuru negeri. Istana tidak lagi hanya menjadi pusat pemerintahan, tapi kini juga menjadi pusat harapan, ambisi, dan permainan yang penuh intrik. Pelayan-pelayan sibuk menyiapkan aula utama untuk menyambut hari pendaftaran. Sebuah meja panjang berlapis kain beludru merah dipasang di depan aula, di mana para calon akan datang membawa dokumen, silsilah keluarga, serta surat rekomendasi dari bangsawan atau pejabat tinggi. Di belakang meja itu akan duduk tiga orang pejabat yang ditunjuk langsung oleh Ibu Suri—dua di antaranya dikenal sangat loyal kepada beliau, dan satu orang lagi adalah sekutu Menteri Keuangan. Brosur kecil mulai tersebar di kalangan para keluarga bangsawan. Di dalamnya tertera syarat-syarat uta

  • Cinta Dalam Kekuasaan    Kedatangan Ibu Suri

    Malam itu, langit istana diselimuti awan tebal. Angin bertiup pelan, membawa aroma bunga dari taman dalam. Raja Kael duduk sendiri di balkon kamarnya, memandangi halaman luas kerajaan yang tampak tenang namun penuh ketegangan. Suara ketukan pelan di pintu membuyarkan lamunannya. "Masuk," ucapnya tanpa menoleh. Dayang Ibu Suri masuk dan membungkuk sopan. "Paduka Ibu Suri memohon audiensi malam ini. Beliau menunggu di taman dalam." Kael mengangguk pelan. "Aku akan datang." Beberapa saat kemudian, Kael berjalan melewati lorong-lorong istana, lalu tiba di taman dalam. Ibu Suri sudah duduk di kursi batu di bawah pohon magnolia tua. Cahaya lentera di sekelilingnya memantulkan bayangan lembut di wajah beliau. “Kael,” sapanya dengan suara tenang namun tajam. “Aku mendengar kau belum memberikan tanggapan apapun pada usulan para menteri.” “Apa mereka datang padamu?” tanya Kael langsung. “Mereka khawatir. Dan sejujurnya, begitu juga aku,” jawab Ibu Suri, menatapnya dalam. “Kau Raja

  • Cinta Dalam Kekuasaan    Rahasia Panjang

    Malam makin pekat, kabut turun pelan menyelimuti jalanan berbatu yang mereka lewati. Langkah Arlena dan Rion semakin cepat ketika suara langkah kuda terdengar dari arah belakang, jauh tapi ritmenya konstan. Rion langsung menarik Arlena ke sisi jalan dan bersembunyi di balik dinding rumah tua yang sudah hampir roboh. “Kita sedang dibuntuti,” bisik Rion, matanya tajam menatap dari celah bayangan. Arlena mengangguk pelan. Jantungnya berdegup keras, tapi dia menahannya, tak ingin terlihat panik. Kuda itu lewat, penunggangnya memakai jubah gelap, tak memperhatikan sekitar. Setelah yakin aman, mereka melanjutkan perjalanan. Tujuan Arlena malam itu adalah rumah seorang tukang catat tua yang konon pernah membantu Ayahnya dulu—pria itu menyimpan banyak dokumen tentang sejarah lama kerajaan, termasuk aktivitas tersembunyi para klan. Namun, saat mereka sampai di rumah itu, suasana terasa aneh. Pintu depan tidak terkunci, dan ketika Rion mendorongnya perlahan, mereka mendapati isi rumah ber

  • Cinta Dalam Kekuasaan    Perjalanan Sulit

    Lior kembali ke istana dalam keadaan lelah, namun dia tetap menjaga sikapnya saat berjalan menuju ruang kerja Raja Kael. Setelah mendapatkan izin masuk, dia langsung memberi hormat. Raja Kael menatap tajam. “Bagaimana?” Lior menghela napas. "Saya sudah menemukan jejaknya, Yang Mulia.Tetapi masalahnya lebih rumit dari yang kita duga. Ada lebih banyak pihak yang terlibat, dan mereka tidak akan membiarkan kita menemukan kebenaran dengan mudah." Raja Kael menyandarkan punggung ke kursi. “Jadi kamu belum mendapatkan informasi lengkap?” "Saya hanya menemukan potongan-potongan informasi, tetapi belum cukup untuk mengambil kesimpulan. Saya ingin meminta izin untuk melanjutkan perjalanan. Saya berjanji akan kembali setelah menemukan jawaban yang kami butuhkan." Raja Kael menatap Lior dengan ekspresi sulit ditebak, lalu mengangguk pelan. "Baiklah. Aku memberi izin, tapi tetap berhati-hati. Musuh kita bergerak dalam bayangan." Lior memberi hormat sebelum meninggalkan ruangan dengan l

  • Cinta Dalam Kekuasaan    Perjalanan Lior

    Lior terus berjalan tanpa menoleh, tetapi pikirannya penuh dengan pertanyaan. Siapa pria itu? Bagaimana dia tahu namaku? Langkahnya cepat, menembus lorong-lorong gelap Distrik Selatan hingga akhirnya mencapai titik aman di dekat pasar. Dia berhenti sejenak, mengatur napasnya. Buku di balik jubahnya terasa semakin berat, seolah menyimpan rahasia yang bisa menggemparkan kerajaan. Namun, sebelum dia bisa berpikir lebih jauh, seorang anak kecil berlari ke arahnya, menyelipkan secarik kertas ke tangannya dan bergegas kabur tanpa berkata apa-apa. Lior mengerutkan kening kemudian membuka kertas itu. "Jangan kembali ke istana. Mereka sudah tahu kau membawa buku itu." Jantung Lior berdegup kencang. Dia segera melihat sekelilingnya, mencari tanda-tanda bahaya. Siapa yang menulis ini? Apakah ini jebakan? Namun, dia tidak punya waktu untuk menyaring semuanya. Dari persembunyian, dia melihat beberapa pria berpakaian sama dengan bandit yang menghalanginya tadi berjalan cepat menuju ke a

  • Cinta Dalam Kekuasaan    Jalan yang Rumit

    Lior berdiri diam di lorong sempit itu, napasnya masih memburu setelah pertarungan berlangsung. Melihat sekeliling, mencari tanda-tanda ke mana pria yang mencengkeram itu pergi, tapi yang terlihat hanyalah bayangan-bayangan yang berbaur dengan kegelapan malam. "Sial," Lior mengumpat pelan. Orang itu muncul entah dari mana, membantunya, lalu menghilang begitu saja. Tapi dia tidak bisa membuang waktu. Dia masih punya tugas. Dengan langkah cepat, Lior melanjutkan pencariannya. Namun, rasa penasaran tentang pria misterius itu terus mengganggu pikiran. Dia pernah melihat gaya bertarung seperti sebelumnya—cepat, presisi, dan tanpa senjata. Itu bukan teknik sembarangan. Setelah beberapa waktu berjalan, Lior menemukan dirinya di sebuah distrik yang lebih sepi. Rumah-rumah di sini terlihat tua, dengan pintu dan jendela yang sebagian besar tertutup rapat. Lampu-lampu redup dari lilin yang menyala di dalam ruma

  • Cinta Dalam Kekuasaan    Pertarungan

    Di sudut ruangan yang remang-remang, para menteri duduk melingkar di sekitar meja kayu kasar, gelas-gelas arak memenuhi meja, menciptakan aroma tajam yang bercampur dengan asap dari lampu minyak yang menggantung di langit-langit rendah. “Kita harus bergerak lebih cepat,” kata Menteri Keuangan, suaranya sedikit mabuk namun tetap tajam. "Raja Kael memang cerdas, tapi dia terlalu lambat dalam mengambil keputusan. Kita bisa mengendalikan situasi sebelum dia menyadarinya." Seorang menteri lain tertawa pelan, meneguk araknya sebelum berbicara. "Kau benar. Lihat saja tadi di ruang sidang, dia hanya diam seperti anak kecil yang kehilangan mainannya." Mereka tertawa, suara mereka menggema di ruangan itu. "Tapi ada satu hal yang perlu kita tuntaskan," lanjut Menteri Keuangan, suaranya merendah. "Buku itu. Kita harus menemukan penulisnya lebih dulu sebelum Raja mendapatkannya. Jika orang itu masih hidup, dia bisa menjadi ancaman bagi rencana kita." “Aku akan mengutus pengawalku,” sambi

สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status