Beranda / Romansa / Cinta Dalam Kekuasaan / Pertemuan yang Tak Diinginkan

Share

Pertemuan yang Tak Diinginkan

Penulis: Arto Moro
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-26 21:35:09
Salah satu menteri yang bernama Lord Gregor, seorang penasihat senior yang telah lama mengabdi pada kerajaan, menyandarkan tubuhnya di kursi dengan ekspresi tidak suka. “Yang Mulia, mengapa tiba-tiba membahas tentang Klan Altheria? Kita semua yang ada disini, bahkan semua orang yang ada di negeri ini tidak akan pernah mau membahas klan yang terkutuk itu. Klan yang sudah berusaha menghancurkan pondasi di negeri ini!"

Kael tetap tenang, meskipun ia dapat merasakan ketegangan yang muncul di antara para menterinya. “Aku ingin mengetahui kebenaran tentang peristiwa yang terjadi di masa pemerintahan ayahku. Aku ingin semua bukti yang ada terkait klan tersebut. Aku tidak ingin ada rakyatku menderita di negeri ini hanya karena sebab dongeng masa lalu."

Lord Gregor berdeham sebelum menjawab. “Yang Mulia, tidak perlu membangkitkan masa lalu yang telah terkubur. Klan itu melakukan pemberontakan terhadap kerajaan. Mereka menolak pajak yang ditetapkan, menghasut rakyat untuk melawan, dan pada a
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Cinta Dalam Kekuasaan    Oh Ibu Suri!

    Raja Kael berjalan cepat menuju kediaman Ibu Suri, langkahnya mantap namun ada ketegangan yang tersembunyi di balik ekspresinya. Laporan dari Kasim membuatnya tidak tenang, terlebih lagi ini menyangkut seseorang yang—meskipun sering bertentangan dengannya—tetaplah bagian dari keluarganya di istana.Saat tiba di sana, para tabib dan asisten tabib yang berkumpul di sekitar tempat tidur Ibu Suri segera memberi jalan. Sang wanita paruh baya terbaring di atas ranjang mewahnya, wajahnya pucat, dan napasnya terdengar berat. Kael mendekat, matanya menajam melihat kondisi Ibu Suri yang tampak lebih lemah dari biasanya."Kenapa bisa seperti ini? Siapa yang berani melakukan nya?" suara Kael dingin, namun terselip kecemasan yang tidak bisa ia sembunyikan sepenuhnya.Tabib utama yang berdiri di dekat kepala tempat tidur segera menundukkan kepala sebelum menjawab, "Yang Mulia, setelah kami memeriksa, kami menemukan bahwa makanan Ibu Suri mengandung racun. Untung saja para dayang yang bersamanya seg

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-01
  • Cinta Dalam Kekuasaan    Perjalanan Arlena

    Arlena berjalan keluar dari istana melalui pintu belakang, melewati lorong-lorong gelap yang jarang dilalui. Ia mengenakan jubah sederhana untuk menyamarkan identitasnya. Udara malam terasa dingin, dan jantung penuh kegelisahan. Ia tahu risiko yang diambilnya sangat besar, tetapi ia tidak bisa diam saja. Ia harus mencari cara untuk menyelamatkan Kepala Dayang dari tuduhan palsu. Namun, tanpa disadari, seseorang telah mengikuti sejak ia keluar dari istana. Langkah kakinya semakin cepat ketika ia menyadari ada suara langkah lain yang terdengar di belakangnya. Arlena menoleh sekilas, melihat sosok pria berpakaian hitam yang berjalan dalam bayang-bayang. Jantungnya berdegup kencang. Ia mempercepat langkahnya, berusaha mencari jalan keluar ke arah perkampungan penduduk. Tiba-tiba, pria itu melompat ke arahnya, mencoba menarik tangannya. Arlena tersentak, berusaha melawan dan melepaskan diri. “Lepaskan aku!” teriaknya, tetapi pria itu semakin kuat menggenggam pergelangan tangannya. Deng

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-13
  • Cinta Dalam Kekuasaan    Keraguan

    Arlena menghela nafas pelan, mencoba mengusir kebingungan dalam pikirannya. Ia masih memikirkan isi buku yang diberikan oleh Tuan Raad. Dirinya baru tahu ternyata Klan Altheria bukan sekadar klan biasa—mereka memiliki ambisi besar, sesuatu yang bahkan Arlena sendiri tidak yakin apakah ini yang ia ingin perjuangkan. Arlena menutup buku itu perlahan, membiarkan pikirannya mengembara saat ia kembali ke kerajaan. Namun, langkahnya terasa lebih berat dari biasanya. Ada perasaan bersalah dan sedikit kebingungan, apakh benar ini adalah misinya diawal? Setibanya di kediamannya, Arlena merasa gerah. Ia membuka jendela, membiarkan udara malam masuk, namun ternyata itu tidak cukup untuk menenangkan pikiran. Ia akhirnya keluar ke halaman kecil yang telah disediakan untuknya. Di bawah langit yang gelap dan udara malam yang dingin, Arlena berdiri termenung, menatap taman kecil di hadapannya. Ia merasa terombang-ambing antara keinginan untuk melindungi Klan Altheria dan ketidaksukaannya pada a

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-17
  • Cinta Dalam Kekuasaan    Terbuka Kasus

    Pagi itu, suasana di istana dipenuhi ketegangan. Para menteri, dengan ekspresi serius dan penuh kewaspadaan, berkumpul di ruang sidang kerajaan. Raja Kael duduk di singgasananya, menatap para menteri dengan tajam, sementara kasim kerajaan mengumumkan alasan pertemuan mendadak ini.Seorang menteri senior, Lord Arven, melangkah maju. “Yang Mulia, kami menemukan sesuatu yang tidak bisa kami abaikan. Kami meminta izin untuk segera menyampaikan temuannya.”Kael menggerakkan jarinya, memberi isyarat agar mereka melanjutkan.Seorang pengawal datang membawa sebuah buku tua dengan sampul berwarna hitam yang terlihat sudah usang. Menteri yang lain, Lord Gendric, mengambil alih dan berkata dengan suara tegas, “Buku ini ditemukan tersembunyi di dalam loker milik Kepala Dapur yang telah ditangkap. Kami menganggap ini sebagai bukti kuat bahwa Kepala Dapur memang terlibat dalam kebohongan yang mengancam keselamatan kerajaan.”Para menteri yang lain mengangguk setuju.Lord Arven melanjutkan, “Buku in

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-19
  • Cinta Dalam Kekuasaan    Pertarungan

    Di sudut ruangan yang remang-remang, para menteri duduk melingkar di sekitar meja kayu kasar, gelas-gelas arak memenuhi meja, menciptakan aroma tajam yang bercampur dengan asap dari lampu minyak yang menggantung di langit-langit rendah. “Kita harus bergerak lebih cepat,” kata Menteri Keuangan, suaranya sedikit mabuk namun tetap tajam. "Raja Kael memang cerdas, tapi dia terlalu lambat dalam mengambil keputusan. Kita bisa mengendalikan situasi sebelum dia menyadarinya." Seorang menteri lain tertawa pelan, meneguk araknya sebelum berbicara. "Kau benar. Lihat saja tadi di ruang sidang, dia hanya diam seperti anak kecil yang kehilangan mainannya." Mereka tertawa, suara mereka menggema di ruangan itu. "Tapi ada satu hal yang perlu kita tuntaskan," lanjut Menteri Keuangan, suaranya merendah. "Buku itu. Kita harus menemukan penulisnya lebih dulu sebelum Raja mendapatkannya. Jika orang itu masih hidup, dia bisa menjadi ancaman bagi rencana kita." “Aku akan mengutus pengawalku,” sambi

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-24
  • Cinta Dalam Kekuasaan    Jalan yang Rumit

    Lior berdiri diam di lorong sempit itu, napasnya masih memburu setelah pertarungan berlangsung. Melihat sekeliling, mencari tanda-tanda ke mana pria yang mencengkeram itu pergi, tapi yang terlihat hanyalah bayangan-bayangan yang berbaur dengan kegelapan malam. "Sial," Lior mengumpat pelan. Orang itu muncul entah dari mana, membantunya, lalu menghilang begitu saja. Tapi dia tidak bisa membuang waktu. Dia masih punya tugas. Dengan langkah cepat, Lior melanjutkan pencariannya. Namun, rasa penasaran tentang pria misterius itu terus mengganggu pikiran. Dia pernah melihat gaya bertarung seperti sebelumnya—cepat, presisi, dan tanpa senjata. Itu bukan teknik sembarangan. Setelah beberapa waktu berjalan, Lior menemukan dirinya di sebuah distrik yang lebih sepi. Rumah-rumah di sini terlihat tua, dengan pintu dan jendela yang sebagian besar tertutup rapat. Lampu-lampu redup dari lilin yang menyala di dalam ruma

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-25
  • Cinta Dalam Kekuasaan    Perjalanan Lior

    Lior terus berjalan tanpa menoleh, tetapi pikirannya penuh dengan pertanyaan. Siapa pria itu? Bagaimana dia tahu namaku? Langkahnya cepat, menembus lorong-lorong gelap Distrik Selatan hingga akhirnya mencapai titik aman di dekat pasar. Dia berhenti sejenak, mengatur napasnya. Buku di balik jubahnya terasa semakin berat, seolah menyimpan rahasia yang bisa menggemparkan kerajaan. Namun, sebelum dia bisa berpikir lebih jauh, seorang anak kecil berlari ke arahnya, menyelipkan secarik kertas ke tangannya dan bergegas kabur tanpa berkata apa-apa. Lior mengerutkan kening kemudian membuka kertas itu. "Jangan kembali ke istana. Mereka sudah tahu kau membawa buku itu." Jantung Lior berdegup kencang. Dia segera melihat sekelilingnya, mencari tanda-tanda bahaya. Siapa yang menulis ini? Apakah ini jebakan? Namun, dia tidak punya waktu untuk menyaring semuanya. Dari persembunyian, dia melihat beberapa pria berpakaian sama dengan bandit yang menghalanginya tadi berjalan cepat menuju ke a

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-28
  • Cinta Dalam Kekuasaan    Perjalanan Sulit

    Lior kembali ke istana dalam keadaan lelah, namun dia tetap menjaga sikapnya saat berjalan menuju ruang kerja Raja Kael. Setelah mendapatkan izin masuk, dia langsung memberi hormat. Raja Kael menatap tajam. “Bagaimana?” Lior menghela napas. "Saya sudah menemukan jejaknya, Yang Mulia.Tetapi masalahnya lebih rumit dari yang kita duga. Ada lebih banyak pihak yang terlibat, dan mereka tidak akan membiarkan kita menemukan kebenaran dengan mudah." Raja Kael menyandarkan punggung ke kursi. “Jadi kamu belum mendapatkan informasi lengkap?” "Saya hanya menemukan potongan-potongan informasi, tetapi belum cukup untuk mengambil kesimpulan. Saya ingin meminta izin untuk melanjutkan perjalanan. Saya berjanji akan kembali setelah menemukan jawaban yang kami butuhkan." Raja Kael menatap Lior dengan ekspresi sulit ditebak, lalu mengangguk pelan. "Baiklah. Aku memberi izin, tapi tetap berhati-hati. Musuh kita bergerak dalam bayangan." Lior memberi hormat sebelum meninggalkan ruangan dengan l

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-28

Bab terbaru

  • Cinta Dalam Kekuasaan    Hari Pendaftaran

    Pagi datang perlahan, menembus kaca jendela dengan sinar keemasan yang lembut. Arlena membuka matanya, duduk diam di ranjang dengan pikiran masih melayang ke malam sebelumnya. Tatapan Kael... entah kenapa membuat dadanya sesak, tapi juga hangat di waktu yang sama. “Kenapa sih bisa serumit ini?” gumamnya sambil menarik nafas panjang. Di luar, persiapan untuk seleksi permaisuri sudah mulai terasa riuh. Para pelayan lalu lalang, membawa daftar nama, mengatur undangan, bahkan taman depan istana mulai dihias dengan bunga dan pita emas. Rasanya seperti pesta besar sedang direncanakan. Di ruangan lain, Lady Mirana sedang duduk di depan meja riasnya, dengan wajah penuh percaya diri. “Aku harus terlihat mempesona. Tidak boleh ada yang lebih mencolok dariku,” katanya sambil melirik pantulan dirinya di cermin. “Aku akan jadi permaisuri. Dan itu tak bisa diganggu gugat.” Tak lama, pintu diketuk. Pelayan masuk dan membisikkan bahwa Menteri Keuangan menunggu di halaman belakang. Mirana

  • Cinta Dalam Kekuasaan    Sarkastik

    Di ruang belakang sebuah penginapan tua yang biasa dikunjungi pedagang dan petualang, Lior duduk sendirian. Wajahnya lelah, pakaiannya masih berdebu, dan cangkir tehnya sudah dingin sejak tadi. Tangannya menopang dagu, dan matanya menatap kosong ke arah lantai kayu yang berderit setiap kali seseorang lewat. Ia belum kembali ke istana, memilih diam sejenak, jauh dari keramaian dan sorotan mata para bangsawan. Pintu berderit pelan. Seorang pria masuk, mengenakan jubah lusuh, duduk di depannya tanpa diundang. Ia adalah pria yang pernah menyelamatkan Lior dari sergapan beberapa hari lalu. “Kau selalu muncul tanpa aba-aba,” gumam Lior tanpa mengangkat kepala. “Aku hanya muncul saat kau butuh bantuan. Seperti sekarang.” Pria itu menyeringai, suaranya tenang namun menusuk. “Kau terlihat seperti baru saja kehilangan arah.” “Bukan arah,” balas Lior pelan. “Tapi kepercayaan. Semuanya mulai terasa kacau. Yang baik ternyata menyimpan niat jahat, yang tampak jahat kadang justru satu-satunya ya

  • Cinta Dalam Kekuasaan    Pra Seleksi

    Istana kerajaan mulai berubah wajah. Sejak pengumuman resmi tentang seleksi permaisuri, segala sudut tampak dipoles ulang. Kain-kain sutra baru tergantung di lorong utama, patung-patung dibersihkan hingga mengilap, dan taman kerajaan dipenuhi bunga-bunga yang baru mekar dari penjuru negeri. Istana tidak lagi hanya menjadi pusat pemerintahan, tapi kini juga menjadi pusat harapan, ambisi, dan permainan yang penuh intrik. Pelayan-pelayan sibuk menyiapkan aula utama untuk menyambut hari pendaftaran. Sebuah meja panjang berlapis kain beludru merah dipasang di depan aula, di mana para calon akan datang membawa dokumen, silsilah keluarga, serta surat rekomendasi dari bangsawan atau pejabat tinggi. Di belakang meja itu akan duduk tiga orang pejabat yang ditunjuk langsung oleh Ibu Suri—dua di antaranya dikenal sangat loyal kepada beliau, dan satu orang lagi adalah sekutu Menteri Keuangan. Brosur kecil mulai tersebar di kalangan para keluarga bangsawan. Di dalamnya tertera syarat-syarat uta

  • Cinta Dalam Kekuasaan    Kedatangan Ibu Suri

    Malam itu, langit istana diselimuti awan tebal. Angin bertiup pelan, membawa aroma bunga dari taman dalam. Raja Kael duduk sendiri di balkon kamarnya, memandangi halaman luas kerajaan yang tampak tenang namun penuh ketegangan. Suara ketukan pelan di pintu membuyarkan lamunannya. "Masuk," ucapnya tanpa menoleh. Dayang Ibu Suri masuk dan membungkuk sopan. "Paduka Ibu Suri memohon audiensi malam ini. Beliau menunggu di taman dalam." Kael mengangguk pelan. "Aku akan datang." Beberapa saat kemudian, Kael berjalan melewati lorong-lorong istana, lalu tiba di taman dalam. Ibu Suri sudah duduk di kursi batu di bawah pohon magnolia tua. Cahaya lentera di sekelilingnya memantulkan bayangan lembut di wajah beliau. “Kael,” sapanya dengan suara tenang namun tajam. “Aku mendengar kau belum memberikan tanggapan apapun pada usulan para menteri.” “Apa mereka datang padamu?” tanya Kael langsung. “Mereka khawatir. Dan sejujurnya, begitu juga aku,” jawab Ibu Suri, menatapnya dalam. “Kau Raja

  • Cinta Dalam Kekuasaan    Rahasia Panjang

    Malam makin pekat, kabut turun pelan menyelimuti jalanan berbatu yang mereka lewati. Langkah Arlena dan Rion semakin cepat ketika suara langkah kuda terdengar dari arah belakang, jauh tapi ritmenya konstan. Rion langsung menarik Arlena ke sisi jalan dan bersembunyi di balik dinding rumah tua yang sudah hampir roboh. “Kita sedang dibuntuti,” bisik Rion, matanya tajam menatap dari celah bayangan. Arlena mengangguk pelan. Jantungnya berdegup keras, tapi dia menahannya, tak ingin terlihat panik. Kuda itu lewat, penunggangnya memakai jubah gelap, tak memperhatikan sekitar. Setelah yakin aman, mereka melanjutkan perjalanan. Tujuan Arlena malam itu adalah rumah seorang tukang catat tua yang konon pernah membantu Ayahnya dulu—pria itu menyimpan banyak dokumen tentang sejarah lama kerajaan, termasuk aktivitas tersembunyi para klan. Namun, saat mereka sampai di rumah itu, suasana terasa aneh. Pintu depan tidak terkunci, dan ketika Rion mendorongnya perlahan, mereka mendapati isi rumah ber

  • Cinta Dalam Kekuasaan    Perjalanan Sulit

    Lior kembali ke istana dalam keadaan lelah, namun dia tetap menjaga sikapnya saat berjalan menuju ruang kerja Raja Kael. Setelah mendapatkan izin masuk, dia langsung memberi hormat. Raja Kael menatap tajam. “Bagaimana?” Lior menghela napas. "Saya sudah menemukan jejaknya, Yang Mulia.Tetapi masalahnya lebih rumit dari yang kita duga. Ada lebih banyak pihak yang terlibat, dan mereka tidak akan membiarkan kita menemukan kebenaran dengan mudah." Raja Kael menyandarkan punggung ke kursi. “Jadi kamu belum mendapatkan informasi lengkap?” "Saya hanya menemukan potongan-potongan informasi, tetapi belum cukup untuk mengambil kesimpulan. Saya ingin meminta izin untuk melanjutkan perjalanan. Saya berjanji akan kembali setelah menemukan jawaban yang kami butuhkan." Raja Kael menatap Lior dengan ekspresi sulit ditebak, lalu mengangguk pelan. "Baiklah. Aku memberi izin, tapi tetap berhati-hati. Musuh kita bergerak dalam bayangan." Lior memberi hormat sebelum meninggalkan ruangan dengan l

  • Cinta Dalam Kekuasaan    Perjalanan Lior

    Lior terus berjalan tanpa menoleh, tetapi pikirannya penuh dengan pertanyaan. Siapa pria itu? Bagaimana dia tahu namaku? Langkahnya cepat, menembus lorong-lorong gelap Distrik Selatan hingga akhirnya mencapai titik aman di dekat pasar. Dia berhenti sejenak, mengatur napasnya. Buku di balik jubahnya terasa semakin berat, seolah menyimpan rahasia yang bisa menggemparkan kerajaan. Namun, sebelum dia bisa berpikir lebih jauh, seorang anak kecil berlari ke arahnya, menyelipkan secarik kertas ke tangannya dan bergegas kabur tanpa berkata apa-apa. Lior mengerutkan kening kemudian membuka kertas itu. "Jangan kembali ke istana. Mereka sudah tahu kau membawa buku itu." Jantung Lior berdegup kencang. Dia segera melihat sekelilingnya, mencari tanda-tanda bahaya. Siapa yang menulis ini? Apakah ini jebakan? Namun, dia tidak punya waktu untuk menyaring semuanya. Dari persembunyian, dia melihat beberapa pria berpakaian sama dengan bandit yang menghalanginya tadi berjalan cepat menuju ke a

  • Cinta Dalam Kekuasaan    Jalan yang Rumit

    Lior berdiri diam di lorong sempit itu, napasnya masih memburu setelah pertarungan berlangsung. Melihat sekeliling, mencari tanda-tanda ke mana pria yang mencengkeram itu pergi, tapi yang terlihat hanyalah bayangan-bayangan yang berbaur dengan kegelapan malam. "Sial," Lior mengumpat pelan. Orang itu muncul entah dari mana, membantunya, lalu menghilang begitu saja. Tapi dia tidak bisa membuang waktu. Dia masih punya tugas. Dengan langkah cepat, Lior melanjutkan pencariannya. Namun, rasa penasaran tentang pria misterius itu terus mengganggu pikiran. Dia pernah melihat gaya bertarung seperti sebelumnya—cepat, presisi, dan tanpa senjata. Itu bukan teknik sembarangan. Setelah beberapa waktu berjalan, Lior menemukan dirinya di sebuah distrik yang lebih sepi. Rumah-rumah di sini terlihat tua, dengan pintu dan jendela yang sebagian besar tertutup rapat. Lampu-lampu redup dari lilin yang menyala di dalam ruma

  • Cinta Dalam Kekuasaan    Pertarungan

    Di sudut ruangan yang remang-remang, para menteri duduk melingkar di sekitar meja kayu kasar, gelas-gelas arak memenuhi meja, menciptakan aroma tajam yang bercampur dengan asap dari lampu minyak yang menggantung di langit-langit rendah. “Kita harus bergerak lebih cepat,” kata Menteri Keuangan, suaranya sedikit mabuk namun tetap tajam. "Raja Kael memang cerdas, tapi dia terlalu lambat dalam mengambil keputusan. Kita bisa mengendalikan situasi sebelum dia menyadarinya." Seorang menteri lain tertawa pelan, meneguk araknya sebelum berbicara. "Kau benar. Lihat saja tadi di ruang sidang, dia hanya diam seperti anak kecil yang kehilangan mainannya." Mereka tertawa, suara mereka menggema di ruangan itu. "Tapi ada satu hal yang perlu kita tuntaskan," lanjut Menteri Keuangan, suaranya merendah. "Buku itu. Kita harus menemukan penulisnya lebih dulu sebelum Raja mendapatkannya. Jika orang itu masih hidup, dia bisa menjadi ancaman bagi rencana kita." “Aku akan mengutus pengawalku,” sambi

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status