Semenjak pertemuan terakhir Lisa dengan Ken. Kini tanpa sepengetahuan Lisa, dia selalu diikuti oleh para pengawal bayangan. Mereka sengaja di tugaskan oleh Ken untuk menjaga dan mengawasi gerak-gerik Lisa.
Terlihat konyol bukan? Tapi apapun yang sudah dikehendaki oleh Ken, dia harus tetap mendapatkannya termasuk yang menjadi incarannya adalah Lisa.
Ken hanya ingin mengetahui aktifitas Lisa dan kesehariannya saja. Dan tujuan lainnya adalah mencari celah untuk membawa Lisa ke hadapannya.
Tugas para pengawal bayangan itu sangat rapih, tak satupun yang mengetahuinya. Jelas saja kalau sampai mengetahuinya pasti Ken akan marah besar, sebab dia sudah membayar mereka dengan harga yang mahal.
Orang kaya seperti Ken akan sangat mudah mendapatkan yang diinginkan. Oleh sebab itu para orang suruhan Ken haru selalu melaporkan aktivitas Lisa padanya.
Seperti biasanya Lisa pergi bekerja ke rumah majikannya, Risa. Dia hari ini hanya ke rumah Risa saja karena di tempat majikannya yang lain ia harus berlibur.
Bukan sesuatu yang mudah untuk Lisa mengerjakan pekerjaan ini. Meskipun hanya buruh cuci, tapi itu adalah pekerjaan yang cukup memilki resiko besar. Pakaian yang dicuci Lisa adalah pakaian yang mahal, jadi kalau salah sedikit Lisa harus ganti rugi. Untuk itu dia harus sangat-sangat berhati-hati.
Bibi Lilin adalah satu-satunya pekerja di rumah tersebut. Perempuan paruh baya tersebut hanya ditugaskan sebagi bersih-bersih dan seorang koki. Dia sangat akrab dengan Lisa dan tentunya sangat baik.
Lisa melanjutkan pekerjaannya mencuci pakaian mahal milik Risa. Menguceknya dengan pelan-pelan dan hanya menggunakan sabun pencuci khusus. Setelah selesai mencuci Lisa segera mengangin-anginkan pakaian tersebut dan menjauhkannya dari sinar matahari.
"Lisa.." tegur Bi Lilin.
Lisa menoleh ke sumber suara dan membalas dengan senyuman. "Nanti kamu jangan pulang dulu ya, bibi siapin makanan buat kamu." Ucap Bi Lilin.
Karena pekerjaan Lisa telah usai, dia bergegas menemui Bi Lilin yang sedang duduk di dapur rumah tersebut. "Bibi.." tegur Lisa balik pada Bi Lilin yang sedang duduk di sebuah mini bar.
"Duduk sini nak, bibi ada camilan buat kamu." Ajak Bi Lilin.
Lisa hanya mendekati Bi Lilin dan sungkan untuk duduk bersebelahan dengan Bi Lilin. Karena dia menyadari posisinya hanya seorang buruh dan tidak ingin lancang duduk di tempat majikannya.
Bi Lilin menepuk-nepuk pelan bangku yang di sebelahnya itu. "Ayo sini duduk, jangan sungkan nak. Lagi pula bibi juga duduk di sini." Jelas Bi Lilin.
Lisa menggeleng. "Tidak Bi, biar Lisa duduk di bawah saja." Lisa segera duduk di atas lantai tanpa alas, dia memang tidak ingin lancang di rumah majikannya.
Bi Lilin yang melihatnya terenyuh dan ikut duduk di bawah. Mereka segera menyantap camilan yang disediakan oleh Bi Lilin
Mata Bi Lin tak henti-hentinya menatap Lisa sambil menaikkan sudut bibirnya. Sesekali pandangannya juga mengamati halaman belakang.
"Bibi tinggal ke belakang sebentar ya," pamit Bi Lin.
Sementara Bi Lin meninggalkannya, Lisa melanjutkan makan cemilannya dan istirahat sebentar. Pekerjaannya masih sangat panjang karena setelah ini dia masih harus menyetrika pakaiannya majikannya.
Di tengah ke asyikannya Risa sang majikan datang menghampiri Lisa, dengan wajah yang memerah penuh murka. Tapi Lisa belum menyadari karena ia masih menyantap camilan yang disiapkan oleh Bi Lin.
"Hei," tegur Risa dengan nadanya yang membentak. Lisa segera menoleh ke sumber suara, namun pandangannya terhalang karena secara bersamaan Risa melempar sebuah gaun berwarna merah ke wajah Lisa.
Risa berkacak pinggang mendekati Lisa yang duduk di lantai. Sekarang dia benar – benar menunjukkan wajah murkanya. "Saya sudah bayar kamu untuk bekerja. Kenapa pakaian saya bisa rusak seperti itu."
Lisa masih melonggo belum menyadari bahwa gaun yang dibawanya itu ada noda bercak putih yang tidak bisa hilang. "Kenapa malah lihat saya seperti itu?" bentak Risa lagi.
"Gleg..."
Saliva Lisa terteguk dalam-dalam. Dia nampak terkejut melihat beberapa bercak noda putih di gaun merah yang mahal itu.
"Kenapa bisa jadi seperti ini. Seingatku kemarin gaunnya masih bersih dan tidak ada noda sedikit pun." Batin Lisa bingung.
Lisa langsung mendekati Risa dan berlutut di depannya. "Maaf Nona, tapi saya sudah mengerjakan pekerjaan saya dengan baik. " bulir air mata mengiringi permohonan maaf Lisa. "Sungguh saya tidak tahu kenapa pakaian Nona bisa ada bercak seperti itu," imbuh Lisa lagi.
Risa tak segan-segan menendang Lisa agar menjauh dari hadapannya. Tubuh Lisa pun terjatuh ke lantai. "Nona, mohon percaya sama saya." Lisa kembali memohon.
Tatapan Risa tajam menyayat, "aku sudah tidak ingin mendengar omong kosong dari mulutmu itu. Lebih baik kau pergi dari rumahku sekarang!" perintah Risa sambil melambaikan tangannya, memberi kode bahwa Lisa harus segera pergi.
Lisa masih berusaha mendekati Risa, namun Risa lagi-lagi menendangnya. "Pergi!" bentak Risa. "Nona?" Lisa kembali memohon. "Apa kau tuli? Kau ku pecat!" bentak Risa lagi.
"Tapi Nona, sungguh bukan saya yang merusak pakaian Nona. Saya janji akan menggantinya, tapi jangan pecat saya Nona." Lisa terus memohon.
Risa malah justru terkekeh. "Apa mau ganti?" Tanya Risa dengan senyumnya yang menghina. "Sampai kau mati pun tidak bisa mengganti pakaian mahalku ini." Senyum Risa padam menjadi murka. "Pergi kau dari rumahku!"
Risa langsung pergi dari hadapan Lisa, dia sungguh sangat marah dengan pekerjaan Lisa yang kali ini. Sudah hampir dua tahun Lisa bekerja dengannya, namun baru sekali ini Lisa membuat kesalahan dan langsung di pecat.
Lisa masih menangis sesenggukan berlutut. Bi Lin yang mengetahui hal tersebut membantu Lisa untuk bangun. "Ayo Lisa, bangun." Bi Lin memapah Lisa bangun.
Lisa menangis sesengukan sambil menggelengkan kepalanya. "Tidak Bi, aku tidak merusaknya." Ucap Lisa sendu.
Bi Lin memberi senyumnya. "Bibi tahu, mungkin ada kesalah pahaman." Bi Lin sambil mengusap rambut milik Lisa. "Lebih baik sekarang kamu pulang ya. Biarkan Nona Risa tenang dulu, setelah tenang nanti kamu ke sini lagi minta maaf. Siapa tahu Nona Risa berubah pikiran."
Lisa mengangguk. "Bibi benar, semoga saja seperti itu. Sungguh aku tidak ingin kehilangan pekerjaan ini Bi." Ucap Lisa. Sementara itu Bi Lin memapah Lisa keluar dari rumah Risa.
Tubuh Lisa seketika itu juga langsung lemah karena mendengar kata "pecat." Bahkan pekerjaannya yang sudah setengah hari ini juga tidak mendapatkan bayaran sepeserpun. Artinya dia pulang tanpa membawa apa-apa, Rosa dan Elga sudah pasti akan marah besar padanya.
"Bagaimana ini Tuhan. Aku sudah berjanji pada kak Elga untuk membawa uang, tapi aku malah justru di pecat." Keluh Lisa lirih yang mengantarkan Lisa keluar dari rumah tersebut.
Bersambung...
Bi Lin tersenyum licik melihat kepergian Lisa. Ia segera keluar menghampiri beberapa laki-laki yang berbadan besar dan kekar mengenakan pakaian serba hitam itu.Beberapa laki-laki tersebut juga sama tersenyum liciknya membalas senyum dari Bi Lin. "Bagaimana? Apa semua berjalan dengan baik?" tanya salah satu laki-laki tersebut.Bi Lin mengangguk sambil tersenyum. "Apa kau tidak lupa dengan janjimu Tuan?" tanya Bi Lin."Tentu saja tidak Nyonya, Tuan kami tidak akan pernah ingkar." Jawab salah satu laki-laki di antara mereka.Bi Lin diberi sebuah amplop cokelat dari mereka, sebagai imbalan telah menjalankan tugas dengan baik. "terimakasih Tuan-Tuan, " ucap Bi Lin sambil menciumi amplop-amplop tersebut.Beberapa laki-laki tersebut mengikuti langkah Lisa yang sudah kehilangan arah tersebut. Mereka adalah pengawal bayangan yang ditugaskan oleh Ken mengawasi gerak gerik keseharian Lisa.Flashback OnPagi itu pengawal bayangan suruh
Pengawal Jony segera melaporkan pekerjaannya yang selesai sempurna kepada Tuanya."Tuan, semua sudah berjalan dengan lancar. Lisa sudah dipecat dari pekerjaanya sekarang," lapor Jony pada Ken di dalam telpon.Di kantor Ken terlihat sangat bahagia karena usahanya tidak sia-sia. Lebih tepatnya usaha Joni sih, karena lebih tepatnya Ken hanya memberi perintah."Bagus, ikuti terus. Pastikan dia tidak punya pekerjaan lain dan kita susun rencana selanjutnya," balas Ken dengan senyum liciknya.Telpon Tuannya segera Jony matikan. Sedikit merenungkan atas apa tadi yang telah ia perbuat kepada Lisa, namun dia tidak berani membantah perintah dari sang Tuan."Kasihan sekali kamu, tapi aku berjanji akan melindungi jika kamu disakiti oleh dia." Batin Jony.Segera Jony melanjutkan langkahnya mengikuti kemana langkah kaki Lisa. Dia dan anak buahnya memang harus siap siaga mengikuti Lisa dua puluh empat jam.Sang Tuan tidak menginginkan sehelai rambut
Lisa duduk termenung di sebuah halte. Meratapi nasibnya karena baru saja kehilangan pekerjaan yang selama ini sangat membantu hidupnya.Dalam pikirannya sudah tidak karuan. Dia tidak berani pulang dengan tangan hampa apalagi langit masih cerah seperti ini. Yang ada dia bisa ditendang oleh ibu tirinya."Kenapa nasih tidak berpihak baik padaku. Apa Tuhan tidak sayang denganku. Oh Ayah dan Ibu tolong bawa Lisa saja. Lisa sudah tidak sanggup lagi hidup sendiri. Lisa mau ikut kalian." Batin Lisa.Meskipun tatapan Lisa kosong, embun Kristal tetap keluar dari kedua matanya. Sungguh malang sekali nasibnya harus mengalami hal seperti ini.Dia menyandarkan kepalanya ke belakang dan lama – lama mata makin menciut. Sekarang Lisa tertidur pulas, memejamkan matanya.Sementara pengawal Jony masih setia di sekitar Lisa. Dia sudah menjalankan pekerjaannya dengan baik dan sekarang tugasnya adalah menjaga Lisa. Bagaimana mungkin Jony dan Ken akan membiarkan perempuan
Lisa yang tadinya menunduk sedikit menatap Wily dengan kedua sudut bibirnya yang ditarik lebar. "Benarkah Tuan?" tanya Lisa.Wily mengangguk dan tersenyum." Tentu. Dan ingat jangan sampai telat," ucap Wily lagi."Tentu Tuan, saya tidak akan pernah mengecewakan Tuan." Lisa meraih tangan kanan Wily dan menundukkan kepalanya. Punggung tangan Wily ia letakkan ke dahinya, "terimakasih Tuan Muda, sungguh Tuan sangat baik."Wily mengelus rambut Lisa dengan pelan-pelan tanpa sepengetahuan Lisa. "Sudah lepaskan, sekarang pulanglah dan lekas beristirahat. Aku tidak ingin kau besok datang kemari dengan keadaan yang kurang sehat karena sungguh aku tidak menyukainya."Lisa segera berpamitan kepada Wily meninggalkan tempat tersebut. Senyumnya terus ia tunjukkan kepada Wily, sementara Wily yang dari tadi hanya menunjukkan senyum tipisnya yang cool."Sampai sekarangpun kamu belum mengenalku Lis," batin Wily sambil mengelengkan kepalanya.Flashback On
Matahari sudah terbit dari ufuk timur. Pagi yang sangat ditunggu-tunggu oleh Ken. Dimana dia akan segera menjalankan rencananya.Semua rencananya telah disusun bersama Zae, di sudah merencanakannya dengan matang-matang. Pikirnya lebih cepat lebih baik untuk menjemput Lisa, sebab ia ingin segera menjadikan Lisa sebagai istrinya. Nyonya Alyssa Wilson.Kekayaan Ken memang tidak dapat diragukan lagi, dia hampir menguasai seluruh perekonomian negeri ini. Bahkan hukum baginya sudah tidak berlaku lagi. Hukum hanya sebagai alat bagi pemegang kekuasaan untuk bertindak semena- mena.Pagi ini sesuai dengan perintah Ken, Zae dan Jony segera ke rumah Lisa sesuai dengan rencana Ken. Jony memegang kemudi, sementara Zae duduk di samping Jony dan Ken duduk di belakang sendirian. Di tambah lagi dua mobil pengawal lainya yang berjalan di depan dan belakang mobil yang di naiki Ken, luar biasa bukan?Tak ada sepatah kata pun yang keluar dari mulut mereka masing-masing. Ken me
Di restaurant X.Hari ini adalah hari pertama Lisa bekerja. Wajahnya berseri penuh semangat. Begitupun dengan Wily yang sengaja datang pagi-pagi untuk menyambut kedatangan Lisa.Kau ini memang pandai sekali ya Wil, bisa – bisanya mencari perhatian kepada anak baru. Tidak kah kau ingat, setiap hari pasti berangkat ke restaurant agak siangan hohoho.Tak lupa Lisa menyempatkan dirinya untuk membalas sang penjaga yang kurang berkenan dari hatinya kemarin. "Selamat pagi Paman," tegur Lisa kepada sang penjaga dengan senyumnya licik, namun si penjaga hanya memutar malas kan matanya.Tak diambil hati, Lisa segera masuk ke dalam resto tersebut. Menemui Wily sang manager yang sedari tadi sudah menunggu. Ayolah Lisa percepat langkahmu, Wily sudah menatapmu dari monitor CCTV menyambut kedatangan kamu."Tok.. Tok... Tok..."Pintu ruangan Wily sudah terketuk. Wily merapikan kerah kemejanya serta merapikan jasnya. Tak lupa menyisir rambutnya dengan jari je
Hari cepat berlalu, kini malam sudah berganti dengan fajar. Langit dan sekeliling masih gelap, Lisa segera beranjak dari tempat tidurnya. Kasur lantai dengan selimut yang tipis.Kegiatannya masih sama seperti sebelumnya. Mengerjakan pekerjaan rumah kemudian memasak dan berangkat bekerja. Masalah kuliah? Dia melupakannya sejenak karena harus mencari uang yang banyak agar tidak dimaki-maki oleh Rosa."Ceklek..."Baru saja Lisa membuka pintu kamarnya. Dia sudah dihadang oleh Elga dan Rosa di depan pintu, mereka saling bersitatap dan sesekali tersenyum licik."Deg..."Saat itu juga jantung Lisa hampir lepas dari tempatnya. Tangan dan kakinya gemetar, bulir keringat dingin hampir keluar dari dahinya."Apa mereka akan memarahiku karena kemarin aku pergi pagi dan pulang malam namun tidak membawa uang sepeserpun," pikir Lisa.Tebakan kamu salah Lisa. Elga malah justru mengandeng Lisa sambil tersenyum. "Adikku Lisa kenapa masih pagi kau sudah
Setelah usai membujuk Lisa dengan seribu rayuan dan tangisan buayanya. Kini Rosa berhasil membawa Lisa ke hadapan Zae.Zae sudah duduk di sofa ruang tamu, ditemani oleh dua orang pengawal yang berdiri di belakangnya serta Elga. Meskipun ada Elga, ia enggan untuk berbicara. Baginya Elga hanyalah manusia bodoh yang tidak penting sama sekali.Sementara itu dua pengawal lainnya berdiri di depan rumah Lisa. Di depan rumah Lisa sudah berjajar tiga mobil. Salah satu mobil tersebut terisi pengawal Jony dan Ken dan sisanya terisi pengawal masing-masing dua orang di setiap mobil.Ken memang sengaja tidak ikut masuk karena ia memilih untuk memantau kondisi dari luar dengan alat penyadap yang sudah dipersiapkan oleh Zae dan Jony."Zae.." Tegur Lisa pada Zae yang duduk santai sambil menyilang kan kakinya."Rupanya kalian sudah saling mengenal?" Rosa menyambung tersenyum.Lisa mengangguk dan mendekati Zae. Ia menarik agak menjauh dari Rosa dan Elga. "Zae,