Share

Bag 13

 

Bi Lin tersenyum licik melihat kepergian Lisa. Ia segera keluar menghampiri beberapa laki-laki yang berbadan besar dan kekar mengenakan pakaian serba hitam itu.

Beberapa laki-laki tersebut juga sama tersenyum liciknya membalas senyum dari Bi Lin. "Bagaimana? Apa semua berjalan dengan baik?" tanya salah satu laki-laki tersebut.

Bi Lin mengangguk sambil tersenyum. "Apa kau tidak lupa dengan janjimu Tuan?" tanya Bi Lin.

"Tentu saja tidak Nyonya, Tuan kami tidak akan pernah ingkar." Jawab salah satu laki-laki di antara mereka.

Bi Lin diberi sebuah amplop cokelat dari mereka, sebagai imbalan telah menjalankan tugas dengan baik. "terimakasih Tuan-Tuan, " ucap Bi Lin sambil menciumi amplop-amplop tersebut.

Beberapa laki-laki tersebut mengikuti langkah Lisa yang sudah kehilangan arah tersebut. Mereka adalah pengawal bayangan yang ditugaskan oleh Ken mengawasi gerak gerik keseharian Lisa.

Flashback On

Pagi itu pengawal bayangan suruhan Ken tiba di sekeliling rumah Risa. Mereka pun segera menghubungi Tuannya, mengabari keberadaan Lisa sekarang.

Pengawal : Hallo Tuan, sekarang Nona Lisa berada di sebuah rumah yang Tuan tunjukkan.

Ken : Baik. Buat dia tidak bisa lagi bekerja di sana.

Setelah menutup telponnya dengan Ken. Para pengawal berdiskusi bagaimana caranya agar Lisa dipecat dari pekerjaannya.

Keberuntungan akhirnya menemui mereka. Bi Lin tengah asyik menyapu halaman rumah Risa. Ide juga langsung muncul begitu saja di otak mereka.

Kehadiran para pengawal bayangan Lisa tadinya tidak diketahui oleh Bi Lin, tapi karena mereka gemuruh berdiskusi akhirnya Bi Lin mengetahui keberadaan mereka.

"Siapa mereka. Apa jangan-jangan mereka adalah orang jahat," batin Bi Lin.

Tanpa ragu-ragu Bi Lin sendiri yang datang menghampiri. Meskipun dia sedikit takut rasa tanggung jawabnya terhadap pekerjaannya sekarang membuat Bi Lin melawan rasa ketakutannya.

"Maaf Tuan-Tuan ini sedang mencari siapa?" tanya Bi Lin pada para pengawal bayangan Lisa.

Bi Lin sengaja tidak membukakan pintu gerbang untuk mereka agar bisa berjaga-jaga kalau mereka akan berniat jahat. Mereka hanya berbicara dibalik jeruji gerbang.

Jony selaku kapten dari para pengawal tersebut tersenyum licik dengan pertanyaan dari Bi Lin. Tidak di sangka bahwa dia tidak perlu repot-repot menghampiri Bi Lin.

"Apa benar Nona Lisa bekerja di sini?" tanya Jony.

Bi Lin hanya tertegun melihat Jony. Yang tadinya ia pikir mereka adalah orang jahat, kini Bi Lin menarik perkataannya.

"Mana mungkin orang jahat berwajah tampan dan masih muda," batin Bi Lin.

Selain wajahnya yang tampan, Jony adalah satu-satunya pengawal paling terpercaya untuk Ken. Suatu kehormatan untuk Lisa karena dikawal langsung oleh orang kepercayaan Ken.

Dengan pandangan yang masih terpaku pada Jony, Bi Lin menanyakan tujuan mereka. "Maaf Tuan-Tuan muda ini ada kepentingan apa ya mencari Lisa. Lisa itu hanya seorang buruh cuci di sini, sementara nyonya di rumah ini adalah Nona Risa." Jawab Bi Lin.

Jony memutar matanya malas. "Aku tidak peduli siapa pemilik rumah ini. Yang aku tahu Lisa masuk ke sini." Mata Jony masih melirik ke arah rumah Risa. "Apa kau mau membantuku sesuatu?" tanya Jony sambil tersenyum licik.

Mata Bi Lin melotot karena sedikit takut. Dia baru sadar kalau dibalik pakaian hitam-hitam yang dikenakan Jony terdapat gundukan. Gundukan tersebut adalah tempat Jony menyembunyikan sebuah pistol.

"Gleg..."

Dengan susah payah Bi Lin meneguk salivanya. Sekarang ia merasa bahwa nyawanya dan Nyonyanya sedang terancam hanya karena Lisa.

"Kenapa kau tidak menjawab?" bentak Jony karena Bi Lin hanya terdiam.

"Mi... minta ba.. ban.. bantuan apa Tuan muda?" tanya Bi Lin gugup.

Jony mengehela nafasnya. "Kau ini sudah tua banyak tingkah." Keluh kesal Jony. "Aku hanya ingin meminta bantuan padamu dan aku akan memberimu imbalan. Mengapa menjawab seperti itu saja lama."

Wajah Bi Lin semakin tidak karuan karena saking ketakutannya. "Memangnya Tuan-Tuan muda ini minta bantuan apa?" tanya Bi Lin.

"Kau cukup buat Lisa kehilangan dari pekerjaannya hari ini juga. Kalau kau bisa aku akan memberimu imbalan lima juta." Jony mulai menerangkan.

Bi Lin lagi-lagii hanya tertegun. Sebenarnya dia sangat sayang dengan Lisa. Kehadiran Lisa bisa menghiburnya saat kesepian. Tapi di sisi lain dia merasa nyawanya terancam dan dia juga sangat tergiur dengan uang yang ditawarkan oleh Jony.

"Kenapa kau diam saja?" Jony sedikit membentak hingga Bi Lin kembali dari lamunannya. "Apa kau bisu?" tanya Jony lagi yang sudah kesal.

Bi Lin mulai mengatur nafasnya. "Baik Tuan Muda, saya akan lakukan perintah Tuan muda sekarang." Ucap Bi Lin dengan mantap.

Bi Lin hendak meninggalkan mereka tapi ia mengurungkan niatnya. Dia baru sadar, dia tidak tahu apa yang harus diperbuat untuk membuat Lisa di pecat oleh Risa.

Jony mengelengkan kepalanya karena melihat Bi Lin kembali ke hadapannya. "Kenapa kau kembali, bukankah kau sudah menyetujui dengan kesepakatan kita?" tanya Jony.

Bi Lin menggigit bibir bagian bawahnya. "Maaf Tuan, tapi saya tidak tahu saya harus melakukan apa pada Lisa agar dia keluar dari pekerjaan ini."

Mendengar hal tersebut membuat Jony geram. Dia mencengkram kuat jeruji gerbang rumah Risa. "Aku tidak mau tahu, yang ku tahu kau kembali ke sini pekerjaanmu sudah beres. Percuma aku membayarmu mahal-mahal kalau aku masih harus memberitahumu."

Ucapan tersebut membuat Bi Lin benar-benar takut. Dia segera kembali ke dalam rumah Risa dan memikirkan cara apa yang akan dilakukan Bi Lin.

"Sebenarnya Lisa itu punya masalah apa dengan mereka, sampai mereka terlihat dendam dengannya." Gumam Bi Lin melihat Lisa yang tengah asyik menjemur pakaiannya.

Bi Lin terus menatap Lisa dan pakaian majikannya yang sedang dijemur tersebut. Seketika tersirat dengan pakaian-pakaian milik Risa.

"Bukankah semua pakaian milik Nona Risa itu mahal ya?" batin Bi Lin. Tiba-tiba Bi Lin tersenyum Licik. "Aku tahu apa yang harus ku perbuat." Ucap Bi Lin dengan mantap.

Tak jauh berbeda dari biasanya. Bi Lin memang baik dengan Lisa. Dia selalu membuatkan minuman dan cemilan untuk Lisa.

Sekarang dia bergegas melakukannya dan memanggil Lisa agar segera menyantap camilan dan minuman darinya.

Setelah Lisa asyik menyantap dia beraksi. Dia segera meninggalkan Lisa dengan alasan ke kamar mandi. Tidak ada sedikitpun kecurigaan dalam diri Lisa, karena hampir dia bekerja di rumah Risa. Dia selalu diperlakukan baik oleh Bi Lin.

Tanpa sepengetahuan Lisa, Bi Lin memasuki sebuah ruangan. Ruangan tersebut tempat dimana Lisa menyimpan pakaian-pakaian Risa yang sudah dicuci namun belum disetrika.

Bi Lin sengaja menuangkan sebuah pemutih pakaian ke gaun Risa. Gaun merah kesayangan Risa, yang Bi Lin tahu Risa akan mengenakannya nanti malam.

Gaun Risa pun timbul bercak putih yang tidak akan mungkin kembali merah lagi. "Maafkan Bibi Lisa, ini demi keselamatan kita semua dan..." ucapan Bi Lin terhenti dan segera menutup botol pemutih yang ia bawa. "Demi uang Lisa," ucap Bi Lin sambil tersenyum.

Segera Bi Lin keluar dari ruangan tersebut dan berpura-pura melanjutkan pekerjaanya di dapur seoalh-olah tidak terjadi apa-apa.

Flashback Off

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status