Pengawal Jony segera melaporkan pekerjaannya yang selesai sempurna kepada Tuanya.
"Tuan, semua sudah berjalan dengan lancar. Lisa sudah dipecat dari pekerjaanya sekarang," lapor Jony pada Ken di dalam telpon.
Di kantor Ken terlihat sangat bahagia karena usahanya tidak sia-sia. Lebih tepatnya usaha Joni sih, karena lebih tepatnya Ken hanya memberi perintah.
"Bagus, ikuti terus. Pastikan dia tidak punya pekerjaan lain dan kita susun rencana selanjutnya," balas Ken dengan senyum liciknya.
Telpon Tuannya segera Jony matikan. Sedikit merenungkan atas apa tadi yang telah ia perbuat kepada Lisa, namun dia tidak berani membantah perintah dari sang Tuan.
"Kasihan sekali kamu, tapi aku berjanji akan melindungi jika kamu disakiti oleh dia." Batin Jony.
Segera Jony melanjutkan langkahnya mengikuti kemana langkah kaki Lisa. Dia dan anak buahnya memang harus siap siaga mengikuti Lisa dua puluh empat jam.
Sang Tuan tidak menginginkan sehelai rambut Lisa rontok oleh orang lain. Namun di sisi Lain Ken malah justru menyuruh Jony menghancurkan karirnya.
Sementara itu di rumah Elga dan ibunya sedang berdebat. Mereka satu sama lain saling menyalahkan hanya karena sebuah keinginan.
Elga memang sedang libur bekerja, modelnya sedang tidak ada acara pemotretan yang artinya dia sekarang akan berdiam diri di rumah.
Elga dan ibunya sedang duduk di halaman belakang rumah menikmati kebun kecil dan orange juice yang sudah di siapkan oleh Lisa di lemari pendingin.
Satu sama lain sibuk dengan ponselnya masing-masing. Tak ada kesibukan lain di antara keduanya.
Elga meletakkan ponselnya di atas meja dan menatap ibunya dengan penuh harap. Namun ibunya masih asyik dengan sang ponsel, belum sadar kalau sedari tadi anaknya sedang mengharapkan dirinya berbicara.
"Bu," lirih Elga.
"Hem..." singkat jawaban dari Rosa tanpa melirik Elga sedikit pun. Mendengar jawaban yang sesingkat itu membuat Elga seketika hanya diam. Rosa langsung meletakkan ponselnya di dekat ponsel Ega. "Apa ?" tanya Rosa.
"Aku ingin mobil bu?" pinta Elga merengek yang membuat Rosa sontak terkejut.
"Apa kamu tidak salah minta dengan ibumu ini?" Rosa sudah merubah intonasi bicaranya. "Kamu tahu sendiri kan, ibu mu ini tidak bekerja. Bahkan ibu hanya mengandalkan uang darimu dan anak pembawa sial itu." Tegas Rosa kembali.
Elga tidak langsung patah semangat begitu saja. Dia memegang tangan Rosa merengek agar diberi solusi untuk hal ini. "Elga sangat butuh mobil untuk bekerja bu."
Rosa bangun dari duduknya. Dia menarik kedua sudut bibirnya, bayang-bayang tentang mobil langsung muncul begitu saja. "Kalau kamu mau mobil, bujuk adikmu itu untuk menjual tanahnya yang dua hektare itu," ucap Rosa.
"Bagaimana caranya bu. Sementara dia saja tidak tahu menahu soal tanah tersebut." Balas Elga.
Elga juga tak kalah terkejutnya dengan ibunya yang mempunyai ide gila tersebut. Padahal setahu mereka Lisa tidak tahu menahu soal kepemilikan tanah atau lahan kosong tersebut. Mereka juga tidak tahu dimana keluarga Lisa menyembunyikan sertifikat tanah dan rumah yang mereka tempati sekarang.
Elga menghampiri ibunya, dia berdiri tepat di belakang Rosa. Rosa membalikkan tubuhnya menatap Elga. Jari telunjuknya menusuk-nusuk pelipis Elga. "Dasar Bodoh!" umpat Rosa.
Elga mengusap pelipisnya itu dengan jari jemarinya yang lentik dan pewarna kuku yang bermotif. "Aduh sakit bu," keluh Elga.
"Percuma ibu cari ayah buat kamu dan sekolahin kamu tinggi kalau urusan seperti itu saja tidak bisa. Ibu sudah bilang berkali-kali sama kamu, temui bibi Lisa yang ada di luar kota dan kamu kasih surat wasiat yang palsu itu. Tapi tidak pernah mau." Jelas Rosa.
"Wasiat?" Elga malah justru menggaruk–garukkan kepalanya yang tidak gatal itu. "Lembar kertas dengan tulisan yang pernah ibu berikan sama Elga itu ya ?" tanya Elga.
Rosa menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah anaknya yang terlihat sangat bodoh. "Memangnya kamu tidak membacanya?" tanya Rosa. Namun Elga hanya menjawab dengan menggelengkan kepala.
Kepala Rosa makin pening dengan tingkah anaknya. Dia hanya bisa menggelengkan kepalanya dan mengacak-acak rambutnya yang lurus sering perawatan itu.
"Dasar bodoh," umpat Rosa sambil menusuk-nusuk pelipis milik Elga.
Rosa kembali ke tempat duduknya meneguk minuman dinginya sampai habis. Mendinginkan kepalanya yang sudah kebakaran akibat darah dagingnya sendiri tersebut.
"Punya anak satu saja bodohnya keterlaluan," Batin Rosa kesal.
Elga tidak tinggal diam, dia duduk berlutut di bawah ibunya untuk meminta penjelasan mengenai surat wasiat yang Rosa maksud.
"Ayolah jelaskan bu menegenai surat wasiat itu," bujuk Elga.
Rosa geram dan menusuk-nusuk pelipis Elga dengan jari telunjuknya. "Dasar bodoh!" umpat Rosa. "Ibumu ini sudah mengeluarkan uang banyak hanya untuk membuat surat wasiat itu tapi kamu malah justru merobeknya." Ungkap Rosa.
"Maafkan Elga bu, sungguh Elga tidak tahu. Lantas apa yang harus kita lakukan sekarang?" tanya Elga.
Rosa sudah bersikap santai karena anaknya bertanya mengenai rencana. "Kita buat yang baru dan kamu antar ke sana!" perintah Rosa dengan tegas sambil tersenyum kecut. Sementara Elga hanya mengiya-iyakan saja perintah ibunya tersebut.
Elga kala itu diperintah oleh ibunya untuk menemui saudara Lisa yang berada di luar kota untuk memberi surat wasiat palsu. Surat wasiat yang di dalamnya berisi pembagian atas harta peninggalan Hendra.
Surat itu sengaja di buat oleh Rosa karena peninggalan Hendra untuknya sudah habis lenyap karena ulahnya sendiri. Sebuah perusahaan travel yang sudah lumayan berkembang. Makanya Rosa sengaja melakukan cara licik agar bisa mendapatkan separuh harta milik Lisa.
Mengenai harta warisan Lisa memang tidak tahu menahu. Hendra sengaja tidak memberitahu dan menitipkan sertifikat rumah dan tanah kepada adiknya yang di luar kota agar tidak di ketahui oleh Rosa dan Elga. Karena hanya mereka lah yang bisa melindungi satu-satunya peninggalan Hendra untuk Lisa.
Lisa memang selalu di cegah oleh Rosa untuk tidak ikut bersama dengan bibinya di luar kota. Itu karena Rosa sengaja akan memperalat Lisa sebagai pembantu dan mesin penghasil uang.
Mungkin sampai sekarang bibi Lisa tidak mengetahui kejahatan Rosa selama ini, sebab Rosa selalu bersikap baik jika bibinya berkunjung ke rumah mereka.
Sementara Elga diperalat oleh ibunya untuk memberi surat wasiat palsu itu karena dia tidak ingin berdebat dengan adik iparnya. Rosa yakin betul kalau adik iparnya tidak akan langsung percaya dengannya.
Dalam surat wasiat palsu tersebut tertulis bahwa tidak hanya Lisa yang berhak menerima surat wasiat itu, tapi Elga juga. Bahkan lebih konyolnya lagi Elga mendapatkan hak yang lebih banyak dibandingkan dengan Lisa.
Bersambung. . .
Lisa duduk termenung di sebuah halte. Meratapi nasibnya karena baru saja kehilangan pekerjaan yang selama ini sangat membantu hidupnya.Dalam pikirannya sudah tidak karuan. Dia tidak berani pulang dengan tangan hampa apalagi langit masih cerah seperti ini. Yang ada dia bisa ditendang oleh ibu tirinya."Kenapa nasih tidak berpihak baik padaku. Apa Tuhan tidak sayang denganku. Oh Ayah dan Ibu tolong bawa Lisa saja. Lisa sudah tidak sanggup lagi hidup sendiri. Lisa mau ikut kalian." Batin Lisa.Meskipun tatapan Lisa kosong, embun Kristal tetap keluar dari kedua matanya. Sungguh malang sekali nasibnya harus mengalami hal seperti ini.Dia menyandarkan kepalanya ke belakang dan lama – lama mata makin menciut. Sekarang Lisa tertidur pulas, memejamkan matanya.Sementara pengawal Jony masih setia di sekitar Lisa. Dia sudah menjalankan pekerjaannya dengan baik dan sekarang tugasnya adalah menjaga Lisa. Bagaimana mungkin Jony dan Ken akan membiarkan perempuan
Lisa yang tadinya menunduk sedikit menatap Wily dengan kedua sudut bibirnya yang ditarik lebar. "Benarkah Tuan?" tanya Lisa.Wily mengangguk dan tersenyum." Tentu. Dan ingat jangan sampai telat," ucap Wily lagi."Tentu Tuan, saya tidak akan pernah mengecewakan Tuan." Lisa meraih tangan kanan Wily dan menundukkan kepalanya. Punggung tangan Wily ia letakkan ke dahinya, "terimakasih Tuan Muda, sungguh Tuan sangat baik."Wily mengelus rambut Lisa dengan pelan-pelan tanpa sepengetahuan Lisa. "Sudah lepaskan, sekarang pulanglah dan lekas beristirahat. Aku tidak ingin kau besok datang kemari dengan keadaan yang kurang sehat karena sungguh aku tidak menyukainya."Lisa segera berpamitan kepada Wily meninggalkan tempat tersebut. Senyumnya terus ia tunjukkan kepada Wily, sementara Wily yang dari tadi hanya menunjukkan senyum tipisnya yang cool."Sampai sekarangpun kamu belum mengenalku Lis," batin Wily sambil mengelengkan kepalanya.Flashback On
Matahari sudah terbit dari ufuk timur. Pagi yang sangat ditunggu-tunggu oleh Ken. Dimana dia akan segera menjalankan rencananya.Semua rencananya telah disusun bersama Zae, di sudah merencanakannya dengan matang-matang. Pikirnya lebih cepat lebih baik untuk menjemput Lisa, sebab ia ingin segera menjadikan Lisa sebagai istrinya. Nyonya Alyssa Wilson.Kekayaan Ken memang tidak dapat diragukan lagi, dia hampir menguasai seluruh perekonomian negeri ini. Bahkan hukum baginya sudah tidak berlaku lagi. Hukum hanya sebagai alat bagi pemegang kekuasaan untuk bertindak semena- mena.Pagi ini sesuai dengan perintah Ken, Zae dan Jony segera ke rumah Lisa sesuai dengan rencana Ken. Jony memegang kemudi, sementara Zae duduk di samping Jony dan Ken duduk di belakang sendirian. Di tambah lagi dua mobil pengawal lainya yang berjalan di depan dan belakang mobil yang di naiki Ken, luar biasa bukan?Tak ada sepatah kata pun yang keluar dari mulut mereka masing-masing. Ken me
Di restaurant X.Hari ini adalah hari pertama Lisa bekerja. Wajahnya berseri penuh semangat. Begitupun dengan Wily yang sengaja datang pagi-pagi untuk menyambut kedatangan Lisa.Kau ini memang pandai sekali ya Wil, bisa – bisanya mencari perhatian kepada anak baru. Tidak kah kau ingat, setiap hari pasti berangkat ke restaurant agak siangan hohoho.Tak lupa Lisa menyempatkan dirinya untuk membalas sang penjaga yang kurang berkenan dari hatinya kemarin. "Selamat pagi Paman," tegur Lisa kepada sang penjaga dengan senyumnya licik, namun si penjaga hanya memutar malas kan matanya.Tak diambil hati, Lisa segera masuk ke dalam resto tersebut. Menemui Wily sang manager yang sedari tadi sudah menunggu. Ayolah Lisa percepat langkahmu, Wily sudah menatapmu dari monitor CCTV menyambut kedatangan kamu."Tok.. Tok... Tok..."Pintu ruangan Wily sudah terketuk. Wily merapikan kerah kemejanya serta merapikan jasnya. Tak lupa menyisir rambutnya dengan jari je
Hari cepat berlalu, kini malam sudah berganti dengan fajar. Langit dan sekeliling masih gelap, Lisa segera beranjak dari tempat tidurnya. Kasur lantai dengan selimut yang tipis.Kegiatannya masih sama seperti sebelumnya. Mengerjakan pekerjaan rumah kemudian memasak dan berangkat bekerja. Masalah kuliah? Dia melupakannya sejenak karena harus mencari uang yang banyak agar tidak dimaki-maki oleh Rosa."Ceklek..."Baru saja Lisa membuka pintu kamarnya. Dia sudah dihadang oleh Elga dan Rosa di depan pintu, mereka saling bersitatap dan sesekali tersenyum licik."Deg..."Saat itu juga jantung Lisa hampir lepas dari tempatnya. Tangan dan kakinya gemetar, bulir keringat dingin hampir keluar dari dahinya."Apa mereka akan memarahiku karena kemarin aku pergi pagi dan pulang malam namun tidak membawa uang sepeserpun," pikir Lisa.Tebakan kamu salah Lisa. Elga malah justru mengandeng Lisa sambil tersenyum. "Adikku Lisa kenapa masih pagi kau sudah
Setelah usai membujuk Lisa dengan seribu rayuan dan tangisan buayanya. Kini Rosa berhasil membawa Lisa ke hadapan Zae.Zae sudah duduk di sofa ruang tamu, ditemani oleh dua orang pengawal yang berdiri di belakangnya serta Elga. Meskipun ada Elga, ia enggan untuk berbicara. Baginya Elga hanyalah manusia bodoh yang tidak penting sama sekali.Sementara itu dua pengawal lainnya berdiri di depan rumah Lisa. Di depan rumah Lisa sudah berjajar tiga mobil. Salah satu mobil tersebut terisi pengawal Jony dan Ken dan sisanya terisi pengawal masing-masing dua orang di setiap mobil.Ken memang sengaja tidak ikut masuk karena ia memilih untuk memantau kondisi dari luar dengan alat penyadap yang sudah dipersiapkan oleh Zae dan Jony."Zae.." Tegur Lisa pada Zae yang duduk santai sambil menyilang kan kakinya."Rupanya kalian sudah saling mengenal?" Rosa menyambung tersenyum.Lisa mengangguk dan mendekati Zae. Ia menarik agak menjauh dari Rosa dan Elga. "Zae,
Setibanya di mansion. Zae masih tetap bersikap dingin kepada Lisa. Ia hanya berbicara seperlunya saja. Misalnya seperti menyuruh Lisa turun dari mobil. "Turunlah! Tuan Muda sudah menunggumu." Seperti itulah kata yang terucap dari mulut Zae, bahkan ia tak melirik Lisa sedikit pun.Sementara Ken sudah berada di dalam mansion karena sengaja mendahului mobil Zae. Dia sudah bersiap dengan tuxedo hitamnya. Sorot mata hitamnya juga mencerminkan kebahagiaan.Lisa sudah turun bersama Ken, disambut beberapa pelayan yang sudah siap mengantarkan Lisa ke kamarnya. Lisa hanya menurut saja, belum tahu apa rencana yang akan diperbuat oleh Zae.Tahunya Lisa semua rencana Zae karena hanya Zae yang Lisa kenali. Sementara Ken, dia belum mengenalnya. Hanya pernah bertemu dua kali melalui tabrakan bibir.Salah seorang pelayan wanita paruh baya mengantarkan Lisa ke kamar tamu. Dia segera membukakan pintu kamar Lisa. "Silahkan Nona Lisa," pelayan tersebut tersenyum pada Li
Gaun putih panjang sederhana dengan riasan wajah yang tipis dan rambut bebas terurai sungguh membuat Lisa sangat cantik. Meskipun gaun yang ia gunakan tersebut hanya gaun jadul, gaun yang digunakan oleh ibunya sewaktu menikah dengan ayahnya dulu.Ken benar-benar menyukai Lisa, makanya dia sengaja memberikan gaun tersebut agar dipakai Lisa. Sesuai dengan permintaan dari almarhum ayahnya dulu.Ken sudah rapih bersama dengan penghulu di ruang tengah. Di sana juga sudah ada pengawal Jony, Zae dan para pelayan serta beberapa pengawal lainnya menyaksikan ijab qabul. Suasana tampak hening karena Ken tidak suka ada keributan atau saling bergosip mengenai dirinya dan keluarga. Karena kalau sampai ketahuan pasti kepala pelayan tidak akan segan-segan memberi hukuman pada para anak buahnya.Ken sudah duduk di meja yang sudah disiapkan untuk ijab qabul bersama dengan penghulu. Beberapa saksi juga sudah duduk di dekat mereka namun dengan bangku yang berbeda. Ha