Mati lampu? Elvina buru-buru menyalakan senter di ponsel. Melalui jendela di ujung koridor, dia bisa melihat lampu di luar masih menyala. Samar-samar, terdengar pula suara Owen, mengatakan terjadi korsleting.Setelah berpikir sesaat, Elvina memutuskan untuk memberikan jas yang dibelinya besok saja. Ketika Elvina hendak kembali, tiba-tiba terdengar suara dari dalam kamar seperti ada yang terjatuh.Elvina khawatir Raiden menabrak sesuatu karena gelap gulita. Jika lukanya tertarik, bukankah akan sangat gawat? Dia pun mengetuk pintu dan memanggil, "Kak, kamu baik-baik saja?""Kak Raiden?" Elvina mengetuk beberapa kali, tetapi tidak ada respons. Ini membuatnya agak panik. Ketika hendak mendobrak pintu, tiba-tiba terdengar suara Raiden. "Pintunya nggak dikunci, masuk saja.""Oke." Elvina menghela napas lega. Dia berjalan masuk dengan menyalakan senter ponsel. Namun, setelah menyinari ke sekeliling, dia tidak melihat sosok Raiden.Tatapan Elvina tertuju pada pintu kamar mandi yang tertutup ra
Karena mati lampu, selain area sofa, area lain di kamar gelap gulita. Elvina merasa suasana di sini terlalu sunyi, sampai-sampai dia bisa mendengar suara napasnya sendiri. Hal ini membuatnya makin gugup saat mengobati Raiden.Demi meredakan kecanggungan dan memecahkan keheningan, Elvina berkata, "Terima kasih banyak, Kak. Aku berutang budi padamu."Raiden tahu alasan Elvina berterima kasih. Di tengah kegelapan, tatapannya terlihat suram. Setelah terdiam sesaat, Raiden berkata, "Kita sudah menikah. Sudah seharusnya aku melindungimu. Nggak ada utang budi seperti yang kamu katakan. Kalau kamu terluka malam itu, berarti aku nggak memenuhi tanggung jawabku."Elvina tahu status hubungan mereka. Namun, setelah mendengar kalimat terakhir Raiden, jantungnya tak kuasa berdebar-debar. Raiden membuatnya merasa terlindungi.Elvina mengiakan, lalu lanjut membalut luka Raiden dengan serius. Ketika berdiri di depan Raiden, dengan cahaya senter, Elvina bisa melihat sekuntum bunga seukuran koin di sisi
Pada hari Kamis, Elvina bangun pagi-pagi. Dia memakai jas hitam dan menguncir rambutnya. Penampilannya terlihat sangat cantik dan profesional.Karena kemunculan mendadak Peter malam itu, Elvina merasa sangat canggung. Beberapa hari ini, dia terus menghindari Raiden. Sementara itu, Raiden terlihat sangat sibuk. Dia pergi pagi pulang malam tidak punya waktu untuk meladeni Elvina.Elvina turun ke lantai bawah. Dia melihat Raiden sedang sarapan. Dasi yang dipakainya berwarna biru, sangat mirip dengan dasi yang dipilihnya untuk nenek yang ditemuinya di mal.Namun, Elvina tidak berpikir terlalu jauh. Lagi pula, dasi itu bukan dasi edisi terbatas. Wajar kalau Raiden punya dasi yang sama. Elvina menyapa, lalu duduk di seberang Raiden. Sambil makan, dia bertanya kepada Owen, "Hari ini aku ada wawancara kerja. Apa ada mobil yang boleh kubawa?"Sebelum Owen menjawab, Raiden menyahut dengan nada datar, "Semua mobil di garasi nggak cocok untukmu. Aku sudah suruh orang pesan mobil baru. Beberapa har
Belakangan ini, Grup Polaris memang membuka rekrutmen. Karena ini adalah perusahaan besar, semua orang yang mendapat panggilan wawancara pun berbondong-bondong datang. Setibanya di lantai tempat wawancara diadakan, Elvina melihat koridor sangat ramai.Elvina tak kuasa menghela napas melihat keramaian ini. Dia mendaftar, mengambil nomor antrean. Ketika hendak duduk di pojok, seseorang tiba-tiba menabraknya. Ponsel orang itu jatuh. Elvina pun membantunya memungut."Terima kasih ...." Wanita itu menerima ponselnya dan berterima kasih. Setelah melihat Elvina, raut wajah wanita itu malah menjadi masam. "Elvina?"Elvina merasa wajah wanita ini familier, tetapi tidak bisa ingat siapa dia. Dia hanya mengangguk dan hendak berjalan melewatinya.Namun, wanita itu tiba-tiba menjulurkan kaki untuk menghalangi. Dia juga mengejek Elvina, "Lucu sekali. Pecundang sepertimu bahkan nggak bisa kerja di perusahaan sendiri. Kamu masih berani menghadiri wawancara Grup Polaris?"Suara Jocelyn tidak kecil sehi
Setelah keluar dari ruang wawancara, Elvina menerima pesan dari Peter.[ Bu, wawancaramu sudah selesai belum? Aku di kantin area A lantai 22. ]Elvina mendapat kartu karyawan sementara. Jadi, dia langsung menaiki lift ke kantin.Grup Polaris punya 53 lantai. Seluruh lantai 22 adalah kantin. Kantin dibagi menjadi empat bagian. Seluruh karyawan Grup Polaris, termasuk orang-orang yang datang untuk wawancara, akan makan di sana.Setelah tiba di area A, Elvina langsung melihat Peter yang mengobrol dengan orang. Meskipun Peter agak hitam, dia punya wajah tampan. Ketika mengenakan jas, dia terlihat seperti seorang profesional.Wanita dewasa yang berdiri di depan Peter, tertawa mendengar omongan Peter. Wanita itu tampak menutup mulutnya beberapa kali, bahkan mengeluarkan ponsel untuk berinisiatif meminta nomor Peter.Elvina sungguh kehabisan kata-kata melihat kenakalan Peter. Dia menghampiri sambil memanggil, "Peter.""Eh." Peter langsung berdiri. Ketika melihat Elvina, dia tersenyum lebar dan
"Kamu keterlaluan sekali!" hardik Jocelyn."Aku cuma bicara fakta. Keterlaluan gimana? Jangan dengar kalau nggak suka," timpal Peter dengan kesal.Kemudian, Peter menjulurkan tangan dan mengambil ikan kod untuk Jocelyn. Dia berpesan dengan penuh perhatian, "Makan ikan supaya otakmu lebih ternutrisi. Kutraktir kok. Nggak usah sungkan."Setelah mengambil makanan, Peter pun berjalan pergi dengan santai. Sementara itu, Jocelyn ingin sekali membanting piringnya. Dia tahu Peter merendahkannya.Karena perdebatan yang terjadi, orang-orang di kantin pun mengenali Elvina. Mereka sibuk bergosip, tetapi Elvina tidak peduli.Elvina berkata, "Sore nanti aku mau donor darah. Makanya, aku nggak bisa makan seafood malam nanti. Tapi, aku bisa traktir kamu makan."Elvina merasa puas melihat Peter membelanya. Peter bertanya, "Kamu donor darah untuk mendapat pahala?""Bisa dibilang begitu." Peter selalu melindunginya, jadi Elvina tidak merahasiakan apa pun darinya. "Golongan darahku agak istimewa. Kebetula
Respons Raiden yang dingin dan tidak sungkan ini membuat wajah Jocelyn memucat. Terutama mendapati begitu banyak kandidat menatapnya, dia menjadi makin canggung."Ariel." Raiden berkata kepada pria yang tersiram air panas, "Dia nggak sengaja menyirammu dengan air panas, tapi tindakannya tetap salah. Kamu pergi berobat dulu. Biaya pengobatanmu ditanggung olehnya.""Baik." Ariel mengiakan.Kemudian, Raiden menatap Jocelyn dengan ekspresi datar dan meneruskan, "Kalau kamu keberatan, aku akan suruh pengacara negosiasi denganmu."Jocelyn tidak menyangka Presdir Grup Polaris akan bersikap begitu perhitungan padanya. Dia hanya bisa memaksakan senyuman, lalu menyahut, "Pak Raiden benar. Aku memang harus ganti rugi."Raiden tidak meladeninya. Dia membawa Ariel pergi, lalu melirik Elvina. Elvina menyadarinya. Dia mundur beberapa langkah dan berujar, "Terima kasih, Pak."Raiden yang hendak berjalan melewati Elvina tiba-tiba menghentikan langkah kakinya dan bertanya, "Kenapa mengumpul kertas ujian
"Kenapa memangnya? Apa ada yang ilegal?" balas Peter dengan kesal."Elvina yang mengajakku taruhan. Aku cuma menambah aturannya sedikit. Kalau dia nggak berani, berarti dia mau menipuku." Jocelyn melipat lengannya di depan dada, menatap Elvina yang terdiam sejak tadi."Kamu ini ...." Amarah Peter makin berkecamuk.Ketika Peter hendak memaki Jocelyn, Elvina tiba-tiba berkata, "Taruhan ini cukup adil bagi kita. Tapi, aku rasa kurang seru. Begini saja. Yang kalah bukan cuma harus pakai bikini sambil menari di depan pintu masuk restoran, tapi juga harus menyuruh orang merekamnya. Kemudian, unggah di medsos selama seminggu.""Oke, sepakat!" Ketika melihat Elvina melemparkan diri sendiri ke dalam api, Jocelyn merasa sangat lucu. Dia tidak merasa dirinya bisa mendapat nilai tertinggi, makanya mengubah aturannya seperti itu. Siapa sangka, Elvina malah menyetujuinya.Jocelyn yakin nilai Elvina untuk tes tertulis kurang baik. Kalaupun mendapat nilai tinggi dalam ujian interpretasi, Elvina tidak
"Jangan terus berdiri di sana. Nanti kakimu pegal," ujar Raiden untuk memperingatkan.Suara Raiden terdengar dingin, tetapi Daphney justru merasakan perhatian dari ucapannya. Seketika, rasa cemburu dalam hatinya pun sirna."Ya." Daphney tersenyum tipis, lalu menyuruh pelayan menyiapkan teh favorit Raiden.Sampai sekarang, Elvina masih belum bisa melupakan kepergian neneknya. Itu sebabnya, dia menjadi begitu manja terhadap Pamela. Pamela punya senyuman yang lembut dan dipenuhi kasih sayang.Elvina mengupas jeruk untuk Pamela sambil mengobrol dengan Pamela. Dia sudah lama tidak merasa sebahagia ini.Daphney juga duduk di ruang tamu. Dia tahu Pamela sedang asyik mengobrol dengan Elvina. Dia pun tidak ikut dalam pembicaraan dan hanya memotong apel untuk Raiden.Pamela melirik Daphney dan berkata, "Daphney, biar pelayan saja yang melakukannya. Jangan sampai pisaunya kena tanganmu.""Nggak apa-apa. Raiden dan Elvina sama-sama tamu." Daphney tersenyum tipis, lalu bertanya kepada Elvina, "Elvi
Ketika Elvina mendongak dan bertanya kepadanya, Raiden melihat dengan jelas alisnya yang terangkat dan senyuman di bibirnya. Tatapannya terlihat agak licik. Raiden tahu Elvina sengaja.Raiden hanya tahu Elvina kuliah di luar negeri selama beberapa tahun. Dia tidak tahu bahwa Elvina dan Daphney saling mengenal. Namun, dilihat dari ekspresi Elvina, sepertinya dia sudah tahu identitas Daphney sebelum kemari.Raiden menatap Daphney. Wanita ini tampak pucat dan menggigit bibirnya. Alisnya juga berkerut."Sayang?" Ketika melihat Raden tidak berbicara, Elvina tersenyum dan bertanya, "Kenapa diam saja?""Terserah kamu mau panggil gimana. Keluarga Tjandra nggak punya aturan seketat itu," timpal Raiden dengan nada datar. Kemudian, dia melepaskan tangan Elvina dan menepuk pinggang belakangnya. "Pergi sapa Nenek dulu."Elvina tersenyum mengejek. Di mengikuti arah pandang Raiden dan melihat seorang wanita tua yang tampak bersemangat sedang menghampiri mereka.Pamela mengenakan terusan berwarna gela
"Bunga anggrek ini pernah ikut lomba lho! Harganya puluhan juta!" Elvina menunjuk bibirnya dan tersenyum tipis. "Kalau bunga ini nggak cukup, masih ada mulutku. Pak Raiden, aku menikah denganmu untuk membuat nenekmu senang. Aku pasti akan menjalankan tugasku dengan baik."Raiden mengernyit mendengar panggilan formal Elvina. Namun, dia tidak mengatakan apa pun.Pukul 6.40 malam, mobil tiba di rumah Keluarga Tjandra. Rumah ini terletak di selatan kota. Dulunya adalah kediaman seorang pejabat.Nyonya Tua Keluarga Tjandra merasa bosan tinggal di Negara Hondria dan ingin pulang ke Kota Berza. Jadi, suaminya menggunakan koneksinya untuk membeli rumah ini, lalu mempekerjakan arsitektur terkenal untuk merenovasinya.Sejak saat itu, Nyonya Tua Keluarga Tjandra tinggal di sini. Setiap tahun baru, seluruh keturunan Keluarga Tjandra akan datang kemari untuk berkumpul.Mobil melewati gerbang dan terus maju. Elvina melihat pohon paulownia di kedua sisi jalan yang menghalangi sinar matahari. Suasana
Elvina belajar banyak hal dari mereka. Dia mendapat banyak wawasan siang ini.Setelah pulang kerja, Elvina berpamitan dengan para staf yang memperlakukannya dengan sangat ramah itu. Kemudian, dia menuju ke basemen dengan membawa sebuah kantong besar.Di antara begitu banyak mobil mewah, Maybach hitam dengan plat nomor seri terlihat paling mencolok. Demi pulang makan, Raiden menyuruh Owen membatalkan semua jadwalnya. Sebelum jam pulang kerja, dia pun sudah menunggu di dalam mobil. Dia menggunakan waktu yang ada untuk membaca beberapa email.Ketika mendengar suara pintu mobil dibuka, Raiden menoleh dan melihat Elvina masuk dengan membawa kantong belanjaan. Raiden menyuruh Owen menjalankan mobilnya, lalu melirik Elvina. "Bukannya kamu bilang mau berdandan seperti nona kaya yang elegan? Kenapa tiba-tiba berubah pikiran?""Kak Owen, kita ke Toko Bunga Yuzu dulu." Setelah menginstruksi Owen, Elvina menaikkan partisi mobil dan mengeluarkan dua macam pakaian dari kantongnya. Dia menggoyangkann
"Aku sudah berhari-hari nggak ke kantor. Pasti kerjaanku menumpuk." Elvina mendorong kursinya dan bangkit. "Kak Raiden, nanti kutunggu kamu di basemen."Ketika melihat Elvina bersikeras ingin pergi bekerja, Raiden pun tidak menghentikannya. "Aku sudah suruh Owen selidiki tentang Jocelyn. Orang luar cuma tahu Dexton berniat jahat padamu di hotel."Elvina tersenyum. "Ya, aku pun takut orang-orang melibatkan kematian Jocelyn denganku. Nanti aku jadi nggak bisa kerja di Grup Polaris. Terima sudah membantuku membereskannya."Elvina menghampiri Raiden, lalu memberinya kecupan di pipi sebagai bentuk terima kasih. Raiden hanya bisa terperangah di tempat.Berita tentang pemimpin Grup Libertix yang mencoba meniduri mantan istrinya secara paksa, menghebohkan seluruh internet. Ketika Elvina tiba di Grup Polaris, semua orang sibuk menginterogasinya untuk mencari tahu kebenaran.Setelah Elvina memasuki departemen penerjemahan, rekan kerjanya pun langsung mengerumuninya. Mereka memaki Dexton sambil m
Raiden mencium aroma parfum yang samar dari tubuh Elvina. Dia mengernyit sambil membalas, "Terserah kamu saja.""Jangan begitu dong. Dia nenekmu. Aku harus memberi kesan pertama yang baik saat bertemu keluargamu." Sambil berbicara, Elvina mendekat dan menaruh satu tangannya di bahu Raiden. "Sepertinya aku lebih baik bersikap lembut saja. Orang tua suka menantu seperti ini.""Kamu sudah membuat keputusan. Ngapain tanya aku lagi?""Aku takut kamu keberatan." Usai berbicara, Elvina berbisik, "Tapi, kalau kamu suka yang nakal, aku bisa bawa baju ganti dan pakai khusus untukmu."Raiden meraih tangan Elvina yang lasak, lalu memicingkan mata menatap wajahnya. Kemudian, dia membungkuk sedikit untuk mendekat. "Ini karakter aslimu? Kamu memang suka menggoda pria ya? Atau mungkin obat itu merusak otakmu? Apa aku perlu menyuruh Keanu kemari?"Elvina langsung melingkari leher Raiden dan mengedipkan mata. "Memangnya salah kalau aku menggodamu? Kamu 'kan suamiku.""Oh ya." Elvina mengabaikan tatapan
Pukul 7.30 malam, Raiden dan Owen kembali ke Vila Swallow. Begitu masuk, Raiden langsung mendengar suara bising. Setelah memandang ke arah sumber suara, dia melihat Elvina dan Peter sedang bermain game di sofa.Dari sudut pandang Raiden, dia kebetulan bisa melihat Elvina yang duduk di sisi kanan sofa dengan kaki ditekuk. Sepertinya Elvina sangat suka warna hijau. Hari ini, dia mengenakan rok hijau yang menutupi paha mulusnya.Pergelangan kaki Elvina terlihat sangat rapuh. Jari kakinya sebentar ditekuk, sebentar direntangkan. Dia terlihat sangat lasak. Ketika melihat kaki putih itu, entah mengapa Raiden tak kuasa menelan ludahnya dua kali.Raiden menyerahkan jasnya kepada pelayan. Setelah masuk, dia duduk di sofa di depan Elvina dan bertanya, "Elvina, bisa duduk yang benar?"Seingat Raiden, Elvina selalu duduk dengan elegan, baik itu di ruang tamu ataupun di meja makan. Elvina adalah wanita yang punya sopan santun."Ini rumah, bukan perusahaan. Terserah aku mau duduk gimana dong. Lagian
Peter bisa merasakan keringat di dahinya. Dia menyeka keringat dan mengalihkan pandangan. "Maafkan aku, Elvina. Kamu jadi harus mengingat kenangan buruk itu gara-gara aku."Peter tahu segala hal yang dilakukan Dexton demi membuat Elvina meninggalkan rumah tanpa mengambil sepeser pun."Semua sudah berlalu." Elvina menunduk, lalu mendongak menatap Peter lagi. "Aku mengatakan semua ini supaya kamu nggak pikir macam-macam. Kalau kamu bersikeras mau pergi, aku nggak menganggapmu teman lagi."Peter pun menyeringai. "Kamu sudah bicara begini. Mana mungkin aku berani pergi lagi?"Elvina merasa lega. Dia ikut tersenyum. Penghalang di antara keduanya telah menghilang.Peter mengambil pir dari piring di meja, lalu duduk di pinggir ranjang dan berkata, "Dua hari ini, aku terus mencoba memulihkan obrolan di ponsel Jocelyn. Tapi, ada virus di ponselnya. Setiap kali aku mencoba memulihkan datanya, komputerku akan diserang virus.""Aku nggak ngerti apa yang kamu bilang. Yang jelas, orang di balik Joce
Netizen itu juga mengunggah sebuah foto pernikahan yang terlihat kabur. Entah di gereja mana acara pernikahan itu diadakan. Wajah si pria tidak terlihat, tetapi Daphney yang memakai gaun pengantin terlihat cukup jelas.Elvina menatap foto itu untuk beberapa saat. Tatapannya berangsur suram. Tangannya membeku untuk sesaat. Kemudian, dia mengambil tangkapan layar. Ketika hendak menyegarkan halaman, unggahan itu sudah hilang.Segera, Maya selesai memasak. Saat makan di ruang makan, Elvina melihat Owen membuat bekal untuk Peter. Dia bertanya, "Peter kenapa?""Katanya nggak enak badan. Mau makan di kamar," sahut Owen.Selama tiga hari ini, Elvina hanya diinfus sehingga dia merasa sangat lapar. Biasanya masakan Maya selalu tersisa, tetapi kali ini disapu hingga bersih oleh Elvina.Karena kekenyangan, Elvina duduk di sofa dulu. Sekitar pukul 2 siang, Owen mengambil jasnya dari gantungan baju dan berpesan, "Bu, Pak Raiden suruh aku ke kantor. Ada urusan. Kalau nggak enak badan, kamu telepon Pa