"Kamu keterlaluan sekali!" hardik Jocelyn."Aku cuma bicara fakta. Keterlaluan gimana? Jangan dengar kalau nggak suka," timpal Peter dengan kesal.Kemudian, Peter menjulurkan tangan dan mengambil ikan kod untuk Jocelyn. Dia berpesan dengan penuh perhatian, "Makan ikan supaya otakmu lebih ternutrisi. Kutraktir kok. Nggak usah sungkan."Setelah mengambil makanan, Peter pun berjalan pergi dengan santai. Sementara itu, Jocelyn ingin sekali membanting piringnya. Dia tahu Peter merendahkannya.Karena perdebatan yang terjadi, orang-orang di kantin pun mengenali Elvina. Mereka sibuk bergosip, tetapi Elvina tidak peduli.Elvina berkata, "Sore nanti aku mau donor darah. Makanya, aku nggak bisa makan seafood malam nanti. Tapi, aku bisa traktir kamu makan."Elvina merasa puas melihat Peter membelanya. Peter bertanya, "Kamu donor darah untuk mendapat pahala?""Bisa dibilang begitu." Peter selalu melindunginya, jadi Elvina tidak merahasiakan apa pun darinya. "Golongan darahku agak istimewa. Kebetula
Respons Raiden yang dingin dan tidak sungkan ini membuat wajah Jocelyn memucat. Terutama mendapati begitu banyak kandidat menatapnya, dia menjadi makin canggung."Ariel." Raiden berkata kepada pria yang tersiram air panas, "Dia nggak sengaja menyirammu dengan air panas, tapi tindakannya tetap salah. Kamu pergi berobat dulu. Biaya pengobatanmu ditanggung olehnya.""Baik." Ariel mengiakan.Kemudian, Raiden menatap Jocelyn dengan ekspresi datar dan meneruskan, "Kalau kamu keberatan, aku akan suruh pengacara negosiasi denganmu."Jocelyn tidak menyangka Presdir Grup Polaris akan bersikap begitu perhitungan padanya. Dia hanya bisa memaksakan senyuman, lalu menyahut, "Pak Raiden benar. Aku memang harus ganti rugi."Raiden tidak meladeninya. Dia membawa Ariel pergi, lalu melirik Elvina. Elvina menyadarinya. Dia mundur beberapa langkah dan berujar, "Terima kasih, Pak."Raiden yang hendak berjalan melewati Elvina tiba-tiba menghentikan langkah kakinya dan bertanya, "Kenapa mengumpul kertas ujian
"Kenapa memangnya? Apa ada yang ilegal?" balas Peter dengan kesal."Elvina yang mengajakku taruhan. Aku cuma menambah aturannya sedikit. Kalau dia nggak berani, berarti dia mau menipuku." Jocelyn melipat lengannya di depan dada, menatap Elvina yang terdiam sejak tadi."Kamu ini ...." Amarah Peter makin berkecamuk.Ketika Peter hendak memaki Jocelyn, Elvina tiba-tiba berkata, "Taruhan ini cukup adil bagi kita. Tapi, aku rasa kurang seru. Begini saja. Yang kalah bukan cuma harus pakai bikini sambil menari di depan pintu masuk restoran, tapi juga harus menyuruh orang merekamnya. Kemudian, unggah di medsos selama seminggu.""Oke, sepakat!" Ketika melihat Elvina melemparkan diri sendiri ke dalam api, Jocelyn merasa sangat lucu. Dia tidak merasa dirinya bisa mendapat nilai tertinggi, makanya mengubah aturannya seperti itu. Siapa sangka, Elvina malah menyetujuinya.Jocelyn yakin nilai Elvina untuk tes tertulis kurang baik. Kalaupun mendapat nilai tinggi dalam ujian interpretasi, Elvina tidak
Departemen keamanan teknis yang dilamar Peter tidak serumit departemen penerjemahan. Ditambah lagi kemampuan Peter yang hebat, dia lolos dengan mudah.Peter ingin menunggu Elvina dan menemaninya ke rumah sakit nanti. Namun, sesudah keduanya selesai makan dan keluar dari kantin, Peter tiba-tiba mendapat telepon dari Owen. Katanya dia butuh bantuan Peter.Peter terpaksa pergi membantu Owen terlebih dahulu. Sementara itu, Elvina menunggu di area istirahat. Pukul 2 siang, ujian dilanjutkan.Ketika staf memanggil namanya, Elvina memasuki ruangan bersama kandidat lain. Begitu masuk, terlihat aula ditata seperti tempat konferensi. Di depan meja konferensi, duduk beberapa pria yang sedang mengobrol dengan para penguji. Di antara ketiga penguji itu, terlihat Giselle yang ditemuinya di kantin tadi.Giselle berpura-pura tidak mengenal Elvina. Dia hanya mengangguk untuk membalas sapaan Elvina dan kandidat yang satu lagi.Setelah Elvina memasuki kabin kedap suara, Giselle membantunya memasang peral
Setelah 20 menit, ujian interpretasi akhirnya selesai. Para penguji segera memberi nilai kepada kandidat.Giselle menuju ke ruang konferensi bersama Elvina. Dia memuji, "Elvina, interpretasimu luar biasa. Nilai keseluruhan akan keluar besok. Nggak apa-apa kalau nilai lainnya jelek. Hanya dengan nilai interpretasimu, aku punya cara untuk membuatmu lolos."Bukan Giselle yang mengawas saat tes tertulis. Namun, dia mendengar kandidat lain mengatakan Elvina mengumpul lembar jawabannya dengan sangat cepat, seperti orang yang pasrah dengan hasil ujiannya.Kalaupun benar begitu, Giselle akan membantunya untuk masuk departemen penerjemahan. Bagaimanapun, Elvina adalah calon ipar Owen.Elvina tidak tahu pemikiran Giselle ini. Dia mengira Giselle menghiburnya karena berpikiran sama dengan orang-orang yang mengira hasil tes tertulisnya jelek.Ketika teringat pada taruhannya dengan Jocelyn, Elvina tidak berbasa-basi. Dia hanya tersenyum dan berkata, "Terima kasih, Kak."Kebetulan, Jocelyn keluar da
Menyadari dirinya dipermainkan oleh Elvina, Jocelyn merasa sangat marah dan ingin mengejarnya untuk melampiaskan kekesalannya.Tiba-tiba, Jocelyn melihat kamera CCTV di ruang rapat sebelah yang menggantung di dinding atas. Sebuah ide pun muncul di pikirannya. Dia sontak tersenyum dingin.....Sementara itu, Elvina tidak peduli dengan apa yang hendak dilakukan Jocelyn. Setelah menjalani ujian seharian di Grup Polaris, dia merasa sangat lelah.Elvina teringat harus pergi ke rumah sakit untuk melakukan tes darah sehingga segera mengirim pesan kepada Owen. Pria itu juga segera membalas pesannya.[ Pak Raiden ada urusan dan harus kembali ke Negara Hondria sebentar. Aku lagi mengantarnya ke bandara. Aku baru bisa ke sana sekitar satu jam lagi. ]Kemudian, Elvina membalas pesan Owen.[ Nggak apa-apa, aku akan ke rumah sakit dulu. ]Baru saja Elvina membalas pesan dari Owen, pintu lift tiba di lantai dasar. Dia berjalan keluar melalui pintu putar gedung dan berdiri di tepi jalan untuk mencari
Sopir mendengar erangan Dexton, lalu melihatnya melalui kaca spion sambil bertanya, "Pak Dexton, kamu baik-baik saja?"Dexton membalas, "Aku nggak apa-apa." Sesak di dadanya segera menghilang dan ekspresinya kembali normal. Dia merapikan kacamatanya sebelum bertanya, "Sudah ketemu Yessi belum?""Belum. Nggak ada catatan pembelian tiket kereta atau pesawat atas namanya," jawab sopir itu. Kemudian, dia menyatakan dugaan pribadinya, "Pak Dexton, menurutku Yessi mungkin takut kamu akan bikin perhitungan dengannya, jadi dia diam-diam kabur naik kapal."Dugaan sopir terdengar masuk akal, tetapi Dexton malah mengernyit. Dia merasa ada sesuatu yang tidak sesuai.Beberapa tahun terakhir, banyak pekerjaan kotor yang dipercayakannya kepada Yessi. Wanita itu adalah orang yang cerdas. Tidak mungkin dia lupa menyiapkan jalan keluar.Berdasarkan sifat Yessi, seharusnya dia akan menggunakan informasi itu untuk meminta uang dan meminta Dexton membiarkannya pergi.Namun kali ini, Yessi menghilang begitu
"Hmph!" Keanu pun tersenyum.Ketika hendak membalas bahwa Raiden saja tidak punya belas kasihan, jadi kenapa dia harus punya etika, Keanu melihat Owen mengeluarkan ponsel dan sontak memutar matanya. Saat berikutnya, Keanu merangkul bahu Elvina dengan sikap penuh perhatian.Keanu berujar sambil tersenyum lembut, "Sayang, aku tadi cuma bercanda. Donor darah ini nggak akan ada masalah, apalagi aku sendiri yang melakukannya. Yang penting kamu jangan sampai pingsan karena pesonaku ya.""Makasih banyak," jawab Elvina sambil tersenyum masam. Dia menepis tangan Keanu dengan tidak ramah.Setelah sampai di pusat donor darah, Keanu membawa Elvina untuk menjalani serangkaian pemeriksaan. Setelah memastikan bahwa kondisinya cukup sehat, dia memulai proses pengambilan darah.Elvina mengira jarum donor darah tidak jauh berbeda dengan jarum suntik biasa. Hanya saja begitu Keanu membuka kemasan jarum yang tebal dan panjang, perasaan takut muncul dalam dirinya. Tangan Elvina juga sempat bergetar. Kemudi
Raiden melihat bekas ciuman di bahu Elvina, lalu tersenyum. "Kalau begitu, aku gendong kamu ke kamar mandi ya?""Aku bisa pergi sendiri nanti," kata Elvina sambil mendengus setelah melihat dia tidak bertingkah macam-macam lagi. Kemudian, dia mengeluarkan amplop dari nakas dan menyerahkannya kepada Raiden.Raiden melihat amplop itu dan merasakan firasat buruk dalam hatinya. Dia memandang Elvina. Elvina lantas menggaruk dagu Raiden sambil tersenyum tipis. "Nggak mau lihat?""Nggak mau," jawab Raiden dengan suara parau, sementara jakunnya bergerak naik turun."Buka saja. Bagaimanapun, kita ini suami istri. Kamu harus lihat isi dokumen itu." Elvina menatap Raiden. "Atau biar aku yang membukanya?"Sambil berbicara, Elvina mulai membuka benang yang mengikat amplop itu. Raiden mengambil amplop itu dan berkata dengan suara berat, "Biar aku saja yang buka."Bagi Raiden, dokumen ini seperti bom waktu, tetapi dia hanya bisa menghadapinya. Dia lantas membuka benang itu dengan perlahan.Raiden mema
"Kak Raiden, kamu ngapain?" Elvina mendekat. Setelah itu, dia baru menyadari bahwa meja dapur di sebelah Raiden berantakan dan penuh dengan tepung. Di sisi lain, ada kotak berisi pangsit dengan bentuk yang cukup aneh."Buat pangsit," jawab Raiden. Menyadari tatapan Elvina tertuju pada meja dapur yang berantakan, dia terlihat agak canggung. "Awalnya aku beli kulit pangsit, tapi rasanya agak tebal dan kurang enak. Jadi, aku cari tutorial untuk buat kulit pangsit sendiri."Ketika Raiden memiringkan tubuhnya, Elvina baru menyadari lengan dan pakaiannya penuh noda tepung, membuatnya terlihat seperti ibu rumah tangga.Elvina melirik ke panci kecil. Pangsit yang terlihat gemuk tampak mendidih dan menyebarkan aroma harum yang samar. Dia tertegun sesaat sebelum berujar, "Aku pikir kamu bakal pesan pangsit udang dari restoran. Ternyata kamu mau buat sendiri."Raiden mengangguk. "Buat isiannya mudah, tutorialnya ada takaran yang jelas. Tapi, buat kulitnya yang agak repot. Aku juga masak daging."
Ini adalah satu-satunya solusi yang diberikan Elvina. Dicky tahu jika dia tidak menyetujuinya, perusahaannya tidak akan bertahan lama. Dicky mencoba bernegosiasi dengan Elvina, "Gimana kalau 10%?"Elvina hanya tersenyum, lalu berjalan melewati Dicky dan membuka pintu kaca. Kemudian, dia memanggil Sisca dan menginstruksi, "Antar Pak Dicky dan Bu Karen keluar.""Baik." Sisca memberi isyarat tangan mempersilakan. "Silakan, Pak Dicky, Bu Karen. Aku akan mengantar kalian keluar."Saat melihat sikap tegas Elvina, Dicky hanya bisa diam-diam menggertakkan giginya. Dia merasa Elvina ini sama keras dan tegas seperti Raiden."Dua puluh persen." Demi menyelamatkan perusahaannya, Dicky terpaksa mengalah. Kemudian, dia menelepon sekretarisnya, memintanya memberi tahu pemegang saham lain dan segera menyiapkan kontrak untuk diantar kemari.Sementara itu, Elvina melambaikan tangannya kepada Sisca. Kemudian, dia menelepon Raiden."Ada apa?""Telepon para direktur dan minta mereka untuk jangan memutuskan
Mendengar ucapannya, tangan Karen yang bertumpu di lantai mulai bergetar hebat.Pagi ini, video Elvina dan Raiden keluar dari rumah sakit dan dikelilingi oleh para wartawan sudah beredar. Karen juga melihatnya. Dari video itu, dia bisa merasakan betapa Raiden sangat memanjakan Elvina.Belum lagi, ketegasan Raiden yang terkenal di industri. Dia adalah orang yang selalu menepati ucapannya. Jika harus memohon kepada Raiden, tidak akan ada ruang untuk negosiasi sama sekali!Di saat suasana tegang, pintu kaca ruang pertemuan terbuka. Sisca membawa masuk seorang pria paruh baya berpakaian rapi dengan setelan jas."Bu Elvina, Pak Dicky sudah tiba," kata Sisca.Dicky masuk ke ruang pertemuan. Melihat bahwa hanya ada Elvina dan Karen yang berlutut di lantai, dia tampak agak lega.Dia melangkah cepat dan langsung menampar wajah Karen dengan keras. "Lihat apa yang kamu lakukan! Sekretaris Bu Elvina cuma memintamu merekam video permintaan maaf saja masalah ini sudah selesai. Tapi kamu malah ngomon
Elvina mengusap alisnya dan berkata dengan tak berdaya, "Cuma masalah kecil, nggak usah sampai mutusin jalan rezeki seseorang." Dia tidak menyangka Raiden akan bertindak sekeras itu."Karen membuat video permintaan maaf, tapi malah balik menjelekkanmu dan memprovokasi netizen untuk mencacimu. Itu bukan masalah kecil lagi," Sisca mendengus dingin. "Dia pantas menerimanya!""Oh ya, Karen datang ke Grup Polaris. Apa kamu mau menemuinya?""Mau," jawab Elvina sambil meletakkan dokumen yang sudah ditandatangani ke samping. Matanya berkilat sejenak. "Bawa dia ke ruang rapat, aku akan ke sana nanti."Sisca mengangguk, lalu pergi.Setelah menyelesaikan pekerjaannya, Elvina akhirnya menuju ruang pertemuan.Di sana, Karen sedang mondar-mandir dengan gelisah. Ketika melihat Elvina masuk, dia segera berjalan mendekat dengan senyum dipaksakan. "Bu Elvina, aku bersalah.""Aku nggak seharusnya mengatakan hal-hal itu waktu Pak Owen memintaku merekam video permintaan maaf. Mohon maafkan aku."Saat ini,
"Bukan," sahut Raiden tanpa berkedip. Suaranya terdengar rendah. "Beberapa hari lalu saat aku ke Kota Baria untuk mencarimu, mungkin ada yang melihatku. Kemudian, kemarin aku juga pergi ke acara lelang amal. Aku pakai kacamata hitam, tapi para bos itu masih mengenaliku dan datang menyapaku."Elvina merasa ucapan Raiden masuk akal. Banyak eksekutif perusahaan yang hadir di acara lelang amal semalam dan mereka memang mengenal Raiden. Ketika mereka pergi, masih ada reporter di luar hotel.Pihak rumah sakit mengatakan bahwa Raiden mungkin tidak akan siuman lagi. Orang-orang yang sekarang melihatnya hidup pasti tidak bisa menahan diri untuk memberi tahu orang lain.Elvina mengantar Raiden kembali ke Riverview, mengendarai mobil hingga ke basemen apartemen.Ketika Raiden keluar dari mobil, dia berbalik untuk bertanya, "Gimana kalau makan pangsit udang malam nanti?”Elvina mengangguk, lalu berkemudi ke perusahaan. Setibanya di perusahaan, begitu Elvina duduk, Sisca masuk dengan membawakan sec
Raiden yang sedang duduk di ruang tamu, sibuk dengan pekerjaannya. Tiba-tiba, Owen menelepon. "Pak, ada berita. Apa kamu sudah melihatnya?""Kamu kira aku punya banyak waktu luang?" Raiden mengernyit dengan kesal. "Kamu tangani saja sendiri.""Masalah ini sulit untuk kutangani sendiri. Ini berkaitan dengan Bu Elvina ...."Setelah Owen mengatakan itu, Raiden segera membuka internet dan melihat foto Elvina yang diambil saat menghadiri acara lelang amal semalam.Foto-foto yang diambil oleh kamera sangat jelas tanpa filter dan diambil dari jarak sangat dekat. Meskipun demikian, wajah Elvina terlihat sangat sempurna tidak peduli dari sudut mana pun.Setelah menggulir beberapa foto, Raiden baru menyadari bahwa gaun yang dikenakan Elvina semalam memiliki desain belakang yang terbuka, memperlihatkan punggung putihnya.Raiden merasakan urat nadi di pelipisnya berdenyut. Dia diam-diam menyimpan foto-foto itu, lalu mengirim pesan kepada Owen untuk mengurus semua foto Elvina saat berjalan di karpe
Supaya kaki Elvina terasa nyaman, Raiden membeli sandal berbahan kain. Sol sandalnya cukup tebal, tetapi saat berjalan di lantai, rasanya sangat lembut.Elvina tidak menunjukkan ekspresi apa pun. Namun, ketika Raiden mengambil kotak untuk menyimpan sepatu hak tingginya dan menjulurkan tangan, dia mendekat dan membiarkan Raiden menggandengnya. Keduanya keluar bersama.Sisca mengambil kunci mobil dan juga menggandeng lengan Keanu. "Kak, kita juga pergi! Dasar mereka ini!"Keanu terkekeh-kekeh, merasa sangat senang. Ini pertama kalinya dia bertemu dengan gadis yang imut seperti Sisca. Sejak masuk ke restoran seafood, senyuman di wajahnya tidak pernah hilang.Sisca mengantarkan Elvina dan Raiden terlebih dahulu ke Riverview, lalu mengantar Keanu.Elvina yang sibuk sepanjang hari, ditambah lagi menghabiskan waktu di acara lelang malam itu, merasa sangat lelah setelah makan malam dan pulang.Dia teringat kejadian di kamar mandi beberapa hari yang lalu sehingga menolak Raiden dan masuk ke kam
Sisca kesal mendengarnya. Dia hampir saja mengambil cangkir teh di dekatnya dan melemparkannya ke wajah Raiden."Apa salahnya kalau aku nggak punya pacar? Itu karena aku berhati-hati!" Sisca mendengus. "Aku nggak mau seperti Elvina yang punya suami posesif seperti Pak Raiden dan suka berpura-pura jadi korban. Sungguh menakutkan!""Betul." Keanu yang duduk di sampingnya sangat setuju. Dia tersenyum lebar. "Yang kamu katakan sama seperti yang ada di pikiranku."Keanu meletakkan daging kepiting yang sudah dikupas di piring Sisca, lalu mengelap tangan dengan handuk hangat. "Elvina Sayang, kalau suatu hari kamu cerai sama Kak Raiden, kasih tahu aku ya. Aku akan nikahi kamu. Aku jauh lebih perhatian dibanding Kak Raiden."Raiden menatapnya dengan dingin, lalu menyipitkan matanya yang terlihat berbahaya, "Kamu ingin mati ya?""Itu mulut dia, terserah dia mau bicara apa," bela Sisca. "Pak Raiden, kamu ini bukan cuma posesif, tapi juga sering ngancam orang."Keanu meletakkan tangannya di bahu S