"Kenapa memangnya? Apa ada yang ilegal?" balas Peter dengan kesal."Elvina yang mengajakku taruhan. Aku cuma menambah aturannya sedikit. Kalau dia nggak berani, berarti dia mau menipuku." Jocelyn melipat lengannya di depan dada, menatap Elvina yang terdiam sejak tadi."Kamu ini ...." Amarah Peter makin berkecamuk.Ketika Peter hendak memaki Jocelyn, Elvina tiba-tiba berkata, "Taruhan ini cukup adil bagi kita. Tapi, aku rasa kurang seru. Begini saja. Yang kalah bukan cuma harus pakai bikini sambil menari di depan pintu masuk restoran, tapi juga harus menyuruh orang merekamnya. Kemudian, unggah di medsos selama seminggu.""Oke, sepakat!" Ketika melihat Elvina melemparkan diri sendiri ke dalam api, Jocelyn merasa sangat lucu. Dia tidak merasa dirinya bisa mendapat nilai tertinggi, makanya mengubah aturannya seperti itu. Siapa sangka, Elvina malah menyetujuinya.Jocelyn yakin nilai Elvina untuk tes tertulis kurang baik. Kalaupun mendapat nilai tinggi dalam ujian interpretasi, Elvina tidak
Departemen keamanan teknis yang dilamar Peter tidak serumit departemen penerjemahan. Ditambah lagi kemampuan Peter yang hebat, dia lolos dengan mudah.Peter ingin menunggu Elvina dan menemaninya ke rumah sakit nanti. Namun, sesudah keduanya selesai makan dan keluar dari kantin, Peter tiba-tiba mendapat telepon dari Owen. Katanya dia butuh bantuan Peter.Peter terpaksa pergi membantu Owen terlebih dahulu. Sementara itu, Elvina menunggu di area istirahat. Pukul 2 siang, ujian dilanjutkan.Ketika staf memanggil namanya, Elvina memasuki ruangan bersama kandidat lain. Begitu masuk, terlihat aula ditata seperti tempat konferensi. Di depan meja konferensi, duduk beberapa pria yang sedang mengobrol dengan para penguji. Di antara ketiga penguji itu, terlihat Giselle yang ditemuinya di kantin tadi.Giselle berpura-pura tidak mengenal Elvina. Dia hanya mengangguk untuk membalas sapaan Elvina dan kandidat yang satu lagi.Setelah Elvina memasuki kabin kedap suara, Giselle membantunya memasang peral
Setelah 20 menit, ujian interpretasi akhirnya selesai. Para penguji segera memberi nilai kepada kandidat.Giselle menuju ke ruang konferensi bersama Elvina. Dia memuji, "Elvina, interpretasimu luar biasa. Nilai keseluruhan akan keluar besok. Nggak apa-apa kalau nilai lainnya jelek. Hanya dengan nilai interpretasimu, aku punya cara untuk membuatmu lolos."Bukan Giselle yang mengawas saat tes tertulis. Namun, dia mendengar kandidat lain mengatakan Elvina mengumpul lembar jawabannya dengan sangat cepat, seperti orang yang pasrah dengan hasil ujiannya.Kalaupun benar begitu, Giselle akan membantunya untuk masuk departemen penerjemahan. Bagaimanapun, Elvina adalah calon ipar Owen.Elvina tidak tahu pemikiran Giselle ini. Dia mengira Giselle menghiburnya karena berpikiran sama dengan orang-orang yang mengira hasil tes tertulisnya jelek.Ketika teringat pada taruhannya dengan Jocelyn, Elvina tidak berbasa-basi. Dia hanya tersenyum dan berkata, "Terima kasih, Kak."Kebetulan, Jocelyn keluar da
[Bu Elvina, suamimu lagi sama wanita lain di kamar nomor 2588 Hotel Orchid. ]Elvina Kusuma menahan napas sambil menunggu lift naik. Dia baru saja kembali dari perjalanan bisnis sebulan di Munich dan langsung menerima sebuah pesan singkat yang aneh.Awalnya dia pikir itu hanya lelucon iseng, sehingga dia pun mengabaikannya. Namun setelah turun dari pesawat, dia terus mencoba menghubungi suaminya. Akan tetapi, teleponnya tidak pernah tersambung. Lokasi ponsel suaminya ternyata berada di Hotel Orchid.Ini membuatnya panik.Saat tiba di depan kamar 2588, Elvina terkejut melihat pintunya setengah terbuka!Tiba-tiba, punggungnya didorong dengan keras dan dia terhuyung-huyung masuk ke kamar yang gelap gulita. Begitu mendapatkan kembali keseimbangannya, tiba-tiba sesosok tubuh mendekatinya dan menekannya ke pintu."Sayang?" panggil Elvina. Pria itu tidak menjawab. Dia langsung mencium bibir Elvina dengan kasar dalam kegelapan.Pintu yang setengah terbuka .... Langsung dicium setelah masuk kam
Barulah saat ini Elvina samar-samar mengingat kejadian tadi malam. Ketika dia didorong ke tempat tidur, tubuhnya terasa tegang karena gugup. Pria itu berbisik di telinganya dengan suara yang bariton."Rileks saja."Benar juga, suara Dexton biasanya sangat dingin, sama sekali berbeda dengan suara pria tadi malam!"Ke ... kenapa bisa begini ...." Melihat foto-foto di ranjang itu, wajah Elvina tampak pucat. Lalu, siapa pria yang telah menidurinya tadi malam?"Bu Elvina, katanya kamu dan Pak Dexton itu teman sejak kecil. Kenapa kamu mengkhianatinya?""Apa karena cuma kesenangan sesaat?"Para wartawan sama sekali tidak peduli dengan kondisi Elvina. Demi mendapatkan berita sensasional, mereka terus mendesaknya dan lampu flash kamera memotret setiap inci tubuh serta ekspresi wajahnya tanpa henti."Pergi! Pergi semuanya!" teriak Elvina dengan histeris sambil mengayunkan tangannya untuk mengusir para wartawan. Namun, tidak ada satu pun yang mundur.Bahkan, ada seorang wartawan yang bertanya tan
Dexton menarik Elvina masuk ke lobi pengadilan agama, lalu menekannya ke kursi dan berkata dengan nada ketus, "Cerai!""Jangan!" Elvina tersadar setelah mendengar ucapan Dexton, lalu memegang erat lengannya dan memohon dengan putus asa, "Sayang, aku nggak mau cerai. Kumohon ... kita sudah sama-sama sejak kecil. Kamu tahu sendiri betapa cintanya aku padamu, 'kan? Selain itu, cuma kamu yang tersisa di sisiku.""Aku nggak mau wanita yang sudah kotor!"Pikiran Elvina langsung membeku. Tubuhnya terasa lemas dan terjatuh di kursi. Tangannya yang tadi menggenggam lengan baju Dexton pun terkulai lemas. Dia merasa hancur. Apakah Dexton menganggapnya kotor?Pada saat ini, seorang wanita berambut gelombang dan berpenampilan matang masuk dengan terburu-buru. "Pak Dexton, aku sudah bawakan dokumen yang Anda minta."Melihat wanita itu, Elvina merasakan sedikit harapan, "Yessi, tolong bantu aku bujuk Dexton untuk jangan ceraikan aku. Setiap kali kami bertengkar dulu, kamu yang selalu berhasil membuju
"Nenek!" teriak Elvina. Dia segera berlari keluar dengan panik untuk memanggil dokter.Melihat neneknya dibawa ke ruang gawat darurat, air mata Elvina mengalir deras sambil bermondar-mandir di koridor dengan cemas. Jika terjadi sesuatu pada neneknya, Elvina tidak akan pernah memaafkan dirinya sendiri!Tidak lama kemudian, neneknya didorong keluar dari ruang gawat darurat dengan wajah yang masih ditutupi alat bantu pernapasan.Dokter memberi tahu Elvina, "Detak jantung pasien sudah stabil, tapi dia butuh perawatan dengan obat-obatan khusus. Obat yang dia butuhkan sangat langka dan mahal, Anda harus segera melakukan pembayaran agar kami bisa memberikannya.""Baik, terima kasih." Melihat neneknya sudah baikan, Elvina akhirnya menghela napas lega. Kemudian, dia bergegas turun ke lantai bawah untuk melakukan pembayaran.Namun, saat dia mencoba menggesek kartu kreditnya, semua kartunya ternyata sudah dibekukan.Elvina langsung menelepon Yessi dengan cemas, "Yessi, bisa nggak kamu tanyakan sa
"Bu Elvina, bos kami sudah bayar biaya pengobatan nenekmu," ucap sopir itu sambil menyerahkan beberapa lembar kwitansi kepada Elvina.Elvina mengambil lembaran kwitansi tersebut dan melihat jenis obat-obatan yang tertera di atasnya. Akhirnya dia bisa merasa lega sekarang. Kemudian, dia bertanya dengan penasaran, "Dexton yang ngutus kamu untuk jemput aku ya?"Elvina tahu bahwa Dexton bisa melihatnya dari kamera pengawas yang dipasang di depan gedung.Sopir itu menggelengkan kepalanya. "Pak Dexton sudah merebut segalanya darimu dan menganggapmu anjing. Apa lagi yang kamu harapkan?"Setelah itu, dia membuka pintu mobil di kursi penumpang. "Bu Elvina, silakan."Elvina menengadahkan kepalanya untuk melihat pria yang duduk di kursi belakang itu. Pria itu melipat kakinya sambil memegang rokok yang masih menyala. Auranya terkesan seperti orang yang sangat sulit didekati."Aku nggak kenal bos kalian ....""Bos kami akan beritahukan apa pun yang ingin kamu ketahui." Sopir itu melanjutkan, "Oh y