Setelah keluar dari ruang wawancara, Elvina menerima pesan dari Peter.[ Bu, wawancaramu sudah selesai belum? Aku di kantin area A lantai 22. ]Elvina mendapat kartu karyawan sementara. Jadi, dia langsung menaiki lift ke kantin.Grup Polaris punya 53 lantai. Seluruh lantai 22 adalah kantin. Kantin dibagi menjadi empat bagian. Seluruh karyawan Grup Polaris, termasuk orang-orang yang datang untuk wawancara, akan makan di sana.Setelah tiba di area A, Elvina langsung melihat Peter yang mengobrol dengan orang. Meskipun Peter agak hitam, dia punya wajah tampan. Ketika mengenakan jas, dia terlihat seperti seorang profesional.Wanita dewasa yang berdiri di depan Peter, tertawa mendengar omongan Peter. Wanita itu tampak menutup mulutnya beberapa kali, bahkan mengeluarkan ponsel untuk berinisiatif meminta nomor Peter.Elvina sungguh kehabisan kata-kata melihat kenakalan Peter. Dia menghampiri sambil memanggil, "Peter.""Eh." Peter langsung berdiri. Ketika melihat Elvina, dia tersenyum lebar dan
"Kamu keterlaluan sekali!" hardik Jocelyn."Aku cuma bicara fakta. Keterlaluan gimana? Jangan dengar kalau nggak suka," timpal Peter dengan kesal.Kemudian, Peter menjulurkan tangan dan mengambil ikan kod untuk Jocelyn. Dia berpesan dengan penuh perhatian, "Makan ikan supaya otakmu lebih ternutrisi. Kutraktir kok. Nggak usah sungkan."Setelah mengambil makanan, Peter pun berjalan pergi dengan santai. Sementara itu, Jocelyn ingin sekali membanting piringnya. Dia tahu Peter merendahkannya.Karena perdebatan yang terjadi, orang-orang di kantin pun mengenali Elvina. Mereka sibuk bergosip, tetapi Elvina tidak peduli.Elvina berkata, "Sore nanti aku mau donor darah. Makanya, aku nggak bisa makan seafood malam nanti. Tapi, aku bisa traktir kamu makan."Elvina merasa puas melihat Peter membelanya. Peter bertanya, "Kamu donor darah untuk mendapat pahala?""Bisa dibilang begitu." Peter selalu melindunginya, jadi Elvina tidak merahasiakan apa pun darinya. "Golongan darahku agak istimewa. Kebetula
Respons Raiden yang dingin dan tidak sungkan ini membuat wajah Jocelyn memucat. Terutama mendapati begitu banyak kandidat menatapnya, dia menjadi makin canggung."Ariel." Raiden berkata kepada pria yang tersiram air panas, "Dia nggak sengaja menyirammu dengan air panas, tapi tindakannya tetap salah. Kamu pergi berobat dulu. Biaya pengobatanmu ditanggung olehnya.""Baik." Ariel mengiakan.Kemudian, Raiden menatap Jocelyn dengan ekspresi datar dan meneruskan, "Kalau kamu keberatan, aku akan suruh pengacara negosiasi denganmu."Jocelyn tidak menyangka Presdir Grup Polaris akan bersikap begitu perhitungan padanya. Dia hanya bisa memaksakan senyuman, lalu menyahut, "Pak Raiden benar. Aku memang harus ganti rugi."Raiden tidak meladeninya. Dia membawa Ariel pergi, lalu melirik Elvina. Elvina menyadarinya. Dia mundur beberapa langkah dan berujar, "Terima kasih, Pak."Raiden yang hendak berjalan melewati Elvina tiba-tiba menghentikan langkah kakinya dan bertanya, "Kenapa mengumpul kertas ujian
"Kenapa memangnya? Apa ada yang ilegal?" balas Peter dengan kesal."Elvina yang mengajakku taruhan. Aku cuma menambah aturannya sedikit. Kalau dia nggak berani, berarti dia mau menipuku." Jocelyn melipat lengannya di depan dada, menatap Elvina yang terdiam sejak tadi."Kamu ini ...." Amarah Peter makin berkecamuk.Ketika Peter hendak memaki Jocelyn, Elvina tiba-tiba berkata, "Taruhan ini cukup adil bagi kita. Tapi, aku rasa kurang seru. Begini saja. Yang kalah bukan cuma harus pakai bikini sambil menari di depan pintu masuk restoran, tapi juga harus menyuruh orang merekamnya. Kemudian, unggah di medsos selama seminggu.""Oke, sepakat!" Ketika melihat Elvina melemparkan diri sendiri ke dalam api, Jocelyn merasa sangat lucu. Dia tidak merasa dirinya bisa mendapat nilai tertinggi, makanya mengubah aturannya seperti itu. Siapa sangka, Elvina malah menyetujuinya.Jocelyn yakin nilai Elvina untuk tes tertulis kurang baik. Kalaupun mendapat nilai tinggi dalam ujian interpretasi, Elvina tidak
Departemen keamanan teknis yang dilamar Peter tidak serumit departemen penerjemahan. Ditambah lagi kemampuan Peter yang hebat, dia lolos dengan mudah.Peter ingin menunggu Elvina dan menemaninya ke rumah sakit nanti. Namun, sesudah keduanya selesai makan dan keluar dari kantin, Peter tiba-tiba mendapat telepon dari Owen. Katanya dia butuh bantuan Peter.Peter terpaksa pergi membantu Owen terlebih dahulu. Sementara itu, Elvina menunggu di area istirahat. Pukul 2 siang, ujian dilanjutkan.Ketika staf memanggil namanya, Elvina memasuki ruangan bersama kandidat lain. Begitu masuk, terlihat aula ditata seperti tempat konferensi. Di depan meja konferensi, duduk beberapa pria yang sedang mengobrol dengan para penguji. Di antara ketiga penguji itu, terlihat Giselle yang ditemuinya di kantin tadi.Giselle berpura-pura tidak mengenal Elvina. Dia hanya mengangguk untuk membalas sapaan Elvina dan kandidat yang satu lagi.Setelah Elvina memasuki kabin kedap suara, Giselle membantunya memasang peral
Setelah 20 menit, ujian interpretasi akhirnya selesai. Para penguji segera memberi nilai kepada kandidat.Giselle menuju ke ruang konferensi bersama Elvina. Dia memuji, "Elvina, interpretasimu luar biasa. Nilai keseluruhan akan keluar besok. Nggak apa-apa kalau nilai lainnya jelek. Hanya dengan nilai interpretasimu, aku punya cara untuk membuatmu lolos."Bukan Giselle yang mengawas saat tes tertulis. Namun, dia mendengar kandidat lain mengatakan Elvina mengumpul lembar jawabannya dengan sangat cepat, seperti orang yang pasrah dengan hasil ujiannya.Kalaupun benar begitu, Giselle akan membantunya untuk masuk departemen penerjemahan. Bagaimanapun, Elvina adalah calon ipar Owen.Elvina tidak tahu pemikiran Giselle ini. Dia mengira Giselle menghiburnya karena berpikiran sama dengan orang-orang yang mengira hasil tes tertulisnya jelek.Ketika teringat pada taruhannya dengan Jocelyn, Elvina tidak berbasa-basi. Dia hanya tersenyum dan berkata, "Terima kasih, Kak."Kebetulan, Jocelyn keluar da
[Bu Elvina, suamimu lagi sama wanita lain di kamar nomor 2588 Hotel Orchid. ]Elvina Kusuma menahan napas sambil menunggu lift naik. Dia baru saja kembali dari perjalanan bisnis sebulan di Munich dan langsung menerima sebuah pesan singkat yang aneh.Awalnya dia pikir itu hanya lelucon iseng, sehingga dia pun mengabaikannya. Namun setelah turun dari pesawat, dia terus mencoba menghubungi suaminya. Akan tetapi, teleponnya tidak pernah tersambung. Lokasi ponsel suaminya ternyata berada di Hotel Orchid.Ini membuatnya panik.Saat tiba di depan kamar 2588, Elvina terkejut melihat pintunya setengah terbuka!Tiba-tiba, punggungnya didorong dengan keras dan dia terhuyung-huyung masuk ke kamar yang gelap gulita. Begitu mendapatkan kembali keseimbangannya, tiba-tiba sesosok tubuh mendekatinya dan menekannya ke pintu."Sayang?" panggil Elvina. Pria itu tidak menjawab. Dia langsung mencium bibir Elvina dengan kasar dalam kegelapan.Pintu yang setengah terbuka .... Langsung dicium setelah masuk kam
Barulah saat ini Elvina samar-samar mengingat kejadian tadi malam. Ketika dia didorong ke tempat tidur, tubuhnya terasa tegang karena gugup. Pria itu berbisik di telinganya dengan suara yang bariton."Rileks saja."Benar juga, suara Dexton biasanya sangat dingin, sama sekali berbeda dengan suara pria tadi malam!"Ke ... kenapa bisa begini ...." Melihat foto-foto di ranjang itu, wajah Elvina tampak pucat. Lalu, siapa pria yang telah menidurinya tadi malam?"Bu Elvina, katanya kamu dan Pak Dexton itu teman sejak kecil. Kenapa kamu mengkhianatinya?""Apa karena cuma kesenangan sesaat?"Para wartawan sama sekali tidak peduli dengan kondisi Elvina. Demi mendapatkan berita sensasional, mereka terus mendesaknya dan lampu flash kamera memotret setiap inci tubuh serta ekspresi wajahnya tanpa henti."Pergi! Pergi semuanya!" teriak Elvina dengan histeris sambil mengayunkan tangannya untuk mengusir para wartawan. Namun, tidak ada satu pun yang mundur.Bahkan, ada seorang wartawan yang bertanya tan