Elvina mengira Yessi meneleponnya dengan nomor baru, jadi buru-buru menjawab panggilan. "Halo?""Bu Elvina ya?" tanya seseorang dengan sopan dari ujung telepon.Elvina lagi-lagi merasa kecewa karena bukan suara Yessi. Dia mengiakan, "Ya, siapa ini?""Aku dari departemen personalia Grup Polaris. Kami sangat tertarik dengan resume-mu. Apa kamu bisa datang wawancara Kamis jam 9 pagi?" tanya orang itu.Elvina telah mengirim resume-nya kepada Owen. Siapa sangka, dia akan dipanggil secepat ini. Dia menyahut, "Bisa. Apa ada dokumen yang harus kubawa?"Setelah kembali dari Negara Dava, Elvina belum pernah bekerja. Dia hanya sesekali keluar negeri membantu Dexton dan tidak pernah menghadiri wawancara perusahaan lain.Elvina mencatat apa-apa saja yang harus dibawa saat wawancara. Ketika panggilan berakhir, mereka juga tiba di vila.Begitu masuk, Elvina langsung melepas jaketnya dan hendak menggantungnya. Kebetulan sekali, dia melihat jaket hitam di gantungan. Ketika mendekat, dia samar-samar bis
Mati lampu? Elvina buru-buru menyalakan senter di ponsel. Melalui jendela di ujung koridor, dia bisa melihat lampu di luar masih menyala. Samar-samar, terdengar pula suara Owen, mengatakan terjadi korsleting.Setelah berpikir sesaat, Elvina memutuskan untuk memberikan jas yang dibelinya besok saja. Ketika Elvina hendak kembali, tiba-tiba terdengar suara dari dalam kamar seperti ada yang terjatuh.Elvina khawatir Raiden menabrak sesuatu karena gelap gulita. Jika lukanya tertarik, bukankah akan sangat gawat? Dia pun mengetuk pintu dan memanggil, "Kak, kamu baik-baik saja?""Kak Raiden?" Elvina mengetuk beberapa kali, tetapi tidak ada respons. Ini membuatnya agak panik. Ketika hendak mendobrak pintu, tiba-tiba terdengar suara Raiden. "Pintunya nggak dikunci, masuk saja.""Oke." Elvina menghela napas lega. Dia berjalan masuk dengan menyalakan senter ponsel. Namun, setelah menyinari ke sekeliling, dia tidak melihat sosok Raiden.Tatapan Elvina tertuju pada pintu kamar mandi yang tertutup ra
Karena mati lampu, selain area sofa, area lain di kamar gelap gulita. Elvina merasa suasana di sini terlalu sunyi, sampai-sampai dia bisa mendengar suara napasnya sendiri. Hal ini membuatnya makin gugup saat mengobati Raiden.Demi meredakan kecanggungan dan memecahkan keheningan, Elvina berkata, "Terima kasih banyak, Kak. Aku berutang budi padamu."Raiden tahu alasan Elvina berterima kasih. Di tengah kegelapan, tatapannya terlihat suram. Setelah terdiam sesaat, Raiden berkata, "Kita sudah menikah. Sudah seharusnya aku melindungimu. Nggak ada utang budi seperti yang kamu katakan. Kalau kamu terluka malam itu, berarti aku nggak memenuhi tanggung jawabku."Elvina tahu status hubungan mereka. Namun, setelah mendengar kalimat terakhir Raiden, jantungnya tak kuasa berdebar-debar. Raiden membuatnya merasa terlindungi.Elvina mengiakan, lalu lanjut membalut luka Raiden dengan serius. Ketika berdiri di depan Raiden, dengan cahaya senter, Elvina bisa melihat sekuntum bunga seukuran koin di sisi
Pada hari Kamis, Elvina bangun pagi-pagi. Dia memakai jas hitam dan menguncir rambutnya. Penampilannya terlihat sangat cantik dan profesional.Karena kemunculan mendadak Peter malam itu, Elvina merasa sangat canggung. Beberapa hari ini, dia terus menghindari Raiden. Sementara itu, Raiden terlihat sangat sibuk. Dia pergi pagi pulang malam tidak punya waktu untuk meladeni Elvina.Elvina turun ke lantai bawah. Dia melihat Raiden sedang sarapan. Dasi yang dipakainya berwarna biru, sangat mirip dengan dasi yang dipilihnya untuk nenek yang ditemuinya di mal.Namun, Elvina tidak berpikir terlalu jauh. Lagi pula, dasi itu bukan dasi edisi terbatas. Wajar kalau Raiden punya dasi yang sama. Elvina menyapa, lalu duduk di seberang Raiden. Sambil makan, dia bertanya kepada Owen, "Hari ini aku ada wawancara kerja. Apa ada mobil yang boleh kubawa?"Sebelum Owen menjawab, Raiden menyahut dengan nada datar, "Semua mobil di garasi nggak cocok untukmu. Aku sudah suruh orang pesan mobil baru. Beberapa har
Belakangan ini, Grup Polaris memang membuka rekrutmen. Karena ini adalah perusahaan besar, semua orang yang mendapat panggilan wawancara pun berbondong-bondong datang. Setibanya di lantai tempat wawancara diadakan, Elvina melihat koridor sangat ramai.Elvina tak kuasa menghela napas melihat keramaian ini. Dia mendaftar, mengambil nomor antrean. Ketika hendak duduk di pojok, seseorang tiba-tiba menabraknya. Ponsel orang itu jatuh. Elvina pun membantunya memungut."Terima kasih ...." Wanita itu menerima ponselnya dan berterima kasih. Setelah melihat Elvina, raut wajah wanita itu malah menjadi masam. "Elvina?"Elvina merasa wajah wanita ini familier, tetapi tidak bisa ingat siapa dia. Dia hanya mengangguk dan hendak berjalan melewatinya.Namun, wanita itu tiba-tiba menjulurkan kaki untuk menghalangi. Dia juga mengejek Elvina, "Lucu sekali. Pecundang sepertimu bahkan nggak bisa kerja di perusahaan sendiri. Kamu masih berani menghadiri wawancara Grup Polaris?"Suara Jocelyn tidak kecil sehi
Setelah keluar dari ruang wawancara, Elvina menerima pesan dari Peter.[ Bu, wawancaramu sudah selesai belum? Aku di kantin area A lantai 22. ]Elvina mendapat kartu karyawan sementara. Jadi, dia langsung menaiki lift ke kantin.Grup Polaris punya 53 lantai. Seluruh lantai 22 adalah kantin. Kantin dibagi menjadi empat bagian. Seluruh karyawan Grup Polaris, termasuk orang-orang yang datang untuk wawancara, akan makan di sana.Setelah tiba di area A, Elvina langsung melihat Peter yang mengobrol dengan orang. Meskipun Peter agak hitam, dia punya wajah tampan. Ketika mengenakan jas, dia terlihat seperti seorang profesional.Wanita dewasa yang berdiri di depan Peter, tertawa mendengar omongan Peter. Wanita itu tampak menutup mulutnya beberapa kali, bahkan mengeluarkan ponsel untuk berinisiatif meminta nomor Peter.Elvina sungguh kehabisan kata-kata melihat kenakalan Peter. Dia menghampiri sambil memanggil, "Peter.""Eh." Peter langsung berdiri. Ketika melihat Elvina, dia tersenyum lebar dan
"Kamu keterlaluan sekali!" hardik Jocelyn."Aku cuma bicara fakta. Keterlaluan gimana? Jangan dengar kalau nggak suka," timpal Peter dengan kesal.Kemudian, Peter menjulurkan tangan dan mengambil ikan kod untuk Jocelyn. Dia berpesan dengan penuh perhatian, "Makan ikan supaya otakmu lebih ternutrisi. Kutraktir kok. Nggak usah sungkan."Setelah mengambil makanan, Peter pun berjalan pergi dengan santai. Sementara itu, Jocelyn ingin sekali membanting piringnya. Dia tahu Peter merendahkannya.Karena perdebatan yang terjadi, orang-orang di kantin pun mengenali Elvina. Mereka sibuk bergosip, tetapi Elvina tidak peduli.Elvina berkata, "Sore nanti aku mau donor darah. Makanya, aku nggak bisa makan seafood malam nanti. Tapi, aku bisa traktir kamu makan."Elvina merasa puas melihat Peter membelanya. Peter bertanya, "Kamu donor darah untuk mendapat pahala?""Bisa dibilang begitu." Peter selalu melindunginya, jadi Elvina tidak merahasiakan apa pun darinya. "Golongan darahku agak istimewa. Kebetula
Respons Raiden yang dingin dan tidak sungkan ini membuat wajah Jocelyn memucat. Terutama mendapati begitu banyak kandidat menatapnya, dia menjadi makin canggung."Ariel." Raiden berkata kepada pria yang tersiram air panas, "Dia nggak sengaja menyirammu dengan air panas, tapi tindakannya tetap salah. Kamu pergi berobat dulu. Biaya pengobatanmu ditanggung olehnya.""Baik." Ariel mengiakan.Kemudian, Raiden menatap Jocelyn dengan ekspresi datar dan meneruskan, "Kalau kamu keberatan, aku akan suruh pengacara negosiasi denganmu."Jocelyn tidak menyangka Presdir Grup Polaris akan bersikap begitu perhitungan padanya. Dia hanya bisa memaksakan senyuman, lalu menyahut, "Pak Raiden benar. Aku memang harus ganti rugi."Raiden tidak meladeninya. Dia membawa Ariel pergi, lalu melirik Elvina. Elvina menyadarinya. Dia mundur beberapa langkah dan berujar, "Terima kasih, Pak."Raiden yang hendak berjalan melewati Elvina tiba-tiba menghentikan langkah kakinya dan bertanya, "Kenapa mengumpul kertas ujian