Share

116. Perbincangan yang Dalam

"Hoekk ..." Sanggapati masih terkapar, mabuk karena badannya terombang-ambing oleh akar tadi. Padahal menurut Kai semua itu hanyalah ilusi, namun efeknya terbawa sampai dunia asli.

"Sangga, sadarlah. Buka matamu, kita sudah bebas dari ruang Ilusi tadi." Askara terus mengguncangkan badan Sanggapati yang lemas tak berdaya. Pemuda itu setengah sadar, sesekali dia mengeluh pusing, namun matanya tak kunjung terbuka.

"Sangga!" pekik Askara sekali lagi. "Ya ampun, bagaimana bisa kau mabuk hanya karena goncangan tadi, huh? Jangan lemah!" ocehnya lagi.

Sementara itu, Kai memilih bersandar guna mengistirahatkan diri. Tenaganya terkuras karena penggunaan mata biru, padahal rentan waktu penggunaannya cukup sebentar.

Mungkin mata birunya lain dari pendekar adiwira pada umumnya.

"Kai ... kau baik-baik saja 'kan?" tanya Askara kemudian.

"Sesuai yang kau lihat."

"Uhm ... ada yang ingin aku tanyakan padamu. Ehm ... tadi, matamu itu ...,"

"Yah aku tau pertanyaanmu," sela Kai. "Aku memang memiliki mata
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status