Lova di buat geram oleh kehadiran kucing kampung liar yang selalu mengganggu Mezi, kucing anggora kesayangannya. Suara ribut Mezi saat menolak ajakan kencan si kucing kampung membuat seluruh penghuni kost jadi terganggu. Lova cepat-cepat menggendong Mezi lalu mengajaknya untuk masuk ke dalam kamar kostnya.
"Makanya, kamu jangan keluar kandang! Jadi di ganggu kan, siapa suruh jadi kucing cantik," ucap Lova pada Mezi sambil mengelus-elus bulu halusnya. Mezi pun jadi nyaman di elus-elus manja oleh Lova, dia jadi tertidur di karpet lantai kamar itu.
"Aku nanti tinggal sebentar, kamu diam di dalam dan jangan keluar kandang, oke? Aku mau cari uang untuk kita pergi ke salon," Lova tersenyum di ujung bibirnya. Dia pun meninggalkan Mezi yang mungkin sudah mulai bermimpi menembus langit ke tujuh dunia perkucingan. Mungkin juga dalam mimpinya sedang bertemu pangeran dari negeri anggora namun berwujud kucing kampung yang tadi mengganggunya.
Lova bergegas mengganti kimono handuk yang tadi dia pakai dengan dress mini berwarna biru muda. Sebelumnya dia sudah memakai bra yang bisa membuat dadanya yang sedikit datar menjadi terlihat padat berisi. Kacamata minusnya dia tanggalkan dan menggantinya dengan softlens berwarna biru agar senada dengan bajunya. Wajahnya dia poles dengan riasan, hari ini lipstik berwarna merah menjadi pilihannya sebagai pemanis bibirnya agar semakin manis saat berkata-kata pada calon korbannya.
Rambut hitam panjangnya dia gulung, lalu dia pun memasang rambut palsu berwarna kecoklatan yang panjangnya sebahu. Wajahnya pun jadi terlihat berbeda, jauh lebih dewasa dan elegan.
"Ah, hampir lupa!" Katanya sambil mengambil eyeliner pencil berwarna hitam, dia lalu menggambar titik hitam di dagunya sebelah kanan. Agar orang berpikir bahwa itu adalah tahi lalat.
"Selesai! Kalau sudah begini, panggil aku Cherry!" Ucapnya sambil memandang kagum di cermin pada sosok Lova yang awalnya culun dan kini sudah berubah wujud menjadi Cherry, perempuan dewasa yang cantik dan elegan.
Lova yang sudah berubah wujud menjadi Cherry pun bergegas memasang kedua kaki indahnya dengan high heels, kemudian tak lupa membawa tas tangan andalannya yang berbahan dasar kulit buaya buatan luar negeri. Satu lagi, kucing kesayangan yang sedang bermimpi itu dia angkat dan dimasukkan ke dalam kandang. Lova benar-benar takut kucingnya di ganggu kucing liar lagi, takutnya semakin lama malah Mezi jadi jatuh cinta pada kucing liar itu.
Dia pun mengunci kamar kostnya, kost-kostan yang di tempati oleh Lova adalah salah satu kost-kostan elit, sewa kost sebulannya 4 juta. Dia lebih memilih untuk kost agar bisa gampang berpindah-pindah saat merasa tak aman. Sudah tiga tahun dia begini semenjak Mamanya meninggal. Dia juga menekuni profesinya sebagai penipu, dia tak bisa berlama-lama hidup susah tanpa uang. Mamanya yang menjadi korban penipuan sehingga jatuh miskin membuat Lova pun tergiur menjadi seorang penipu. Sambil mencari tahu keberadaan Nio, orang yang sudah menipu Mamanya sehingga membuat Mamanya terkena serangan jantung dan meninggal seketika. Sudah tiga tahun berlalu namun laki-laki yang mengaku bernama Nio itu belum bisa di temukan juga.
Sebuah mobil Mercedes-Benz berwana hitam terparkir di depan pagar kost. Laki-laki yang duduk di kursi kemudi sepertinya sudah sedari tadi menunggu, dia pun sampai ketiduran di dalam mobil tersebut.
Tok... Tok... Tok...
Lova mengetuk jendela mobil itu membuat si laki-laki yang tertidur itu pun terbangun dengan kaget. Dia cepat-cepat menurunkan kaca jendela mobilnya.
"Sudah siap, Mbak Lova?" Tanya laki-laki itu sambil menghapus air liur yang sedikit keluar dari bibirnya saat tertidur tadi.
"Sudah, Bang Jarwo! Yuk berangkat!" Kata Lova sambil membuka pintu belakang mobil, dia pun masuk dan duduk di kursi belakang. Jarwo kemudian melajukan mobilnya menuju klub malam yang di tuju.
Jarwo mantan kaki tangan almarhum Mama Lova, setelah bosnya meninggal dia pun bekerja di tempat sewa mobil mewah. Dia juga sering bekerja menjadi supir sewaan Lova, Jarwo akan datang menjemput Lova dengan mobil mewah yang berbeda-beda.
Mobil mewah yang di bawa oleh Jarwo pun terhenti di depan Bluelight, klub malam yang rata-rata berisi orang-orang kelas atas. Lova segera turun dari mobil tersebut, dia mengedarkan pandangannya di depan klub itu. Matanya berpencar mencari calon korban.
"Mbak Lova, saya tunggu di sini! Nanti kalau ada apa-apa langsung hubungi saya, oke?" Kata Jarwo yang masih duduk di kursi kemudi.
"Oke!" Jawab Lova sambil tersenyum dan meninggalkan Jarwo.
Lova pun segera menuju ke dalam klub, saat di depan klub dia melihat laki-laki berbadan kekar yang sangat dia kenal sedang berdiri.
"Bang Bejo!" Sapa Lova pada laki-laki itu.
Bejo pun terdiam beberapa detik, berusaha mengingat siapa sosok perempuan cantik di hadapannya itu. Sadar kalau Bejo sepertinya bingung, Lova pun mendekat ke telinga Bejo dan berbisik.
"Lova!" Bisiknya.
Mata Bejo terbelalak, "ah, maaf Mbak Lova! Saya pikir siapa, rambutnya berbeda dengan yang kemarin!" Bejo nyengir sambil memamerkan gigi kuningnya.
Bejo adalah rekan Jarwo yang dulu juga bekerja untuk Mama Lova. Kini dia bekerja sebagai security di klub itu.
"Silahkan lewat sini, Mbak!" Bejo mengarahkan jalan khusus untuk Lova masuk ke dalam klub. Lova pun tersenyum manis sambil mengambil dua lembar uang seratus ribu, lalu menyerahkannya pada Bejo.
"Makasih!" Ucap Lova sambil masuk ke dalam, senyum gigi kuning Bejo pun semakin lebar setelah menerima uang dua ratus ribu dari Lova.
Dentuman musik di dalam klub membuat hati Lova semakin bersemangat. Kepalanya sesekali bergoyang mengikuti musik yang di pandu oleh seorang disc jockey wanita berpakaian seksi. Lova pun tak mau melupakan tugas utamanya, kini matanya berselancar mencari calon korban. Dia melihat ada seorang laki-laki yang sedang duduk di depan meja bar sendirian, Lova mendekatkan dirinya pada laki-laki itu. Jam tangan mahal yang bertengger di tangan laki-laki itu membuat Lova semakin tergiur, jadi dia adalah target pertamanya malam ini.
Lova duduk di kursi sebelah laki-laki itu, dia memesan minuman pada bartender yang sudah sangat akrab padanya. Sambil menunggu minuman dari si bartender, Lova melirik ke laki-laki di sebelahnya. Wajahnya tidak tampan, sepertinya laki-laki itu sudah setengah mabuk, dia cukup banyak minum.
"Hai," sapa Lova pada laki-laki itu.
Laki-laki itu menoleh ke perempuan cantik yang menyapanya, matanya kemudian berpindah pada paha mulus Lova yang sudah menempel di sebelah pahanya.
"Hai, cantik!" Balas laki-laki itu.
"Sendirian?" Tanya Lova.
Laki-laki itu tersenyum di ujung bibirnya.
"Aku boleh duduk di sini kan?" Tanya Lova lagi.
"Boleh dong, cantik!" Jawab laki-laki itu yang sudah setengah sadar.
"Nama kamu siapa?"
"Aldo! Kalau kamu, siapa nama kamu?"
Lova mengambil garnish buah cherry yang ada di gelas minumannya yang baru saja di letakkan oleh bartender itu di hadapannya.
"Namaku Cherry!" Ucap Lova sambil menggigit buah cherry itu.
Laki-laki yang berbadan sedikit berisi itu pun tersenyum begitu mendengar nama si perempuan cantik yang menempelkan paha mulusnya pada pahanya yang tertutup celana jins."Cherry? Kamu pasti... Pintar menyanyi!" Kata laki-laki yang mengaku bernama Aldo itu. Dia membuka kedua tangannya di dagunya, "you are beautiful, beautiful, beautiful, kamu cantik ... Cantik ... Dari hati muuu ..." Katanya sambil bernyanyi, lagu itu tidak asing di telinga Lova.Lova hanya tersenyum tipis sambil meminum minumannya."Kamu ya? Kamu kan? Cherrybelle kan? Betul? Ayo kamu ngaku!" Kata Aldo dengan nada mabuknya."Iya, aku Cherrybelle!" Jawab Lova asal."Aku ngefans sama kamu, kenapa kamu gak nyanyi lagi sambil nari-nari seperti dulu? Kenapa kamu malah kesini?" Tanya Aldo yang kepalanya sudah tertidur di meja bar.Lova masih memperhatikannya sejenak, mata Lova berpencar mencari titik CCTV. Sebisa mungkin gelagatnya tak mencurigakan, Aldo yang sudah teler dan tertid
Laki-laki berwajah rupawan, dengan rambut yang sedikit panjang, kira-kira panjangnya seleher itu, bernama Barna. Matanya berkeliling mencari sosok perempuan yang memakai mini dress berwarna biru di dalam klub Bluelight. Barna menjadikan perempuan itu targetnya begitu tadi di depan klub dia tak sengaja melihatnya turun dari mobil mewah. Semakin tertarik lagi saat perempuan itu masuk lewat jalur khusus yang di arahkan oleh seorang security dan dia langsung memberikan beberapa lembar uang pada security yang sepertinya sudah sangat akrab dengannya.Hingar bingar suara musik dari DJ perempuan seksi, menemani Barna untuk mencari targetnya di dalam klub. Dia masih berdiri sambil terus memperhatikan sekitar, rasanya sedikit kesusahan menemukan sosok perempuan dengan mini dress biru tadi. Namun tiba-tiba ada seorang perempuan muda yang tidak begitu cantik namun berpakaian sangat minim bahan mendekatinya.Perempuan itu memakai atasan yang hanya menutupi bagian dadanya yang beruk
Lova tersenyum manis pada laki-laki tampan yang sudah menolongnya tadi, tapi tidak dengan laki-laki itu. Dia memalingkan wajahnya dan tak mau melihat kearah Lova. Tak ada yang spesial dari laki-laki itu, tak ada jam tangan mahal, hanya saja bau parfum mahal khas pria dari tubuhnya yang membuat Lova tertarik selain wajahnya yang rupawan.“Sori, aku harus pergi!” Ucap Barna sambil melepas tangan Lova yang masih memegang lengannya.Barna segera pergi tanpa mempedulikan Lova, baru kali ini Lova di begitukan oleh laki-laki. Lova pun mendengus kesal, namun penasarannya rupanya lebih tinggi. Dia lalu melepas kedua high heelsnya yang sudah patah satu itu, menjinjingnya di tangan dan tak peduli dengan dinginnya lantai dansa di klub itu. Dia kembali melangkahkan kaki telanjangnya mengikuti Barna, setidaknya dia harus tahu nama laki-laki itu, kalau beruntung mungkin Lova bisa mendapatkan uang atau barang berharga lainnya dari laki-laki itu.Barna melirik ke bel
Barna melangkahkan kakinya di lorong rumah sakit, dia langsung masuk ke ruangan yang berbau khas obat-obatan. Matanya menatap nanar ke arah wanita paruh baya yang sedang tertidur dengan selang infus di tangan kirinya. Barna mendekati wanita paruh baya itu, mengusap tangan kanannya kemudian mencium tangan itu.Wanita bernama Dania Cavera itu sepertinya menyadari kehadiran putranya, dia terhenyak kemudian melirik dengan matanya yang setengah terbuka pada putranya.“Bu, cepat sembuh! Jangan lama-lama di sini,” bisik Barna.Ibu Dania kemudian menggenggam jemari anaknya, “Barna,” panggilnya pelan.Barna langsung mendekati tubuhnya ke arah Ibunya yang rupanya jadi terbangun gara-gara kehadirannya.“Iya, Bu?” Bisik Barna.“Kamu dari mana? Kenapa malam begini baru kesini?”“Aku ada sedikit pekerjaan, Bu,” jawab Barna.“Pekerjaan apa malam-malam begini?” Tanya ibuny
Lova di antar oleh Jarwo menuju ke salah satu Resto berstandar bintang lima bernama Resto Nirvana. Malam ini pekerjaannya tak jauh dari kebohongan lagi, dia bertugas sebagai pacar settingan si pemilik Resto terkemuka itu.Pemiliknya bernama Sadana Harrya, laki-laki dewasa berusia 32 tahun, dia mapan, tampan, rupawan, pujaan setiap wanita hanya saja dia penyuka sesama jenis. Walau banyak wanita cantik seperti model yang mendekatinya, namun Harrya sama sekali tak tertarik. Dia sudah memiliki kekasih yang berasal dari Belanda. Dan tak satu pun rekan-rekan Harrya tahu kalau dia penyuka sesama jenis, dia menutupinya dengan kegagahannya seperti laki-laki normal.Lova sudah sering di minta untuk bekerjasama, dia sering menjadi pacar settingan Harrya ketika hendak menghadiri acara khusus yang menuntutnya mengajak pasangan. Lova pertama kali bertemu Harrya karena di kenalkan oleh Mely, pemilik salon langganannya."Maaf aku sedikit telat, Har!" Ucap Lova sambil menc
"Mbak Lova, kita sudah sampai di alamat tokonya!" Ucap Jarwo sambil mematikan mesin mobilnya.Lova melirik dari dalam mobil, nama toko itu The Sun Diamonds. Toko yang cukup besar, namun lampu-lampunya sudah sedikit redup sepertinya hendak tutup karena sudah malam."Mbak Lova, saya mohon maaf! Saya tidak bisa nungguin soalnya istri saya mau melahirkan, katanya sudah pecah ketuban, Mbak! Mbak Lova gak apa-apa kalau pulang sendiri nanti?" Kata Jarwo lagi sebelum Lova turun."Oh, oke! Nanti saya bisa pakai taxi online, makasi ya, Bang!" Lova lalu menyerahkan beberapa lembar uang pada Jarwo, "untuk tambahan biaya lahiran," kata Lova lagi.Betapa senangnya hati Jarwo karena di beri uang dengan jumlah yang lumayan sekali, dia jadi tidak perlu khawatir untuk masalah lahiran istrinya nanti."Wah, makasi banyak! Mbak Lova selalu baik sama saya! Nanti kalau anak saya perempuan mau saya kasih nama Lova juga," ucap Jarwo dengan mata berbinar melihat uang itu.
Napas Lova berburu cepat, kakinya terus berlari mencari jalan keluar dari toko perhiasan itu. Lampu-lampu di toko sudah di redupkan membuat Lova semakin kesusahan. "Sial, pintu keluar yang mana sih? Banyak banget lagi pintunya," umpat Lova sambil bingung memilih pintu di hadapannya, sementara suara Pak Mahen kembali terdengar, dia sepertinya tak patah semangat untuk mengejar Lova lagi walau tadi sudah di beri tendangan pendekar oleh Lova. "Jangan kabur kamu, Cherry!" Terdengar suara Pak Mahen menggema di toko itu, jantung Lova semakin berdetak dengan kencang, dia benar-benar takut kalau-kalau si kakek tua genit itu kembali melahapnya. Dia segera saja mencoba satu pintu di hadapannya, rupanya terkunci. Kakinya melangkah ke pintu yang ada di pojok kiri, rupanya terkunci juga. Hanya ada satu pintu lagi yang agak jauh ke kanan, dia segera berlari kesana, rupanya pintu yang lebih kecil ini malah tidak terkunci. Langkah Lova semakin lebar lagi s
"Apa lagi?" Bentak Lova.Barna sudah berdiri di hadapan Lova, menghalangi jalannya untuk masuk ke dalam pintu pagar kost."Kamu yang tadi siang? Lov ... Lov... Lova ya?" Barna mengingat-ngingat kembali perempuan berkacamata yang jatuh karena terkena senggolan badannya tadi siang."Bagus lah kalau dari tadi kamu gak sadar," umpat Lova sambil berbisik."Apa?" Tanya Barna."Gak apa-apa," Lova pun berjalan ke sisi kiri Barna agar bisa masuk ke dalam, namun lengannya sudah di tangkap duluan oleh tangan laki-laki itu."Lepasin! Apa lagi sih?" Lova membentak lagi.Barna tersenyum kecut mengingat tadi siang perempuan ini mengaku mau mentraktirnya kopi, tapi malah kabur begitu saja dan akhirnya Barna yang membayar tagihan billnya."Kamu mau pergi begitu aja dengan gratis seperti tadi siang?" Tanya Barna dengan nada angkuhnya. Tangan Barna mendorong Lova sehingga punggung Lova jadi bersandar pada mobil Barna.Barna semakin mendeka