"Mbak Lova, kita sudah sampai di alamat tokonya!" Ucap Jarwo sambil mematikan mesin mobilnya.
Lova melirik dari dalam mobil, nama toko itu The Sun Diamonds. Toko yang cukup besar, namun lampu-lampunya sudah sedikit redup sepertinya hendak tutup karena sudah malam.
"Mbak Lova, saya mohon maaf! Saya tidak bisa nungguin soalnya istri saya mau melahirkan, katanya sudah pecah ketuban, Mbak! Mbak Lova gak apa-apa kalau pulang sendiri nanti?" Kata Jarwo lagi sebelum Lova turun.
"Oh, oke! Nanti saya bisa pakai taxi online, makasi ya, Bang!" Lova lalu menyerahkan beberapa lembar uang pada Jarwo, "untuk tambahan biaya lahiran," kata Lova lagi.
Betapa senangnya hati Jarwo karena di beri uang dengan jumlah yang lumayan sekali, dia jadi tidak perlu khawatir untuk masalah lahiran istrinya nanti.
"Wah, makasi banyak! Mbak Lova selalu baik sama saya! Nanti kalau anak saya perempuan mau saya kasih nama Lova juga," ucap Jarwo dengan mata berbinar melihat uang itu.
"Jangan, Bang! Abang gak mau kan kalau nanti anak Abang jadi penipu seperti saya!"
Jarwo kemudian terkekeh mendengar perkataan Lova. Lova pun menepuk pundak Jarwo sambil kemudian turun dari mobilnya. Matanya tercengang saat melihat gambar berlian yang terpasang di depan toko itu.
Dia menarik nafasnya dalam-dalam kemudian menghembuskannya, dia mau kemari hanya untuk cincin berlian. Dia tak peduli dengan pria beristri itu, yang dia perlukan hanya cincin berliannya dan pulang.
Dari seberang jalan ada seorang laki-laki yang berdiri, dia memperhatikan perempuan dengan gaun seksi yang baru saja turun dari mobil yang terparkir di depan toko perhiasan. Itu Barna, dia tadi berhasil mendapatkan batu berlian dari seorang Tante-Tante yang sedikit lengah saat Barna menawarkan brosur jual beli mobil bekas pada Tante itu. Tante itu terpesona akan ketampanan Barna, tanpa sadar Barna sudah mengambil batu berlian berwarna biru dari dalam tas Tante itu.
"Sasaran empuk," gumam Barna dari seberang jalan. Mobil yang di tumpangi perempuan itu rupanya pergi, kini dia memicingkan matanya dari jauh saat melihat tas tangan si perempuan itu. Rasanya dia pernah melihat tas itu, kembali dia berusaha mengingat dimana dia melihatnya.
Sementara Lova melangkahkan kakinya dan langsung masuk ke dalam toko dan di sapa oleh seorang perempuan di sana, "selamat malam, apa benar dengan Ibu Cherry?" Tanya perempuan berpakaian rapi itu.
Lova sedikit kaget karena perempuan itu bisa tahu nama Cherry.
"Iya, saya Cherry!"
"Bapak sudah menunggu di dalam, mari saya antar." Perempuan itu berjalan duluan mengarahkan Lova ke suatu ruangan. Ternyata di dalam toko ini ada kantor yang di dalamnya di desain sangat mewah seperti desain hotel bintang 5.
Di dalam Pak Mahen sudah menunggu Lova, sambil memegang sesuatu di tangannya.
"Selamat datang, Cherry manis!" Sambut Pak Mahen sambil merentangkan tangannya dan memeluk Lova tanpa canggung. Terlihat jelas kalau Pak Mahen ini sudah terbiasa dengan perempuan.
Lova mendengus kesal, dia sangat benci dengan pria tua genit.
Pak Mahen lalu membuka kotak perhiasan yang ada di tangannya, betapa berbinarnya mata Lova melihat cicin bermata berlian berwarna pink itu di hadapannya. Pak Mahen lalu mengeluarkan cincin itu dari kotaknya dan meraih jemari tangan kiri Lova, dia menyelipkan cincin itu di jari manis Lova.
"Cincin yang manis untuk perempuan manis," bisik Pak Mahen di telinga Lova.
Lova senang bukan main mendapatkan hadiah cicin yang katanya seharga 500 juta ini. Matanya terus berbinar seakan cahaya berlian itu terpantul di manik matanya, senyumnya tersimpul sambil terus menatap jari manisnya yang sudah di hiasi cincin bermata berlian itu.
Pak Mahen memulai tujuannya, dia mendekatkan bibirnya ke leher Lova menciumnya sambil memberi tekanan yang membuat Lova sedikit mendesah, namun sesungguhnya Lova mendesah karena kesal.
Tua bangka brengsek! Batin Lova.
"Mas, sepertinya aku harus pamit karena sudah malam, terima kasih cincin cantiknya," Lova melepas paksa bibir Pak Mahen yang sedang nikmatnya menjelajahi leher Lova, dia segera membalikkan badannya hendak mengambil langkah seribu untuk pergi.
Namun tangan Lova di tahan kuat oleh Pak Mahen, dia tak bisa melanjutkan langkahnya, lagi-lagi Lova mengumpat kata-kata kasar dalam batin.
"Mau kemana sih, Cherry sayang? Kan kamu baru sampai, buru-buru banget!" Pak Mahen memeluk tubuh Lova dengan kuat dari belakang, tangan Pak Mahen mulai meraba dan meremas dada Lova yang langsung segera di tangkis oleh Lova.
"Lho, kenapa sayang? Bukannya ini yang kamu mau? Tadi di sana kita kan gak bisa leluasa, tapi kalo di sini aman! Pacar kamu gak ada, istri saya gak ada, dan semua CCTV di toko ini sudah saya matikan, jadi istri saya gak akan tahu kamu kesini!" Bisik Pak Mahen di telinga Lova dan lalu mencium pipi Lova.
Lova sudah tidak tahan dengan sikap pria tua genit ini, dia melepas satu high heelsnya kemudian mengetuk kepala Pak Mahen dengan ujung heels yang tajam itu. Pak Mahen refleks melepas pelukannya karena kepalanya terasa sakit akibat benda itu.
"Jangan macam-macam, saya kesini cuma mau datang sesuai janji kamu yang mau memberi saya cincin gratis," Lova membentak kesal dia sudah menjauhkan badannya dari Pak Mahen sambil tetap memegang high heelsnya di tangan.
Pak Mahen tertawa, "gratis? Cherry sayang, cincin itu memang saya beri gratis, tapi kamu juga harus tahu diri bagaimana caranya menunjukkan 'terima kasih' sebagai balasannya!"
Mata Pak Mahen kembali di kuasai oleh nafsu, apalagi melihat belahan dada Lova di balik gaun seksinya. Seluruh karyawan toko sudah pulang, hanya tersisa mereka berdua di sana.
"Jangan dekat-dekat! Atau aku teriak!" Lova kini melepas satu high heelsnya lagi, sepasang high heelsnya sudah dia pegang di kedua tangan.
Pak Mahen terlihat tak takut dia malah terus mendekati Lova, "teriak saja, teriak sekeras-kerasnya, atau kamu mau mendesah karena nikmat? Silahkan, karena semua karyawan saya sudah pulang, jadi kamu bisa bebas kalau mau mendesah keras-keras, sayang!"
Ah, kakek tua brengsek! Batin Lova lagi, Lova tak mau kalau keperawanan yang dia banggakan harus berakhir dengan pria tua ini.
Pak Mahen berlari ke arah Lova, dia menahan kedua tangan Lova yang membawa high heels itu dengan kuat. Kali ini Pak Mahen berhasil mencium bibir merah Lova, melumatnya dengan penuh nafsu dan kasar. Lova berontak, berusaha melepaskan bibirnya dari bibir Pak Mahen, dia lalu menaikkan satu lututnya menendang aset terbesar milik Pak Mahen yang berada di bawah perutnya itu. Pak Mahen meringis melepas bibirnya dari bibir Lova, dia kesakitan sambil memegang asetnya itu.
Lova panik dia segera berlari ke pintu, rupanya Pak Mahen kembali mendapati tubuh Lova. Dia menarik paksa bahu Lova membuat gaun bagian bahunya robek sehingga belahan dada Lova semakin terlihat jelas. Lova melepas paksa tangan Pak Mahen, dia tetap berontak dan lalu menggunakan sikunya untuk mendorong dada Pak Mahen dengan keras. Kakinya dia terbangkan ke perut Pak Mahen sehingga seperti pendekar di Kera Sakti. Pak Mahen pun tersungkur di lantai sambil merintih.
"Ucapan 'terima kasih' ku akan sampai ke istrimu, ingat itu Pak tua!" Lova segera mengambil langkah seribu keluar dari ruangan itu.
Napas Lova berburu cepat, kakinya terus berlari mencari jalan keluar dari toko perhiasan itu. Lampu-lampu di toko sudah di redupkan membuat Lova semakin kesusahan. "Sial, pintu keluar yang mana sih? Banyak banget lagi pintunya," umpat Lova sambil bingung memilih pintu di hadapannya, sementara suara Pak Mahen kembali terdengar, dia sepertinya tak patah semangat untuk mengejar Lova lagi walau tadi sudah di beri tendangan pendekar oleh Lova. "Jangan kabur kamu, Cherry!" Terdengar suara Pak Mahen menggema di toko itu, jantung Lova semakin berdetak dengan kencang, dia benar-benar takut kalau-kalau si kakek tua genit itu kembali melahapnya. Dia segera saja mencoba satu pintu di hadapannya, rupanya terkunci. Kakinya melangkah ke pintu yang ada di pojok kiri, rupanya terkunci juga. Hanya ada satu pintu lagi yang agak jauh ke kanan, dia segera berlari kesana, rupanya pintu yang lebih kecil ini malah tidak terkunci. Langkah Lova semakin lebar lagi s
"Apa lagi?" Bentak Lova.Barna sudah berdiri di hadapan Lova, menghalangi jalannya untuk masuk ke dalam pintu pagar kost."Kamu yang tadi siang? Lov ... Lov... Lova ya?" Barna mengingat-ngingat kembali perempuan berkacamata yang jatuh karena terkena senggolan badannya tadi siang."Bagus lah kalau dari tadi kamu gak sadar," umpat Lova sambil berbisik."Apa?" Tanya Barna."Gak apa-apa," Lova pun berjalan ke sisi kiri Barna agar bisa masuk ke dalam, namun lengannya sudah di tangkap duluan oleh tangan laki-laki itu."Lepasin! Apa lagi sih?" Lova membentak lagi.Barna tersenyum kecut mengingat tadi siang perempuan ini mengaku mau mentraktirnya kopi, tapi malah kabur begitu saja dan akhirnya Barna yang membayar tagihan billnya."Kamu mau pergi begitu aja dengan gratis seperti tadi siang?" Tanya Barna dengan nada angkuhnya. Tangan Barna mendorong Lova sehingga punggung Lova jadi bersandar pada mobil Barna.Barna semakin mendeka
Sampai hampir 15 menit Barna berlari kesana kemari mengejar si tikus, namun tak kunjung di dapat. Makhluk kecil itu berhasil sembunyi dengan sempurna, sementara si Mezi juga ikut-ikutan mengeong sambil jingkrak-jingkrak kesana kemari.Mata Barna tertuju pada kandang Mezi, "kamu punya kucing, kenapa gak suruh kucing kamu ini aja buat nangkep tuh tikus?""No! Anakku gak boleh nangkep tikus itu, dia kucing mahal, kalo makan gak sembarangan!" Kata Lova yang berdiri di luar kamarnya."Anak?" Barna jadi ingat dengan kejadian tadi siang, saat Lova mengatakan hendak menjemput anaknya dan pergi begitu saja. "Jadi ini anak yang kamu jemput tadi siang?" Gumam Barna sambil geleng-geleng.Mata Barna kini menemukan sosok tikus hitam itu yang tiba-tiba berjalan ke arah pintu. makhluk kecil itu pelan-pelan berjalan untuk keluar dari kamar Lova yang terbuka. Lova bahkan tidak tahu kalau tikus itu sudah keluar sendiri tanpa Barna usir, dia sibuk menutup matanya karen
Sore ini Lova di minta untuk ke salah satu beach club bernama Santana beach oleh Harrya. Dia memakai rambut palsu sebahu berwarna coklat, tak lupa softlens berwarna coklat juga menghiasi matanya.Sambil menyelam minum air, itu motto dari Lova. Sambil menunggu Harrya yang belum kelihatan batangannya, dia pun mencari mangsa dulu.Entah mengapa matanya tertarik pada sosok laki-laki berambut sedikit gondrong yang berdiri membelakanginya sekitar 30 meter, rasanya sangat tidak asing di matanya. Saat laki-laki itu membalikkan badannya barulah Lova sadar, rupanya itu Barna, laki-laki yang sudah nakal menciumnya di kostan.Lova hendak menghampirinya namun langkahnya terhenti saat seorang perempuan lebih dulu menghampirinya. Perempuan seksi itu membawakan minuman untuk Barna, hati Lova langsung rontok."Udah punya pacar? Berani cium cewek lain?" Gerutu Lova sambil berbisik.Perempuan seksi yang atasannya memakai bikini itu menyenderkan kepalanya
Mata Barna tak sengaja melihat sepasang kekasih yang saling bercumbu menyatukan bibir mereka. Kepalanya hanya bisa geleng-geleng melihat itu, Barna seketika mengingat kejadian saat malam dia mencium Lova di kamar kostnya, yang ternyata setelah sampai rumah uang 5 juta yang Lova beri sudah hilang dari saku celananya. Barna sadar, pasti sudah Lova ambil lagi saat perempuan itu meraba pantatnya."Bar, cewek yang tadi gak nyariin kamu lagi?" Tanya Andrew, sahabat Barna.Barna hanya tersenyum tipis, "aku bilang mau ngobrol penting sama kamu, jadi jangan ganggu dulu. Dia manut aja sih, bego aja dia!""Kalo aku jadi kamu, langsung aku bungkus bawa pulang deh, gak mungkin aku sia-sia kan! Kamu terlalu banyak ghostingin cewek, Bar!" Keluh Andrew yang merasa kecewa waktu tahu Barna menyia-nyia kan perempuan cantik yang baru saja mereka kenal itu di sana."Aku cuma perlu uangnya, Drew!""Ya kalau dapat uangnya sekalian dapat tidurin kan lebih enak lagi,
Lova tersenyum sambil menatap batu nisan Mamanya, siang ini dia mampir ke kuburan Mamanya. Sudah 3 tahun lamanya Lova hidup sendiri, tepat di tanggal ini 3 tahun silam Lova menangis di sini, kehilangan sosok Mama untuk selamanya. Di sebelah kuburan Mamanya, ada kuburan Papanya yang sudah 8 tahun lalu meninggal."Semoga kalian berdua bahagia di sana," bisik Lova namun tak bisa dia sembunyikan bendungan cairan bening yang siap menetes melewati pipinya. Betapa beratnya kehidupan 3 tahun yang dia lalui tanpa sosok orang tua, apalagi dia anak tunggal. Karena kesalahan Mamanya, dia jadi sempat di cibir oleh orang-orang yang memang membenci Mamanya. Menjadi rentenir itu memiliki 2 sisi, 1 sisi di perlukan saat membutuhkan uang tapi sisi satunya lagi di benci karena bunga yang tinggi dan cara menagih yang mungkin agak kelewatan."Lova kuat, Ma! Sudah Lova lewati masa-masa dimana semua orang mencibir Lova karena pekerjaan Mama, sudah Lova rasakan juga bagaimana susahnya m
Sampai di rumah sakit, Hanna segera di tangani di UGD. Dokter mengatakan kalau Hanna memiliki penyakit asam lambung, memang belakangan ini ia terlalu sibuk belajar untuk olimpiade matematika tingkat nasional, sehingga sering melewatkan waktu makan. Ibu Dahlia masih setia menemani Hanna yang baru saja mendapatkan suntikan untuk meredakan nyeri di lambungnya.Sementara Lova yang baru saja mengurus administrasi rumah sakit pun secara tak sengaja menemukan sosok laki-laki tampan dengan rambut sedikit gondrongnya di lobby rumah sakit itu.Barna baru saja selesai merokok, dan tiba-tiba langkahnya terhenti saat seorang perempuan berkacamata menghalangi jalannya."Hai," sapa Lova sambil tersenyum."Kamu? Ngapain kamu di sini?" tanya Barna bingung."Aku? Aku mau periksa jantung aku, gak tahu kenapa suka berdegup kencang semenjak ketemu kamu," jawab Lova sambil memegang dadanya sebelah kiri dan tersenyum.Entah mengapa wajah Barna ja
"Memang kamu perlu uang berapa?" tanya seorang laki-laki yang berusia sekitar 30 tahunan pada Lova."Sekitar 10 juta aja kok, makanya aku bingung harus cari duit dimana ya?" Lova berpura-pura galau, dia sedang menipu seorang pengusaha. Pengakuannya kalau dia perlu biaya kuliah, dan mengatakan kalau orang tuanya sedang kesulitan ekonomi."10 juta gampang, nanti aku transfer!""Aku gak punya rekening, Kak! Biasanya aku pinjam rekening paman ku untuk biaya kuliah, bisa gak kalau Kakak kasih aku uang tunai aja?" Lova beralasan."Bisa, tapi kamu ke apartemen aku dulu, ya?" tawar laki-laki itu."Tapi hari ini aku ada jadwal kuliah, Kak!" lagi-lagi Lova harus mencari alasan, orang ini pasti ingin meniduri Lova dulu baru memberinya uang."Kamu kapan bisanya aja, uang ku di apartemen soalnya, kalau hari ini kamu bisa ya hari ini juga aku kasih uangnya," jawab laki-laki itu.Lova pun mendengus kesal, terus-terusan mengumpat da
Jun menahan rasa sakit akibat tamparan dari perempuan itu, sambil terus memegang pipinya, Jun pun mendelik kesal ke arah perempuan yang menamparnya."Jadi setelah bertahun-tahun hilang, kamu kembali dan malah melamar perempuan lain?" bentak Hana, perempuan yang menamparnya.Lova kaget akan hadirnya Hana yang tiba-tiba di sana, kenapa perempuan ini bisa ada di sini? pikir Lova terus dalam hati.Padahal sedari tadi Hana membuntuti Barna dan Lova. Ia ingin mencari tahu keberadaan Jun dengan membuntuti mereka, kagetnya Hana saat melihat ada sosok Jun yang tiba-tiba mendekati Lova. Lebih kaget lagi begitu melihat Jun mengeluarkan cincin berlian untuk Lova. Hana tak bisa terima, baginya tak ada perempuan lain yang bisa bersama Jun selain dirinya. Sekian tahun menunggu kabar dari Jun, betapa sakitnya saat melihat kejadian di hadapannya itu.Sementara Jun tak menjawab pertanyaan dari Hana, ia hanya diam tanpa suara. Kemudian malah memilih pergi meninggalkan Hana
Barna memperhatikan penampilan Lova dari atas sampai bawah, kepalanya menggeleng berkali-kali."Kenapa?" tanya Lova."Kenapa aku baru sadar kalau pakaian kamu terbuka? Pantas daritadi banyak mata laki-laki yang memperhatikan kamu," ucap Barna masih keheranan sendiri, padahal hari ini mau mencari para korban dari Jun, kalau pakaian Lova terbuka begini yang ada Lova lah yang menjadi korban mata laki-laki."Terbuka apanya sih, Bi? Bukannya kamu biasa lihat aku yang lebih terbuka dari ini? Lagian aku udah pakai ini daritadi, kenapa baru sadar sekarang sih?" jawab Lova dengan santai sambil memainkan kuku-kuku cantiknya.Barna menghela napas kasar, ia memang baru sadar kalau pakaian Lova cukup terbuka, mungkin gara-gara Barna terlalu sering melihat Lova dengan pakaian minim bahan jadi menurutnya biasa saja. Namun setelah sadar sedari tadi banyak mata laki-laki di tempat kumuh ini yang memperhatikan Lova, barulah Barna mulai memanas. Tak boleh ada laki-laki lain
Barna mendapatkan rekaman CCTV 3 tahun lalu di minimarket tersebut. Lova lah yang terus-terusan merayu Manager di minimarket itu agar mau membantu mereka mencari rekaman CCTV yang mereka mau.Namun rasanya kalau hanya ini saja tentu tak akan cukup menjerat Jun ke penjara. Mereka harus mendapatkan banyak bukti yang lainnya lagi.Barna mengajak Lova untuk bertemu dengan seseorang yang pernah menjadi korban dari Jun. Ia menuju ke sebuah daerah yang cukup kumuh, ada rumah susun yang bisa dikatakan kondisinya tidak begitu baik. Kotor, jorok, membuat Lova bergidik ngeri dan menempelkan badannya pada Barna."Ngapain sih tempel-tempel?" tanya Barna."A-aku jijik, Bi! Banyak tikusnya itu," Lova menunjuk kumpulan sampah yang tak jauh dari penglihatannya dan ada makhluk kecil berwarna hitam yang paling Lova takuti."Kan jauh, kalau jalan sambil nempel-nempel gini aku jadi gak konsentrasi," ucap Barna."Iiisshhh..." Lova mendesis kesal, kemudian menjauh
Lova terbangun dari tidurnya, kepalanya rasanya masih sangat pusing. Perlahan ia coba bangun dan masih di atas ranjang dalam posisi duduk, menguap dengan sangat lebar. Matanya lalu tak sengaja melihat ke arah bawah ranjangnya.Barna masih tertidur nyenyak, hanya saja ada pemandangan yang aneh. Mezi si kucing anggora juga ikut tertidur di sana bersama Barna, namun posisi Mezi tertidur itu membuat Lova bergidik ngeri.Seenaknya si Mezi tidur tepat di atas tongkat sakti milik Barna. Mana dia berkali-kali mengelus kepalanya di sana sambil sesekali membuka mata dan melirik ke arah Lova, lalu terpejam dan tidur lagi."Iiisshhhh, Mez! Kamu apa-apaan tidur di sana?" bentak Lova sambil kemudian turun dari ranjangnya dan perlahan mencoba mengangkat Mezi dari tempat terlarang itu."Kamu tahu aja ya tempat yang begitu!" bisik Lova yang kini sudah berhasil mengangkat Mezi dan menggendongnya. Lalu ia segera memasukkan Mezi ke kandangnya, Mezi terus-te
“Bi?” Lova kembali menggelengkan kepalanya, ia sangat takut kalau salah lihat lagi seperti tadi, apa laki-laki yang ada di dalam mobil ini memang benar Barna?Laki-laki itu segera keluar dari mobilnya kemudian memegang tangan Lova, “aku dari tadi khawatir, hp kamu gak bisa di hubungin! Kamu gak apa-apa, Lov?”“Kamu Barna kan? Barna yang asli?” Tanya Lova setengah tidak yakin karena selain pengaruh alkohol, tempat itu juga cukup gelap, hanya sedikit penerangan dari cahaya lampu apartemen.“Ya ampun, iya ini aku Barna! Mau siapa lagi?”Lova mendekatkan tubuhnya, berusaha meneliti lebih dekat lagi wajah laki-laki di hadapannya. Rupanya memang benar barna yang dia kenal. Lova pun langsung memeluk Barna, dia ketakutan sekali.“Aku takut, Bi! Tolong aku,” gumamnya lirih.“Takut? Kamu kenapa? Dia apain kamu?” Tanya Barna dengan nada suara yang mulai meninggi.Lova semaki
Jun memeluk tubuh Lova semakin erat, sambil satu tangannya berusaha masuk ke dalam baju kedodoran yang Lova pakai. Tangannya bermain di belakang punggung Lova sambil kemudian melepas pengait bra yang Lova pakai. Kini tangan Jun jadi lebih leluasa untuk bermain di kedua gundukan milik Lova, ia memainkan jarinya di kedua puncak gundukan itu sampai membuat Lova melenguh berkali-kali sambil tetap berciuman. Jun melepas ciumannya kemudian menggendong badan Lova dan membawanya ke dalam kamar yang di tempati oleh Lova tadi. Rasa gairah seakan telah menutupi mata Jun begitu melihat gadis cantik itu yang setengah sadar tak menolak perlakuan yang Jun berikan padanya. Rasanya malam ini akan dia habiskan untuk bersenang-senang dengan gadis cantik ini. Badan Lova terbaring di atas ranjang, dengan lembut Jun kembali mencium bibir Lova, memberi tekanan yang intens lalu menjalar turun ke lehernya, baju Lova sedikit tersingkap ke atas lalu Jun melanjutkan aksinya untuk
Lova mendaratkan tamparan di pipi Jun dengan keras. "Nyamuk! Ada nyamuk di pipi kamu!" ucap Lova dengan wajah polos dan lalu segera menjauhkan tubuhnya dari Jun. Ia berdiri di atas sofa sambil memperhatikan keadaan sekitarnya, takut-takut jika makhluk kecil berwarna coklat itu masih ada di dekat sana. Sementara Jun masih mengusap-usap pipinya yang terkena tamparan keras dari tangan Lova tadi dengan alasan ada nyamuk, masih terasa sakitnya. "Kecoaknya udah pergi!" kata Jun kemudian. "Seriusan?" tanya Lova masih belum yakin, "perginya ke arah mana?" "Tuh di dekat kaki kamu," tunjuk Jun di sofa tempat kaki Lova berpijak. "Aaaaakkkkkkkkhhh!!!" seketika Lova kembali meloncat ke atas tubuh Jun, berteriak histeris. Jun tersenyum puas karena berhasil mengerjai Lova, dan malah kembali duduk di atas pangkuannya. "Usir, buruan!" pinta Lova. "Gak mau pergi dia! Gimana dong?" ucap Jun berbohong.
"Benar dengan Bapak Jun?" tanya seorang laki-laki yang memakai jaket hijau khas ojek online saat Jun membukakan pintu untuknya. "Iya, betul!" "Meat lover pizza dan air mineral, Pak!" si Abang ojek online itu pun memberikan makanan dan minuman yang di pesan oleh Jun. Lalu Jun menyerahkan beberapa lembar uang pada si Abang ojek online. "Bawa aja kembaliannya ya, Bang!" ucap Jun sambil tersenyum. "Wah... Terima kasih, Pak! Ini banyak sekali lho kembaliannya, Pak!" wajah sumringah karena mendapat kembalian yang lebih dari cukup pun membuat si Abang ojek online jadi kegirangan sendiri. Ia pun pamit dan berlalu pergi. Sementara Lova langsung manyun, ternyata bukan bala bantuan untuk dirinya bisa kabur, hanya Abang ojek online yang membawa pesanan makanan. "Cher, kamu mau makan dulu atau mandi dulu?" tanya Jun sambil membawa makanan itu ke dapur. "Emmm... Aku mandi dulu deh! Eh, tapi aku gak bawa baju!" "Pakai baju
Lama Lova di dalam toilet memikirkan cara untuk menghubungi Barna."Apa aku pinjam charger handphone aja ya? Dia gak akan curiga kan?" gumam Lova sendiri.Ia pun memutuskan untuk keluar dari toilet, kemudian berjalan perlahan. Matanya berkeliling melihat ruangan itu yang tampak sepi, "kemana Jun?" bisik Lova, matanya masih berusaha mencari sosok laki-laki itu.Masih sepi, Lova pun melangkahkan kakinya menuju ke salah satu kamar yang ada di apartemen itu, "mungkin dia di kamar," gumam Lova sambil kemudian menempelkan telinganya di pintu kamar tersebut, siapa tahu dia bisa mendengar suara yang ada di dalam sana. Ia tak berani untuk mengetuk pintu kamar tersebut.Lova sayup-sayup mendengar suara gemericik air dari dalam kamar itu, ia pun yakin kalau Jun pasti ada di dalam dan sedang mandi. Lova jadi sedikit lega, setidaknya dia tidak di tipu oleh Jun, siapa tahu saja Jun malah meninggalkannya sendirian di sini, seorang penipu harus berhati-hati j