Lova di antar oleh Jarwo menuju ke salah satu Resto berstandar bintang lima bernama Resto Nirvana. Malam ini pekerjaannya tak jauh dari kebohongan lagi, dia bertugas sebagai pacar settingan si pemilik Resto terkemuka itu.
Pemiliknya bernama Sadana Harrya, laki-laki dewasa berusia 32 tahun, dia mapan, tampan, rupawan, pujaan setiap wanita hanya saja dia penyuka sesama jenis. Walau banyak wanita cantik seperti model yang mendekatinya, namun Harrya sama sekali tak tertarik. Dia sudah memiliki kekasih yang berasal dari Belanda. Dan tak satu pun rekan-rekan Harrya tahu kalau dia penyuka sesama jenis, dia menutupinya dengan kegagahannya seperti laki-laki normal.
Lova sudah sering di minta untuk bekerjasama, dia sering menjadi pacar settingan Harrya ketika hendak menghadiri acara khusus yang menuntutnya mengajak pasangan. Lova pertama kali bertemu Harrya karena di kenalkan oleh Mely, pemilik salon langganannya.
"Maaf aku sedikit telat, Har!" Ucap Lova sambil mencium pipi Harrya. Semua karyawan Harrya di Resto itu pun langsung membulatkan matanya begitu melihat sosok Lova yang saat itu di baluti oleh gaun mahal yang seksi, bagian dada yang sedikit terbuka juga punggung yang terbuka, dan belahan gaun di bagian paha yang membuat kaki indah Lova semakin terlihat seksi, para karyawan laki-laki di sana pun jadi mendesah saat melihat belahan gaun yang memperlihatkan paha mulus 'pacar' bosnya itu.
"That's ok, honey!" Jawab Harrya sambil membalas kecupan di pipi Lova. Mereka biasa melakukannya, bagi Lova asal bayaran yang di terima sesuai, dia bisa dengan lihai melakukan akting agar rekan-rekan Harrya benar-benar percaya kalau Lova adalah kekasihnya.
Harrya mengajak Lova untuk ke ruangan khusus tamu VIP. Sudah ada beberapa rekan dari Harrya di sana yang rata-rata membawa istri atau pasangan mereka.
Beberapa dari rekan Harrya yang sudah memiliki istri, mencuri pandang ke arah Lova, gadis itu mengikat rambut panjangnya dengan rapi, softlens berwarna ungu menjadi pilihannya hari ini. Polesan make up di wajahnya sungguh membuat kesan feminim dan seksi. Bagi Lova, hadir ke pertemuan seperti ini membuatnya seperti peribahasa sambil menyelam minum air.
Harrya meninggalkan Lova untuk membicarakan urusan bisnis dengan rekannya, sementara sedari tadi ada pria yang sudah cukup umur terus memperhatikannya. Betul saja, saat Lova sudah sendiri dia langsung menghampiri Lova.
"Halo, kamu istrinya Harrya?" Sapa pria itu.
"Oh, halo! Saya pacarnya Harrya," jawab Lova sambil tersenyum manis padanya.
"Maaf, saya kira kalian sudah menikah! Saya Mahen, pemilik hotel bintang lima The Sun." Ucapnya sambil mengulurkan tangannya pada Lova.
Lova membalas uluran tangannya, "saya Cherry, senang bisa berkenalan dengan Bapak!"
"Ah, jangan panggil Bapak dong! Panggil Mas saja, ya?"
"Oh, maaf! Mas Mahen," kata Lova lagi. Mata Lova memperhatikan atribut yang di gunakan oleh Pak Mahen. Sepatu mahal, setelan jas mahal, juga jam tangan mahal. Lova jadi ingat kembali dengan jam tangan hasil tangkapannya yang hilang kemarin.
"Nama kamu manis, semanis orangnya!" Ucap pria itu sambil menyentuh tangan Lova dengan pelan dan lembut. Lova pun tersenyum di ujung bibirnya. Pak Mahen sebenarnya datang bersama istrinya, hanya saja para istri-istri petinggi itu sedang berkumpul di luar ruangan VIP. Mereka sibuk mengobrol dengan sesama ibu-ibu sosialita.
"Mau minum?" Lova menawarkan Red Wine pada pria itu, dan langsung di balas dengan anggukan.
Tangan Lova mengambil botol Red Wine yang ada di dekat Pak Mahen, dia dengan sengaja mendekati dadanya hingga menyentuh dada Pak Mahen, membuat wajah Pak Mahen seketika menegang. Saat Pak Mahen mulai lengah, tangan Lova mulai masuk ke saku celana Pak Mahen, pelan-pelan mengambil dompetnya dan menyembunyikannya di balik gaun panjangnya yang terbelah di bagian paha itu. Lova lalu dengan sengaja menumpahkan sedikit Red Wine itu ke baju Pak Mahen, membuat Pak Mahen kaget.
"Maaf, Mas! Aku gak sengaja," kata Lova sambil terus mendekati tubuhnya ke Pak Mahen membuat Pak Mahen semakin lemas.
"Saya permisi ke toilet sebentar untuk membersihkan ini," ucap Pak Mahen sambil berlalu pergi. Lova lalu dengan sigap membuka hasil tangkapannya dengan sembunyi-sembunyi. Dompet mahal itu dia buka, ada beberapa lembar uang tunai yang langsung dia sikat habis, tak sengaja dia menemukan kondom juga di dompet itu.
"Harta, tahta, wanita, seandainya istrimu tahu kelakuanmu!" Gumam Lova sambil mencuri kondom itu, "biarpun aku masih perawan, tapi siapa tahu berguna!"
Lova memasukkan semua hasil tangkapannya ke dalam tas kulit buayanya. Pak Mahen pun kembali dari toilet, wajahnya sudah sedikit rileks, ada noda sisa Red Wine yang masih tersisa di bajunya.
"Sekali lagi, saya minta maaf ya, Mas!" Ucap Lova sambil sedikit berbisik di telinga Pak Mahen, lagi-lagi Lova mendekati dadanya ke tubuh Pak Mahen, dia perlahan mengembalikan dompet pria itu ke tempat asalnya. Agar Pak Mahen tak curiga, Lova berpura-pura meraba bagian belakang Pak Mahen membuatnya menjadi semakin penasaran dengan Lova.
"Kita ketemu nanti malam setelah acara ini, mau?" Bisik Pak Mahen di telinga Lova sambil melirik kanan kiri agar tak di lihat oleh orang lain.
Lova tersenyum kecut, "maaf, Mas! Nanti malam aku ada urusan dengan Harrya, mungkin lain kali." Ucapnya sambil mengedipkan satu matanya.
Terlihat jelas raut kecewa di wajah Pak Mahen, "padahal mau aku ajak ke tempat spesial, aku punya toko perhiasan, dan baru meluncurkan desain cincin berlian baru hari ini, harganya sekitar 500 juta, kalau mau aku bisa kasih ke kamu gratis!"
"Cincin berlian? Gratis?" Mata Lova jadi terbelalak saat mendengar itu.
Pak Mahen kembali menyentuh lembut tangan Lova dengan telunjuknya, "kalau mau nanti aku beri alamat tokonya."
Harrya tiba-tiba datang dan langsung merangkul pinggang Lova, Pak Mahen pun jadi kaget dan segera menjauhkan badannya agar tak terlalu dekat dengan Lova. Harrya kembali mengecup pipi Lova, membuat Pak Mahen yang melihat itu pun jadi membuang mukanya.
"Kalian sudah kenal?" Tanya Harrya pada Lova dan Pak Mahen.
"Sudah, sayang!" Jawab Lova.
"Pacar kamu sangat ramah, Har!" Kata Pak Mahen kemudian sambil tersenyum ke arah Lova terlihat jelas ketertarikannya pada Lova.
"Sudah pasti, Pak! Dia memang cepat akrab dengan siapa saja," balas Harrya sambil mengelus pundak Lova.
Sampai acara berakhir Pak Mahen tak henti menatap ke arah Lova, dia benar-benar tergila-gila dengan wanita muda itu. Sebelum Lova pergi, Pak Mahen memberi alamat toko perhiasannya yang dia tulis di sebuah tisue.
"Saya tunggu kamu di toko," ucap Pak Mahen saat sebelum pulang dengan istrinya dan kemudian pergi dengan mobil Alphard hitamnya.
Lova menyunggingkan senyumnya, Harrya pun mulai curiga pada Lova yang sedari tadi sebenarnya Harrya perhatikan kalau Lova terus di dekati oleh Pak Mahen.
"Kamu naksir pria beristri?" Tanya Harrya kemudian.
"Aku gak pernah suka sama pria beristri, aku suka uangnya," jawab Lova jujur.
"Pak Mahen itu punya 5 hotel, dan 10 toko perhiasan yang di kelola istrinya. Kalau kamu mau jadi simpanannya, kamu pasti di buatin toko perhiasan juga."
"Mending aku tetap jadi pacar settingan mu, daripada jadi simpanan dia!"
"Oh ya, uang sudah aku transfer," Harrya menunjukkan bukti transfer sejumlah 20 juta ke rekening Lova di handphonenya. Bagi Harrya, uang itu tak seberapa.
Lova pun tersenyum manis, "senang bekerjasama dengan kamu, sayang!"
"Mbak Lova, kita sudah sampai di alamat tokonya!" Ucap Jarwo sambil mematikan mesin mobilnya.Lova melirik dari dalam mobil, nama toko itu The Sun Diamonds. Toko yang cukup besar, namun lampu-lampunya sudah sedikit redup sepertinya hendak tutup karena sudah malam."Mbak Lova, saya mohon maaf! Saya tidak bisa nungguin soalnya istri saya mau melahirkan, katanya sudah pecah ketuban, Mbak! Mbak Lova gak apa-apa kalau pulang sendiri nanti?" Kata Jarwo lagi sebelum Lova turun."Oh, oke! Nanti saya bisa pakai taxi online, makasi ya, Bang!" Lova lalu menyerahkan beberapa lembar uang pada Jarwo, "untuk tambahan biaya lahiran," kata Lova lagi.Betapa senangnya hati Jarwo karena di beri uang dengan jumlah yang lumayan sekali, dia jadi tidak perlu khawatir untuk masalah lahiran istrinya nanti."Wah, makasi banyak! Mbak Lova selalu baik sama saya! Nanti kalau anak saya perempuan mau saya kasih nama Lova juga," ucap Jarwo dengan mata berbinar melihat uang itu.
Napas Lova berburu cepat, kakinya terus berlari mencari jalan keluar dari toko perhiasan itu. Lampu-lampu di toko sudah di redupkan membuat Lova semakin kesusahan. "Sial, pintu keluar yang mana sih? Banyak banget lagi pintunya," umpat Lova sambil bingung memilih pintu di hadapannya, sementara suara Pak Mahen kembali terdengar, dia sepertinya tak patah semangat untuk mengejar Lova lagi walau tadi sudah di beri tendangan pendekar oleh Lova. "Jangan kabur kamu, Cherry!" Terdengar suara Pak Mahen menggema di toko itu, jantung Lova semakin berdetak dengan kencang, dia benar-benar takut kalau-kalau si kakek tua genit itu kembali melahapnya. Dia segera saja mencoba satu pintu di hadapannya, rupanya terkunci. Kakinya melangkah ke pintu yang ada di pojok kiri, rupanya terkunci juga. Hanya ada satu pintu lagi yang agak jauh ke kanan, dia segera berlari kesana, rupanya pintu yang lebih kecil ini malah tidak terkunci. Langkah Lova semakin lebar lagi s
"Apa lagi?" Bentak Lova.Barna sudah berdiri di hadapan Lova, menghalangi jalannya untuk masuk ke dalam pintu pagar kost."Kamu yang tadi siang? Lov ... Lov... Lova ya?" Barna mengingat-ngingat kembali perempuan berkacamata yang jatuh karena terkena senggolan badannya tadi siang."Bagus lah kalau dari tadi kamu gak sadar," umpat Lova sambil berbisik."Apa?" Tanya Barna."Gak apa-apa," Lova pun berjalan ke sisi kiri Barna agar bisa masuk ke dalam, namun lengannya sudah di tangkap duluan oleh tangan laki-laki itu."Lepasin! Apa lagi sih?" Lova membentak lagi.Barna tersenyum kecut mengingat tadi siang perempuan ini mengaku mau mentraktirnya kopi, tapi malah kabur begitu saja dan akhirnya Barna yang membayar tagihan billnya."Kamu mau pergi begitu aja dengan gratis seperti tadi siang?" Tanya Barna dengan nada angkuhnya. Tangan Barna mendorong Lova sehingga punggung Lova jadi bersandar pada mobil Barna.Barna semakin mendeka
Sampai hampir 15 menit Barna berlari kesana kemari mengejar si tikus, namun tak kunjung di dapat. Makhluk kecil itu berhasil sembunyi dengan sempurna, sementara si Mezi juga ikut-ikutan mengeong sambil jingkrak-jingkrak kesana kemari.Mata Barna tertuju pada kandang Mezi, "kamu punya kucing, kenapa gak suruh kucing kamu ini aja buat nangkep tuh tikus?""No! Anakku gak boleh nangkep tikus itu, dia kucing mahal, kalo makan gak sembarangan!" Kata Lova yang berdiri di luar kamarnya."Anak?" Barna jadi ingat dengan kejadian tadi siang, saat Lova mengatakan hendak menjemput anaknya dan pergi begitu saja. "Jadi ini anak yang kamu jemput tadi siang?" Gumam Barna sambil geleng-geleng.Mata Barna kini menemukan sosok tikus hitam itu yang tiba-tiba berjalan ke arah pintu. makhluk kecil itu pelan-pelan berjalan untuk keluar dari kamar Lova yang terbuka. Lova bahkan tidak tahu kalau tikus itu sudah keluar sendiri tanpa Barna usir, dia sibuk menutup matanya karen
Sore ini Lova di minta untuk ke salah satu beach club bernama Santana beach oleh Harrya. Dia memakai rambut palsu sebahu berwarna coklat, tak lupa softlens berwarna coklat juga menghiasi matanya.Sambil menyelam minum air, itu motto dari Lova. Sambil menunggu Harrya yang belum kelihatan batangannya, dia pun mencari mangsa dulu.Entah mengapa matanya tertarik pada sosok laki-laki berambut sedikit gondrong yang berdiri membelakanginya sekitar 30 meter, rasanya sangat tidak asing di matanya. Saat laki-laki itu membalikkan badannya barulah Lova sadar, rupanya itu Barna, laki-laki yang sudah nakal menciumnya di kostan.Lova hendak menghampirinya namun langkahnya terhenti saat seorang perempuan lebih dulu menghampirinya. Perempuan seksi itu membawakan minuman untuk Barna, hati Lova langsung rontok."Udah punya pacar? Berani cium cewek lain?" Gerutu Lova sambil berbisik.Perempuan seksi yang atasannya memakai bikini itu menyenderkan kepalanya
Mata Barna tak sengaja melihat sepasang kekasih yang saling bercumbu menyatukan bibir mereka. Kepalanya hanya bisa geleng-geleng melihat itu, Barna seketika mengingat kejadian saat malam dia mencium Lova di kamar kostnya, yang ternyata setelah sampai rumah uang 5 juta yang Lova beri sudah hilang dari saku celananya. Barna sadar, pasti sudah Lova ambil lagi saat perempuan itu meraba pantatnya."Bar, cewek yang tadi gak nyariin kamu lagi?" Tanya Andrew, sahabat Barna.Barna hanya tersenyum tipis, "aku bilang mau ngobrol penting sama kamu, jadi jangan ganggu dulu. Dia manut aja sih, bego aja dia!""Kalo aku jadi kamu, langsung aku bungkus bawa pulang deh, gak mungkin aku sia-sia kan! Kamu terlalu banyak ghostingin cewek, Bar!" Keluh Andrew yang merasa kecewa waktu tahu Barna menyia-nyia kan perempuan cantik yang baru saja mereka kenal itu di sana."Aku cuma perlu uangnya, Drew!""Ya kalau dapat uangnya sekalian dapat tidurin kan lebih enak lagi,
Lova tersenyum sambil menatap batu nisan Mamanya, siang ini dia mampir ke kuburan Mamanya. Sudah 3 tahun lamanya Lova hidup sendiri, tepat di tanggal ini 3 tahun silam Lova menangis di sini, kehilangan sosok Mama untuk selamanya. Di sebelah kuburan Mamanya, ada kuburan Papanya yang sudah 8 tahun lalu meninggal."Semoga kalian berdua bahagia di sana," bisik Lova namun tak bisa dia sembunyikan bendungan cairan bening yang siap menetes melewati pipinya. Betapa beratnya kehidupan 3 tahun yang dia lalui tanpa sosok orang tua, apalagi dia anak tunggal. Karena kesalahan Mamanya, dia jadi sempat di cibir oleh orang-orang yang memang membenci Mamanya. Menjadi rentenir itu memiliki 2 sisi, 1 sisi di perlukan saat membutuhkan uang tapi sisi satunya lagi di benci karena bunga yang tinggi dan cara menagih yang mungkin agak kelewatan."Lova kuat, Ma! Sudah Lova lewati masa-masa dimana semua orang mencibir Lova karena pekerjaan Mama, sudah Lova rasakan juga bagaimana susahnya m
Sampai di rumah sakit, Hanna segera di tangani di UGD. Dokter mengatakan kalau Hanna memiliki penyakit asam lambung, memang belakangan ini ia terlalu sibuk belajar untuk olimpiade matematika tingkat nasional, sehingga sering melewatkan waktu makan. Ibu Dahlia masih setia menemani Hanna yang baru saja mendapatkan suntikan untuk meredakan nyeri di lambungnya.Sementara Lova yang baru saja mengurus administrasi rumah sakit pun secara tak sengaja menemukan sosok laki-laki tampan dengan rambut sedikit gondrongnya di lobby rumah sakit itu.Barna baru saja selesai merokok, dan tiba-tiba langkahnya terhenti saat seorang perempuan berkacamata menghalangi jalannya."Hai," sapa Lova sambil tersenyum."Kamu? Ngapain kamu di sini?" tanya Barna bingung."Aku? Aku mau periksa jantung aku, gak tahu kenapa suka berdegup kencang semenjak ketemu kamu," jawab Lova sambil memegang dadanya sebelah kiri dan tersenyum.Entah mengapa wajah Barna ja