Sampai di rumah sakit, Hanna segera di tangani di UGD. Dokter mengatakan kalau Hanna memiliki penyakit asam lambung, memang belakangan ini ia terlalu sibuk belajar untuk olimpiade matematika tingkat nasional, sehingga sering melewatkan waktu makan. Ibu Dahlia masih setia menemani Hanna yang baru saja mendapatkan suntikan untuk meredakan nyeri di lambungnya.
Sementara Lova yang baru saja mengurus administrasi rumah sakit pun secara tak sengaja menemukan sosok laki-laki tampan dengan rambut sedikit gondrongnya di lobby rumah sakit itu.
Barna baru saja selesai merokok, dan tiba-tiba langkahnya terhenti saat seorang perempuan berkacamata menghalangi jalannya.
"Hai," sapa Lova sambil tersenyum.
"Kamu? Ngapain kamu di sini?" tanya Barna bingung.
"Aku? Aku mau periksa jantung aku, gak tahu kenapa suka berdegup kencang semenjak ketemu kamu," jawab Lova sambil memegang dadanya sebelah kiri dan tersenyum.
Entah mengapa wajah Barna ja
"Memang kamu perlu uang berapa?" tanya seorang laki-laki yang berusia sekitar 30 tahunan pada Lova."Sekitar 10 juta aja kok, makanya aku bingung harus cari duit dimana ya?" Lova berpura-pura galau, dia sedang menipu seorang pengusaha. Pengakuannya kalau dia perlu biaya kuliah, dan mengatakan kalau orang tuanya sedang kesulitan ekonomi."10 juta gampang, nanti aku transfer!""Aku gak punya rekening, Kak! Biasanya aku pinjam rekening paman ku untuk biaya kuliah, bisa gak kalau Kakak kasih aku uang tunai aja?" Lova beralasan."Bisa, tapi kamu ke apartemen aku dulu, ya?" tawar laki-laki itu."Tapi hari ini aku ada jadwal kuliah, Kak!" lagi-lagi Lova harus mencari alasan, orang ini pasti ingin meniduri Lova dulu baru memberinya uang."Kamu kapan bisanya aja, uang ku di apartemen soalnya, kalau hari ini kamu bisa ya hari ini juga aku kasih uangnya," jawab laki-laki itu.Lova pun mendengus kesal, terus-terusan mengumpat da
"Pacaran sama Mama kamu? Mama kamu yang kemarin ada di rumah sakit itu?" tanya Barna menyelidik. Kini jadi Lova yang tertawa terbahak. "Apa yang lucu?" Barna jadi bingung. "Jadi kamu pikir Ibu Dahlia itu Mama aku?" Lova melanjutkan tawanya, "dia bukan Mama ku, Mama ku sudah di tanah kubur gara-gara Nio brengsek itu." "Sudah meninggal?" selidik Barna lagi, yang di balas dengan anggukan dari Lova. "Sori," ucap Barna kemudian. "Kamu korban dari dia juga? Atau jangan-jangan kamu kaki tangan dia?" tanya Lova balik. "Dia kakakku!" jawab Barna. Lova membelalakkan matanya begitu mendengar jawaban dari Barna, bagaimana bisa orang yang selama ini dia cari-cari ternyata adalah kakak dari Barna. "kakak tiri lebih tepatnya," lanjut Barna lagi. "Kakak tiri?" Lova mengernyitkan dahinya. "Kami satu Ibu, tapi beda Ayah, dia juga yang sudah membawa lari uang Ayahku, dan pastinya penyebab Ayahku k
Dari beberapa sumber yang Barna dapatkan, ada yang mengatakan kalau Jun kini memiliki usaha. Namun anak buahnya yang mengurus usaha tersebut, Jun jarang turun langsung di sana, mengingat dia adalah target incaran banyak orang. Jun terlalu banyak menipu, bahkan dengan jumlah fantastis. Entah mengapa dia belum di penjara juga sampai saat ini.Sambil mencari tahu keberadaan Jun, Barna mengajak Lova untuk nongkrong di sebuah bar di dekat pantai. Ada yang mengatakan kalau Jun juga sering terlihat di bar ini bersama beberapa wanita. Seperti motto dari Lova, sambil menyelam minum air. Sambil nongkrong sambil cari informasi tentang Jun, sambil cari cuan juga.Kali ini Lova hanya memakai bikini di bagian atasnya dan bawahnya celana hotpants super pendek."Oke, pria banyak uang, tunjukkan dirimu," gumam Lova yang berdiri di depan meja bar. Dia menutupi matanya dengan kacamata hitam, menggulung rambut panjangnya ke atas, leher, dada dan punggungnya yang mulus beberap
"Kenapa putus?" tanya Lova."Dia tahu pekerjaanku, dia gak suka aku jadi penipu dan nyuri, waktu itu dia marah lalu mutusin aku dan menghilang. Aku cuma dapat kabar dari temannya kalau dia sudah menikah, rupanya dia menikah dengan laki-laki macam begitu," Barna tentu saja kesal, terlihat jelas dari raut wajahnya, namun seperti sedikit meledek juga begitu melihat suami dari mantan pacarnya itu tidak setampan dirinya."Pacaran berapa lama?" tanya Lova lagi masih kepo."7 tahun," jawab Barna.Lova tertawa yang seketika membuat Barna menoleh ke arahnya. "Ngapain ketawa?""Itu pacaran atau nyicil rumah?" ledek Lova."Sialan!" umpat Barna."Menurutku sih, kamu yang kena tipu dia!" ucap Lova."Maksud kamu?" Barna bingung."Itu cuma alasan dia aja buat mutusin kamu, kenyataannya perempuan itu pengen sesuatu yang pasti! Ngapain pacaran 7 tahun tapi gak tahu mau di bawa kemana hubungan kalian, selain itu hidup juga perlu cua
Kekecewaan yang menyelimuti wajah Barna saat tadi melihat mantan pacarnya yang telah memiliki suami, ikut membuat hati Lova kecewa. Rasanya Barna pasti masih menyimpan rasa pada mantannya itu, jelas lah 7 tahun bukan waktu yang singkat untuk pacaran.Entah mengapa saat itu Lova jadi ingin merokok, untuk meluapkan kesalnya. Tak pernah dia begini, apa ini cemburu? Berarti Lova benar-benar sudah tertarik pada Barna yang tak hanya mencuri ciumannya, tapi juga mencuri hati Lova.Tak banyak mendapat informasi seputar Jun di bar itu, hanya seorang bartender mengatakan kalau sering melihat wajah Jun saat Barna menunjukkan foto Jun, bartender itu mengatakan selain dengan perempuan Jun juga beberapa kali datang bersama rekan laki-laki.Barna mengajak Lova untuk pulang karena matahari sudah terbenam dan hari mulai gelap. Di bar itu tadi Barna mendapatkan sejumlah uang dari seorang Tante-Tante, Barna mengaku tak memiliki uang untuk bayar kost, jadi lah si Tante kaya r
Bibir Lova langsung manyun panjang, bisa-bisanya Barna meninggalkannya begitu saja yang sedang nikmatnya hampir mencapai puncak yang belum pernah Lova rasakan sebelumnya.Saat Lova membalikkan badannya, rupanya Barna sudah sibuk bermain bersama Mezi sambil mengelus-elus bulu halus si kucing, dan Mezi pun jadi ketagihan minta di elus lagi. Kucing saja ketagihan di elus-elus Barna, lalu Lova apa kabar yang sudah setengah telanjang begini?Ingin rasanya Lova berubah menjadi Cat Woman saat itu juga, mencakar badan Barna dan menggigit itu tangannya yang sudah nakal sehingga membuat Lova menggeliat tak karuan tadi."Awas aja ya kamu, tunggu pembalasanku!" umpat Lova yang lalu masuk ke kamar mandi, berusaha untuk menenangkan pikirannya dan membuat dingin badannya yang tadi sempat kepanasan gara-gara ulah tangan nakal Barna.Saat Lova keluar kamar mandi, dia tak menemui Barna lagi di dalam kamar kostnya. Lova pun mengedikkan bahunya, "mungkin ud
Tangan dan kaki Barna bergetar, seolah tak sanggup menerima kenyataan yang baru saja dokter ucapakan padanya. Saat tadi Barna sampai di rumah sakit, ranjang Ibunya telah di kerumuni oleh dokter dan perawat yang sedang melakukan tindakan terakhir untuk mengembalikan detak jantung Ibunya.Berselang 20 menit Barna menunggu, dokter menghampirinya dan menyatakan kalau sudah melakukan yang terbaik. Iya, Ibu Barna akhirnya pergi untuk menyusul suaminya. Tak tahan Barna meneteskan air mata di samping tubuh Ibunya yang telah tertutup kain putih rumah sakit."Sekarang apa sakit Ibu sudah hilang?" tanya Barna di sebelah Ibunya.Air matanya kembali menetes padahal baru tadi pagi dia masih bisa melihat senyum tipis Ibunya saat Barna pamit hendak mencari uang. Hanya saja Ibu hari ini tumben tak bersuara, biasanya masih mampu menyebut nama Barna, tapi tadi hanya anggukan dan senyuman saja.Lova rupanya menyusul Barna ke rumah sakit. Dia langsung
"Udah selesai kok, aku mau keluar dulu kalau gitu," ucap Lova sedikit gugup sambil membenahi kacamatanya yang sedikit turun. Baru saja Lova hendak melangkahkan kakinya, tapi badannya malah di kunci dengan kungkungan tangan Barna."Mau kemana?" tanya Barna dengan senyum tipisnya seraya semakin mendekatkan wajahnya."Kamu kan mau ganti baju, jadi aku keluar dulu," ujar Lova berusaha untuk terlihat tidak gugup di depan Barna."Diam disini aja," kata Barna lagi. "Sambil lihatin aku ganti baju."Lova menelan salivanya, Barna ini pasti mau mengerjainya lagi, dia pikir Lova akan malu kalau melihat Barna berganti baju di hadapannya."Oke, mau aku bantu?" tawar Lova dengan berani."Wah, kebetulan," Barna pun hendak membuka balutan handuk yang menutupi bagian bawah tubuhnya, namun cepat-cepat Lova menutup matanya dengan kedua tangannya. Sementara Barna sudah dengan lega membuka lebar handuknya, memperlihatkan sesuatu yang ada di dalamnya.