Lova terbangun dari tidurnya, kepalanya rasanya masih sangat pusing. Perlahan ia coba bangun dan masih di atas ranjang dalam posisi duduk, menguap dengan sangat lebar. Matanya lalu tak sengaja melihat ke arah bawah ranjangnya.
Barna masih tertidur nyenyak, hanya saja ada pemandangan yang aneh. Mezi si kucing anggora juga ikut tertidur di sana bersama Barna, namun posisi Mezi tertidur itu membuat Lova bergidik ngeri.
Seenaknya si Mezi tidur tepat di atas tongkat sakti milik Barna. Mana dia berkali-kali mengelus kepalanya di sana sambil sesekali membuka mata dan melirik ke arah Lova, lalu terpejam dan tidur lagi.
"Iiisshhhh, Mez! Kamu apa-apaan tidur di sana?" bentak Lova sambil kemudian turun dari ranjangnya dan perlahan mencoba mengangkat Mezi dari tempat terlarang itu.
"Kamu tahu aja ya tempat yang begitu!" bisik Lova yang kini sudah berhasil mengangkat Mezi dan menggendongnya. Lalu ia segera memasukkan Mezi ke kandangnya, Mezi terus-te
Barna mendapatkan rekaman CCTV 3 tahun lalu di minimarket tersebut. Lova lah yang terus-terusan merayu Manager di minimarket itu agar mau membantu mereka mencari rekaman CCTV yang mereka mau.Namun rasanya kalau hanya ini saja tentu tak akan cukup menjerat Jun ke penjara. Mereka harus mendapatkan banyak bukti yang lainnya lagi.Barna mengajak Lova untuk bertemu dengan seseorang yang pernah menjadi korban dari Jun. Ia menuju ke sebuah daerah yang cukup kumuh, ada rumah susun yang bisa dikatakan kondisinya tidak begitu baik. Kotor, jorok, membuat Lova bergidik ngeri dan menempelkan badannya pada Barna."Ngapain sih tempel-tempel?" tanya Barna."A-aku jijik, Bi! Banyak tikusnya itu," Lova menunjuk kumpulan sampah yang tak jauh dari penglihatannya dan ada makhluk kecil berwarna hitam yang paling Lova takuti."Kan jauh, kalau jalan sambil nempel-nempel gini aku jadi gak konsentrasi," ucap Barna."Iiisshhh..." Lova mendesis kesal, kemudian menjauh
Barna memperhatikan penampilan Lova dari atas sampai bawah, kepalanya menggeleng berkali-kali."Kenapa?" tanya Lova."Kenapa aku baru sadar kalau pakaian kamu terbuka? Pantas daritadi banyak mata laki-laki yang memperhatikan kamu," ucap Barna masih keheranan sendiri, padahal hari ini mau mencari para korban dari Jun, kalau pakaian Lova terbuka begini yang ada Lova lah yang menjadi korban mata laki-laki."Terbuka apanya sih, Bi? Bukannya kamu biasa lihat aku yang lebih terbuka dari ini? Lagian aku udah pakai ini daritadi, kenapa baru sadar sekarang sih?" jawab Lova dengan santai sambil memainkan kuku-kuku cantiknya.Barna menghela napas kasar, ia memang baru sadar kalau pakaian Lova cukup terbuka, mungkin gara-gara Barna terlalu sering melihat Lova dengan pakaian minim bahan jadi menurutnya biasa saja. Namun setelah sadar sedari tadi banyak mata laki-laki di tempat kumuh ini yang memperhatikan Lova, barulah Barna mulai memanas. Tak boleh ada laki-laki lain
Jun menahan rasa sakit akibat tamparan dari perempuan itu, sambil terus memegang pipinya, Jun pun mendelik kesal ke arah perempuan yang menamparnya."Jadi setelah bertahun-tahun hilang, kamu kembali dan malah melamar perempuan lain?" bentak Hana, perempuan yang menamparnya.Lova kaget akan hadirnya Hana yang tiba-tiba di sana, kenapa perempuan ini bisa ada di sini? pikir Lova terus dalam hati.Padahal sedari tadi Hana membuntuti Barna dan Lova. Ia ingin mencari tahu keberadaan Jun dengan membuntuti mereka, kagetnya Hana saat melihat ada sosok Jun yang tiba-tiba mendekati Lova. Lebih kaget lagi begitu melihat Jun mengeluarkan cincin berlian untuk Lova. Hana tak bisa terima, baginya tak ada perempuan lain yang bisa bersama Jun selain dirinya. Sekian tahun menunggu kabar dari Jun, betapa sakitnya saat melihat kejadian di hadapannya itu.Sementara Jun tak menjawab pertanyaan dari Hana, ia hanya diam tanpa suara. Kemudian malah memilih pergi meninggalkan Hana
Bellova Serena bersimpuh sambil menangis sesenggukan di samping batu nisan yang bertuliskan nama Mamanya, Marcella Dianty. Gadis 20 tahun itu mengusap air mata yang jatuh di balik kacamata minusnya, rambut panjangnya terurai menyentuh tanah kuburan yang masih basah. Selain kehilangan Mama untuk selama-lamanya, dia juga harus kehilangan semua harta benda milik Mamanya termasuk rumah dan mobil mewahnya.Ibu Marcella adalah seorang janda kaya raya, harta yang di milikinya adalah hasil dari warisan suaminya yang sudah meninggal 5 tahun lalu. Ibu Marcella berprofesi sebagai seorang rentenir, orang-orang yang meminjam uang padanya akan di kenakan bunga 80 persen dari pinjaman. Jika waktunya membayar tiba, akan ada 2 orang laki-laki berbadan kekar dan berkumis tebal yang mendatangi dan menagih janji membayar hutang beserta bunganya.Banyak orang yang mencela pekerjaan Ibu Marcella, memang uang bisa cepat cair saat hendak meminjam pada Ibu Marcella. Namun saat harus membayarnya,
Lova di buat geram oleh kehadiran kucing kampung liar yang selalu mengganggu Mezi, kucing anggora kesayangannya. Suara ribut Mezi saat menolak ajakan kencan si kucing kampung membuat seluruh penghuni kost jadi terganggu. Lova cepat-cepat menggendong Mezi lalu mengajaknya untuk masuk ke dalam kamar kostnya."Makanya, kamu jangan keluar kandang! Jadi di ganggu kan, siapa suruh jadi kucing cantik," ucap Lova pada Mezi sambil mengelus-elus bulu halusnya. Mezi pun jadi nyaman di elus-elus manja oleh Lova, dia jadi tertidur di karpet lantai kamar itu."Aku nanti tinggal sebentar, kamu diam di dalam dan jangan keluar kandang, oke? Aku mau cari uang untuk kita pergi ke salon," Lova tersenyum di ujung bibirnya. Dia pun meninggalkan Mezi yang mungkin sudah mulai bermimpi menembus langit ke tujuh dunia perkucingan. Mungkin juga dalam mimpinya sedang bertemu pangeran dari negeri anggora namun berwujud kucing kampung yang tadi mengganggunya.Lova bergegas mengganti kimono ha
Laki-laki yang berbadan sedikit berisi itu pun tersenyum begitu mendengar nama si perempuan cantik yang menempelkan paha mulusnya pada pahanya yang tertutup celana jins."Cherry? Kamu pasti... Pintar menyanyi!" Kata laki-laki yang mengaku bernama Aldo itu. Dia membuka kedua tangannya di dagunya, "you are beautiful, beautiful, beautiful, kamu cantik ... Cantik ... Dari hati muuu ..." Katanya sambil bernyanyi, lagu itu tidak asing di telinga Lova.Lova hanya tersenyum tipis sambil meminum minumannya."Kamu ya? Kamu kan? Cherrybelle kan? Betul? Ayo kamu ngaku!" Kata Aldo dengan nada mabuknya."Iya, aku Cherrybelle!" Jawab Lova asal."Aku ngefans sama kamu, kenapa kamu gak nyanyi lagi sambil nari-nari seperti dulu? Kenapa kamu malah kesini?" Tanya Aldo yang kepalanya sudah tertidur di meja bar.Lova masih memperhatikannya sejenak, mata Lova berpencar mencari titik CCTV. Sebisa mungkin gelagatnya tak mencurigakan, Aldo yang sudah teler dan tertid
Laki-laki berwajah rupawan, dengan rambut yang sedikit panjang, kira-kira panjangnya seleher itu, bernama Barna. Matanya berkeliling mencari sosok perempuan yang memakai mini dress berwarna biru di dalam klub Bluelight. Barna menjadikan perempuan itu targetnya begitu tadi di depan klub dia tak sengaja melihatnya turun dari mobil mewah. Semakin tertarik lagi saat perempuan itu masuk lewat jalur khusus yang di arahkan oleh seorang security dan dia langsung memberikan beberapa lembar uang pada security yang sepertinya sudah sangat akrab dengannya.Hingar bingar suara musik dari DJ perempuan seksi, menemani Barna untuk mencari targetnya di dalam klub. Dia masih berdiri sambil terus memperhatikan sekitar, rasanya sedikit kesusahan menemukan sosok perempuan dengan mini dress biru tadi. Namun tiba-tiba ada seorang perempuan muda yang tidak begitu cantik namun berpakaian sangat minim bahan mendekatinya.Perempuan itu memakai atasan yang hanya menutupi bagian dadanya yang beruk
Lova tersenyum manis pada laki-laki tampan yang sudah menolongnya tadi, tapi tidak dengan laki-laki itu. Dia memalingkan wajahnya dan tak mau melihat kearah Lova. Tak ada yang spesial dari laki-laki itu, tak ada jam tangan mahal, hanya saja bau parfum mahal khas pria dari tubuhnya yang membuat Lova tertarik selain wajahnya yang rupawan.“Sori, aku harus pergi!” Ucap Barna sambil melepas tangan Lova yang masih memegang lengannya.Barna segera pergi tanpa mempedulikan Lova, baru kali ini Lova di begitukan oleh laki-laki. Lova pun mendengus kesal, namun penasarannya rupanya lebih tinggi. Dia lalu melepas kedua high heelsnya yang sudah patah satu itu, menjinjingnya di tangan dan tak peduli dengan dinginnya lantai dansa di klub itu. Dia kembali melangkahkan kaki telanjangnya mengikuti Barna, setidaknya dia harus tahu nama laki-laki itu, kalau beruntung mungkin Lova bisa mendapatkan uang atau barang berharga lainnya dari laki-laki itu.Barna melirik ke bel