Laki-laki berwajah rupawan, dengan rambut yang sedikit panjang, kira-kira panjangnya seleher itu, bernama Barna. Matanya berkeliling mencari sosok perempuan yang memakai mini dress berwarna biru di dalam klub Bluelight. Barna menjadikan perempuan itu targetnya begitu tadi di depan klub dia tak sengaja melihatnya turun dari mobil mewah. Semakin tertarik lagi saat perempuan itu masuk lewat jalur khusus yang di arahkan oleh seorang security dan dia langsung memberikan beberapa lembar uang pada security yang sepertinya sudah sangat akrab dengannya.
Hingar bingar suara musik dari DJ perempuan seksi, menemani Barna untuk mencari targetnya di dalam klub. Dia masih berdiri sambil terus memperhatikan sekitar, rasanya sedikit kesusahan menemukan sosok perempuan dengan mini dress biru tadi. Namun tiba-tiba ada seorang perempuan muda yang tidak begitu cantik namun berpakaian sangat minim bahan mendekatinya.
Perempuan itu memakai atasan yang hanya menutupi bagian dadanya yang berukuran cukup besar, tak ada sehelai kain pun yang menutupi perutnya. Rok mini yang dia gunakan juga sangat minim bahan, paha putih mulusnya yang berisi tatto bergambar bunga mawar terlihat jelas.
Walau tak cantik, namun lekukan tubuh perempuan itu yang bagaikan gitar Spanyol pasti membuat setiap laki-laki tergiur. Sayangnya tidak untuk Barna, dia tak tertarik dengan itu. Dia lebih tertarik dengan barang bawaan atau isi tas calon korbannya.
"Ganteng, kamu sendirian?" Tanya si perempuan muda itu dengan nada sedikit berteriak agar terdengar, karena suara musik yang keras di klub itu.
Barna hanya menoleh sekilas, tak begitu menanggapi.
"Aku traktir minum, mau?" Tanya perempuan itu lagi.
Barna lalu tersenyum tipis, dia langsung tertarik dengan tawaran perempuan itu.
"Oke," jawab Barna, si perempuan muda seksi itu pun langsung menarik tangan Barna menyusuri sesaknya orang-orang yang berdiri sambil bergoyang di sana. Dia langsung mengajak Barna untuk duduk di bar dan memesankan minuman.
"Namaku Stefi, kamu siapa?" Ucap si perempuan yang bernama Stefi itu di dekat telinga Barna.
"Aku Brian!" Jawab Barna juga di dekat telinga Stefi, itu nama samaran Barna.
Stefi pun mengangguk, dia lalu meminum minumannya. Kemudian dia mengeluarkan iphone keluaran terbaru dari tas kecil yang menggantung di bahu kirinya, Barna melirik sekilas ke tas kecil itu sambil meneguk minumannya. Jelas sekali Barna melihat ada beberapa lembar uang di dalamnya sebelum di tutup kembali oleh Stefi.
"Minta nomor handphone kamu, boleh?" Tanya Stefi.
Barna pun tersenyum di ujung bibirnya, dia lalu meraih iphone itu dari tangan Stefi dan mengetikkan nomor kemudian menyimpannya dan menyerahkan kembali iphone itu pada Stefi.
Barna lalu berdiri mendekati tubuhnya ke Stefi, tangan kiri Barna menyentuh pinggang ramping perempuan itu, sementara tangan kanan Barna bekerja dengan cepat menyelipkan jari-jari panjangnya ke dalam tas di bahu kiri Stefi. Barna dapat merasakan beberapa lembar uang, dia dengan cepat mengambilnya.
Stefi yang dari awal sudah tertarik dengan Barna karena ketampanannya, seketika itu jantungnya berdetak kian cepat saat hembusan napas laki-laki yang mengaku bernama Brian itu menyapu telinganya. Bibir Barna sangat dekat dengan telinga Stefi, dan Barna pun berbisik.
"Jangan lupa hubungi aku, oke?" Bisik Barna sambil berlalu pergi meninggalkan Stefi yang sejenak seperti terkena hipnotis dari ketampanan laki-laki itu. Stefi pun menoleh, tak ada sosok Barna lagi. Dia lenyap begitu saja, dia hilang di tengah-tengah keramaian.
Barna sedikit berlari di tengah kerumunan orang-orang, dia lalu mencium uang hasil tangkapannya tadi, ada sekitar 1,5 juta.
Mata Barna pun kini menjadi teralihkan ke sosok perempuan dengan mini dress biru yang sedang duduk berangkulan bersama seorang laki-laki di bar yang terletak di sebelah kiri klub. Tampaknya laki-laki itu sudah mabuk, betapa kagetnya Barna waktu melihat si perempuan itu diam-diam memasukkan jam tangan mahal ke dalam tasnya, kemudian juga beberapa lembar uang. Perempuan itu lalu meninggalkan laki-laki yang mabuk itu sendirian di bar.
"Rupanya, kita sama!" Gumam Barna.
Barna mengikuti perempuan itu, matanya jadi tertarik dengan jam tangan mahal yang tadi perempuan itu masukkan ke dalam tasnya. Barna kaget saat melihat si perempuan terjatuh, kemudian di bantu oleh seorang pria yang cukup berumur. Dengan jelas Barna melihat kalau perempuan itu memasang wajah meringis di sebelah pria berumur itu, tak lama pria itu pun mengeluarkan sejumlah uang yang sudah di ikat. Jelas sekali ekspresi bahagia si perempuan saat melihat uang itu.
Entah mengapa kemudian pria berumur itu melepaskan si perempuan begitu saja dengan ekspresi jijik. Timbul pertanyaan di benak Barna, apa yang sudah perempuan itu ucapkan sampai akhirnya dia pergi dengan mudah dan tentu saja uang tadi sudah masuk ke dalam tas tangannya.
Barna tak mau kehilangan jejaknya, badan tingginya menyusuri keramaian sambil tak melepas pandangannya pada perempuan dengan dress mini berwarna biru itu. Perempuan itu sangat lincah walau berjalan sedikit pincang dengan satu high heels yang sudah patah, dia menaiki tangga kecil namun sepertinya kakinya terselip sehingga tak bisa menjaga keseimbangannya. Barna segera berlari, dia menyangga badan perempuan itu sehingga tak sampai terjatuh.
Tangan Barna mulai bergerilya, jari-jarinya masuk perlahan ke dalam tas tangan milik perempuan itu. Dapat dia rasakan beberapa lembar uang dan jam tangan incarannya itu, kali ini hanya jam tangan itu saja yang akan Barna ambil agar tak mencurigakan. Segera jarinya menarik jam tangan itu keluar. Sementara mata Barna memandang dingin ke arah perempuan dengan mata biru itu. Sepertinya perempuan itu pun terhipnotis sesaat oleh ketampanan Barna.
Setelah perempuan itu kembali berdiri dengan benar, Barna segera pergi tanpa kata.
Barna pun sudah berada di kerumunan orang-orang yang bergoyang, dia beruntung dan tersenyum melihat jam tangan mahal yang berhasil dia ambil dari tas yang tidak tertutup itu. Sepertinya tadi si perempuan tidak menutupnya dengan benar sehingga Barna dapat dengan mudah mengambilnya.
"Walau profesi kita sama, rupanya kamu bisa lengah juga!" Gumam Barna sambil melihat jam tangan mahal itu. Dia segera memasukkannya ke saku celananya.
"Ketemu!" Ada tangan seseorang yang tiba-tiba menarik lengan Barna, suaranya perempuan. Barna menoleh dan betapa kagetnya saat dia melihat sosok perempuan dengan mini dress biru itu rupanya mendapatkannya.
Barna gelagapan tak percaya, jangan-jangan dia sadar kalau jam tangan yang ada di dalam tasnya sudah hilang. Barna berpikir untuk kabur namun rasanya sia-sia karena tangan perempuan itu sudah menariknya.
"Kenapa pergi cepat-cepat sih?" Tanya perempuan itu.
Barna tak menjawab dia hanya diam.
"Aku kan belum bilang terima kasih. Terima kasih sudah menolongku, ya! Mungkin tadi aku bisa jatuh kalau gak ada kamu!" Ucapnya lagi.
Lova tersenyum manis pada laki-laki tampan yang sudah menolongnya tadi, tapi tidak dengan laki-laki itu. Dia memalingkan wajahnya dan tak mau melihat kearah Lova. Tak ada yang spesial dari laki-laki itu, tak ada jam tangan mahal, hanya saja bau parfum mahal khas pria dari tubuhnya yang membuat Lova tertarik selain wajahnya yang rupawan.“Sori, aku harus pergi!” Ucap Barna sambil melepas tangan Lova yang masih memegang lengannya.Barna segera pergi tanpa mempedulikan Lova, baru kali ini Lova di begitukan oleh laki-laki. Lova pun mendengus kesal, namun penasarannya rupanya lebih tinggi. Dia lalu melepas kedua high heelsnya yang sudah patah satu itu, menjinjingnya di tangan dan tak peduli dengan dinginnya lantai dansa di klub itu. Dia kembali melangkahkan kaki telanjangnya mengikuti Barna, setidaknya dia harus tahu nama laki-laki itu, kalau beruntung mungkin Lova bisa mendapatkan uang atau barang berharga lainnya dari laki-laki itu.Barna melirik ke bel
Barna melangkahkan kakinya di lorong rumah sakit, dia langsung masuk ke ruangan yang berbau khas obat-obatan. Matanya menatap nanar ke arah wanita paruh baya yang sedang tertidur dengan selang infus di tangan kirinya. Barna mendekati wanita paruh baya itu, mengusap tangan kanannya kemudian mencium tangan itu.Wanita bernama Dania Cavera itu sepertinya menyadari kehadiran putranya, dia terhenyak kemudian melirik dengan matanya yang setengah terbuka pada putranya.“Bu, cepat sembuh! Jangan lama-lama di sini,” bisik Barna.Ibu Dania kemudian menggenggam jemari anaknya, “Barna,” panggilnya pelan.Barna langsung mendekati tubuhnya ke arah Ibunya yang rupanya jadi terbangun gara-gara kehadirannya.“Iya, Bu?” Bisik Barna.“Kamu dari mana? Kenapa malam begini baru kesini?”“Aku ada sedikit pekerjaan, Bu,” jawab Barna.“Pekerjaan apa malam-malam begini?” Tanya ibuny
Lova di antar oleh Jarwo menuju ke salah satu Resto berstandar bintang lima bernama Resto Nirvana. Malam ini pekerjaannya tak jauh dari kebohongan lagi, dia bertugas sebagai pacar settingan si pemilik Resto terkemuka itu.Pemiliknya bernama Sadana Harrya, laki-laki dewasa berusia 32 tahun, dia mapan, tampan, rupawan, pujaan setiap wanita hanya saja dia penyuka sesama jenis. Walau banyak wanita cantik seperti model yang mendekatinya, namun Harrya sama sekali tak tertarik. Dia sudah memiliki kekasih yang berasal dari Belanda. Dan tak satu pun rekan-rekan Harrya tahu kalau dia penyuka sesama jenis, dia menutupinya dengan kegagahannya seperti laki-laki normal.Lova sudah sering di minta untuk bekerjasama, dia sering menjadi pacar settingan Harrya ketika hendak menghadiri acara khusus yang menuntutnya mengajak pasangan. Lova pertama kali bertemu Harrya karena di kenalkan oleh Mely, pemilik salon langganannya."Maaf aku sedikit telat, Har!" Ucap Lova sambil menc
"Mbak Lova, kita sudah sampai di alamat tokonya!" Ucap Jarwo sambil mematikan mesin mobilnya.Lova melirik dari dalam mobil, nama toko itu The Sun Diamonds. Toko yang cukup besar, namun lampu-lampunya sudah sedikit redup sepertinya hendak tutup karena sudah malam."Mbak Lova, saya mohon maaf! Saya tidak bisa nungguin soalnya istri saya mau melahirkan, katanya sudah pecah ketuban, Mbak! Mbak Lova gak apa-apa kalau pulang sendiri nanti?" Kata Jarwo lagi sebelum Lova turun."Oh, oke! Nanti saya bisa pakai taxi online, makasi ya, Bang!" Lova lalu menyerahkan beberapa lembar uang pada Jarwo, "untuk tambahan biaya lahiran," kata Lova lagi.Betapa senangnya hati Jarwo karena di beri uang dengan jumlah yang lumayan sekali, dia jadi tidak perlu khawatir untuk masalah lahiran istrinya nanti."Wah, makasi banyak! Mbak Lova selalu baik sama saya! Nanti kalau anak saya perempuan mau saya kasih nama Lova juga," ucap Jarwo dengan mata berbinar melihat uang itu.
Napas Lova berburu cepat, kakinya terus berlari mencari jalan keluar dari toko perhiasan itu. Lampu-lampu di toko sudah di redupkan membuat Lova semakin kesusahan. "Sial, pintu keluar yang mana sih? Banyak banget lagi pintunya," umpat Lova sambil bingung memilih pintu di hadapannya, sementara suara Pak Mahen kembali terdengar, dia sepertinya tak patah semangat untuk mengejar Lova lagi walau tadi sudah di beri tendangan pendekar oleh Lova. "Jangan kabur kamu, Cherry!" Terdengar suara Pak Mahen menggema di toko itu, jantung Lova semakin berdetak dengan kencang, dia benar-benar takut kalau-kalau si kakek tua genit itu kembali melahapnya. Dia segera saja mencoba satu pintu di hadapannya, rupanya terkunci. Kakinya melangkah ke pintu yang ada di pojok kiri, rupanya terkunci juga. Hanya ada satu pintu lagi yang agak jauh ke kanan, dia segera berlari kesana, rupanya pintu yang lebih kecil ini malah tidak terkunci. Langkah Lova semakin lebar lagi s
"Apa lagi?" Bentak Lova.Barna sudah berdiri di hadapan Lova, menghalangi jalannya untuk masuk ke dalam pintu pagar kost."Kamu yang tadi siang? Lov ... Lov... Lova ya?" Barna mengingat-ngingat kembali perempuan berkacamata yang jatuh karena terkena senggolan badannya tadi siang."Bagus lah kalau dari tadi kamu gak sadar," umpat Lova sambil berbisik."Apa?" Tanya Barna."Gak apa-apa," Lova pun berjalan ke sisi kiri Barna agar bisa masuk ke dalam, namun lengannya sudah di tangkap duluan oleh tangan laki-laki itu."Lepasin! Apa lagi sih?" Lova membentak lagi.Barna tersenyum kecut mengingat tadi siang perempuan ini mengaku mau mentraktirnya kopi, tapi malah kabur begitu saja dan akhirnya Barna yang membayar tagihan billnya."Kamu mau pergi begitu aja dengan gratis seperti tadi siang?" Tanya Barna dengan nada angkuhnya. Tangan Barna mendorong Lova sehingga punggung Lova jadi bersandar pada mobil Barna.Barna semakin mendeka
Sampai hampir 15 menit Barna berlari kesana kemari mengejar si tikus, namun tak kunjung di dapat. Makhluk kecil itu berhasil sembunyi dengan sempurna, sementara si Mezi juga ikut-ikutan mengeong sambil jingkrak-jingkrak kesana kemari.Mata Barna tertuju pada kandang Mezi, "kamu punya kucing, kenapa gak suruh kucing kamu ini aja buat nangkep tuh tikus?""No! Anakku gak boleh nangkep tikus itu, dia kucing mahal, kalo makan gak sembarangan!" Kata Lova yang berdiri di luar kamarnya."Anak?" Barna jadi ingat dengan kejadian tadi siang, saat Lova mengatakan hendak menjemput anaknya dan pergi begitu saja. "Jadi ini anak yang kamu jemput tadi siang?" Gumam Barna sambil geleng-geleng.Mata Barna kini menemukan sosok tikus hitam itu yang tiba-tiba berjalan ke arah pintu. makhluk kecil itu pelan-pelan berjalan untuk keluar dari kamar Lova yang terbuka. Lova bahkan tidak tahu kalau tikus itu sudah keluar sendiri tanpa Barna usir, dia sibuk menutup matanya karen
Sore ini Lova di minta untuk ke salah satu beach club bernama Santana beach oleh Harrya. Dia memakai rambut palsu sebahu berwarna coklat, tak lupa softlens berwarna coklat juga menghiasi matanya.Sambil menyelam minum air, itu motto dari Lova. Sambil menunggu Harrya yang belum kelihatan batangannya, dia pun mencari mangsa dulu.Entah mengapa matanya tertarik pada sosok laki-laki berambut sedikit gondrong yang berdiri membelakanginya sekitar 30 meter, rasanya sangat tidak asing di matanya. Saat laki-laki itu membalikkan badannya barulah Lova sadar, rupanya itu Barna, laki-laki yang sudah nakal menciumnya di kostan.Lova hendak menghampirinya namun langkahnya terhenti saat seorang perempuan lebih dulu menghampirinya. Perempuan seksi itu membawakan minuman untuk Barna, hati Lova langsung rontok."Udah punya pacar? Berani cium cewek lain?" Gerutu Lova sambil berbisik.Perempuan seksi yang atasannya memakai bikini itu menyenderkan kepalanya