Laki-laki yang berbadan sedikit berisi itu pun tersenyum begitu mendengar nama si perempuan cantik yang menempelkan paha mulusnya pada pahanya yang tertutup celana jins.
"Cherry? Kamu pasti... Pintar menyanyi!" Kata laki-laki yang mengaku bernama Aldo itu. Dia membuka kedua tangannya di dagunya, "you are beautiful, beautiful, beautiful, kamu cantik ... Cantik ... Dari hati muuu ..." Katanya sambil bernyanyi, lagu itu tidak asing di telinga Lova.
Lova hanya tersenyum tipis sambil meminum minumannya.
"Kamu ya? Kamu kan? Cherrybelle kan? Betul? Ayo kamu ngaku!" Kata Aldo dengan nada mabuknya.
"Iya, aku Cherrybelle!" Jawab Lova asal.
"Aku ngefans sama kamu, kenapa kamu gak nyanyi lagi sambil nari-nari seperti dulu? Kenapa kamu malah kesini?" Tanya Aldo yang kepalanya sudah tertidur di meja bar.
Lova masih memperhatikannya sejenak, mata Lova berpencar mencari titik CCTV. Sebisa mungkin gelagatnya tak mencurigakan, Aldo yang sudah teler dan tertidur itu di elus-elus oleh Lova, dia pun mulai beraksi.
Lova berbisik di telinga Aldo, "mau aku nyanyikan lagu selamat tidur? Tapi setelah aku selesai nyanyi, tolong kamu lupain aku, oke?" Aldo mengangguk, sepertinya sugesti yang Lova berikan masuk ke alam bawah sadarnya.
Lova akhirnya memulai nada nina bobonya yang di kolaborasi dengan backsound irama DJ di panggung. Lova sengaja mengangkat tangan Aldo untuk merangkul bahunya, agar saat terlihat di CCTV bahwa Aldo lah yang mendekatinya. Dengan sigap tangannya bekerja menarik jam tangan mahal di pergelangan tangan Aldo. Bau alkohol bercampur bau badan Aldo membuat Lova mual.
"Sumpah, jam tangan mu mahal tapi kenapa gak bisa beli deodorant sih? Uuueekk ..." Rasanya Lova ingin muntah di tempat.
Lova lalu dengan cepat meraba saku celana Aldo, dia menemukan dompet di sana. Lampu klub yang sedikit samar membuat Lova sedikit kesulitan, dia hanya bisa menggunakan indra perabanya untuk saat ini. Dia berusaha mencari uang tunai yang mungkin saja diselipkan oleh Aldo di sana, betul saja dia bisa merasakan beberapa lembar uang di dalam dompet itu. Tangan lihainya segera menarik uang itu, kemudian segera memasukkannya ke dalam tas tangan kulit buayanya. Lova pun segera memasukkan kembali dompet Aldo ke saku celananya.
"Misi selesai," bisik Lova. Dia tidak mau mengambil apa-apa lagi, karena titik CCTV rupanya menyorot sebelah kanan dari tempat Aldo.
"Terimakasih kerjasamanya, sayang!" Ucap Lova sambil mengelus pipi Aldo yang sudah tak sadarkan diri.
Lova pun meninggalkan Aldo yang mabuk dan tak sadarkan diri itu. Bau badan Aldo masih tercium di hidungnya, Lova segera mengeluarkan parfum dari tasnya kemudian menyemprotkan parfum mahal favoritnya itu di badannya agar bau badan Aldo segera pergi dari badannya.
Kini Lova mencari target selanjutnya, dia menemukan sosok laki-laki yang cukup berumur, ada dua perempuan dengan baju minim bahan yang baru saja beranjak dari sebelahnya, mungkin laki-laki itu berusia sekitar 40 tahunan. Dia sedang duduk di sofa khusus yang jika ingin duduk disana harus melalu reservasi beberapa hari sebelumnya, dan tentu saja hanya orang yang memiliki uang banyak yang bisa duduk disana. Lova pun berpikir sekian detik untuk mencari cara agar dia bisa ikut duduk di sofa itu.
Akhirnya Lova pun beraksi, dia mendekati sofa itu, dia pura-pura terjatuh di hadapan laki-laki berumur itu. Akting Lova tidak perlu di ragukan lagi, high heels yang dia gunakan sampai ikut patah gara-gara akting jatuhnya, paha mulus Lova semakin terlihat jelas. Membuat laki-laki berumur itu tergiur dan segera mendekati Lova untuk membantunya.
"Kamu gak apa-apa?" Tanya laki-laki itu, bau alkohol, bau rokok, dan bau busuk mulutnya hampir saja membuat Lova pingsan di tempat. Lova memalingkan wajahnya sejenak untuk menghirup udara.
"Kaki ku sakit banget, Om!" Kata Lova kemudian dengan wajah meringisnya, sebenarnya bukan meringis karena sakit namun karena bau mulut si Om itu.
"Duduk dulu disini! Saya bantu kamu bangun," kata laki-laki itu sambil mengangkat badan Lova, dia mengambil kesempatan untuk menyentuh pinggang dan pantat kenyal milik Lova.
"Sial," gumam Lova sendiri karena laki-laki itu berhasil meremas pantatnya.
"Kaki mu yang mana yang sakit?" Tanya laki-laki itu sambil meraba paha Lova.
Lova lagi-lagi mendengus kesal karena Om-Om itu berhasil lagi curi kesempatan. Setelah ini Lova harus dapat mengeruk banyak uang dari laki-laki ini karena sudah berani mencuri kesempatan duluan.
"Ini, Om! Sakit banget," tunjuk Lova pada mata kakinya.
Laki-laki itu langsung berpindah mengelus mata kaki Lova. Wajah nafsunya terlihat jelas, jangan berharap akan mendapatkan hal lebih dari Lova. Lova sudah lihai membela diri gara-gara belajar di Youtube. Kalau dia mendapatkan calon target yang bertindak tidak senonoh, dia akan segera mengeluarkan jurusnya. Namun sebelum itu, Lova harus bisa mengeruk uang atau barang branded yang di bawa oleh targetnya dulu.
"Apa aku harus ke rumah sakit ya, Om?" Tanya Lova pada laki-laki itu sambil tetap memasang wajah meringisnya seperti menahan BAB.
"Mau Om yang anterin?" Tanya laki-laki itu.
"Gak usah, Om! Aku naik taksi aja nanti!"
"Lho, ngapain naik taksi? Sini biar Om yang antar kamu, ya?"
"Aku takutnya dicari sama Mama ku, Om! Soalnya aku cuma bilang ke party teman tadi, mana aku gak bawa uang cash lagi, tadi uangnya udah aku pakai beli minum! Gimana ya, Om?" Lova menghela nafasnya.
"Kamu perlu berapa?" Laki-laki itu langsung mengambil tas hitam dengan merek luar negeri yang dia letakkan di sebelahnya. Mata Lova langsung berbinar, aroma uang sudah dia cium dari tas hitam itu.
"Segini, cukup?" Tanya si Om. Dia memberikan satu tumpuk uang yang sudah diikat. Bibir Lova pun tersenyum simpul melihat uang berwarna merah itu.
Lova segera mengambilnya dari tangan si Om itu, "cukup, Om!"
"Tapi," kata si Om kemudian.
"Tapi apa, Om?" Tanya Lova.
"Tidur sama Om, oke?" Bisiknya.
Mata Lova terbelalak mendengar kata-kata si Om itu.
"Aduh!" Lova melanjutkan aktingnya.
"Kenapa lagi?" Tanya si Om panik.
"Aku lagi datang bulan, Om! Perutku sepertinya keram, aku juga gak nyaman sepertinya pembalutku udah penuh! Coba Om lihat, tembus gak?" Kata Lova sambil memiringkan pantatnya, si Om pun langsung memasang wajah jijik.
"Ah, sudah, sudah!" Kata si Om sambil memalingkan wajahnya tak siap melihat bercak darah yang tembus di pantat Lova.
"Kalau gitu aku tinggal sebentar ganti pembalut ya, Om?" Kata Lova sambil berdiri dan menutupi pantatnya dengan tasnya.
Si Om pun mengangguk dengan wajah jijiknya. Dia membiarkan Lova pergi dari hadapannya. Tentu saja Lova harus berpura-pura berjalan dengan kaki yang sakit tadi agar si Om tidak curiga.
"Dasar hidung belang, udah syukur bisa pegang pantat sama pahaku! Minta tidur bareng lagi, sori!" Gumam Lova. Dia segera masuk di kerumunan orang-orang yang sibuk bergoyang dengan alunan musik DJ.
"Syukur uangnya sudah aku ambil duluan," Lova tersenyum puas.
Lova berjalan sedikit pincang gara-gara high heelsnya yang patah satu tadi, dia menaiki tangga kecil namun kaki satunya terselip membuat Lova tak bisa menjaga keseimbangan badannya, tubuh Lova hampir terjatuh ke belakang. Namun Lova dapat merasakan ada badan seseorang yang menahan badannya dari belakang sehingga Lova tak sampai terjatuh. Lova melirik sekilas ke arah orang yang menyangga badannya, rupanya ada sosok laki-laki dengan wajah rupawan serta tubuhnya berbau wangi khas parfum mahal.
Lova mengeluarkan senyum penuh pesonanya pada laki-laki itu, namun si laki-laki tak membalas senyumnya. Wajahnya berekspresi datar, saat Lova sudah berdiri dengan sempurna laki-laki itu segera pergi dari hadapan Lova tanpa berkata apa-apa.
Rasa penasaran pun muncul di hati Lova, "kamu targetku selanjutnya!" Gumamnya pelan.
Laki-laki berwajah rupawan, dengan rambut yang sedikit panjang, kira-kira panjangnya seleher itu, bernama Barna. Matanya berkeliling mencari sosok perempuan yang memakai mini dress berwarna biru di dalam klub Bluelight. Barna menjadikan perempuan itu targetnya begitu tadi di depan klub dia tak sengaja melihatnya turun dari mobil mewah. Semakin tertarik lagi saat perempuan itu masuk lewat jalur khusus yang di arahkan oleh seorang security dan dia langsung memberikan beberapa lembar uang pada security yang sepertinya sudah sangat akrab dengannya.Hingar bingar suara musik dari DJ perempuan seksi, menemani Barna untuk mencari targetnya di dalam klub. Dia masih berdiri sambil terus memperhatikan sekitar, rasanya sedikit kesusahan menemukan sosok perempuan dengan mini dress biru tadi. Namun tiba-tiba ada seorang perempuan muda yang tidak begitu cantik namun berpakaian sangat minim bahan mendekatinya.Perempuan itu memakai atasan yang hanya menutupi bagian dadanya yang beruk
Lova tersenyum manis pada laki-laki tampan yang sudah menolongnya tadi, tapi tidak dengan laki-laki itu. Dia memalingkan wajahnya dan tak mau melihat kearah Lova. Tak ada yang spesial dari laki-laki itu, tak ada jam tangan mahal, hanya saja bau parfum mahal khas pria dari tubuhnya yang membuat Lova tertarik selain wajahnya yang rupawan.“Sori, aku harus pergi!” Ucap Barna sambil melepas tangan Lova yang masih memegang lengannya.Barna segera pergi tanpa mempedulikan Lova, baru kali ini Lova di begitukan oleh laki-laki. Lova pun mendengus kesal, namun penasarannya rupanya lebih tinggi. Dia lalu melepas kedua high heelsnya yang sudah patah satu itu, menjinjingnya di tangan dan tak peduli dengan dinginnya lantai dansa di klub itu. Dia kembali melangkahkan kaki telanjangnya mengikuti Barna, setidaknya dia harus tahu nama laki-laki itu, kalau beruntung mungkin Lova bisa mendapatkan uang atau barang berharga lainnya dari laki-laki itu.Barna melirik ke bel
Barna melangkahkan kakinya di lorong rumah sakit, dia langsung masuk ke ruangan yang berbau khas obat-obatan. Matanya menatap nanar ke arah wanita paruh baya yang sedang tertidur dengan selang infus di tangan kirinya. Barna mendekati wanita paruh baya itu, mengusap tangan kanannya kemudian mencium tangan itu.Wanita bernama Dania Cavera itu sepertinya menyadari kehadiran putranya, dia terhenyak kemudian melirik dengan matanya yang setengah terbuka pada putranya.“Bu, cepat sembuh! Jangan lama-lama di sini,” bisik Barna.Ibu Dania kemudian menggenggam jemari anaknya, “Barna,” panggilnya pelan.Barna langsung mendekati tubuhnya ke arah Ibunya yang rupanya jadi terbangun gara-gara kehadirannya.“Iya, Bu?” Bisik Barna.“Kamu dari mana? Kenapa malam begini baru kesini?”“Aku ada sedikit pekerjaan, Bu,” jawab Barna.“Pekerjaan apa malam-malam begini?” Tanya ibuny
Lova di antar oleh Jarwo menuju ke salah satu Resto berstandar bintang lima bernama Resto Nirvana. Malam ini pekerjaannya tak jauh dari kebohongan lagi, dia bertugas sebagai pacar settingan si pemilik Resto terkemuka itu.Pemiliknya bernama Sadana Harrya, laki-laki dewasa berusia 32 tahun, dia mapan, tampan, rupawan, pujaan setiap wanita hanya saja dia penyuka sesama jenis. Walau banyak wanita cantik seperti model yang mendekatinya, namun Harrya sama sekali tak tertarik. Dia sudah memiliki kekasih yang berasal dari Belanda. Dan tak satu pun rekan-rekan Harrya tahu kalau dia penyuka sesama jenis, dia menutupinya dengan kegagahannya seperti laki-laki normal.Lova sudah sering di minta untuk bekerjasama, dia sering menjadi pacar settingan Harrya ketika hendak menghadiri acara khusus yang menuntutnya mengajak pasangan. Lova pertama kali bertemu Harrya karena di kenalkan oleh Mely, pemilik salon langganannya."Maaf aku sedikit telat, Har!" Ucap Lova sambil menc
"Mbak Lova, kita sudah sampai di alamat tokonya!" Ucap Jarwo sambil mematikan mesin mobilnya.Lova melirik dari dalam mobil, nama toko itu The Sun Diamonds. Toko yang cukup besar, namun lampu-lampunya sudah sedikit redup sepertinya hendak tutup karena sudah malam."Mbak Lova, saya mohon maaf! Saya tidak bisa nungguin soalnya istri saya mau melahirkan, katanya sudah pecah ketuban, Mbak! Mbak Lova gak apa-apa kalau pulang sendiri nanti?" Kata Jarwo lagi sebelum Lova turun."Oh, oke! Nanti saya bisa pakai taxi online, makasi ya, Bang!" Lova lalu menyerahkan beberapa lembar uang pada Jarwo, "untuk tambahan biaya lahiran," kata Lova lagi.Betapa senangnya hati Jarwo karena di beri uang dengan jumlah yang lumayan sekali, dia jadi tidak perlu khawatir untuk masalah lahiran istrinya nanti."Wah, makasi banyak! Mbak Lova selalu baik sama saya! Nanti kalau anak saya perempuan mau saya kasih nama Lova juga," ucap Jarwo dengan mata berbinar melihat uang itu.
Napas Lova berburu cepat, kakinya terus berlari mencari jalan keluar dari toko perhiasan itu. Lampu-lampu di toko sudah di redupkan membuat Lova semakin kesusahan. "Sial, pintu keluar yang mana sih? Banyak banget lagi pintunya," umpat Lova sambil bingung memilih pintu di hadapannya, sementara suara Pak Mahen kembali terdengar, dia sepertinya tak patah semangat untuk mengejar Lova lagi walau tadi sudah di beri tendangan pendekar oleh Lova. "Jangan kabur kamu, Cherry!" Terdengar suara Pak Mahen menggema di toko itu, jantung Lova semakin berdetak dengan kencang, dia benar-benar takut kalau-kalau si kakek tua genit itu kembali melahapnya. Dia segera saja mencoba satu pintu di hadapannya, rupanya terkunci. Kakinya melangkah ke pintu yang ada di pojok kiri, rupanya terkunci juga. Hanya ada satu pintu lagi yang agak jauh ke kanan, dia segera berlari kesana, rupanya pintu yang lebih kecil ini malah tidak terkunci. Langkah Lova semakin lebar lagi s
"Apa lagi?" Bentak Lova.Barna sudah berdiri di hadapan Lova, menghalangi jalannya untuk masuk ke dalam pintu pagar kost."Kamu yang tadi siang? Lov ... Lov... Lova ya?" Barna mengingat-ngingat kembali perempuan berkacamata yang jatuh karena terkena senggolan badannya tadi siang."Bagus lah kalau dari tadi kamu gak sadar," umpat Lova sambil berbisik."Apa?" Tanya Barna."Gak apa-apa," Lova pun berjalan ke sisi kiri Barna agar bisa masuk ke dalam, namun lengannya sudah di tangkap duluan oleh tangan laki-laki itu."Lepasin! Apa lagi sih?" Lova membentak lagi.Barna tersenyum kecut mengingat tadi siang perempuan ini mengaku mau mentraktirnya kopi, tapi malah kabur begitu saja dan akhirnya Barna yang membayar tagihan billnya."Kamu mau pergi begitu aja dengan gratis seperti tadi siang?" Tanya Barna dengan nada angkuhnya. Tangan Barna mendorong Lova sehingga punggung Lova jadi bersandar pada mobil Barna.Barna semakin mendeka
Sampai hampir 15 menit Barna berlari kesana kemari mengejar si tikus, namun tak kunjung di dapat. Makhluk kecil itu berhasil sembunyi dengan sempurna, sementara si Mezi juga ikut-ikutan mengeong sambil jingkrak-jingkrak kesana kemari.Mata Barna tertuju pada kandang Mezi, "kamu punya kucing, kenapa gak suruh kucing kamu ini aja buat nangkep tuh tikus?""No! Anakku gak boleh nangkep tikus itu, dia kucing mahal, kalo makan gak sembarangan!" Kata Lova yang berdiri di luar kamarnya."Anak?" Barna jadi ingat dengan kejadian tadi siang, saat Lova mengatakan hendak menjemput anaknya dan pergi begitu saja. "Jadi ini anak yang kamu jemput tadi siang?" Gumam Barna sambil geleng-geleng.Mata Barna kini menemukan sosok tikus hitam itu yang tiba-tiba berjalan ke arah pintu. makhluk kecil itu pelan-pelan berjalan untuk keluar dari kamar Lova yang terbuka. Lova bahkan tidak tahu kalau tikus itu sudah keluar sendiri tanpa Barna usir, dia sibuk menutup matanya karen