Home / Romansa / Candu Cinta Dokter Muda / 29. Tidak Ada Yang Bisa Menyentuhmu

Share

29. Tidak Ada Yang Bisa Menyentuhmu

Author: Sayap Ikarus
last update Last Updated: 2025-04-04 22:20:52

"Enggak, ini sekadar rehat dari kesibukan sejenak," kata Surya melirik Gendhis sebentar. "Tuang minum!" perintahnya pada Gendhis.

Tanpa menjawab, Gendhis berdiri, mengambil teko di meja dan juga gelas cantik untuk Rai. Dituangkannya teh melati hangat itu hati-hati, dengan tatapan tajam Rai yang tak lepas sama sekali darinya.

"Ini soal urusan kiriman barang, ya Pak?" ucap Surya lagi, sedikit menyadari bahwa Rai tengah menatap intens pelacurnya.

"Nggak pa-pa kita ngobrolin bisnis tapi ada dia?" tanya Rai menunjuk Gendhis.

"Kalau dia sampai bocorin masalah ini, dia tau konsekuensinya, Pak," sahut Surya.

"Saya bakalan bantu urus barang itu, jaminan tanpa kegagalan, nggak ada kebocoran informasi, tapi saya minta satu syarat lagi ditambahkan dalam perjanjian yang sudah dikirim tadi pagi," gumam Rai.

Surya tersenyum, "Apapun itu, Pak. Nggak nyangka Pak Christopher sendiri yang akan datang menemui saya," katanya senang.

Rai menyeringai tajam, lagi-lagi, tatapannya beralih pada Gendhis.
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Candu Cinta Dokter Muda   30. Ijinkan Hanya Malam Ini

    Gendhis terisak cukup lama, ia tenggelam di pelukan Rai begitu nyaman. Rai pun tak keberatan menjadi tempat Gendhis untuk bersandar, ia tak bicara apapun dan rela menunggu tangis Gendhis reda tanpa banyak bertanya. "Kamu tau kalau aku ada di sini sama Mas Surya?" tanya Gendhis masih sesenggukan, tapi tangisnya sudah tak lagi ada. "Aku ke sini karena tau kamu lagi sama dia," balas Rai. "Dia nggak akan berani booking kamu lagi setelah ini, sorry, mungkin kamu jadi rugi banyak karena berkurang satu pelanggan. Tapi aku nggak akan berhenti Ndhis, siapa lagi yang berani main tangan ke kamu, berurusan sama aku," katanya serius. "Nggak cuma satu-dua yang kayak Mas Surya. Sebagian besar yang dateng ke aku sering begitu, kasar, dan punya fantasi yang aneh. Mereka merasa wajib dilayani apapun keinginannya karena ngerasa udah bayar mahal. Kebanyakan yang hasrat seksualnya nggak terpenuhi di rumah, larinya ke kami," ungkap Gendhis jujur. "Dan kamu masih tahan kerja kayak begini?" mata Rai memb

    Last Updated : 2025-04-05
  • Candu Cinta Dokter Muda   31. I Want You

    Gendhis tidak menolak, ia biarkan Rai memagut lembut bibirnya, menuntaskan rasa. Seakan seluruh beban di dadanya siap meledak saat itu juga, Gendhis berpasrah. Apalagi saat Rai dengan hati-hati membopong tubuhnya dan membaringkannya di ranjang. Mereka berpandangan sejenak, cinta itu masih menyala, tersimpan dalam sorot mata yang mengungkap segalanya meski tanpa terwakili kata. "Aku cinta sama kamu, Ndhis," ungkap Rai gentle sekali. "Nggak peduli apapun kondisimu. Aku begini karena aku nggak mau nyesel untuk kedua kali," sebutnya yakin. Gendhis membasahi bibirnya beberapa kali, ia pandangi lekat wajah tampan yang tubuhnya berbaring menindihnya ini. Dirabanya pipi dengan rahang tajam milik Rai, bagaimana ini? Bolehkah ia terlena oleh cinta lama yang masih membara sedemikian besarnya? Bisakah Gendhis menepis segala kekhawatiran akan dunia dan masa bodoh saja? Mampukah Gendhis melenyapkan segenap ketakutan yang selama ini ditanggungnya?"Apa boleh aku juga bilang perasaanku, Rai?" tanya

    Last Updated : 2025-04-06
  • Candu Cinta Dokter Muda   32. Hidup Seorang Rai

    Masih berbaring di ranjang berdua, sama-sama hanya berbalut selimut tebal membungkusnya, Rai dan Gendhis larut dalam pikiran masing-masing. Napas keduanya sudah kembali normal, mereka tak bicara apapun tapi Gendhis nyaman tenggelam dalam pelukan Rai yang hangat."Sejak terakhir kali kamu tidur sama aku, berapa orang yang kamu layani setelahnya?" tanya Rai sengaja berbicara sambil menempelkan bibirnya di telinga Gendhis. "Aku dipake dua orang, tapi aku minta mereka pake pengaman," ungkap Gendhis jujur. "Tarifnya jadi jauh lebih murah?" ekspresi Rai tampak takjub. "Iya, aku takut harus berakhir di meja operasimu lagi," jawab Gendhis klise. Meski sebenarnya ia hanya menjaga diri agar andai ia harus hamil suatu saat, adalah anak Rai yang ada di dalam rahimnya. "Kerugianmu bakalan kuganti," ucap Rai. "Berapa?" tanyanya. Gendhis menggeleng lemah, "Aku nolak 6 pelanggan, padahal aku butuh makan," gumamnya. "Bikin rekening baru, kutransfer yang kamu butuh ke rekening itu, jangan sampe M

    Last Updated : 2025-04-07
  • Candu Cinta Dokter Muda   33. Membuatnya Jauh Lebih Mudah

    "Sekarang giliranku," ucap Rai, ia kecup kening Gendhis sekejap. "Janin itu, apa milik Surya juga?" tembaknya tak terduga. Bukannya menjawab, Gendhis semakin menyusup di bawah ketiak Rai, menyembunyikan wajahnya. Ia mainkan jemarinya di atas dada Rai, enggan menjawab sebenarnya. "Aku nggak maksa kamu jawab kalau emang kamu nggak mau," kata Rai bijak. "Emang kamu berekspektasi apa, Rai?" Gendhis sedikit mendongak, ia tatap wajah tampan Rai yang sudah mulai bersih dari keringat. "Bukan Mas Surya, dia baru selesai pelantikan anggota dewan, selama proses pemilihan, dia nggak ngehubungin aku," tukasnya. "Oh, oke," Rai mengangguk paham. Sebenarnya, ia ingin bertanya jauh lebih dalam, tapi ditahannya. Ia tidak mau membuat suasana hati Gendhis berubah, mereka baru saja saling mengungkap rasa. Membiarkan situasi tetap manis dan hangat adalah pilihan terbaik bagi Rai saat ini. "Kamu nggak ke rumah sakit? Udah nggak ada kerjaan?" tanya Gendhis mengalihkan topik pembicaraan."Enggak," sahut

    Last Updated : 2025-04-07
  • Candu Cinta Dokter Muda   34. Aku Janji

    "Kamu mau berangkat kerja?" tanya Gendhis masih enggan membuka mata. Pagi sudah menjelang, setelah mengobrol panjang lebar semalaman dan bercinta 2 ronde lagi setelahnya, Gendhis lelap tidur di pelukan Rai. Kini, ia terbangun oleh kilau sinar matahari yang menyusup di sela-sela tirai jendela, pun juga aroma maskulin Rai yang menguar di sebelahnya. "Aku ada praktik poli di rumah sakit daerah, jam 8 harus udah standby," balas Rai. Ia lalu duduk di sisi ranjang, mengusap rambut berantakan Gendhis yang berusaha dirapikan pemiliknya. "Aku udah memperpanjang reservasi kamar ini, Bang Ardi juga udah kuminta ngirim baju ganti," katanya. "Reservasi Mas Surya ke Mami cuma sampai siang ini, Rai.""Itu udah kuurus, kamu boleh balik ke rumah bordil itu besok pagi. Semoga urusanku sama germo-mu itu juga bisa selesai secepatnya.""Urusan apa?" Gendhis spontan bangun dari posisi tidurnya. "Membebaskanmu.""Maksudnya?" Senyum Rai terkembang, ia kecup kening Gendhis sesaat, "Berapa kali harus kubi

    Last Updated : 2025-04-08
  • Candu Cinta Dokter Muda   35. Posisi Terluka

    "Kukira kamu cuma ada satu jadwal praktik aja hari ini, Rai," sambut Gendhis saat Rai tiba di hotel menjelang malam. "Ada dua cito pas aku udah mau selesai praktik. Suspect K.E.T lagi kayak kamu dulu sama preeklamsia," jawab Rai segera mencuci tangannya di wastafel, melepas kemejanya hingga hanya bertelanjang dada dan merebahkan diri di ranjang. "Aku dihubungi Mami, besok, ada pelanggan khusus yang minta aku buat terima pesanannya," ucap Gendhis. Rai mendongak, jelas ada raut tak rela dalam lelah wajahnya, tapi ia rebahkan lagi kepalanya kemudian. Ia urut keningnya dengan jemari, matanya terpejam. "Siapa VVIP-nya?" tanya Rai. Gendhis mengedikkan kedua bahunya, ia lantas duduk di sisi ranjang, "Aku nggak tau. VVIP nggak bakalan ngasih tau data pribadinya. Sama kayak dulu aku ngedatengin kamu di hotel karena pesanan papa tiri kamu itu," ujarnya. "Di mana lokasinya?" "Aku harus ke Batam.""Nanti kukirim orang buat ngurus ini," ujar Rai solutif. "VVIP yang satu ini nggak biasa Rai

    Last Updated : 2025-04-09
  • Candu Cinta Dokter Muda   36. Tetap Melindungimu

    "Sini rada chaos selama Mbak nggak ada," sebut Rima, salah satu pelacur junior yang baru dua tahun ini menghuni rumah bordil. Gendhis tersenyum simpul, ia aduk mie instan yang baru saja dituangnya ke mangkok. Membiarkan Rima menunggu reaksinya, Gendhis sengaja duduk di kursi makan, menghirup aroma mie instan yang sudah hampir 6 bulan ini tidak dinikmatinya. "Ada yang dateng nyari Mami karena masalah booking sama aku?" tanya Gendhis. Rima mengangguk mantap, "Mas Surya minta ganti orang, katanya udah nggak mau sama Mbak lagi, Mbak rasanya udah hambar. Se-vulgar itu dia teriak-teriak," ceritanya. "Padahal selama satu setengah tahun jadi pelangganku, dia nggak pernah sekalipun dateng ke sini, Rim," sahut Gendhis. "Ada satu orang yang ngobrak-abrik pola, gila banget ini orang," tambahnya. "Pacar Mbak?" tebak Rima dengan senyum gemasnya. "Pacar?" Gendhis menggantung kalimatnya. "Calon suami orang," tandasnya dalam suara bergetar. "Yang dokter ganteng itu ya Mbak?" Rima l

    Last Updated : 2025-04-09
  • Candu Cinta Dokter Muda   37. Perlindungan Setiap Waktu (The Past)

    Rai-Gendhis, 13 tahun yang lalu .... "Seminggu ini, kamu nggak dateng buat cek urusan bar," gumam Gendhis sambil mengisap rokok di antara jemarinya, ia embuskan asapnya perlahan, bak profesional. "Lagi sibuk," balas Rai. Ia buka kancing paling atas baju seragamnya, mendekat pada Gendhis dan meminta bara api dari rokok milik Gendhis untuk menyulut rokoknya sendiri. "Ada yang nyakitin kamu pas kerja?" tanyanya serius. Gendhis menggeleng, "Aku udah biasa sama kelakuan pelanggan. Makasih ke kamu karena aku cuma diplot buat nemenin minum dan bersih-bersih," tuturnya. "Kalau ada apa-apa dan aku pas nggak di sana, kamu bilang aja ke Daniel, dia udah kuminta buat ngawasin kamu." "Aku nggak akan kabur, Rai-san," ucap Gendhis sudah mulai fasih memanggil Rai dengan sebutan familiarnya di bar. "Bukan karena aku takut kamu kabur," Rai sengaja mengembus asap rokoknya di depan wajah Gendhis. "Iya aku tau, kamu udah janji bakalan ngasih jaminan perlindungan buat aku," desis Gendhis tak bis

    Last Updated : 2025-04-09

Latest chapter

  • Candu Cinta Dokter Muda   54. Rencana Menikah

    "Kamu tau Christ bakalan nikah satu bulan lagi?" tanya Ben dingin, seperti biasa. Gendhis mengangguk, ia duduk menghadapi sang ketua, di sebelahnya, Rai tampak santai mengisap rokoknya. Sementara, di samping Ben, Ann tersenyum simpul, ramah sekali seperti biasa."Kamu diem aja? Cuma begini?" mata Ben beralih pada Rai. "Aku harus ngacak-ngacak keluarganya Kiara? Gitu?" sambar Rai menggemaskan. "Kalau dia udah nikah sama Kiara, posisimu nggak mudah, Gendhis," sela Ann ikut menimbrung. "Apa kamu nggak pa-pa?" tanyanya. "Aku pelacur, dan aku tau diri, Ane-san," jawab Gendhis lirih. "Kamu rela, Rai nikahin perempuan lain?" tanya Ben tiba pada final pertanyaannya."Aku udah terbiasa jadi simpanan pria beristri Ben, aku rasa nggak akan jadi masalah," tandas Gendhis tegar sekali. "Kalian berdua ya!" gemas Ann saling berpandangan dengan Ben. "Terus, sampai kapan kamu jadiin Gendhis simpanan, Christ?" "Sampe aku resmi jadi ketua, Ane-san. Setelah itu, nasib Gendhis bakalan jadi priorita

  • Candu Cinta Dokter Muda   53. Harus Kembali

    "Jangan gila ya kamu, Rai!" sengal Gendhis panik. "Makan dulu," sahut Rai paham situasi. Gendhis menurut, meski hatinya tak menyangkal bahwa mengajak menikah adalah kejutan Rai yang sangat di luar nalar, tapi ia senang. Setidaknya Rai memikirkan kebimbangannya, ketakutannya selama ini. "Besok, setelah aku pulang kerja, ikut aku ketemu sama Ben dan Ann," ujar Rai di tengah kunyahannya. "Mau ngapain?" "Ketemu aja. Kamu kan baru ketemu mereka beberapa kali dan cuma bentar.""Aku nggak ngerti mau kamu itu apa. Sumpah, kamu ambigu banget, Rai," tuduh Gendhis jengah. "Ben sama Ann dulu juga nggak dapet restu dari para tetua, kita bisa cari ilmu dari mereka," kata Rai enteng sekali. "Ilmu apa? Situasinya beda kan Rai? Ben nggak punya calon istri lain. Sedangkan kamu punya," ujar Gendhis. "Kita nikmatin kencan ini dulu ya, nggak usah bahas yang berat-berat," kata Rai memutus arah pembicaraan serius mereka. "Kamu yang mulai duluan, aku cuma ngikutin kamu aja sih," desis Gendhis. Makan

  • Candu Cinta Dokter Muda   52. Kita Nikah

    "Aku harus pergi," ucap Gendhis pada Rai yang masih bertahan di kamarnya hingga hampir tengah malam. "Ke mana? Tengah malem begini? Ngelayanin pelanggan?" cecar Rai ingin tahu. Gendhis berkacak pinggang sambil berbalik pada Rai, "Cari makan," katanya singkat. "Ikut!" ujar Rai langsung bangkit, menyambar jaketnya. "Aku makan kaki lima lho," tandas Gendhis sengaja membuat Rai mengurungkan niatnya. "Aku makan pake tangan, bukan pake kaki. Ayok!" kata Rai tak peduli, ia genggam jemari Gendhis dan dibimbingnya keluar kamar tanpa menunggu lama. "Kamu nggak ada kerjaan? Nggak sibuk? Perasaan seharian ini jadi bawang kosong jagain kamarku," gumam Gendhis sambil mengunci pintu kamar. "Aku kangen," balas Rai. Beriringan, keduanya berjalan menuruni tangga, melewati ruang tamu di mana ada beberapa junior Gendhis yang menatap takjub pada Rai. Siapa yang tidak akan terpesona pada sang pemilik baru dari rumah bordil yang mereka tinggali? Rai memilik semua kharisma pemikat kaum hawa. "Terus,

  • Candu Cinta Dokter Muda   51. Tawaran Spontan

    "Maaf, aku kelamaan datengnya ya," ucap Rai. Berbaring di ranjang milik Gendhis, Rai tampak tak lagi peduli mengenai citranya sebagai dokter. Ia tak gentar jika nanti timbul asumsi mengenai kemunculannya di rumah bordil. Satu hal yang harus terus ia waspadai, ancaman Eriska tidak pernah main-main. Jadi, membeli rumah bordil secara paksa dari Wida adalah salah satu caranya melindungi Gendhis dari ancaman Eriska. Rai sangat tahu bagaimana karakter kakak kandungnya itu. Masih tertanam dalam pikirannya seperti apa penderitaan Ann sejauh ini akibat perbuatan Eriska. "Aku nggak nerima booking-an satu pun selama di sini juga," ucap Gendhis. "Tadi baru aja aku dikasih tau Rose kalau Mami uring-uringan. Mungkin bukan cuma karena aku nolak buat nerima pelanggan, tapi juga tekanan dari kamu yang ngebeli rumah ini.""Aku tetep ngebolehin dia ngejalanin bisnis ini, tapi tetep sesuai pengawasan orang-orangku.""Kamu tau rumah ini jadi sumber mata pencaharian lusinan pelacur, Rai. Kalau kamu pengi

  • Candu Cinta Dokter Muda   50. Sampai Mati

    "Mami Eris ngusir kamu?" tanya Rai, ia duduk di ranjang menghadapi Gendhis yang berdiri tegang tanpa suara.Gendhis membasahi bibirnya, tak langsung memberi jawaban. Ia melangkah ke arah sofa tamu, menjatuhkan diri di sana. "Aku pulang ke sini atas kemauanku sendiri, bukan karena diusir," jawab Gendhis. "Aku tau Mami Eris pasti ngomong yang enggak-enggak ke kamu, makanya kamu mutusin buat keluar dari rumahku, iya kan?" "Selayaknya seorang keluarga yang nggak rela anggota keluarga lainnya terjerumus ke neraka," sahut Gendhis. "Aku tau diri Rai, jadi, kamu nggak perlu nyari aku ke sini dan ngasih penjelasan apapun," tambahnya. "Aku ke sini bukan buat ngasih kamu penjelasan. Ini sekadar pengumuman, kamu bisa kasih tau ke yang lain kalau kepemilikan rumah bordil ini udah pindah tangan atas nama Wisanggeni," ujar Rai. "Jadi, kalau ada masalah apapun yang nantinya melibatkan rumah bordil ini, aku yang bertanggungjawab!" tegasnya.

  • Candu Cinta Dokter Muda   49. Tak Ada Harapan

    "Mami uring-uringan, lo pulang tapi nggak mau nerima bookingan," Rose, teman satu angkatan Gendhis di rumah bordil masuk begitu saja ke dalam kamar."Gue lagi pengin tidur doang di kamar, seminggu kayaknya enak deh," jawab Gendhis masih membenamkan wajahnya di balik bantal. "Sugar, VVIP yang make lo kemarin, gila banget ya?" tanya Rose hati-hati. "Lo numbalin diri lo biar dia nggak booking anak-anak baru," desisnya. "Mario minta gue yang dateng, Rose. Lo tau sendiri rumah bordil ini di-backing penuh sama kekuasaannya Mario. Dan Mario tau kalau dari kita semua, cuma gue yang hafal dan tau kebiasaannya," ucap Gendhis. "Lo gimana? Aman semuanya kan?" Rose mengangguk, "Gue mau nikah. Jadi istri siri," tandasnya mengejutkan. "Jangan gila ya lo!" sengal Gendhis segera menarik bantal yang menutupi wajahnya. Ia seketika bangun dari posisi berbaringnya. "Istri siri itu nggak aman buat kita, Rose. Apalagi posisi kita sebagai istri kedua," ujarnya. "Gue jatuh cinta sama Mas Arul, Sugar. Sat

  • Candu Cinta Dokter Muda   48. Tentang Perasaan Rai

    Gendhis berdiri mematung di ujung tangga, ia baru saja keluar dari dalam kamar Rai saat menyadari bahwa ada seseorang yang masuk ke dalam rumah. Tahu bahwa hal seperti ini pasti akan terjadi suatu saat, Gendhis berusaha terlihat kuat. Ia sudah mempersiapkan hatinya, tp ternyata, diam pun tidak cukup untuk membuat hatinya tenang. "Sejak kapan kamu tinggal di sini?" tanya sosok perempuan berambut panjang berumur sekitar 50 tahunan itu pada Gendhis. "Dua mingguan, Tante," jawab Gendhis jujur. "Ah, jadi kamu pelacur itu?" Gendhis bungkam. "Aku Eriska, keluarga kandungnya Christ kalau kamu penasaran. Kamu mau pergi sendiri atau nunggu kuusir dari sini?" tanya Eriska, perempuan yang selalu Rai sebut dengan panggilan 'Mami Eris' itu. Gendhis tertegun sesaat, berusaha mencerna situasi yang tengah dihadapinya. Eriska bukan salah satu orang yang ada di pihaknya, ia tidak satu kubu dengan Ann dan Ben. Oleh karena itu, Gendhis harus hati-hati dan tidak asal menjawab. "Berapa juta yang kamu

  • Candu Cinta Dokter Muda   47. Selembut Cintamu

    "Kamu bisa belanja baju dan keperluan kamu lainnya pake ini," ujar Rai meletakkan satu kartu ATM di nakas. Gendhis yang tengah menyisir rambutnya di depan cermin, menoleh. Ia beranjak dan mendekati nakas, meneliti kartu yang Rai letakkan di atasnya. "Mami terus nelepon sejak subuh tadi. Kayaknya dia udah dengar soal masalah Mario kemarin itu," sebut Gendhis lalu meraih kartu ATM dari Rai dan menyimpannya. "Dia pasti kalang kabut," tambahnya. "Biar nanti orangku yang urus," balas Rai. "Satu jam lagi kukirim sopir buat anter kamu belanja. Maaf aku nggak bisa nemenin, ada jadwal poli hari ini di dua rumah sakit," katanya. Gendhis menghela napas panjang. Belum lama, belum ada sebulan juga ia tinggal di rumah besar milik Rai. Ada setidaknya dua ART yang membersihkan setiap sudut rumah dengan jobdesc yang berbeda. Pun, mereka tidak pernah sengaja mencari tahu siapa gerangan sosok Gendhis. Privasi Rai di rumahnya sendiri benar-benar terjaga, para pekerjanya sangat menghormatinya. "Ada m

  • Candu Cinta Dokter Muda   46. Aku Tidak Menyesal

    "Kamu mungkin bisa cinta sama Kiara seiring berjalannya waktu Rai, apalagi nanti kalau kalian udah suami-istri," bisik Gendhis. Menikmati sore hanya di rumah besar, menghabiskan waktu di kamar, mengobrol sambil berpelukan. Sungguh, Gendhis tidak pernah membayangkan akan menikmati momen semacam ini, damai sekali hatinya. "Nggak akan," balas Rai yakin. "Cintaku abis di kamu," tambahnya tanpa keraguan. "Bisa gitu ya?" senyum Gendhis terkembang, ia senang karena Rai menjadi lebih terbuka perihal perasaannya sekarang. "Nyatanya bisa kan? Nggak ada yang baik dari perjodohan kami selain dapet keuntungan dari bisnis yang udah lama dirintis, Ndhis.""Aneh kan tapi? Calon istri kamu adalah calon dokter spesialis, cantik, kaya raya, punya banyak koneksi, tapi kamu malah milih nyembunyiin pelacur kayak aku di rumah kamu," ucap Gendhis tertawa getir."Karena pelacur ini duniaku," sebut Rai sembari mengecup pucuk kepala Gendhis sayang. "Sedangkan Kiara cuma bagian sangat kecil di dalamnya," lan

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status